Mendekat ke Alam
Hari ini, menuntaskan janji dengan seorang sahabat, saya berangkat menuju Sun Sang Eco Village (Sun Sang) yang berada di desa Kerambitan, Tabanan. Gak begitu jauh sih dari rumah di Denpasar. Lalu lintas yang relatif lengang dengan laju kecepatan mobil yang sangat santai, akhirnya membawa saya sampai di Sun Sang dalam 1 jam berkendara. “Kita jalannya santai-santai aja ya Bu, biar Ibu bisa menikmati pemandangan.” Begitu yang disampaikan oleh Pak Hadi dari GoCar yang mengantar saya saat itu. Aaahh betul banget. Kapan lagi saya bisa menikmati kesibukan-kesibukan warga Bali di pagi hari sepanjang perjalanan yang mengarah ke Pelabuhan Gilimanuk jika tidak dalam kondisi seperti ini.
Mengikuti petunjuk arah via GPS, Pak Hadi sempat ragu ketika akan melalui jalur khusus menuju Sun Sang. Meskipun sudah ada signage besar di pinggir jalan, kontur tanah menurun, berkelok, dan nyasir tertutup hutan, Sun Sang tidak terlihat dari ujung jalan. Saya mengontak Indah, sahabat saya, dan memastikan bahwa kami sudah berada di jalur yang tepat. “Betul kok Mbak, tinggal ikutin aja jalannya. Nanti akan ketemu pintu depan Sun Sang dalam 5 menit.” Lega karena pasti gak nyasar, kami pun melanjutkan perjalanan tetap dengan kecepatan rendah dengan bonus pemandangan hutan kecil di sisi kanan dan kiri jalan.
Seperti yang disampaikan Indah, tak lama, tampak di depan mata beberapa atap rumbia rumah bambu, pagar bambu yang tersusun apik dan menarik, dan sebuah kebun yang cukup luas berdampingan dengan area khusus parkir mobil. Udara segar segera menyeruak sesaat setelah turun dari mobil. Saya hampir lupa mengucapkan terimakasih ke Pak Hadi saking terpakunya pada angin semilir yang menyapu wajah, kicauan halus beberapa burung yang menggelitik di telinga, dan aliran sungai yang terdengar dari kejauhan. Rangkaian natural compliment yang tidak akan kita dapatkan saat tinggal di perkotaan yang penuh dengan bangunan.
Saya seketika merasakan keberuntungan mendekat ke alam sambil berjalan pelan di atas kerumunan batu koral yang berdecit kecil saat diinjak.
Sekilas Tentang Sun Sang Eco Village
“Sun Sang Eco Village is a community property, with each bamboo houses co-owned by impact investors and managed by our management. Working closely with local communities, we offer sustainable solution to over development problem in Bali. By using renewable resources to build houses, we aim to reduce carbon footprint usually linked to property development. To further promote our agenda, we also provide a learning center that is open for public, a space for permaculture garden, and solar energy for electricity“
Saya membaca uraian di atas melalui official website Sun Sang selama dalam perjalanan. Pemahaman akan konsep Eco yang dihadirkan oleh tempat yang beroperasi sejak April 2019 ini, serentak menggugah hati saya. Komplit banget awareness nya terhadap kelestarian lingkungan. Lebay nih? Enggak dong ah. Menghadapi gempuran perubahan iklim dengan jutaan sampah yang dihasilkan saat ini dan pemanasan global, kepedulian akan keterbelangsungan lingkungan sudah harus dimulai dari sekarang. Kesadaran dari skala kecil seperti kita dan keluarga, lalu lingkungan kita, dan akhirnya melibatkan semua personal di seluruh dunia. Siapapun, kapanpun, dan dimanapun, tanpa terkecuali.
Saya berusaha menyimak beberapa kalimat yang digadang-gadang oleh Sun Sang yaitu bamboo houses (rumah/villa bambu), sustainable solution to over development problem (solusi berkelanjutan untuk masalah pembangunan fisik), using renewable resources to build houses (penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui dalam pembangunan rumah/villa), learning centre (pusat pengajaran), permaculture garden (taman/lahan yang mampu bersinergi dengan ekosistem dan atau lingkungan), and solar energy for electricity (energi matahari untuk listrik).
Bayangan akan sebuah tempat dengan sekian banyak konsep rasa cinta akan lingkungan dan kelestariannya, seketika memenuhi benak dan pikiran. Benarkah semua yang saya sudah baca ini? Atau sekedar promotion gimmick untuk menarik perhatian konsumen? Baiklah mari kita buktikan ya.
Learning Center
Sebelum nengokin kompleks villanya, kita mampir ke Learning Center dulu yok.
Yang pertama kali saya lakukan adalah bertemu teman-teman sholeha dari Majelis Taklim Ar-Raudhah yang sedang khusyuk mengaji dan mendengarkan penyegaran ilmu agama dari seorang Ustadz. Berkumpul di salah satu gazebo milik Sun Sang, yang berada persis di pinggir sungai, makna learning center pun merengkuh teman-teman saya yang sholeha ini. Arti yang sama tingginya saat Bali Institute Foundation pernah menyelenggarakan Youth Leadership di tempat yang sama. Semua mengusung tema “belajar” yang memang ingin dihadirkan dan difasilitasi oleh Sun Sang.
Selain gazebo besar sebagai pusat kegiatan, di area ini juga ada beberapa unit Bamboo Capsule dan Bamboo Tent yang ditawarkan senilai IDR 195K/orang/malam (bisa lebih murah jika memesan unit lebih banyak). Kedua jenis fasilitas stay over ini pas banget untuk pelajar yang sedang mengikuti pelatihan atau bagi mereka yang memiliki budget terbatas. Harga segitu sudah termasuk perlengkapan mandi (amenities), kamar mandi (bathroom), toilet, dan juga dapur yang dapat dipergunakan bersama. Semua material untuk membangun capsule dan tent ini adalah sisa dari kayu dan bambu yang sebelumnya digunakan untuk pembangunan villa. Jadi semua sumber daya alam yang digunakan bagi keseluruhan kompleks dimanfaatkan semaksimal mungkin hingga tak tersisa.
Ada juga pondokan khusus yang bisa digunakan sebagai pusat pengumpulan konsumsi. Kesemua bangunan mengelilingi sebuah lapangan rumput yang cukup luas. Jadi kalau ingin mengadakan permainan-permainan secara berkelompok, kita gak perlu ngungsi ke tempat lain. One package facilities lah pokoknya.
Learning Center sering kali menerima tamu yang sekiranya berminat untuk menjadi co-owner dari villa bambu yang terus dikembangkan oleh Sun Sang atau hanya untuk sekedar memahami lebih jauh tentang proses pembuatan bangunan full bambu. Setiap calon investor diajak terlebih dahulu mengenal lebih baik mengenai konsep keseluruhan dari pembangunan villa yang kesemuanya menggunakan bambu dan berbagai bahan alam yang menyertainya. Visi dan Misi Sun Sang juga dijabarkan agar kesamaan mindset akan tujuannya keberlangsungan tempat ini menjadi satu kesatuan dengan calon pemilik villa.
Makan Siang yang Luar Biasa
Menutup pengajian dengan sholat Dzuhur berjamaah, rasa lapar pun menyerang tanpa bisa ditolak. Mbak Novi, salah seorang petugas dari Sun Sang, akhirnya datang dan mengingatkan kami bahwa hidangan makan siang sudah siap santap di sebuah rumah kecil, yang lagi-lagi berada tepat di bahu sungai.
Berjalan beriringan dari Learning Centre tak lebih dari 5 menit, aneka hidangan rumahan tampak cantik disajikan di atas wadah bambu beralaskan daun pisang. Semua menyelerakan. Telur bacem, sayur urap, ayam panggang kuning, sate lilit khas Bali, plus dilengkapi dengan sambal matah dan kerupuk gendar. Makan dikit? Diihh rugi amat. Apalagi menu diramaikan dengan sekotak gede semur jengkol yang dibuat dari rumah dan dibawa oleh salah seorang teman. Lengkap sudah. Jadi jangan salahkan diri ini jika 2 piring menu komplit meluncur ke lambung tanpa ampun. Hasilnya? Bengong kekenyangan.
Saya sampai perlu meng-istirahat-kan badan setidaknya 30 menit, ngobrol ngalor ngidul dulu, sampai akhirnya ingat punya niat untuk berkeliling memotret kompleks villa. Segen bener mau menggerakkan kaki. Tapi sapaan Mbak Novi, “Ayok Mbak, mumpung langitnya cerah nih. Biar hasil motretnya bagus-bagus.” mendadak memecahkan rasa kantuk yang mulai merayap di ujung mata. Saya segera menghabiskan segelas besar air putih dan beranjak dengan semangat.
Eh ngomong-ngomong, restonya ini walaupun berukuran tidak terlalu besar dan hanya mampu menampung belasan orang saja dalam sekali kunjung, ada 1 spot tempat duduk yang lebih rendah dan menjorok ke pinggir sungai. Teras resto mungkin lebih tepatnya ya. Ada bean bags warna warni dan bangku panjang yang bisa difungsikan untuk naruh camilan dan kopi. Pas banget buat makan-makan sambil ngobrol-ngobrol sembari mendengarkan bisikan aliran sungai. Dan lagi-lagi karena hampir seluruh bangunan dibuat dari bambu dengan atap rumbia, panas gonjrengnya matahari tidak menghempas ke atas kepala dan badan kita.
Berkeliling Villa
Inspired by Sea Shell | Tsubasa House
Tepat berseberangan dengan resto, ada 3 rumah bambu (6 kamar) yang idenya berasal dari cangkang kerang (sea shell). Dilengkapi dengan ruang duduk di bagian tengah yang menghubungkan 2 kamar yang berdampingan di dalam 1 rumah, sirkulasi udara di villa jenis ini sangat terasa. Diberi nama Tsubasa House, dalam setiap unit tersedia kamar mandi dengan dinding yang tidak tertutup penuh (tapi masih aman loh), meja rias, dan tempat tidur queen size yang dilengkapi dengan kelambu dan tersambung langsung dengan sebuah balkon kecil. Di ruang duduk tadi, ada juga bean bags, hammock dan ayunan yang dapat dipergunakan bersama. Jadi kalau nginapnya ber-empat, menyewa 2 kamar seharga IDR 550K/unit/malam sudah termasuk breakfast ini rasanya udah pas banget di kantong.
“Mbak, ayok foto di sini. Spot favorit pengunjung nih,” Mbak Novi mengarahkan saya untuk berdiri di antara atap 2 unit Tsubasa House, sesaat setelah kami melangkah keluar menuju villa yang lain. Waahh bener juga ya. Mengintip IG Sun Sang (@sunsang_ecovillage) memang rame bener yang bergaya di selempitan atap yang menyentuh tanah, dengan foot steps batu koral dan latar belakang teras villa dengan tipe yang sama.
House of Abundance | Stephanie House
Saya langsung merasakan nuansa yang sangat pribadi sesaat setelah melangkah masuk ke dalam Stephanie House. Dibangun dengan rancangan unik, terinspirasi dari Cornucopia dari mitologi Yunani, keindahan villa ini terbagi atas 2 lantai. Lantai bawah, berupa ruang terbuka untuk function facilities dan lantai atas khusus untuk kamar tidur. Pengaturan ruangan yang sesuai untuk honey mooners tapi ingin tetap merasakan kebersamaan dengan teman-teman atau saudara. Atau ingin menikmati waktu dan kemurnian alam hanya berdua saja? Bisa banget. Berada di titik paling ujung dari keseluruhan kompleks villa, House of Abundance berada jauh dari lalu lalang pengunjung.
Saya menghabiskan hampir 30 menit untuk duduk, memotret dan merasakan feel of abundance of love and joy, di lantai bawah. Sofa besar yang nyaman, dapur bersih untuk menampung banyak makanan dan minuman, sebuah dek dengan meja, sofa, dan relaxing net, kemudian hammock ukuran besar dengan bantalan yang luwes terayun-ayun di sisi kiri villa. Semua tampak menyatu dengan alam, terbuka, dan tanpa penghalang untuk melihat aliran sungai dan sebuah air terjun kecil sepandangan mata. Sun Sang juga menyediakan jalan setapak dengan pijakan koral yang memungkinkan penghuni Stephanie House untuk menyentuh langsung aliran sungai yang berada persis di bawah villa.
Ditawarkan dengan harga IDR 770K/unit/malam termasuk sarapan, Stephanie House terlalu sayang untuk dilewatkan tatkala kita menginginkan sebuah rumah dengan rancang bangun istimewa, merasakan udara segar dari alam, dan keheningan di kala matahari telah terbenam. Buat yang menyukai ketentraman sambil menulis? Balkon yang terhubung dengan kamar di lantai atas bisa jadi pilihan terbaik. Tinggal siapkan bergelas-gelas minuman hangat, sepiring besar camilan, dan tentu saja kedamaian yang mendukung terciptanya ratusan bahkan ribuan kata.
Heart of The Bamboo | Yugon House
Yugon House adalah villa pertama yang dibangun dari keseluruhan villa yang ada di Sun Sang. Unit yang berkonsep heart and love ini, kalau dilihat dari atas, memang berbentuk hati, termasuk outdoor bathtub yang menemani sebuah kamar di lantai atas. Keintiman dan privacy yang sama kita rasakan seperti berada di Stephanie House. Sempurna sekali untuk pasangan suami istri yang ingin menikmati waktu-waktu berkualitas tanpa gangguan.
Ditawarkan dengan harga yang sama seperti House of Abundance, Yugon House, memfasilitasi penghuninya dengan sebuah ruang tamu di lantai bawah berikut dengan dek dan dinding tertutup, pemandangan ke arah sungai, sebuah dapur bersih kecil, bean bags, dan tentu saja akses atau jalan setapak menuju sungai.
Triangle of Prosperity | Nakada House
Nakada House adalah salah satu rancangan istimewa yang dikenalkan oleh Sun Sang. Dengan konsep 2 kamar yang terhubung melalui sebuah ruang yang bisa digunakan bersama, bangunan Nakada House mengusung traditional design pada bagian atas villa (roof) dan konsep segitiga yang memungkinkan penginap dapat merasakan lancarnya lalu lintas udara dan pemandangan kebun/taman dari sebuah ketinggian di bagian depan, plus tentu saja river view yang bisa dinikmati di bagian belakang.
Villa yang ditawarkan dengan harga IDR 750K/malam/unit atau IDR 1.200K/malam/2 unit including breakfast ini tampak megah dan langsung terlihat dari kejauhan karena atapnya yang tinggi menjulang. Villa pertama yang terlihat saat kita menelusuri jalan masuk utama.
Sejenak saya merasakan dejavu berada di desa Rantepao, Tana Toraja. Satu Kabupaten yang berada di Sulawesi Selatan, yang juga menghadirkan atap rumah lancip dan tinggi menjulang pada fasad/tampak depan bangunan. Satu wajah tradisional Indonesia yang nyata terkonsep dengan baik dan menjadi bagian dari Sun Sang.
Glamping In The Twin Pyramids | Twin Triangle
Unit ini tercipta dari sebuah pelatihan yang diadakan dan diberikan kepada tamu-tamu yang datang dari Sabah, Malaysia. Konsep tinggalnya merujuk kepada Glamping (Glamorous Camping). Meskipun rancang ruangnya sangat sederhana dan ditawarkan dengan harga termurah (IDR 450K/unit/malam), Twin Triangle tetap dilengkapi dengan berbagai kenyamanan dan fasilitas seperti villa yang lain.
Mengisi waktu-waktu berkualitas selama menginap di Sun Sang, para tetamu bisa mengikuti beberapa kegiatan yang rutin diadakan seperti yoga, meditasi berkebun, memancing, creative workshops, beternak, melihat proses perawatan bambu dan beberapa materi alam, membuat makanan dan minuman sehat, trekking, dan kegiatan-kegiatan lain yang bisa diselenggarakan untuk private team, team building, dalam kelompok kecil maupun dalam jumlah besar. Semua kegiatan yang tentu saja melengkapi konsep eco village yang membawa kita kembali ke kemurnian alam.
Dibangun di atas lahan seluas 2 hektar, Sun Sang, mengajak para investor untuk menjadi pemilik villa bambu dengan konsep co-ownership. Setiap pemilik villa berhak meluangkan ide dan design impian yang ingin diwujudkan dengan, tentu saja, bambu sebagai bahan baku. Mereka juga berhak menjadi pemilik atas lahan dimana villa tersebut dibangun, sementara manajemen operasional akan dilaksanakan oleh Sun Sang secara professional dengan sistem bagi hasil yang akan dinegosiasikan dan disepakati bersama.
Waktu beranjak sore saat saya harus kembali ke Denpasar dan mengakhiri kebersamaan singkat dengan Sun Sang. “Kapan-kapan kembali kemari dan merasakan sensasi menginap di sini Mbak Annie” sambung Mbak Novi, melengkapi pertemuan kami hari itu. Saya mengangguk seraya berjanji akan menuliskan kesan singkat tapi mendalam saya untuk Sun Sang. Eco Village yang mendekatkan kita kepada alam, dan tentu saja lingkungan.
#SunSangEcoVillageBali #BaliEcoVillage #EcoVillage #VisitBali #ExperienceBali #VillaInBali #TabananBali #BaliVillage #BaliTourism
menarik ya mba. tmpt dan suasana d sun sang eco village jauh dri image bali yg saya rasa crowded dan penuh sesak.
jadi bucketlist nih klo ke bali lg. tfs ya mba.
Betul Mbak Lance. Sekali-sekali, pas ke Bali, menikmati suasana baru. Lokasinya juga gak jauh-jauh amat dari tengah kota. Jadi kalau ingin keluar jalan-jalan gak akan menghabiskan waktu.
Berasa di mana gitu ya itu suasana bambu semua. Jaman sekarang sudah jarang kan ya menggunakan bambu sebagai bahan bangunan. Apalagi itu turis yg ada duh masa kita wni kalah nih hehehe…
Btw itu yg mandi, bagus bak mandinya tapi kayanya kita mah harus pakai jilbab ya mandinya secara terbuka gitu, hehehe
Iya Mbak Okti. Konsep memang bamboo village.
Hahahaha. Kalo wisatawan Indonesia sih biasanya seneng belanja. Jadi pengennya tinggal di tengah keramaian. Boleh nih Mbak kapan-kapan nginep di sini. Merasakan suasana yang berbeda.
Aaahh. Sisi luar Sun Sang itu masih hutan Mbak. Jadi until date aman-aman aja rendaman di bath-up sambil memandang alam.
Tadi liat gambarnya doang, kirain ini di NTT atau Papua, eh ternyataaaa eh ternyataaa :D
Adem banget liatnya, udah membayangkan betapa damainya di situ ya, ada suara gemericik air.
Rebahan di teras dekat sungai sambil baca novel, duhhh surga banget tuh :)
Baca novel, ngerjain craft, nulis, atau sekedar ngobrol-ngobrol dengan teman terdekat. Quality time banget Mbak Reyne
Di Bandung juga ada nih, namanya Eco learning Camp, semua bahan baku masakan di ambil dari kebun
Energy mereka peroleh dari energy surya
Bedanya di ecocamp ngga ada daging (sapi /ikan/ayam)
Paling juga jamur diolah hingga mirip ayam goreng kfc
Aahh iya. Aku pernah liat liputannya di TV. Pengen deh kesana ntar setelah pandemi usai.
Suasananya begitu alami suka banget lihatnya… beda lah dengan suasana Bali saat ke sana… hehe…Kota wisata yang ramai dan crowded… :D
Iya Mbak Ida. Di Sun Sang ini kita bisa merasakan sentuhan yang berbeda dari Bali. Tempatnya tenang, damai, dan dikelilingi alam yang masih terawat.
Wah enggak nyangka di Kerambitan ada tempat cantik seperti Sun Sang Eco Village. Dulu saya KKN di Mengwi…cukup dekat ke Kerambitan.
Konsep bambu yang keren ini, dan untuk penginapan yang eco-designed begini harganya terjangkau.
Mupeng rebahan di rumah dan furniture yang serba bambu begitu…ayem pasti
Cobain nginep di sini Mbak. Merasakan ketenangan dan suasana yang berbeda dari Bali
Ini eco village yang waktu itu ingin kita kunjungi bareng ya yuk. Sejak pertama lihat tulisan ini yang ayuk share waktu itu, aku sudah kagum dan penasaran pingin datang. Moga saja suatu waktu kesampaian ke sana kalau udah gak pandemi. Aamiin.
Betul Rien. Up date terbaru sudah bertambah jumlah kamarnya. Unik dan keliatan nyaman.
Aku juga dah kangen nian balek ke Bali. Sampe dimimpiin sama teman-teman di sana hahahaha. Semoga segera yo
Masyaaa Allaaaah ini masuk ke Sun Sang males pulang ya, maunya honeymoon aja!
Dan aku langsung bercita cita menjadi tamu yang akan menjadi one of the co-owner dari villa bambu yang terus dikembangkan oleh Sun Sang
Bayanginnya datang as a calon investor, wkwkkwkwkwkkk dan kudoakan dikau juga bisa menjadi salah satunya aaamiiiiin ..
Naahh bener tuh. Yang mau honeymoon cucok banget nginep di sini. Tenang, damai, dan jauh dari keramaian walaupun jaraknya gak jauh dari Denpasar.
Boleh tuh Mbak Tanti jadi investor hahaha. Jadi kalo ke Bali gak ribet cari tempat nginep yak.
Next Aku bakalan mampir ke Sun Sang Eco Village nyaman banget tempatnya y mba asri banget, Aku belum pernah ini ke Bali gal jadi terus
Kabarin aku Mbak kalo mau ke sana. Nanti tak kontak pemiliknya. Biar bisa motret dan keliling ditemani sales staff Sun Sang.
bambu2 gitu, asri banget. waaah kayak di pedesaan bali yg belum terjamah teknologi, adem nan tentrem rasanya. suatu hari setelah ini saya kudu ke sana sekeluarga, pasti yg lainnya jg bakal suka deh
Iya Mbak Artha. Kalau ngajak keluarga, bisa ngadakan api unggun atau mempelajari tentang bamboo dan tanaman serta ternak yang dipelihara di sana.
Wahh asik banget suasananya..
Alami bgt.
Pasti bikin rileks sejenak ya mbak, menghirup udara segar…
Banget Mbak Dian. Refreshing dengan nuansa alam yang unik
Duh ga kuat nih lihat suasana dan foto foto loaksinya. Someday semoga. Nanti busa kesana juga. Terimakasih banget uda share jadi banyak tahu nih
Monggo Mbak. Kalau ke Bali sempatkan nginep di sini. Menikmati suasana yang berbeda dari Bali seperti biasanya.
Nuansanya asri banget. Benar2 menggambarkan ECO Village,tempat yang cukup nyaman tampaknya untuk melepas segala penat di tengah aktifitas
Setuju banget Mbak. Once in a while memang kita butuh istirahat berkualitas. Bisa nih dilakukan di Sun Sang Eco Village.
Eyaampun, tempatnya cakep dan asri banget. Bikin betah berlama-lama ya kalo di sana. Jadi kepengen deh ke sana. Bali itu ya, gak pantainya, gak gunungnya, gak desanya, keren. :)
Betul Mbak Nia. Menikmati Bali setidaknya tinggal 1 bulan penuh hahahaha. Biar bisa dijelajahi semuanya.
Doakan rencana saya untuk pindah ke sana ya Mbak. InshaAllah nanti bisa jadi tempat untuk teman-teman blogger berkumpul
Wow… Keren banget sih tempatnya.. Benar-benar membumi ya… Baiklah, aku catat destinasi ini sebagai whiskist ku. MAkasih banyak ya infonya
Wow…keren abis pake 2 jempol.Suer aku terkagum-kagum melihat foto-foto cantik dari panorama Sun Sang Eco Village. Sangat dekat ke alam, beratap jerami.Destinasi impian,suatu hari aku akan kesana kakak….ulasan yang menarik
Wah, serba bambuuuu, auka bgt liat Sun Sang Eco Village di Kerambitan, Tabanan, Bali ini, tar kl berlibur ke Bali boleh juga kemari hehe
auto catat Sun Sang Eco Village sebagai destinasi kalo paska pandemi saya ke sini
impian banget, Bali dengan lingkungan yang asri dan bisa kulineran asli Bali
terakhir ke bali saya cuma makan di resto Padang karena takut jajan makanan non halal
Menilik harganya untuk tempat istimewa yang sungguh tepat jadi penenang jiwa, Sun Sang Eco Village Kerambitan Tabanan Bali ini harganya terjangkau sekali. suka dengan konsep yang kembali ke alam, ramah lingkungan juga mengedukasi akan pentingnya mencintai bumi. Favorit banget sama bathtub yang bentuknya unyu dan tepat di depan mata ada ijo-ijo segar penampakan…wah, wishlist buat diinapi ini kalau ke Bali
Episode Bali nya dengan pemaparan spot lokasi yang alami terbuat hampir sebagian besar baik penginapan, restoran dan lainnya tersusun dari bambu oleh pengelolanya membuat kita bangga masih ada pengelola wisata bisa memberikan suguhan ramah lingkungan
Semua yang di Sun Sang Eco Village sesuai dengan tema yang diusungnya ya mba.
Suguhan pemandangan alamnya juga bikin mata dan hati terasa adem. Betah banget pastinya kalau berkunjung ke sini. Tsubasa House-nya unik.
Keren sekali panoramanya. Saya kagum sekali ma foto-fotonya. Tampak hidup dan sangat asri, semoga bisa ke sana juga lain waktu.
Konsepnya keren banget ya. Dan sistem co-owner ship ini bisa membuat investor mewujudkan impiannya. Asyiknya lagi bisa disewakan. Pengen ada di Jepara nih.