Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi

Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi

Saya mengenal Iga Panggang Panglima semenjak mereka eksis di seputaran Gandaria puluhan tahun yang lalu. Kebetulan waktu itu saya nge-kost di kawasan Jakarta Selatan yang jaraknya – tentu saja – tidak begitu jauh dari outlet mereka. Saya dan rekan-rekan kost atau kantor sering dine-in di Iga Panggang Panglima ini saat weekend menikmati sajian lezat Iga Panggang Panglima sembari menghabiskan waktu ngobrol panjang kali lebar bagai tak ada hari esok

Itu cerita lama. Puluhan tahun yang lalu.

Saya kemudian ketemu lagi dengan Iga Panggang Panglima saat sedang berada di kompleks Grand Galaxy City yang berada di Kota Bekasi untuk satu urusan bersama suami. Tepat siang hari, setelah urusan rampung, dan karena belum pernah sama sekali ke lingkungan ini, saya pun berselancar di dunia maya mencari referensi resto atau rumah makan yang sekiranya pas dengan selera. Setidaknya memetakan situasi agar tidak berlama-lama muter untuk sekedar mengenali setiap fasilitas kuliner yang ada di kompleks perumahan yang lumayan luas dan tampak sibuk ini.

Ternyata referensinya berlimpah ruah. Lumayan juga milihnya. Sebagian adalah resto yang ada di Mall Grand City Bekasi, sementara selebihnya adalah resto yang berjejer di ratusan ruko yang berada di sepanjang jalan utama kompleks Grand Galaxy City. Wooaahh semuanya menarik dengan rating tinggi di situs pencarian atau jaringan referensi media on-line yang membahas atau mengulas tentang kuliner. Jenis/ragam hidangannya pun berlimpah ruah. Mulai dari selera nusantara, ala Jepang, ala Cina, ala Korea, ala Eropa, Amerika, atau sekedar camilan kekinian. Bener-bener mengoda selera yang semakin berisik berlomba-lomba merasuk ke indera perasa. Apalagi saat itu perut lagi keroncongan maksimal dan sudah gak sabar pengen makan enak.

Saya dan suami saat itu tidak punya preferensi khusus sih tapi ya pengennya mencoba masakan atau rumah makan yang tidak kami temui di lingkungan rumah (Lippo Cikarang). Setelah berbagai pertimbangan, pilihan pun jatuh pada Iga Panggang Panglima yang ada di Jl. Boulevard Raya, jalan utama dari keseluruhan kompleks Grand Galaxy City. Jaraknya pun hanya sekitar 300 meter-an dari tempat kami parkir.

Saat nama Iga Panggang Panglima ini muncul di peta, saya sempat terdiam dan berpikir beberapa saat. Hingga akhirnya ingatan saya kembali ke masa lampau saat masih bujangan di era 90-an. Tempat yang cukup sering dikunjungi karena memang saya penggemar hidangan daging bakar (barbeque) lengkap dengan berbagai menu tambahannya. Sajian barbeque nya juga sedap, cocok di lidah, dan memang jadi tempat ketemuan favorit saya dan teman-teman karena cukup dekat dari kost kami masing-masing.

Akankah kualitas mereka tetap akan bertahan di tengah gempuran banyaknya resto dengan pilihan sajian yang sama?

Mari kita buktikan.

Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi

Kualitas Panggangan yang Masih Bertahan

Hujan turun dengan derasnya saat saya menginjakkan kaki di Iga Panggang Panglima. Syukurnya resto ini tak jauh dari tempat kami berdiskusi di dalam mobil tadi. Signage resto pun gampang terlihat dengan space parkiran yang lumayan luas dan tak jauh dari resto. Jadi pas hujan semakin terlihat menggila, saya langsung kabur, berlari kencang tanpa harus ngos-ngosan (eeh ngos-ngosan juga sih karena gak terbiasa olga).

Resto ini berada di deretan ruko yang ada di jalan utama dengan posisi hook sehingga dine-in areanya lumayan luas. Bisa di teras atau di dalam ruko. Tempat menyiapkan santapan dan area pemanggangannya pun berada di sisi depan resto yang sudah dilengkapi dengan tenda. Tapi saya sempat deg-degan juga dengan tendanya karena hujan saat itu disertai angin kencang yang sempat menimbulkan suara hantaman yang cukup keras. Dan saya jadi semakin khawatir karena persis di sudut depan resto ada sebuah pohon besar yang banyak sekali dahan besarnya.

Dua orang petugas berseragam yang bersiap menerima tamu menyambut kedatangan saya dan suami. Salah seorang diantaranya menyodorkan lembaran menu sederhana yang dilaminating. Tawaran sajiannya simpel aja. Ada tiga pilihan panggangan. Original, blackpepper, dan lemon hot. Saya dan suami memutuskan untuk mencoba yang original. Harga sajian iga panggangnya seragam Rp99.000,00/porsi. Isinya ada tiga potong iga besar-besar yang dilengkapi dengan pipilan jagung dan kentang goreng. Semua pesanan langsung dibayar di kasir depan yang berada di dekat area pemanggangan.

Jika merasa kurang, pihak resto juga menawarkan tambahan pipilan jagung, kentang goreng, atau gabungan keduanya di harga Rp8.000,00/porsi. Ada juga pilihan nasi Rp8.000,00, Jasuke original Rp12.000,00, jasuke pedas Rp15.000,00 dan extra keju Rp4.000,00.

Saat pesanan saya datang, wuiihh mata langsung dikagetkan dengan ukuran iga yang sangat mengesankan. Tulang iganya jelas besar. Begitu pun dengan daging yang menempel. Tebal dan tampak telah dimarinasi dengan begitu sempurna. Di atas daging-daging ini tersebar bumbu barbeque yang berlimpah ruah. Mata saya mendadak tidak berkedip apalagi setelahnya terdengar gurauan tawa suami yang melihat ekspresi kaget saya. Keharuman bumbu dan asap panggangan yang masih meliuk-liuk langsung membangkitkan selera.

Platingnya? Sederhana aja. Apalagi ketiga potongan iga ini “hanya” ditemani oleh pipilian jagung rebus dan homemade kentang goreng dalam jumlah sangat terbatas. Tadinya saya sempat berpikir keduanya bakal tidak cukup. Tapi ternyata memang secukup itu aja. Iga Panggang Panglima sepertinya ingin para tetamu berselancar pada rasa panggangannya saja. Itu pun, terus terang, susah payah saya menghabiskannya. Bahkan akhirnya saya dan suami masing-masing menyerah pada dua potong iga saja. Tak lebih. Dua potong lagi (satu dari masing-masing kami) akhirnya dibungkus dan dinikmati di rumah. Jadi menu makan malam. Nafsu dan selera memang menggoda tapi akhirnya kapasitas lambung lah yang membatasinya.

Jadi kalau boleh usul, dua porsi iga panggang cocoknya dinikmati bertiga. Tinggal tambahin kentang goreng untuk mengenyangkan.

Soal rasa? Jempolan. Dagingnya terolah dengan baik. Bumbunya meresap ke setiap inci sela daging. Perfecto!! Tak heran jika dagingnya empuk dan full of taste. Makannya pelan-pelan sembari menikmati kolaborasi antara bumbu barbeque, kelembutan daginnya, dan proses pemanggangan yang pas. Well-done. Tidak gosong, tidak kematangan, terpanggang dalam waktu dan kualitas yang pas. Gak kalah mutunya dengan resto-resto kelas atas yang juga menawarkan menu sejenis. Bedanya hanya pada penampakan visualnya. Pengennya sih untuk orang yang hobi memotret makanan seperti saya, “penampakan” hidangan di atas wadah tuh bisa lebih “berbicara”. Tapi mungkin konsep dagang, sales and marketing Iga Panggang Panglima berbeda dengan pemikiran saya. Mereka cuma mengutamakan rasa tanpa harus berepot ria mengutak-atik penampilan.

Yang pasti Iga Panggang Panglima sudah berhasil mempertahankan kualitasnya. Kehebatan rasa lama yang melegenda nyatanya masih sangat layak untuk mendapatkan pujian. Setidaknya bagi saya, seorang karnivor sejati yang tergila-gila pada olahan dan kelezatan iga panggang.

Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi

Kolaborasi dengan Boba-Na Coffee & Eatery

Sembari menunggu pesanan siap, saya menyempatkan diri melihat-lihat situasi di dalam resto. Segala urusan Iga Panggang Panglima – khususnya tentang penerimaan pesanan dan pengolahannya – dilakukan di teras depan ruko. Para tamu bisa menikmati pesanan di dalam ruko atau beberapa tempat duduk yang disediakan di samping dalam kondisi setengah terbuka.

Bagian dalam sesungguhnya adalah “ranah kekuasaan” Boba-Na Coffee & Eatery. Mereka menawarkan aneka minuman dingin, minuman panas, penganan kecil/camilan, dan ada juga es gelato dalam berbagai rasa. Di sini juga saya temukan tiga buah minuman soda yang sangat legendaris di Indonesia. Coffee Beer, Sarsaparila, dan Badak. Saya malah sudah mengenal minuman Badak sejak masih SMP. Botolnya selalu ada di meja setiap makan di warung atau bahkan di restoran-restoran besar. Saat itu saya masih tinggal di Medan. Setiap kali Ayah mengajak makan seafood di Belawan, minuman Badak selalu nangkring dengan manisnya dan jadi favorit para pecinta kuliner. Ketiganya memiliki rasa yang sangat mirip dengan minuman khas AW (sebuah resto cepat saji).

Membayar kangen, saya pun melengkapi iga panggang original yang saya pesan dengan minuman soda ala Badak. Sementara suami memesan secangkir kopi hitam.

Kolaborasi seperti ini sepertinya asik juga untuk ditiru ya. Setidaknya biaya operasional untuk sewa tempat bisa ditanggung bersama. Satu rekan fokus pada makanan sementara yang lain menawarkan aneka minuman. Saling melengkapi. Manajemen administrasinya pun langsung mereka pisahkan. Itulah kenapa saya harus membayar langsung pesanan iga panggang di kasir depan, sementara untuk minuman bayarnya di kasir yang ada di dalam ruko.

Aaahh kenapa saya jadi kepikiran untuk bikin warung bakso di ruko dekat rumah. Lalu kerjasama, berbagi ruangan dengan pengusaha minuman kekinian. Boleh juga ya?

Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi

Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi

Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

28 thoughts on “Sajian Lezat ala Iga Panggang Panglima Grand Garden City Bekasi”

  1. Glek, auto ngeces
    Selama ini baru ngerasain iga panggang rumahan
    Jadi iri, dulu Mbak Annie punya destinasi kulineran seenak ini
    Di sekitar saya dulu palingan mie bakso deh, hehehe parah :D
    Oiya palingan ke resto Sunda

    Penasaran juga dengan Sarsaparila, dan Badak nya
    Jadi inget sewaktu masih SD minuman soda ini hanya bisa dinikmati waktu makan bareng keluarga di luar rumah

    Reply
    • Iya Mbak. Secara dulu kantor saya di seputaran Kuningan. Kos juga dekat-dekat situ. Pulang kantor sering banget main ke Gandaria buat kulineran.

      Nah Sarsapiral ini memang legend bener deh. Zaman kita SD tuh sudah ada dimana-mana dan tetap eksis hingga saat ini.

    • Termasuk murah itu ya Mbak. Dapat tiga potong besar-besar dengan harga segitu sih reasonable. Bisa makan berdua malah. Tinggal nambahin kentang biar tambah kenyang.

  2. Aissssh aku baru tahu loh mbaaaa iga pangpol ada cabang di Bekasi 😍😍😍. Samaaa nih, aku makan ini zaman msh blm nikah. Waktu itu kan kantor di HSBC pondok indah, jadi kalo pulang ke kos Setiabudi, pasti lewatin ini. Makanya kadang abis gajian Ama temen2 kantor suka mampir ke iga pangpol.

    Skr udah lama ga kesana Krn rumah juga udh di Rawamangun. Jauuuuuh 😁. Jadi pengen rasain yg di Bekasi sih.

    Ini memang sedeeep kok, dengan rasa yg jauh LBH murah dr resto, dagingnya aja tebel gitu 😍❤️

    Reply
    • Emang mantab ya Fan. Aku dulu mampu loh ngabisin iga tiga potong besar begitu. Pake nambah kentang pulak hahahaha. Sekarang udah gak bisa. Lambungnya dah kisut. BTW, dulu sampe ngantri-ngantri ya. Panjang banget. Dan herannya orang-orang rela aja nunggu lama-lama.

  3. Coffee beer, minuman legend dari Jombang nih. Ternyata masih bisa ditemukan sampai di Jakarta ya.
    Iga bakarnya mantep banget, dengan potongan daging yang tebal pula.

    Eh ayok mbak, direalisasikan tuh bikin warung baksonya. Saya dukung dari jauh

    Reply
    • Nah bener Mbak Nanik. Legend banget kan Coffee Beer. Keknya zaman saya SD sudah ada minuman ini. Surprise saya masih bisa menemukannya di Bekasi.

      InshaAllah Mbak. Ini lagi menimbang-nimbang dan menentukan vendor untuk baksonya. Pengennya sih bakwan malang ya. Favorit saya.

  4. Ngilerr banget lihat iga panggangnya. Terbukti ya kalau bisa mempertahankan kualitas, bisnis kuliner itu bakalan awet karena pelanggan pasti balik lagi.

    Reply
    • Sepakat banget Mbak Retno. Konsistensi dalam kualitas dan mutu pelayanan perlu banget agar usaha kuliner awet dan sukses.

  5. glek, aku auto ngiler lihat fotonya, iganya kayanya lembut dan rasanya juga mantap tuh, plus pas banget dipaduin sama minum badak yang dikasih sama es batu, auto satisfied nih

    Reply
  6. Ternyata rumah makannya sudah ada sejak lama, ya. Kirain saya termasuk rumah makan kekinian. Saya menyukai menu daging begini. Tapi, kayaknya mikir juga nih kalau harus menghabiskan 3 potongan iga yang besar hehehe. Minuman badaknya semakin bikin saya tertarik untuk ke sana

    Reply
    • Bener Mbak Myra. Gede2 banget itu potongan dagingnya. Saya ngabisin 2 iga aja sudah ngos2an hahahaha. Minuman Badak juga legenda loh itu Mbak. Seumuran saya produksinya tuh.

  7. wow, menu daging iga panggangnya tampak menggiurkan nih. tapi kayaknya saya juga ga bakal sanggup ngabisin juga kayak mba Annie hehe. saya juga salfok nih sama minuman badaknya, beberapa kali sempet lihat minuman itu di resto tapi saya lum pernah coba, nti kalo nemu lg mau ah coba biar ga penasaran

    Reply
  8. Iga Panggang Panglima ini ternyata udah ada sejak lama. Jadi dengan harga 99 ribu udah dapat 3 potong iga panggang, ya, Mba? Potongannya juga gede dan tebal. Jadi ikut ngebayangin rasanya.

    Reply
  9. Waaah…penasaran pilihan panggang Lemon Hot kayak apa ya rasanya? Kalau black pepper udah kebayang. Itu iganya tebel banget, pasti juicy yah…
    Di Bandung sini palingan Iga Bakar Pak Jangkung. Tapi akhir-akhirnya ini irisannya imut dan bakarannya terlalu kering jadi keras.
    Huf…nyesel deh…

    Reply
    • Nah saya juga penasaran Mbak Hani. Next visit nanti saya mau nyoba Iga Lemon Hot nya. Kebayang dengan sentuhan lemon pasti segar banget itu ya.

      Duuhh saya juga lihat juga tuh Iga Bakar Pak Jangkung. Pernah lewat tapi gak bisa parkir euy. Kapan ah coba lagi ke sana.

  10. Hmmmm sekrang aku tau, minuman pavorit bu Annie adalah Badak.
    Toooss buu…hihii. Badak campur batu es, beeeuughh!!

    tapi untuk urusan makanan, kita ga sejalan, hehee sebab aku ga penyuka daging.
    Jarang singgah ke warung steak kalo bukan permintaan anak2.
    Dulu lebih paraaah, nasi kena bumbu daging atau kuah sop daging aja kudu ganti nasi baru.
    Klo keburu masuk mulut harus banyak2 makan buah untk ngilangin rasanya
    ribet banget yaaa, haha

    Reply
    • Hahahaha sebenarnya bukan favorit juga sih. Saya jarang banget minum minuman bersoda. Tapi karena jarang ketemu dengan Badak – minuman legendaris ini – akhirnya saya pesan.

      Ya ampun Ci. Saya juga sih gak selalu menikmati daging. Hanya pada kesempatan2 tertentu aja. Apalagi di Iga Panggang Panglima ini kan memang hidangan cuma iga.

  11. Langsung salfok liat deretan minuman jadul itu yuk haha, ya Allah kangen pengen icip. Aku gak tahu minuman ini pas atau nggak dimakan dengan iga, tapi kalau dijual di tempat yang sama, berarti emang pas. Tampilan sangat menggiurkan, tempat nyaman, dan harga masih affordable kalau dengan kualitas yang mereka tawarkan. Harapannya sih makanan dan minuman ini bisa dibayar di kasir yang sama. Aku jadi inget, makan di satu resto bagus, di buku menu ada jual es teler. Eh ternyata es teler ini mereka ambil di warung sebelah. Kalo makan di tempat mereka bisa bayar ewallet/debit, yang es mesti bayar cash. PR banget kan haha, padahal bisa mereka ambil input satu, dan mereka tinggal bayar ke warung sebelah.

    Reply
    • Kalo menurut aku cocok Yang. Steak dan minuman soda itu pas. Setidaknyo lebih baik daripada teh. Biasonyo sih aku nikmati steak dengan fresh orang juice. Tapi karena jarang-jarang nemu minuman legendaris ini, akhirnyo aku pesan hahahaha.

      Caknyo mereka ini idak galak repot. Mun masang sistem baru (sistem sentral) tanggung jawabnyo harus ado wong khusus.

  12. Gak heran Kota Bekasi masuk 5 besar kota dengan biaya hidup tertinggi

    Disini serba palugada, apa lu mau semua ada D

    karena gak tau kapan ke Bekasi, saya coba searching iga panggang terkenal di Bandung

    dan ternyata cukup banyak

    saya aja yang mainnya kurang jauh :D

    Reply
    • Nah nah nah saya lagi nyari referensi iga panggang yang lezat di Bandung Mbak. Gakpapa yang warung-warung. Yang penting sajiannya lezat.

  13. Iganya bikin ngencess, mbak Annie aku penasaran deh, bisa jalan2 and kulineran terus itu tipsnya gimana? Baru kmrn aku baca kuliner di aceh, skrng dah dah icip kuliner di bekasi

    Reply
    • Saya seringnya ikut suami yang kebetulan sering dinas ke luar kota Mbak. Jadi nebeng ceritanya. Meski ada beberapa cost yang memang harus ditanggung sendiri. Anak-anak saya sudah dewasa semua dan tinggal terpisah. Jadi saya nih akhirnya berprofesi sebagai pengacara (baca: pengangguran banyak acara) hahahaha.

  14. Tapi kalau saya sepertinya justru dua porsi iga bakar untuk bertiga itu malah kurang lho…

    Kalau bisa sepertinya dua porsi untuk satu orang. Bakalan habis selama tidak pakai nasi. Kalau kentang saja gak akan terasa kenyang nya. Maklum di keluarga saya belum makan kalau belum nyuap
    nasi, hehehe

    Reply
    • Wooaaahh itu gede banget loh Teh Okti. Dagingnya juga tebel luar biasa. Hebat kalau satu orang bisa habis dua porsi.

Leave a Comment