Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong

Mengunjungi masjid diantara komunitas minoritas di sebuah negara tentunya meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Begitupun ketika saya menginjakkan kaki di Ammar Mosque and Ramju Sadick Islamic Centre yang berada di Oi Kwan Road, Wan Chai (Wanchai), Hong Kong.

Masjid ini menjadi tujuan utama saat saya dan Ratu menjelajah Hong Kong setelah mengikuti pameran dan berkelana dalam waktu terbatas di Macao/Macau. Meskipun niat utamanya adalah menikmati dim sum halal yang dijual di kantin yang berada di lantai 5 masjid, rasa “kembali ke rumah” menghinggapi saya sesaat setelah turun dari taxi yang membawa kami dari arah Kowloon.

Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong

Sekilas Tentang Masjid Ammar

Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong
Lobby bawah masjid di lantai dasar

Bangunan berlantai 8 dan berada di atas kontur jalan yang menurun ini, tampak gagah terlihat dari luar. Walaupun berada di lokasi yang padat gedung dan rumah tinggal, tulisan besar berwarna silver dipasang di dinding bangunan berikut dengan aksara Cina dan Arab, membuat kita gampang mengenali masjid ini dari kejauhan. Ada juga jam digital yang sepertinya digunakan untuk mengingatkan kita akan waktu-waktu sholat.

Sesaat memasuki lobby depan. Terpampang juga informasi mengenai jam operasional Masjid, ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas berdirinya tempat ini, berikut dengan sejarah singkatnya di atas sebuah plat hitam bertinta emas. Tertulis dalam bahasa Inggris, Arab, dan Cina, membaca rangkaian tulisan ini hati mendadak mengharubiru. Tentunya ada sejarah yang tidak boleh dilupakan ketika Rumah Allah terbesar ketiga di Hong Kong ini didirikan.

Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong

Meja penerimaan tamunya sendiri beberapa langkah ke bawah dari pintu depan. Ada sebuah meja dilengkapi dengan brosur-brosur beserta komputer dan printer. Salah satunya adalah brosur mengenai kegiatan-kegiatan yang diadakan masjid. Kemudian persis bersisian dengan meja tinggi ini, terpampang kolase foto-foto masjid yang berada di dunia, termasuk diantaranya Masjid Istiqlal yang berada di Jakarta. Rasa bangga pun muncul. Tentu saja Indonesia menjadi salah satu bagian yang terpenting dari komunitas muslim di Hong Kong karena dari informasi yang saya dapatkan jumlah terbesar jamaah masjid adalah dari Indonesia (150.000 orang). Angka yang kemudian diikuti oleh warga muslim asli Hong Kong sejumlah 50.000 orang, warga negara Pakistan 30.000 orang, dan sisanya adalah saudara-saudara muslim dari berbagai negara. Dimana dari angka konsensus pendataan penduduk, komunitas muslim yang berada di Hong Kong hanya 4.1% dari total masyarakat Hong Kong.

Masjid yang disokong oleh The Incorporated Trustees of The Islamic Community Funds in Hong Kong (Trustee) dan Islamic Youth Association (IYA) ini, pada awalnya hanya sebuah masjid kecil yang mendampingi sebuah perkuburan muslim dalam skala kecil di 7th Seymour Street (jalan yang berada di belakangnya). Tapi seiring dengan perkembangan tata kota, khususnya pembangunan Aberdeen Tunnel, pada Desember 1978, keseluruhan bangunan lama direkontruksi kembali ke Oi Kwan Road. Pemerintah Hong Kong sendiri memberikan dukungan finansial yang luar biasa untuk tujuan ini.

Melewati proses pembangunan bertahun-tahun, Masjid ini akhirnya dibuka pada September 1981 dengan daya tampung jamaah sekitar 700 s/d 1.500 orang. Gedungnya sendiri terdiri atas 8 lantai yang meliputi Ablution Rooms (tempat berwudhu) di lantai 1, Men’s Prayer Room (tempat sholat laki-laki) di lantai 2, Ladie’s Prayer Room (tempat sholat perempuan) di lantai 3, Classroom di lantai 4, Canteen di lantai 5, Seminar Room and Library di lantai 6, kantor Islamic Union di lantai 7, serta kantor Trustee dan IYA (yang saya sebutkan di atas) di lantai 8. Tangga depan hanya menghubungi lantai dasar (tempat penerimaan tamu) dengan lantai 1. Sementara untuk lantai-lantai lainnya kita harus menggunakan lift atau tangga yang berada berdampingan dengan lift, di bagian kanan gedung. Jam operasional untuk weekdays dan Sundays adalah 10:00 pagi s/d 1 siang dan kemudian dilanjut dengan jam 2 siang hingga 6 sore. Untuk Sabtu dibuka dari jam 10 pagi s/d jam 2 siang saja. Untuk tempat sholatnya sendiri selalu dibuka 30 menit sebelum waktu sholat dan mulai jam 10 malam hingga menjelang Subuh.

Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong

Tercatat sebagai masjid ke-3 yang didirikan di Hong Kong, Masjid Ammar yang dirancang oleh seorang arsitek muslim asli Hong Kong bernama Osman Ramju Sadick ini, digunakan sebagai markas beberapa organisasi yang mengontrol, membawahi, dan mengawasi seluruh kegiatan umat Islam di Hong Kong.

Sebelum Masjid Ammar ini ada, ada 2 lagi masjid di Hong Kong yang telah dibangun sebelumnya yaitu Masjid Jamia yang berada di Central Station, kemudian Masjid Kowloon yang berada di Tsim Tsa Tsui. Tapi secara ukuran bangunan, Masjid Kowloon lah yang terbesar. Masjid Kowloon ini berdampingan dengan Kowloon Park yang ada di Nathan Road. Alhamdulillah saya juga sudah sempat melihat dan memotret masjid ini walaupun hanya dari bagian depan.

Baca juga : Kowloon Park | Taman Kaya Oksigen di Tengah Kepadatan Hong Kong

Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong
Berpose di tangga yang menghubungkan lantai dasar dan lantai 1 | Ada lukisan yang dibuat dari kolase keramik berwarna yang menggambarkan Masjidil Haram di Mekkah

Restoran Halal di Lantai 5

Waktu menunjukkan sekitar pkl. 10 waktu setempat ketika saya dan Ratu sampai di Masjid ini. Perut keroncongan karena melewati waktu sarapan, kami bersegera menuju lantai 5 dimana kantin nya berada. Saya lupa tahun berapa saya pertama kali ke sini. Jadi ketika sebuah lift kecil berisikan 4 orang perempuan berhijab ke lantai 5, saya mendadak teringat dengan beberapa teman kantor (di saat masih gadis) yang pertama kali mengajak saya berlibur ke Hong Kong.

Wangi harum dimsum langsung menyerbu indera penciuman selangkah persis dari pintu kaca depan. Seperti tahun-tahun lampau, tidak ada yang berubah dari segi pengaturan ruangan. Berbeda dengan resto/kantin pada umumnya, ketika masuk kita dapat melihat dapur terbuka di kanan jalan masuk. Asap kukusan yang mengepul dari dapur inilah yang menyambut kedatangan kami tadi. Ruang makannya sendiri ada di sisi kanan. Meja-meja bulat besar menguasai sebagian besar ruangan. Set up yang menjadi ciri khas resto-resto Cina.

Kami meletakkan tas di salah satu meja bulat itu, baru kemudian bergiliran mendatangi meja dan rak kecil khusus dim sum di dekat pintu masuk. Di meja ini sudah tersedia beberapa gorengan dim sum dan bertumpuk-tumpuk dim sum kukus dalam berbagai jenis. Untuk memesan produk kukusan ini kita harus melihat terlebih dahulu dari daftar menu yang kemudian akan dipilih dan diantarkan ke meja kita. Hanya yang gorengan aja yang bisa kita pilih dan taruh di piring-piring besar yang berada di dekatnya.

Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong
Meja/area khusus pelayanan dim sum
Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong
Dim sum goreng dalam sebuah mangkok besar | Menggoyahkan iman
Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong
Menu sarapan telat (brunch) kami hari itu | Ini ukurannya gede-gede loh | Segini aja kami berdua sudah kelenger

Selain dim sum, kantin kecil ini juga menyediakan makanan-makanan halal lainnya. Dari sekian banyak pengunjung yang datang, terlihat bahwa dim sum lah yang menjadi juaranya disamping nasi goreng yang bolak balik diantar ke konsumen.

Saat kami menyantap apa yang sudah kami pesan. Sekelompok pekerja dapur (keliatannya semua koki kantin), tampak berkumpul dan duduk menikmati berbagai menu yang mereka masak sendiri. Seneng banget ngeliat kebersamaannya. Pengen deh ikut mencoba dan duduk bersama mereka. Walaupun terlihat seperti asupan-asupan sederhana yang paling menggoda itu sayur-sayuran segar tumis, nasi goreng, dan kukusan ayam. Kalau gak inget daya tampung lambung yang sudah maksimal, keknya asyik juga memesan menu yang sama. Tapi apa daya, dim sum besar-besar yang kami ambil sudah sangat lebih dari cukup.

30 menit berada di dalam ruangan, kantin ini mulai dibanjiri oleh konsumen, dan 1/2 ruangan terlihat penuh saat kami beranjak, mengejar rencana berkeliling di Causeway Bay. Salah satu sisi Hong Kong yang menjadi favorit berlibur orang Indonesia. Kami pun sepakat untuk berjalan kaki sambil meluruhkan kalori bertumpuk yang barusan kami dapat dari kantin halal yang lezat tak terkira ini.

Oia, untuk sepiring dim sum goreng (ada 4pcs) dan apa yang kami makan di atas, kami merogoh kocek sebesar HKD 77 atau setara dengan IDR 154.000,-. Tidaklah mahal untuk makan berdua. Apalagi jika dibandingkan dengan kualitas makanan yang sudah kita dapat dan jaminan Halal untuk semua asupan.

Yang ingin berkunjung kemari, sila tengok foto berikut ini ya. Untuk lebih menggampangkan kita mencapai tempat ini jika naik taxi, tunjukkan saja kartu nama ini supaya gak muter-muter. Apalagi hanya sedikit dari supir taxi di Hong Kong yang gampang mengerti dan diajak berbicara dalam bahasa Inggris.

Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong

Logo Banner Fix Retina

#MasjidAmmar #MasjidAmmarHongKong #WisataMuslimHongKong #MasjidHongKong #WisataHongkong

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

26 thoughts on “Berkunjung ke Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre di Wan Chai, Hong Kong”

  1. Menjadi minoritas di HK pasti menantang banget ya. Enggak terbayang kehidupan muslim di sana, terutama dalam hal cari makanan halal dan beribadah. Sempat dengar cerita teman lain yang menggalang dana untuk pembangunan masjid di Kobe. Kalau di lingkungan yang minoritas, beribadah di masjid itu jadi punya makna yang sangat spesial. Ironisnya, di Indonesia, yang kita mudah untuk menemukan dan beribadah di masjid, justru masjidnya lowong. :(

    Reply
    • Setuju. Kondisi minoritas menumbuhkan rasa persatuan dan kekeluargaan yang lebih erat dari biasanya. Waktu ke sana, saya menyaksikan dan merasakan rasa itu.

      Kejadian masjid lowong sering kali saya temukan di daerah-daerah. Masjidnya sudah dibangun bagus, cantik, megah, tapi umatnya minim. Yang sholat di sana rata-rata pendatang atau mereka yang lewat. Ironis.

  2. Islamic Centre Canteen pasti jadi surga bagi 150.000 jamaah masjid Ammar yang berasala dari Indonesia, jamaah Muslim lainnya juga wisatawan Muslim yang sedang bertandang ke Hongkong. Makanan halal dengan harga terjangkau sekalian beribadah ataupun berkegiatan di Islamic Centre pas banget jadi tujuannya. Dan jadi laper lihat gorengannya juga dimsum yang menggoda

    Reply
    • Bener banget Mbak Dian. Waktu berada di sana, saat bersafar, masjid menjadi tempat yang dirindukan. Termasuk resto halal nya yang tak pernah lupa saya kunjungi. Enak-enak banget loh Mbak Dian. Kalo ke Hong Kong kudu mampir dan nyobain dimsumnya ya.

    • Enak banget Mbak dimsumnya. Jangan lupa mampir ke mari kalo pas ke Hong Kong ya. HIghly-recommended pokoknya.

    • Bener Mbak Meykke. Alhamdulillah diberikan kesempatan dan rezeki untuk bisa mampir ke Masjid ini. Kalau ke Hong Kong, mampirlah Mbak. HIghly recommended pokoknya.

  3. Beberapa waktu lalu,saat saya berencana ke Hong Kong. Ammar Mosque ini menjadi salah satu tujuan destinasi,ingin melihat langsung kumpulan muslim disana. Ternyata memang menyenangkan sekali ya apalagi ada restoran juga sehingga gak sulit mencari informasi makanan halal. Sebelumnya saya pernah lihat vlog orang yang sedang liburan kesana juga makanya langsung tertarik masukkan ke daftar kunjungan.

    Reply
  4. Kalau mau makan makanan Cina di Cina yang jelas halal, memang di area sekitar masjid ya.
    Wah, ternyata masjid ini masjid ketiga yang dibangun di sana. Berasa sekali.
    Tapi kok dibangun tahun 1980an ya. Mungkin saya perlu baca ulang.

    Seingat saya Islam (dan tentu masjidnya) sudah ada sebelum masa Kubilai Khan. Bahkan sudah berhubungan dagang yang erat sebelum zaman Rosulullah.

    Reply
    • Ya Mbak Susi. Masjid ini mulai dioperasikan tahun 1981 setelah dibangun bertahun-tahun lamanya. Tapi bangunannya tetap kokoh berdiri tegak. Kebersihannya pun sangat terjaga.

      Ada beberapa masjid juga di Hong Kong. Mungkin yang sudah berusia lanjut ada di tempat lain Mbak. Dan itu belum pernah saya kunjungi.

    • Hahahaha. Semuanya enak-enak Mbak Fenni. Ukurannya juga besar-besar. Makan dikit aja udah kenyang. Kudu mampir ke sini kalau ke Hong Kong ya

  5. Jaminan makanan halal ini yang saat saya berkunjung kesana, sulit didapatkan. Waktu itu sempat singgah sholat di masjid di Tsim Tsa Tsui tapi karena tujuannya hanya sholat, nggak mencari apakah ada kantin halal di sana. Dari sisi harga, empat buah dimsum di harga Rp 154 ribuan lumayan mahal sih. Tapi dibandingkan membeli makanan lain yang belum dijamin kehalalannya, tentu harga segini jauh lebih menenangkan ya, Kak.

    Reply
    • Di Tsim Tsa Tsui masjidnya lebih besar dari Masjid Ammar. Belakangnya ada taman besar dan juga ada kantin halal seperti ini Mbak Melina. Banyak juga street seller. Rata-rata orang India yang jualan nasi biryani, dll.

      154ribu sudah dapat 12pcs dimsum enak-enak dengan ukuran yang lumayan gede. Itu aja susah ngabisinnya hahahaha.

    • Betul Mbak Irra. Rasanya enak-enak banget. Saya selalu mampir ke sini setiap ada kesempatan berkunjung ke Hong Kong

Leave a Comment