Today: Dec 06, 2024

Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya

Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
5 years ago

Meninggalkan Masjid dan Makam Sunan Ampel di kawasan Kecamatan Semampir, menumpang bentor yang dikendarai oleh Pak Saidi, semesta kemudian membawa saya ke Masjid H. Muhammad Cheng Hoo (Masjid Cheng Ho) di daerah Ketabang, Genteng. Melalui beberapa jalan pintas untuk menghindari macet, tampaknya Pak Saidi sudah hafal betul dengan lokasi Masjid Cheng Ho. Kami sempat bertemu rintik hujan di beberapa tempat yang membuat Pak Saidi bolak-balik memasang tirai plastik yang persis berada di depan tempat duduk penumpang. Jadi nyaris hampir 3/4 perjalanan saya nikmati dalam “kurungan” antik khas bentor.

Rintik-rintik tetap menghujan bumi disaat ketibaan saya di Masjid Cheng Ho. Melewati gerbang besi tinggi, tampak sebuah bangunan dengan tulisan aksara Cina tanpa terjemahan dan sebuah logo bulat dalam aksara Arab. Saking tingginya, saya harus mendangak untuk memastikan bahwa saya sudah memotret tulisan ini dengan baik. Persis di sebelahnya ada sebuah lahan semi terbuka yang lantainya sudah disemen dengan atap menjulang tinggi melengkung.

Kokoh berdiri ruangan ini dipenuhi oleh billboard iklan beberapa tempat di Surabaya di satu sisi, sementara di sisi satunya lagi (yang menempel di gedung) tampak sederetan pahatan-pahatan ucapan persahabatan dari berbagai institusi maupun pribadi (orang-orang populer tentunya). Pahatan mirip prasasti ini dibuat dalam 2 bahasa. Mandarin/Cina dan Indonesia. Satu yang paling menarik perhatian dan dengan ukuran paling besar adalah friendship greetings dari komunitas umat muslim di Cina. Isinya menyampaikan selamat atas peresmian Masjid Cheng Ho dan harapan agar dengan dibangunnya masjid bisa mengeratkan muslim etnis Cina dan pribumi yang hidup selaras di Indonesia khususnya Surabaya.

Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Pintu masuk saat kedatangan saya

Ketibaan saya disambut dengan keheningan. Tak tampak kesibukan yang berarti kecuali seorang petugas kebersihan yang begitu semangat mengelap dinding dan ngepel sesudahnya. Menunggu beliau menyelesaikan tugasnya, sementara waktu saya putuskan untuk tidak mendekat dan memotret masjid dari arah ruang semi terbuka tadi. Tapi ternyata posisi memotret dari sini tak ada yang berhasil karena efek backlight.

Dari penglihatan satu garis lurus, masjid ini tampak melebar dengan dominasi warna merah, hijau, dan kuning. Fasadnya tampak penuh dengan tiang-tiang serta ornamen-ornamen khas Tiongkok. Pintu masuknya berbentuk pagoda. Terdapat relief naga, patung singa, dan sebuah bedug besar di salah satu selasar. Di dekat bedug inilah saya menemukan halaman kecil yang menampilkan diorama sebuah kapal layar yang digunakan oleh Laksamana Cheng Ho. Terlihat juga ukiran wajah sang Laksamana berikut dengan lukisan sebuah desa di Cina. Diorama yang juga saya temui saat berkunjung ke Klenteng Sam Poo Kong di Semarang.

Baca juga : SAM POO KONG. Klenteng Sarat Cerita di Semarang, Jawa Tengah

Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Diorama kapal layar dan wajah Laksamana Cheng Hoo

Terinspirasi dari sebuah masjid di Niu Jie, Beijing, tempat ibadah yang diresmikan pada 13 Oktober 2002 ini, tak meninggalkan setitikpun jejak-jejak kebudayaan khas negri tirai bambu. Meskipun “hanya” berukuran 21 x 11 meter, setiap jengkal masjid begitu tampak bersih terawat. Dengan hampir seluruh dindingnya terbuka dan ceiling yang jangkung, masa-masa beribadah di dalam pun terasa adem. Peralatan sholat untuk muslimah juga tersusun rapih dan bersih. Nyaman banget untuk digunakan.

Saat saya berada di dalam, seorang pria keturunan tampak khusyuk bermunajat kepada Sang Pencipta. Duduk di atas karpet yang nyaman, lamat-lamat terdengar bacaan dan doa-doa dari lembaran ayat Suci Alqur’an. Bacaan yang meskipun tidak merdu tapi terlantun dengan indahnya. Dalam beberapa tarikan nafas saya bisa merasakan kesedihan diantara isak yang tertahan. Ah, pemandangan yang luar biasa. Bukankah sebuah contoh kebaikan ketika kita mengadukan seluruh lara dan duka hanya kepada Allah semata? Bukankah hanya kepada Nya kita serahkan takdir dan nasib kita?

Tak ingin terbawa suasana karena keterbatasan waktu yang saya punya, langkah-langkah kecilpun membawa saya keluar dari ruangan dalam. Saya mencari si bapak tadi untuk membantu memotret saya. Setidaknya 1 lembar demi kenangan seumur hidup bahwa saya pernah mampir ke masjid milik Yayasan H. Muhammad Cheng Hoo Indonesia ini. Alhamdulillah si Bapak dengan sukacita mau membantu. Yaahh lumayanlah dapat 1 shoot bagus diantara belasan yang gagal dan bener-bener gak bisa diedit.

Sebelum kembali ke bentor Pak Saidi dan mengantarkan saya balik ke hotel, saya menghabiskan waktu-waktu berharga dengan merekam indahnya warna merah, hijau, dan kuning yang tersapu indah di setiap sudut yang ada. Semua tampak istagenic di lensa kamera. Apalagi ditambah dengan hadirnya ukiran-ukiran berwarna emas dan lampion-lampion merah di sisi depan masjid. MashaAllah. Kecintaan akan keimanan semua saudara-saudara muslim keturunan di Surabaya mengajarkan sesuatu kepada diri pribadi. Bangunlah rumah milik Yang Esa secantik mungkin. Seindah ketika kita menghabiskan waktu-waktu berharga menjalankan kewajiban shalat 5 waktu dalam sehari.

Baca juga : Masjid dan Makam SUNAN AMPEL. Sekilas Menyisir Wisata Qalbu di Utara Surabaya.

Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya

Galeri Foto

Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya
Merah, Hijau, dan Kuning di Masjid H. Muhammad Cheng Hoo Surabaya

#masjidchenghosurabaya #wisataedukasisurabaya #wisatareligisurabaya #masjidcantik #masjidhajimuhammadchenghoo

47 Comments Leave a Reply

  1. Pernah ke Klenteng Sam Poo Kong dan membayangkan jika Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya ini bisa jadi punya kemiripan dengannya. Apalagi segala pernak-pernik orientalnya. Dulu saat pertama dibuka saya kira cuma ada di Surabaya saja, ternyata ada banyak masjid sejenis yang merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho, laksamana asal Cina yang beragama Islam. Kalau enggak salah 15 totalnya se-Indonesia

    • Di klentengnya sendiri gak ada masjid ya Mbak. Jadi profile seorang Laksamana muslim tidak terlihat di situ.

      Masjid yang di Surabaya ini, warna dan ukirannya, memang mirip dengan klenteng yang di Semarang. Dalamnya juga nyaman. Ceiling yang tinggi, bikin adem. Lalu lintas udara pun lancar. Nyaman banget sholat di dalamnya.

      Bener Mbak. Kalo gak salah ada 15. Saya baru sempat ke-2 tempat. Di Surabaya dan Palembang

  2. Sebagai arek Suroboyo aku juga lumayan sering main (dan sholat) ke sini Mba.
    Bentuknya yg mungil, dan suasananya yg “mualaf banget” itu bikin aku merasa tertampol, kalo ogah2an belajar agama :D

  3. Merah kuning hijau ini caknyo memang ciri khas Masjid Cheng Ho ya yuk. Aku pernah visit yang di Palembang, merahnya lebih dominan dan ngejreng. Masjidnya juga cantik nian. Kalau di Batam kecil, tapi meriah dengan warna keemasan. Kalau di Surabaya ini kuliat warna temboknya dominan coklat tanah. Coklat bukan itu yuk?

    • Iyo Rien. Caknyo memang 3 warno ini lebih menguasai bangunan. Ado warno coklat tapi idak dominan

    • Oh iyo mungkin warno coklatnyo jadi pelengkap ya yuk.

      Mudah-mudahan kalau suatu saat ke Surabaya, bisa mampir ke masjid ini jugo. Buat mengayakan pengalaman menyaksikan masjid Cheng Ho yang ada di Indonesia.

  4. Agama Islam merangkul mesra semua etnis termasuk China, keren perpaduan yang tidak meninggalkan budaya tapi tetap esensi keIslamannya terlihat nyata.

    • Setuju Mbak Emma. Selama tidak bertentangan dengan aturan agama, budaya tentunya bisa jadi pelengkap hidup kita.

    • Iya Teh. Meskipun gak begitu besar, masjidnya nyaman banget. Wajib mampir kalo pas ke Surabaya

  5. Jadi rindu, Akupun pernah mengunjungi Masjid Cheng Hoo di Surabaya ini.
    Kendati tak terlalu besar dibanding masjid Cheng Hoo lain seperti Palembang atau yang di Pasuruan
    Artistik nuansa Tiong Hoa masih cukup terasa

    • Bener banget Mbak Siti. Masjidnya kecil tapi ciri khas arsitektur khas Tiongkoknya tetap terlihat. Unik seperti masjid-masjid M. Cheng Hoo yang lain.

    • Betul Mbak Aisyah. 3 warna itu memang ciri khas arsitektur Cina dan peranakan.

      Kebersihannya memang terjaga banget. Jadi seneng berlama-lama di sana ya Mbak.

    • Belum pernah loh saya ke mesjid gaya Tionghoa begini, pengen deh suatu saat nanti
      Suasananya pasti beda ya dengan mesjid kebanyakan
      Syahdu, syahdu gimanaaa gitu aku lihat dari fotonya Mba Anniel

  6. Masya Allah..cantik sekali eksterior dan interior Masjid Cheng Hoo Surabaya ini. Jadi penasaran pengen ke sana juga :) Kalau gak salah, Masjid Cheng Hoo ini ada di beberapa kota lainnya yaa..

    • Menurut beberapa artikel yang saya baca. Ada sekitar 15an masjid M. Cheng Hoo yang tersebar di tanah air. Saya baru sempat mampir di 2 kota aja. Palembang dan Surabaya.

  7. Waktu mengunjungi Kelenteng Sam Po Kong saja, saya sudah terkagum – kagum dengan arsitektur bangunannya. Baca tulisan ini dan memandangi foto – foto masjidnya, saya makin kagum. Warna – warni yang cantik..Heritage yang harus kita jaga dan rawat bersama.

    • Arsitektur unik dipadu dengan warna-warna indah, fisik bangunannya jadi sangat indah untuk dipandang. Kapan-kapan main ke sini Mbak Sugi.

  8. Jika dibandingkan dengan masjid Cheng Ho di Palembang, harus diakui yang di Surabaya ini jauh lebih terasa ornamen orientalnya. Buat ibadah bisa, buat dipake foto juga kece. Warna terang yang kontras itu enak juga dijadiin latar belakang pemotretan :)

    • Nah bener Yan. Lebih banyak sudut foto yang istagenic. Meski tidak seluas Masjid Cheng Ho yang di Palembang, yang di Surabaya ini juga jauh lebih bersih.

  9. Sore kak Annie,selamat berbuka puasa. Buka dengan apa nih?
    Wow luar biasa indahnya ini Masjid H.Muhammad Cheng Ho yang terletak di Surabaya. Terlihat kokoh namun tidak lepas dari ornamen budaya Thionghoa. Aksara China,lampion dan warnanya merah, kuning dan hijau. Aku juga kurang begitu paham etnis China senantiasa memakai warna merah untuk sebuah bangunan ataupun toko. Dulu lagi saya bekerja di sebuah restaurant papan namanya warnanya ngejreng merah. Warna pembawa rejeki mungkin ya kak. Tapi memang merah warna yang indah dan berani, aku suka juga.

    • Hai Kak Dennise. Alhamdulillah hari ini masih bisa makan enak, meski badan mulai meriang belina hahaha.

      Bener banget Kak. Tampilan kekhasan budaya Tionghoa lekat banget di setiap sudut Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya ini. Setiap sudutnya bahkan begitu istagenic untuk difoto. Dominasi merah juga jadi ciri khas Tionghoa ya Kak. Tapi saya juga kurang paham akan arti sebenarnya. Mungkin benar apa yang dituliskan Kak Dennise.

  10. Masjidnya sangat unik dan menunjukkan perpaduan 2 budaya Indonesia dan Tionghoa ya, iconik banget sih jadinya, wajib dikunjungi nih kalo pas jalan-jalan ke Surabaya yaa mba

  11. Selalu mendapatkan girah baru kalau melakukan perjalanan spritual seperti ini. Berkunjung ke lokasi-lokasi sejarah Islam. Akh, bunda Annie selalu membuatku kagum. Semoga saya juga bisa melakukan perjalanan spritual seperti bunda Annie

    • Betul banget Mbak Lita. Dengan mengunjungi tempat ibadah inshaAllah nurani kita bisa tersentuh dan menyadari betapa besarnya kuasa Allah SWT

  12. Wah, kalah nih saya. Sebagai warga Gresik yg notaben tetangga kota Surabaya belum pernah masuk ke dalma masjid. Hanya beberapa kali lewat saja. Semoga ada kesempatan bisa sholat di sana..

    • Hahahaha. Ayok main kesini Mbak Sendy. InshaAllah masjidnya menenangkan dan memperkaya keimanan kita.

  13. Saya jadi penasaran kenapa hasilnya selalu backlight ya kak, efek apa gitu hehe. By the way aku ikut kagum lihat suasana dan interior masjid seindah itu, kental dengan ciri khas budayanya, tapi tetap membuat syahdu bagi orang-orang yang beribadah di dalamnya. Terimakasih sudah berbagi cerita

  14. Eh ternyata ada juga di Surabaya ya Masjid Muhammad Cheng hoo.
    Saya belum pernah ke sana, tahunya Masjid Muhammad Cheng hoo di Pandaan yang luas dan selalu ramai sepanjang hari. Sama satu lagi di Palembang yang ada dalam kompleks perumahan, saat saya ke sana nih lumayan sepi, jadi tenang saat menjalankan sholat

  15. kapan mbak ke sini?

    jadi inget pra pandemi pernah janjian ama temen2 mau blusukan ke masjid2 di kota Bandung

    karena banyak masjid tua yang kita baru tau

    sayang pandemi keburu menerjang

  16. Melihat ulasannya seperti ikut jalan-jalan mengelilingi keindahan Masjid Cheng Hoo. Pengen berkunjung ke sana, di Jember juga ada masjid, namanya Masjid Cheng Hoo juga. Baru dibuat, bangunannya juga khas gitu

  17. Ya Allah, meriah sekali ya ini Rumah Allah
    Melihat suasananya dari gambar saja tampak betah. Bersih dan terawat. Yaiyalah mesjid gitu loh … Makin ceria ya dengan cat yang ngejreng gitu
    Semoga semakin banyak yang memakmurkannya…

  18. Masjid ChengHoo tu khas banget ya desainnya…di kota mana pun desainnya kayaknya sama deh..di Semarang, Bandung..nuansanya merah hijau sama kuning juga

  19. Cantik banget ya masjidnya. Gak umum seperti masjid pada umumnya. Bikin kepengen ke sana deh. Setiap sudutnya menggoda untuk difoto. Aamiin, semoga kejadian deh aku bisa main ke sana. 😍

  20. Bagus banget, tampak megah. Warna merah dan kuning memang warna khas negara tirai bambu ya. Sementara Islam sendiri identik dengan warna hijau. Kombinasi yang cantik ya…

  21. Saya beberapa kali ke sini Mbak Annie, karena deket dengan tempat relasi. Di bagian depan sepertinya dipakai untuk sektretariat masjid dan tempat acara sosial, Sedikit berbeda dengan Masjid Cheng Hoo yang ada di Pandaan, Pasuruan.

    Cerita Mbak Annie mengingatkan saya waktu memutuskan pertama kali berhijab. Salah satunya karena saat belanja di mini market bertemu dengan sepasang muslim Tionghoa bersama istrinya yang berhijab. Ya,Alloh makjleb banget rasanya diri ini waktu itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.