
Hujan deras sore itu mengantarkan sebuah paket yang sudah lama saya nantikan. Paket yang berisikan buku dari rekan sesama penulis, Ika Budiwanti Patte (Ika Patte).
Buku ini sudah membangkitkan rasa penasaran saya sejak beberapa pekan sebelumnya sempat dibahas dalam sebuah pertemuan daring. Lewat jumpa on-line ini Ika Patte banyak bercerita tentang proses pembuatan buku tersebut, berguru lewat komunitas dan orang-orang terbaik dalam dunia literasi, termasuk berbagai langkah promosi yang dilakukan agar buku solo perdana berjudul TABIR ini bisa hadir dengan baik di tengah publik.
Ibu 3 anak kelahiran Purwokerto ini banyak menggugah hati saya yang di akhir 2021 juga melahirkan buku solo pertama lewat publisher yang sama yaitu Stiletto Book. Selain tumpah ruah dengan cerita up and down saat mempersiapkan dan menyusun naskah, membangun tangga kesempurnaan materi dan penyajian cerita, Ika Patte juga mempersiapkan diri untuk tak lelah dan konsisten mengenalkan buku ini kepada khalayak.
Jadi saat meluangkan waktu khusus untuk membaca dan memahami isi buku, saya membalas rasa penasaran tersebut dengan aktivitas berkualitas yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh seorang pembaca dan penulis. Seorang pembelajar yang sedang menampung gaya diksi baru dari rekan seprofesi.
Menilik Isi Buku Tabir
Buku dengan tebal 139 halaman ini melewati proses cetak pertama pada Mei 2021 dan cetak kedua pada Desember 2021. Fakta yang membuktikan bahwa buku Tabir telah menyedot banyak peminat.
Mengusung genre drama misteri, Tabir menghadirkan 15 bab atau bagian cerita untuk kita baca. Sebagian besar dari bab tersebut menghadirkan beberapa tokoh dengan pengalaman dan sudut pandang mereka akan sesuatu hal yang menjadi topik dan tokoh utama dari Tabir yaitu Mera. Seorang gadis yang sejak kecil dikenal dengan sebutan atau panggilan Inon dan sedang berjuang membuka tabir masa lalunya. Ika Patte terlihat begitu konsisten mengangkat keunikan karakter Mera lewat berbagai narasi kenyataan yang masih berseliput misteri hingga terakhir kita menutup buku.
Meskipun lewat rangkaian halaman yang ada di Tabir sarat dengan tanda tanya, kita diajak untuk menggali jawaban dari beberapa pertanyaan yang perlahan muncul di berbagai arah. Mulai dari kondisi Mera yang sakit, munculnya berbagai wujud yang hanya dipahami dan dilihat oleh Mera, mengalami berbagai kejadian yang diluar nalar dan logika, lalu keberadaan orang-orang disekitarnya yang juga punya kisah hidup sendiri, hingga akhirnya bertemu pada satu titik yang masih dan tetap berselimut tabir.
Mengupas Misteri yang Terurai di Tabir
Sebagai tokoh utama dari buku Tabir, Ika Patte langsung menghadirkan Mera di bab terdepan.
Tak tanggung-tanggung, para pembaca langsung diajak berdebar-debar dengan apa yang dialami Mera. Berada dalam kondisi sakit parah, Mera merasakan sakit bukan hanya pada fisiknya tapi juga pikiran, indera pendengaran dan indera penglihatannya. Di Bab 1 dan 2 saya sempat tertipu tentang apa yang sedang dialami Mera saat itu. Walaupun jelas-jelas ada kata-kata penggambaran yang mengarah pada wujud astral. Wujud yang menurut pengalaman banyak orang, adalah sesuatu yang sering menghampiri mereka yang sedang dalam kondisi parah, nyawa seakan di ujung tanduk atau memang sedang mengalami proses ujian di sela-sela napas terakhir.
Seserem itukah? Yup betul banget. Baru baca diawal kok sudah merinding ya.
Seperti pengalaman seorang teman yang dalam keadaan koma dan dalam satu waktu seperti terbawa pada dunia lain, terhalang dan berjubah tabir. Saat itu dia bisa melihat bahkan bercakap-cakap dengan beberapa anggota keluarga yang sudah wafat, hingga bisa mendengar berbagai suara yang terjauh sekalipun.
Begitupun yang dialami Mera.
Di cerita awal-awal juga kita dikenalkan pada seorang sosok Palo yang diyakini Mera sebagai suaminya yang begitu memanjakan dirinya dengan limpahan kasih sayang yang tak mampu Mera tolak. Pembaca dibikin iri akan bagaimana Ika Patte menggambarkan sosok Palo yang begitu mencintai Mera. Seorang suami idaman yang sangat melindungi pasangannya. Lalu kehadiran seorang anak kecil yang juga memperhatikan Mera dengan baik dan berkomunikasi layaknya dua orang yang sudah saling mengenal dalam jangka waktu yang lama.
Rangkaian tabir mulai menyeruak saat kita masuk ke dalam Bab 3. Kehadiran 2 tokoh, Bu Prapti (Ibu kandung Mera) dan Rosma (adik Mera) pelan tapi pasti mengajak kita mengernyitkan dahi. Terutama pada saat ibu dan anak ini terlibat dalam sebuah percakapan yang penuh rahasia dalam perjalanan mereka menuju rumah Mera.

Obrolan yang mengantarkan Rosma untuk mengungkit kembali rasa penasarannya akan siapa sebenarnya ayah kandung Mera. Apalagi di satu waktu gadis ini pernah mencuri dengar percakapan antara Pakde dan Budenya (Pak dan Bu Bano) tentang tampilan fisik Rosma dan Mera. Rosma jelas-jelas milik Pak Dipo (suami Bu Prapti dan ayah kandung Rosma) tapi Mera? Katanya mirip Romo. Tapi siapa Romo ini?
Disini jugalah pembaca “berkenalan” dengan sosok Romo, yang dalam bahasa Jawa diartikan sebagai Bapak/Ayah atau sebutan penghormatan untuk seseorang yang dituakan atau dihormati.
Alur berpikir pembaca pun teraduk-aduk. Lalu siapa Palo? Kok ada Rafie?
Semua pelan mulai terurai saat Tabir mengajak kita untuk lebih mendekat pada orang-orang yang berada di seputar kehidupan Mera. Ada Mbok Pon, ART keluarga Mera yang sudah lanjut usia dan Mamad si supir, anak Mbok Pon, yang sudah mengabdi pada keluarga Mera bertahun-tahun. Lalu ada Puput, sahabat Mera sejak kecil yang berprofesi sebagai psikolog yang selalu lapang mendengarkan cerita Mera. Apapun itu ceritanya. Seorang perempuan, yang menurut Mera, adalah seseorang dimana dia bisa meluapkan apapun yang sedang bergejolak di dalam pikirannya.
Semua tokoh-tokoh diatas menyaksikan bagaimana Mera diiringi halusinasi dan mengalami kejadian-kejadian yang hanya bisa dipahaminya sendiri.
Kesimpulannya adalah MERA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA.


Penasaran yang awalnya sudah berjibaku di beberapa bab awal, mulai menemukan definisi yang lebih jelas. Satu demi satu luka masa kecil Mera pun terungkap. Tabir menggandeng dan mengajak kita, para pembaca, menyimak Mera yang terjebak dalam pergolakan batin karena luka lama yang tak kunjung sembuh dan terselesaikan dengan semestinya.
Masa kecil yang minim kasih sayang dari orang tua sendiri, baik Ibu maupun Bapak, lalu dilanjut dengan penyiksaan batin dari seorang suami yang berselingkuh dan menorehkan sakit yang begitu mendalam di hati. Kebaikan dan kesempurnaan Mera sebagai perempuan dan istri, tak pun membawanya pada kebahagiaan. Karena nyatanya, alih-alih mendapatkan perlindungan dan cinta hakiki dari seorang suami, Mera malah tersakiti hingga dia terjebak dalam irama kehidupan yang sungguh menyakitkan.
Perilakunya semakin aneh. Bersenandung. Berbicara sendiri. Hidup bagaikan ada beban berat di pundak yang tak berkesudahan. Semua menjadi sebuah misteri, sebuah tabir, yang tak mampu membantu Mera untuk hidup lebih baik. Tabir pun makin berkelebat dengan hadirnya sebuah bukti besar berupa gelang perak bertahtakan ukiran naga dengan dua butir berlian di bagian matanya. Gelang yang kemudian disebut sebagai Gelang Naga Antaboga.
Sekali lagi. Mera sungguh sedang tidak baik-baik saja. Hidupnya bergelimang rahasia yang berada diantara kenyataan, ilusi dan pergolakan batin yang sudah berkerak bertahun-tahun, terpaksa “dinikmatinya” tanpa jeda waktu. Kesakitan hati yang justru menambah tabir, sekat penghalang, dalam kehidupan Mera.
Puncak konflik pun menyeruak. Mengacaukan segalanya. Saat berjuang meminta kejelasan pada ibunya di titik tertinggi konflik, Mera akhirnya menyerah, tak berkutik pada ibunya yang tetap keras hati mempertahankan tabir yang seharusnya bisa dia buka.
Menuntut pengakuan Bu Prapti ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Yang terjadi justru adalah menambah rasa tidak suka Pak Dipo pada Mera dan luka yang lebih mendalam di diri Bu Prapti, seorang perempuan tua yang sudah melahirkannya puluhan tahun yang lalu.
Hidup Mera pun menjadi lebih runyam dengan kesusahan yang terus bertambah.
“Tak lelo, lelo, lelo ledung. Cep menenga aja pijer nangis. Anakku sing ayu rupane. Yen nangis ndak ilang ayune.”

Pendapat Pribadi Untuk Tabir
Membaca Tabir membawa saya pada satu pemikiran bahwa buku ini telah mengajarkan kita bahwa kematangan mental dan gejolak psikis akan terus hadir dalam kehidupan saat rangkaian teka-teki semasa kecil tak membawa kita pada kebaikan. Rahasia dan luka masa lalu, bisa menjadi tabir, dan membuat kita “terkunci” pada jejak kenyataan yang sesungguhnya bukanlah fakta.
Mera mengalami itu.
Hidupnya menjadi tak tenang, berselimut banyak tanda tanya, hingga akhirnya Mera tak sanggup lagi untuk menahan semuanya.
Sebagai seorang pembaca yang menyukai cerita misteri, Tabir, hingga halaman terakhir, membuat saya terpekur pada kenyataan hidup yang menyakitkan. Apalagi kemudian rasa sakit itu terlalu lama terpendam bahkan semakin menumpuk sempurna oleh luka-luka masa lampau dan yang muncul kemudian.
Salut untuk Ika Patte yang sudah mengobrak-abrik kesakitan jiwa Mera hingga dia harus bergumul dengan halusinasi tak berujung. Ika Patte begitu sukses mengatur alur cerita hingga konflik yang tadinya kita pikir “hanya itu saja” ternyata lebih complicated dari sekedar seorang pesakitan yang sedang mencari jati diri.
Tak butuh banyak berpikir bahwa Tabir adalah buku misteri. Front cover dan back cover buku ini sudah berbicara banyak. Mulai dari warna, tulisan, blurb hingga kehadiran sebuah naga meliuk dalam lingkaran yang kemudian kita ketahui adalah gelang Naga Antaboga. Sebuah gelang yang menjadi penghubung antara Mera, ibu dan ayah kandungnya.
Buku Tabir, menurut saya, pantas dimiliki oleh siapapun yang mencintai, menyukai buku-buku misteri. Dan Ika Patte layak mendapatkan pujian karena kesuksesannya mengolah alur cerita yang berbobot dan intens menampilkan sosok Mera dengan segala keruwetan jalan hidupnya.
Berbicara soal keberadaan wanita dan seluk beluk kehidupannya, Tabir nyatanya juga membawa kita pada sebuah sudut pandang tentang wanita pada umumnya. Seperti Mira yang terus bergolak dengan masa lalunya, nyata kekerasan verbal dan KDRT pada wanita masih kerap terjadi, dari dulu hingga kini. Semoga dengan hadirnya Tabir, keterbukaan hati kita akan isu tentang kekerasan pada wanita ini, akan semakin membumbung hingga pada akhirnya dapat dihilangkan dari muka bumi.


Langsung nyut2an bacanya
Mungkin karena saya gak percaya mahluk astral jadi bingung kok bisa begini kok bisa begitu
Dunia mahluk astral baru akan asyik ketika menyasar orang yang menyukai
Seperti game pubg, penggemarnya baru nyambung dengan penyuka pubg juga
Hihihihi iya Mbak. Konflik langsung muncul di Bab 1. Pembaca diajak berdebar-debar gak lama setelah kita membaca novel misteri ini.
Lihat cover depannya langsung tertarik dengan buku ini. Ada apa diujung cahaya putih di tengah lingkaran hitam itu.
Setelah membaca ulasan mbak Annie jadi makin penasaran.
Worth reading pastinya Mbak Nanik. Buku misteri yang pantas untuk kita miliki dan kita baca.
Ceritanya kaya naik roller coaster ni kayaknya ya, Mbak Annie. Dibab pertama langsung “jedaaaaar” aja. Huhaaaaaah naiknya roller coasternya tanpa jalan pelan dulu langsung naiiiiiik aja, huhah. Kenapa aku jadi ikut deg²an gini ya baca review tabir ini🤭
Hahahaha bener Mbak Julia. Baca buku ini kita diajak ikut berdebar-debar mulai dari Bab 1. Luar biasa pokoknya.
Aku juga suka dengan misteri. Tapi kalau menyangkut astral malah segan bacanya karena akan mbulet.
Lihat Cover Novel TABIR jadi penasaran cerita endingny seperti apa? etapi pas baca ulasan dari kak Annie Nugraha terasa “Melepaskan belenggu yang meningkat selama ini”
Kesan pertama: buku ini mengandung banyak misteri.
Bagus nian bukunya yuk. Hard cover ya? keliatannya seperti itu. Dari halaman yang terbuka, memperlihatkan bukunya tebal. Desain dalam bukunya pun bagus. Dari sub judul sampai desain penulisan Bab pun menyiratkan misteri. Sempurna untuk sebuah buku yang isinya bertabur misteri.
Bagus memang bukunya. Worth having and reading pastinya.
Buku misteri seperti ini bikin penasaran sebenernya, walau di satu sisi agak takut bacanya hihi. Apalagi kalau bacanya ketika malam. Namun saat baca review Bu Annie terasa misteriusnya, dan deg-degan
Thrilling nya dapet banget Fen. Mulai dari lembar pertama kita baca kisahnya Mera ini.
Dari judulnya aja udah penuh misteri nih Mba. Saya kadang agak takut baca misteri begini takut kebayang-bayang gitu, hehe … tapi baca reviewnya sepertinya menarik. Apakah Mera itu mengalami gangguan sering halusinasi ya?
Saya penasaran ama gelang berbentuk ular dan bermata berlian, kaya punya nilai magis ya?
Karena tekanan hidup semasa kecil disambung dengan perlakuan tak pantas dari suaminya, kejiwaan Mera terganggu. Sebenarnya bukan halusinasi menurut saya. Tapi dia kemudian seperti punya kemampuan untuk melihat dan merasakan kehadiran mereka yang tidak terlihat secara kasat mata.
Gelang Naga Antaboga ini belum terungkap secara utuh. Kemungkinan besar akan digarap di novel berikutnya.
Bacanya kudu banget sambil dengerin lagu-lagu gending Jawa yang aroma mistisnya kuat.
Heehe, jadi inget badarawuhi, kak Annie.
Aku juga salut banget sama kak Annie nih.. Sebagai pemuja visual, aku suka sekali dengan properti foto buku “Tabir”.
Ada bunga, ada nuansa gelap, misterius sehingga bisa membawa pembaca menebak-nebak, akhirnya Mera tetap berada di dunia ini dan berdamai dengan kenyataan mengenai Ayah yang selama ini dicarinya atau memilih ke dunia lain?
((eh, padahal gak di spill ke dunia lain juga yaa.. cuma aku rada khawatir, biasanya yang sudah nyanyi lagu langgam Jawa, kaya di novelnya Risa Saraswati, itu kaya sudah separuh perjalanan menuju dunia mereka))
Aah…penasaran…penasaraaaaan…
Langgam Jawa somehow memang sering bikin merinding ya Len. Meskipun gak semua makna liriknya itu tersembunyi tapi nadanya itu sering banget bikin merinding hahahaha.
Nah bener tuh. Sekilas saya juga langsung teringat sama Badarawuhi. Sama film Mangkujiwo dan Perempuan Tanah Jahanam. Semua dipoles dengan budaya dan adat Jawa kuno. Merinding bener itu sih
Merasa merinding, karena aku tau artinya juga, kak Annie..
Kalau di Sunda, aku gak begitu serem karena ga paham artinya. Jadi, pas nonton film Danur atau Maddah, aku gak merasa relate. Tapi karena tinggal di Bandung, kadang aku penasaran juga sama tempat-tempat serem, tapi gak sampai pengen, hihi… aku gampang gemeteeerrr kak Annie.
Apa baca buku “Tabir” membuatku sampai gak bisa tidur?
Lihat Covernya menarik sih langsung kepo dengan cerita yang ditulis. Kalau tema misteri jarang aku punya bukunya, tema fantasi belum jadi kesukaan, tapi kalau buku dengan banyak peminat, biasanya menyedot orang buat baca juga karena penasaran.
TABIR ini layak banget untuk dibaca Mbak Naqi. Isinya banyak mengajarkan kita tentang innerchild dan mental health. Saat seseorang tidak mampu mengakomodir semua ini dengan kematangan jiwa dan emosi, seringkali akhirnya menjadi permasalahan serius di masa mendatang atau saat dewasa.
Apalagi jumlah halamannya juga masih asik, gak tegel banget, dan gak ketipisan. Sehingga bisa jadi teman dalam perjalanan juga dengan baca buku ini
Biasanya saya doyan menyaksikan film-film misteri, untuk buku malah belum pernah baca genre ini sama sekali. Tapi kadang sering terjadi, yang gak pernah saya coba gitu, malah biasanya sayanya jadi demen tuh sama genre tersebut. Boleh nih dicoba baca buku misteri macam Tabir ini.
Buku in worth reading Mbak Andy. Salah satu buku misteri yang layak dapat apresiasi.
jujur saya orangnya penakut. tetapi pernah baca buku misteri rasanya seru sekali sekaligus ketir-ketir karena takut. habisnya kalau baca buku itu rasanya lebih mendalami daripada menonton film. rasanya benar-benar terjun menjadi tokoh dalam buku. saya jadi penasaran dengan buku ini.
Buku misteri jika dihayati memang sering menggiring pemikiran kita Mbak. Apalagi saat berusaha memahami apa yang dirasakan oleh tokoh utama
Yq ampun kasihan si Mera ya menyimpan banyak luka batin, pasti memang sulit melepas belengguh ini, apalagi ada masa lalu yang buruk terkadang membuat trauma dan bahkan masa depan bisa hanyut.
Pati buku ini bagus karena ada pesan moral bagi kita semua agar bisa memaafkan masa lalu.
Betul banget Mas Wahid. Ada seorang perempuan dengan mental health yang rapuh. Kita jadi terbawa dengan kondisi Mera yang seperti itu.
Masya Allah. Tabarakallah, Mbak Annie. Terima kasih sudah mendengarkan Mera dan membaca kisahnya sampai selesai. Jadi makin semangat setelah membaca review Mbak Annie dan komentar teman-teman di sini.
Masih banyak kekurangan dari novel perdana ini, proses perjalanan spiritual yang kaya rasa dalam menuliskannya.
Novel “Tabir” ini merupakan novel psikologi yang mengangkat isu inner child dan mental health awareness. Sekilas seperti novel seram dengan genre horror ya😊🙏
Mohon doa untuk novel kedua, ketiga, dan keempat dari Tetralogi Mera ini, Mbak Annie dan teman-teman.
Salam hangat penuh semangat berkarya❤
Congratulation Mbak Ika. Dengan banyaknya dan beragamnya komentar dari teman-teman blogger, berarti novel ini mampu melahirkan interprestasi yang menghidupkan tokoh Mera itu sendiri. Semoga novel-novel berikutnya akan meneruskan banyak hal tentang mental health yang patut kita pahami
Masya Allah. Tabarakallah. Matur nuwun sudah mendengarkan Mera dan membaca sampai selesai, Mbak Annie. Saya jadi makin semangat setelah membaca review Mbak Annie dan komentar teman-teman😊
Masih banyak kekurangan dari novel perdana ini, semoga bisa terus mengasah keterampilan menulis fiksi seiring waktu.
Novel “Tabir” ini merupakan novel psikologi yang mengangkat isu inner child dan mental health awareness. Sekilas nampak seperti novel seram bergenre horror ya😊
Mohon doa Mbak Annie dan teman-teman untuk novel kedua, ketiga, dan keempat dari Tetralogi Mera ini. Terima kasih.
Salam hangat penuh semangat.
Penasaran bangetttt
Aku sebenarnya not into mystery books cem giniii …
Tapi klo baca review mba Annie, auto kepooo ye kan.
Keren nihhh imajinasinyaaaa😮💪😉
Worth reading bukunya Nur. Ada banyak hal tentang mental health yang patut kita selami dari seorang Mera
Wah, jadi penasaran dengan jalan ceritanya. Saya paling suka genre misteri seperti ini. Bisa sampai kebawa mimpi lho…
Apalagi Mbak Annie pinter banget merangkai kata nan persuasif. Saya jadi tergoda pingin beli bukunya…
Masyaallah covernya…..serem!
Ini karya yang keren dan bisa jadi best seller,
seingat saya hanya Risa Sarasvati, Djenar Maesa Ayu dan Dee Lestari yang sanggup membuat karya seperti ini
semoga Ika Patte mengikuti jejak penulis senior tersebut ya?
Aamiin YRA. Mendoakan hal yang sama Mbak Maria. Sukses terus untuk Ika Patte
Aku baca reviewnya udah merinding nih, mana cover hitam tuh udah membawa kesan sesuatu lagi. Tapi penasaran juga pengen baca.
Dari warna hitam covernya sudah mencerminkan misteri. Pas covernya dengan isi cerita. Pun dengan keruwetan hidup Mera yang dikisahkan di dalamnya. Salut untuk sang penulis
Seperti biasa Mbak Annie berhasil bikin penasaran dengan review kerennya yang juara!
Makasih untuk complimentnya Mbak Dian. Buku yang worth reading banget ini Mbak.
Belum pernah baca buku Tabir ini, karena ngga terlalu suka dengan genre drama misteri. Karena aku juga penakut hihi. Jadi ngga bisa tidur kalo malam
Misterinya ta kira tadinya pembunuhan…duh serem. Teryata sesuai judulnya ‘Tabir’, misterinya ya dari rahasia-rahasia di balik tabir ini. Penasaran sama reviewnya mba Annie, lengkap, tapi malah jadi pengen baca supaya tahu siapa itu ‘Romo’….
Hai kak Annie,
cukup tegang juga aku membaca kata demi kata yang diulas. Saat seseorang sedang mengalami sakit parah seperti yang dialami Mera memang kemungkinan bisa dimasuki wujud astral. Kondisi mental Mera benar-benar di titik terendah ya. Aku kalau cerita misteri agak takut juga membaca hingga tuntas. Lebih enak baca reviewnya. Tapi kalau cerita detektif masih lebih berani Ulasan yang kak Annie tulis membuat aku terhanyut didalamnya
Iya Kak. Alur ceritanya membawa kita pada sebuah ulasan tentang mental health
Memang suka bikin penasaran menyingkap tabir masa lalu. Tetapi, terkadang suka jaid menyesal gak ya kalau kemudian tau cerita masa lalu ternyata menyedihkan. Saya suka penasaran dengan cerita seperti ini
Cover buku Tabir langsung mewakili sebuah misteri.
Begitu membaca ulasan mba Annie semakin memperkuat bahwa di bab 1 aja gendre misterinya udah bikin deg-degan.
Penasaran dengan endingnya, apakah Mera akan baik-baik saja, apakah ibunya mau buka suara memberi penjelasan?
Atau akan kah semuanya tetap menjadi Tabir dan mendapat pemakluman dari semua.
Konflik dalam cerita ini kayaknya banyak banget ya, jadi bikin pembaca ngeri-ngeri sedap, antara berhenti karena seram, tapi ingin lanjut karena penasaran. Ada berapa bab nih Kak, jadi pengen ikutan baca
Tampil menggunakan sampul warna hitam, dan isinya penuh cerita sosial psikologis membuat batin menambah khasanah informasi.
Masya Allah di tahun yang sama udah masuk cetakan kedua ya mbak bukunya Mbak Ika ini.
Sambil baca sambil mikir untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari kisah misteri yang disajikan di bukunya. Dari ulasannya mbak Annie aja udah bikin penasaran aku nih mbak, pinter cara mengulasnya. Jadi ikut penasaran sama keruwetan hidup Mera
Makasih untuk complimentnya Lydia. Buku ini juga alur cerita dan penyajian faktanya juga bagus banget. Kita jadi terbawa oleh keadaan yang dialami Mera. Kisah tentang mental health dan masa kecil yang membawa Mera akhirnya harus menghadapi banyak kenyataan pahit.
Ada apa sih ibunya sampe gak mau buka tabir, kasian Mera pasti penasaran terus. Aku aja kalo ada yang menyembunyikan sesuatu dariku rasanya pengen marah, tapi sedih, jadi mikirin, emang jadi tidak baik-baik aja
Pertanyaan yang sama Mbak. Tapi mungkin karena tidak ingin membuat Mera malu, sang Ibu mempertahankan rahasia itu. Meskipun ujung-ujungnya memunculkan masalah mental bagi Mera.
Saya suka banget kisah misteri karena jalan ceritanya susah ketebak , jadi kepo ada tabir apa dengan ibunya Mera..auto pegen baca buku langsung saya bu ,..
Bukunya layak untuk dimiliki Fit. Dan ceritanya akan bersambung dengan 3 buku lanjutan
Menarik banget nih, aku jadi penasaran deh sama kelanjutan jalan ceritanya, aku suka nih genre ceritanya, bikin ketagihan penasaran pengen lanjut terus bacanya
PAsti buku ini melalui proses kratif yang mngulik rasa ya mbak, pengen baca sendiri tapi jujur ku penakut. Sisi lain pengen merasakan sensasi mental healthnya itu yang seperti apa, kayalnya tak cukup kalau hanya baca ulasannya dari sisi. deg deg an
Jangan jangan Mera emang buka saudara kandungnya Rosma ya?
Wah beneran bikin penasaran nih cerita di bukunya ini…
Bener Teh Okti. Jadi Mera dan Rosma ini saudara seibu tapi beda Ayah. Identitas ayah kandung inilah yang ditanyakan oleh Mera kepada Ibunya. Jadi TABIR akan berlanjut dengan 3 buku berikutnya menjadi tetralogi
Saya kadang deg-degan baca novel misteri kaya gini, tapi suka penasaran endingnya gimana biasanya suka banyak plot twist. Ini tokohnya apa dia sering halusinasi gitu ya dipikirannya? Saya jadi ikutan mikir juga itu kenapa ya?
Mera akhirnya jadi unik karena rangkaian pengalaman semasa kecil (innerchild nya) dan mental health yang harus dia hadapi saat diselingkuhi suaminya. Dan Tabir akan menjadi bagian dari tetra logi Mbak Lia.
Aku jadi paham kenapa saat ini banyak lembaga yang membantu membasuh luka masa lalu, karena tidak hanya dicerita. Di dunia nyata pun sering terjadi
Wewww sesuai judulnya TBIR. Mengungkap misteri yang sudah tersimpan lama. Eyaaak.
Duh favoritku banget nii kalau tema ceritanya uda nyangkut sama misteri2 gini. Smoga kecapaian buat baca
Ternyata novel ini bukan novel misteri biasa ya karena penulisnya mengangkat tema psikologis khususnya untuk mental health awarness dan inner child. Jadi penasaran untuk menyelami kisah Mera dalam Tabir ini setelah membaca ulasan Mbak yang sangat detail di atas
Kereen sekali.
Mera dan semua tokoh dalam buku ini memiliki kisahnya sendiri dalam tabir yang pesan-pesan terungkap 👍👍