Alkisah adalah suatu sore males banget mau ngapa-ngapain. Pewe maksimal dari tempat tidur. Pas puasa dan sedang tidak ada energi tambahan untuk bahkan sekedar baca buku. Pengennya gegoleran, ngebuka HP, nonton berbagai hiburan di YouTube dan ngeliat yang lucu-lucu di timeline IG terutama update news about Bangtan Sonyeondan. Pokoknya everything about doing nothing and killing time.
Bosan melakukan itu semua, saya pun menjangkau tablet yang tergeletak manis di sisi bantal. Tetiba inget kalau suami beberapa hari yang lalu memberikan saya tambahan privilege tontonan lewat aplikasi CATCHPLAY+. Tergoda tawaran murah movies entertainment dengan biaya IDR 90K untuk 4 bulan dan IDR 30K/bulan setelahnya, aplikasi inipun tercantum manis di tablet yang memang saya gunakan untuk berbagai jenis entertainment. “Nanti nontonnya bisa tersambung ke TV. Jadi gak harus nonton di tablet,” begitu pesan sponsor suami. Ah tambah lagi alasan untuk tidak bosan di rumah selama pandemi (masih) berlangsung.
Sekilas Tentang CATCHPLAY+

Selama mengurangi mobilitas karena pandemi, berbagai aplikasi entertainment pun mendadak tumbuh subur di tanah air. Begitu banyak provider hiburan yang berlomba-lomba menarik minat publik. Termasuk memunculkan dan menawarkan fasilitas menonton berbagai streaming movies menggantikan peran bioskop yang harus dinikmati secara offline.
Sesaat setelah selesai mendaftar, kita akan diberikan password (4 digit angka yang kenalkan sebagai parental control code) yang harus selalu kita masukkan saat hendak menonton. Angka ini tidak dapat kita ganti karena, kalau saya tidak salah presepsi, dijadikan sebagai indentification number untuk setiap pelanggan.
Pilihan jenis tontonannya beragam. Mulai dari film dan drama premiere sampai koleksi-koleksi lama yang tetap enjoyable untuk ditonton. Terutama hasil karya sinema yang sempat menduduki box office atau mendapatkan perhatian banyak dari publik. Semuanya dikelompokkan dalam berbagai genre dan sub-genre yang bisa kita telusuri satu persatu. Tidak dapat dicari berdasarkan nama aktor/aktris seperti yang bisa kita lakukan di aplikasi yang lain.
Salah satu hal yang membedakan Catchplay+ dari aplikasi sejenis adalah di kolom Komentar Editor. Di bagian ini kita dapat membaca beberapa artikel yang ditulis khusus untuk beberapa produk sinema berkualitas atau sedang dalam masa promo. Hingga saat saya mengetik ini, belum begitu banyak ulasan atau artikel yang bisa kita baca di kolom ini, tapi tulisan yang sudah dihadirkan keren banget.
Resolusi gambar di aplikasi ini sudah setingkat HD (High Definition). Kualitas gambar di atas 480p atau 720p. Jenis video yang dapat diputar pada monitor dengan resolusi 1.280 x 720 pixels x 30 fps. Jadi gambarnya jernih dan jelas banget. Subtitle nya pun tersusun rapih, dengan ukuran proporsional, dan dalam bahasa Indonesia yang baku dan benar.
Sebelum kita mulai menonton film atau drama yang kita pilih, akan tersedia beberapa informasi yang bisa kita baca seperti sinopsis singkat, related clips, Cast & Crew dari film/drama tersebut, plus beberapa pilihan film atau drama lain yang memiliki genre dengan story line yang serupa. Dan yang terakhir dan paling mengasyikkan, setidaknya buat saya, adalah Related Articles. Satu ulasan yang sudah disiapkan oleh CATCHPLAY+ agar kita mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan dengan film atau drama tersebut. Saya mendadak pengen banget melamar jadi reviewernya dan mempersembahkan hasil tulisan saya untuk aplikasi ini.
Oia, CATCHPLAY+ juga menyediakan sarana gratis dan single rental jika kita baru ingin mencoba dan tidak ingin berlangganan dulu. Tapi tentu saja, pilihan film atau serialnya tidak selengkap kalau kita sudah menjadi anggota. But it’s still okay for trial purposes.
Lengkap banget ya fasilitasnya. Paket super nyaman untuk melengkapi hiburan yang kita inginkan dari sebuah karya seni cinematography.


Review My Teacher My Love
Saya memutuskan untuk nonton yang ringan-ringan untuk first experience saya bersama CATCHPLAY+. Pilihan jatuh pada genre romance yang lucu-lucu. Seleksinya (hanya) lewat coverage picture yang ditampilkan sebagai official flyer dari film yang bersangkutan. Dan itu gak butuh waktu lama karena dalam tak lebih dari 5 menit kemudian saya kepincut dengan foto seorang lelaki imut berkacamata, berwajah mirip Iqbaal Ramadan, dan seorang cewek berambut panjang dengan ekspresi lucu. Yap. My Teacher My Love judul filmnya.
Dari judulnya aja kita dengan mudah menangkap garis besar atau benang merah utama dari film ini. Apalagi kalau bukan kisah cinta seorang murid kepada gurunya. Tema uwuw dan pastinya nggemesin banget.
Film yang diproduksi oleh para sineas Jepang pada 2018 ini diberi judul Sensei Kunshu dalam bahasa negara asalnya. Cowok yang imut tadi adalah aktor Ryoma Takeuchi yang berperan sebagai guru matematika Yoshitaka Hiromitsu (Yuki). Sementara si cewek yang mengenakan seragam dan berperan sebagai murid adalah aktris Minami Hamabe dengan nama Ayuha Samaru (Samaru).
Gak butuh proses yang lama untuk melihat kelucuan dari film ini. Dari scene awal aja sudah bikin saya ketawa geli. Samaru yang ditolak cintanya sama cowok incaran tampak desperate dan makan bermangkok-mangkok mie sampe keliyengan. Masalah kemudian muncul saat Samaru tidak menemukan dompetnya untuk membayar. Nah disinilah akhirnya muncul Yuki yang menyelamatkan Samaru. Taaraaa here comes the charming prince. Adegan pun dibuat dramatis. Mereka saling beradu pandang dengan tentu saja tingkah memalukan Samaru yang habis mabok makan kekenyangan. Sementara Yuki tampak adem ayem dengan ekspresi datar. Yang cewek terpesona, yang cowok cool habis.
Kek-uwuw-an pun hadir kembali saat Samaru terlonjak kaget saat melihat Yuki masuk ke dalam kelasnya. Menjadi guru matematika sekaligus wali kelas pengganti/sementara. Melihat Samaru tetiba berdiri dengan mata bulat membelalak bikin saya ngakak gak habis-habis. Apalagi kemudian Samaru salting. Layar pun mendadak penuh dengan fitur meletup-letup mewakili hati. Rame bukan kepalang. Sejak saat itu Samaru pun meyakini bahwa Yuki adalah cowok yang telah dikirim Tuhan untuknya dan dia bersemangat untuk menjadikan Yuki pelabuhan hati terakhirnya. Go go girl!!

Untuk mencapai tujuannya ini segala macam usaha dilakukan Samaru. Apapun itu. Namanya juga usaha yak. Kudu diniatkan habis-habisan. Mulai dari sekedar membawakan buku, ngikutin semua kegiatan yang diadakan Yuki, sampai mencucikan mobil sang guru tercinta. Semua dilakukan tentu saja dengan gaya centil Samaru yang pastinya diselipkan adegan-adegan lucu yang jelas-jelas menunjukkan cintanya. Anti malu tapi malu-maluin.
Tapi ternyata, meskipun pelan-pelan terlihat usaha Samaru mulai menampakkan hasil alias si guru mulai jatuh cinta padanya, Samaru harus menghadapi 1 pesaing ketat. Adalah seorang pianist dan teman Yuki sedari kecil bernama Saimon Aika (Saimon). Orangnya cantik, kalem alias gak pencilak’an seperti Samaru, dan memiliki passion hidup yang sama dengan Yuki. Baik fisik maupun karakternya berbeda terbalik dengan Samaru. Yuki dan Saimon malah pernah belajar musik bersama di Perancis. Jadi kedekatan merekapun tak diragukan lagi. Kasuspun jadi tambah ruwet saat Saimon menjadi pianist yang mengiringi kelompok paduan suara sekolah Samaru dimana Yuki menjadi pembimbingnya. Tambahlah kisruh hati Samaru.

Ngenes karena sang guru tak sedikitpun menunjukkan rasa cintanya kepada dirinya, plus hadirnya Saimon diantara mereka, Samaru pun akhirnya memutuskan untuk melupakan Yuki. Dalam satu adegan dimana seharusnya Yuki ingin mengutarakan isi hatinya, Samaru malah menuntaskan pertemuan tersebut dengan menyatakan bahwa dia merelakan Yuki dan mengijinkan lelaki yang diidamkannya itu untuk meneruskan pendidikan musiknya di Perancis. Duh, sedih banget deh. Apalagi liat Samaru berurai air mata, menatap gurunya dengan mata nanar, dan tak mengijinkan Yuki untuk mengungkapkan isi hatinya.
Yah Samaru. Terburu-buru dan gak mau mendengarkan Yuki. Etapi kalau gak gitu, filmnya gak punya puncak emosional dong ya hahaha. Kurang seru pastinya.
Scene berikutnya adalah lompatan 1.5 tahun kemudian dimana Samaru lulus SMA. Samaru juga tampil berbeda dengan rambut bob sebahu tapi tetap cantik menggemaskan.
Di saat Samaru kembali ke kelasnya, dia menemukan buku hariannya yang sempat hilang di meja belajarnya. Lembar demi lembar dimana Samaru sempat mencurahkan isi hatinya tentang sang guru, dibalas dengan tulisan menggunakan spidol merah yang romantis tak terkira. Samaru langsung tersentuh hatinya. Hingga di lembaran terakhir dia membaca pesan agar segera pergi ke ruangan tertentu.
Ketebak dong ah siapa yang melakukan itu. Yoa. Siapalagi kalau bukan Yuki. Si guru imut yang sudah menyelesaikan studinya dan kembali ke Jepang untuk merengkuh cinta Samaru. Jadi pas mereka berpelukan woaahh rasanya pengen tepuk tangan.
Simpel banget ya. But that’s love. That’s the real soul mate. Kalau sudah jodoh mau ngider kemanapun, mau jumpalitan kayak apapun, semua pasti kembali dan bertemu disaat atau waktu yang tak terduga.
Kesan Saya Untuk Film Romantis Ini
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, film My Teacher My Love hadir semata-mata untuk hiburan ringan. Gak perlu mikir untuk mencerna jalan ceritanya. Diimbangi dan diselipkan adegan-adegan lucu, terutama dari tingkahnya Samaru, film ini bener-bener bisa mengisi waktu-waktu kemalasan seperti yang saya alami. Pas banget pokoknya.
Karakter Samaru memang diciptakan culun, tampak polos, tapi sebenarnya justru dia ini pemberani bahkan cukup nekad. Dia loh konsisten menampakkan rasa cintanya lewat tindakan-tindakan nyata. Jadi saat akhirnya si guru menyadari bahwa diapun sesungguhnya menyukai Samaru, kita pun bisa bilang bahwa usaha tak akan menghianati hasil. Bener kan?
Aktris Minami Hamabe (Minami) yang lahir di 2000 ini (persis di usia yang sama dengan anak sulung saya), menurut saya, cukup berhasil memerankan tokoh Samaru. Visualnya masih pas untuk anak berseragam SMA. Wajahnya tentu saja cantik. Tapi meskipun masih berusia muda, Minami sudah banyak membintangi film, acara televisi, bahkan meraih berbagai penghargaan di dunia perfilman.
Gimana dengan Ryoma Takeuchi (Ryo)? Nah kalau baca profile cowok yang kelahiran 1993 ini di tautan Wikipedia, bererot bener kisah perjalanannya di dunia sinema. Sering banget memerankan tokoh-tokoh yang diambil dari karakter-karakter anime dan komik-komik Jepang. Wajahnya cenderung kalem menurut saya sih. Tapi kenapa cukup sering ya mengambil peran antagonis?
Untuk My Teacher My Love keduanya tampil maksimal. Bonding nya terbangun dengan baik. Couple feel nya juga dapet banget. Mereka nih kalau disejajarkan berdiri atau mereka berdiri berdampingan, tinggi badannya jomplang banget. Ryo sekitar 185cm sementara Minami cuma 156cm. Jadi jika di beberapa adegan, saat berdekatan, tingginya tampak gak jauh berbeda, pasti Minami pakai ganjelan kaki atau Ryo harus mengalah menunduk sedemikian rupa. Yang pasti pemilihan Minami dan Ryo untuk menjadi leading role film ini sudah pas sekali.
Yang pengen cari hiburan nggemesin dan uwuw, film ini dijamin cucok banget. Ada ketawanya, ada terharunya, ada sedihnya juga. Tapi yang pasti menghibur maksimal.


#MyTeacherMyLove #FilmJepang #FilmKomedi #FilmRomantis #SinemaJepang