Setiap kali ada kesempatan berkunjung ke Kawasan Kota Tua, saya selalu tidak pernah alpa untuk mampir ke cafe yang satu ini. Yup. CAFE BATAVIA. Cafe lawas dengan bangunan berusia ratusan tahun yang tak lekang oleh jaman dan waktu. One of my favorite place indeed.
Cafe Dengan Nuansa Jaman Kolonial Berpadu Sentuhan Nusantara
Disambut dengan keramahan front liner yang patut diacungi jempol, di sisi depan terhampar sekian banyak sofa-sofa besar dan nyaman bersandar pada puluhan dinding kaca. Dari bagian ini kemudian kita terhubung dengan area tengah ground floor dengan beberapa kaca ukuran jumbo di beberapa sisi, meja makan kayu dan dudukan khas Betawi, serta satu sisi open bar di sisi kanan tangga menuju lantai 2. Datang persis di jam makan siang, lantai ini padat terisi pengunjung. Maklum. Sedang musim liburan. Karena tak ingin berdesakan, saya memutuskan untuk ke lantai 2. Area free smoking dengan ambience yang lebih cozy menurut saya.
Melangkah di atas karpet merah tebal dengan belasan anak tangga, mata kita akan disambut dengan puluhan frame dengan foto beragam. Sebagian besar adalah foto para pesohor dunia dan beberapa model terkenal dengan pose-pose dewasa.
Lepas dari front liner yang mengantarkan kita dari lantai bawah, persis di ujung tangga kita akan bertemu waiter khusus lantai 2, yang kemudian membimbing ke tempat duduk sesuai dengan jumlah pengunjung. Lagi-lagi beberapa sofa, tirai tinggi besar, kaca jumbo, langit-langit tinggi, tiang-tiang bangunan yang kokoh, dan sebuah bar, memenuhi space awal di lantai ini. Melangkah sedikit lebih masuk, pemandangan favorit dan terbaik dari resto ini akan menyambut kita. Terhampar luas banyak meja bertaplak batik dengan tone warna seiring dengan warna dominan kayu. Terasa sekali percampuran antara budaya lokal dengan sentuhan nuansa kolonial di sisi bangunan. Terutama ya jendela-jendela tinggi besar itu. Khas banget Eropanya.
Bermaksud ingin menikmati indahnya Museum Fatahilah dari jendela tinggi berkaca sekat seperti yang saya uraikan di atas, langkah kakipun tanpa ragu menuju sisi pinggir. Tapi impian untuk bisa menikmati indahnya Taman Fatahillah berjubel lautan manusia dengan sekian banyak aktivitas terpaksa dibatalkan karena semua seats di sisi strategis ini sudah di booking wisatawan manca negara. Aaaiihhh. Gak kepikiran untuk reserve dulu deh. Yah, akhirnya pasrah duduk mojok di sebuah meja yang memang khusus disediakan untuk 2 orang. “Maaf ya Bu, belasan seats di posisi strategis ini sudah dibooking tour and travel yang bawak tamu dari Perancis,” sang waitress tampak berujar sopan memohon pengertian. Saya pun cuma sanggup mengangguk menelan rasa kecewa.
Menu Mewah Harga Premium
Cukup puas terkepung tamu-tamu Jepang yang tampak khusuk mendengar penjelasan tentang Kawasan Kota Tua dari guide mereka, saya berusaha konsentrasi membuka lembar demi lembar buku menu yang diberikan. Berwarna coklat dengan lembaran tebal-tebal, buku yang satu ini sukses bikin bingung nentuin pengen makan apa.
Sebagian besar menu hanya berupa nama, ingredients, dan harga. Cuma beberapa yang ada fotonya. Terbiasa “nyontek” pilihan lewan kemanjaan visual, akhirnya saya memutuskan untuk langsung loncat ke bagian sandwhiches. Menu prioritas ala saya (selain nasi goreng) kalau pas mati kutu sama pilihan asupan yang bejibun. Eits ternyata semua tertulis bererot. Puanjang banget pilihannya. Yak tambah bingung. Akhirnya cap cip cup keputusan pun jatuh pada si sandwiches dengan nama terunik. UITMIJTER. Yeay!!!
Di dalam menu dituliskan bahwa roti panggang tangkep ini adalah roti yang disajikan dengan telur mata sapi (mostly half done), daging sapi asap (beef bacon), dan irisan keju. Kemudian dilengkapi dengan potatoes wedges yang digoreng garing. Baiklah. Tampaknya cukup simpel dan bakal tidak lama jadinya. Dan saya ternyata keliru (mesem-mesem sambil melotot). Pesanan saya ternyata datang cukup lama. Tapi untungnya rasa mengalahkan segala penantian (halah).
Yang Perlu Dicatat Ketika Di Sini
Oia, beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk baru atau akan berkunjung ke sini.
Pertama. Cafe/Resto ini, walaupun bernuansa barat, mereka menyediakan makanan dengan range yang lumayan luas dari beberapa negara dengan rasa yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Jadi kalau gak bisa nelen aneka pasta, kekejuan, dan sejenisnya, menu pure Indonesia dan seafood mungkin bisa membantu. Ada beberapa menu yang juga disediakan dalam 3 pilihan ukuran (banyaknya). Nah kalo begini ini, pertimbangkan usulan kapasitas/menu yang ditulis ya.
Kedua. Semua makanan dan minuman yang ditawarkan akan dikenakan pajak pendapatan 10% dan pajak layanan (service) juga sebesar 10%. Jadi selalu tambahkan 20% dari angka yang ditulis di akhir rincian santapan yang kita pesan. Karena untuk ukuran kantong orang Indonesia, harga makanan dan minuman di sini masuk dalam skala premium, otomatis angka akhir di bon akan lebih premium lagi (catet!!)
Ketiga. Cafe Resto ini dibuat 2 lantai dengan pembatasan lantai bawah untuk smoking (para ahli hisab), termasuk tempat duduk di bagian penerimaan tamu dan beberapa meja berpayung di bagian luar, dan lantai atas untuk area bebas asap. Beberapa kali saya masih melihat, keluarga dengan anak-anak tetap duduk di lantai bawah. Entah tidak mengerti atau memaksakan diri untuk bisa bersantap di sini. Padahal ini keputusan yang sangat keliru. Be smart and keep healthy!!
Keempat. Demi meningkatkan daya tampung, terutama di masa-masa liburan atau peak-season, cafe cenderung menambah jumlah meja untuk melayani tamu. Sama seperti yang saya alami ketika datang ke sini beberapa hari yang lalu. Thus, meja dan kursi nyaris hampir bersentuhan satu dengan yang lainnya. Berhati-hati dengan barang bawaan.
#CafeBatavia #CafeBataviaJakarta #KawasanKotaTuaJakarta #KulinerJakarta #KotaTuaJakarta #WisataJakarta
Keasikan baca tulisan Mbak Annie, ternyata udah selesai. Hehhe. Enak banget sih bava tulisanmu Mbak. Berarti kita kudu siapin kantong tebal, ya Mbak kalau mau ke sana. Ya, pastilah ada harga ada kualitas, ya Mbak.
Makasih untuk complimentnya Laila. Saya juga suka tulisan Laila. Pengen bisa menuliskan sesuatu, bercerita tentang isu personal seperti Laila.
Yup betul banget. Resto premium. Tapi anehnya tamunya selalu bererot. Apalagi kalau sudah masuk waktu dinner. Tapi mungkin selama pandemi ini rada sepi ya karena pengunjung ke Kota Tua juga menurun
Panas panasan habis foto di meriam kota tua saatnya makan enak. Restoran batavia memang surga kuliner dengan suasana tempo doeloe
Aaahh bener banget Mpo.
wah instagramable banget ya?
beberapa kali mau ke kawasan tua , eh ada aja yang bikin batal
kayanya harus punya tekad bulat untuk kesini, dan mampir ke cafe Batavia
Kawasan Kota Tua tuh lengkap banget Mbak fasilitas wisatanya. Ke sini tuh bisa beragam tempat jadi materi tulisan. Mulai dari museum, resto, plus sungai yang sudah cantik jelita didandani
Syukurlah dulu saya ke sini ditraktir sama narasumber Mba Annie. Wkwkwk. Kalo gak, kebayang doooong berapa saya harus rogoh kocek di dompet.
Lokasi Cafe ini strategis banget. Wajar sampai bejibun gitu pengunjungnya. Secara Kota Tua kalo siang hari itu hareudang pisaaaaan. Langsung gak mikir panjang pilih ngadem di Cafe terdekat.
Wah beruntungnya Mutia. Tapi memang Cafe Batavia ini enak banget buat ngobrol dan menghabiskan waktu berlama-lama. Tempatnya menyenangkan menurut saya, meski food and beveragenya masuk skala premium
wah cafe batavia instagramable banget …, etapi kok aku ga pernah mampir ya kalau ke kota tua, tulisan ini jadi recomended banget nih …
Lokasinya persis di depan Taman Fatahilah Mbak Sumi. Next kalau main ke Kawasan Kota Tua, cobain nongkrong di sini
Kota Tua, Museum Fatahillah dan Monas adalah daftar destinasi impiannkalau ke Jakarta. Sayangnya sampai sekarang belum kesampaian.
Semoga Allah segera mewujudkan. Amin
Aamiin YRA. Semoga dikabulkan Allah SWT ya Mbak
Lokasinya mantap bener, ya jadinya wajar aja kudu nyiapin kantong, eh bukan sih minimal dana cukup untuk hangout di sana sambil pepotoan kece.
Daku pikir bisa Flower in a bowl di bawa pulang haha. Dari bunganya yang menyambut tamu sangat menyenangkan bikin yang datang udah merasa bahagia ya
Tempatny cozy dan nyaman banget Fen. Sekali-sekali bela-belain nongkrong di sini sambil ngobrol. Nyenengin pokoknya
mbak annie, kemarin saat ke Jakarta aku mampir kesini mbak
suasananya cozy ya mbak
anak anakku suka dgn es krimmnya
Ah bener. Ice cream nya ok banget di sini. Banyak yang suka
viewnya bagus banget vintage dan sepertinya makanannya enak
betul banget
Wahh ada resto ini di KOta Tua yaa? Soalnya saya gak melihatnya waktu jalan-jalan ke sana beberapa tahun lalu, hehehe. Apa mungkin karena saya kesana malam hari yaa?
Semoga bisa ke Kota Tua lagi biar bisa singgah di resto ini (tapi kumpulin duitnya dulu, hehehe)
Letaknya persis berhadap-hadapan dengan Museum Fatahillah Mbak Ira. Malam biasanya justru rame. Jadi venue dinner favorit.
Selalu lewat sini tapi ga pernah mampir buat makan huhuhu. Kapan ya bisa dine in disini? Pas pandemi ini buka kah? Dan yang paling penting, bisa bawa anak balita kah?
Awal-awal pandemi sempat lama tutup Mbak. Mungkin sekarang sudah mulai buka tapi dengan jumlah pengunjung dan waktu yang terbatas
wooohoo, ini resto nya lawas banget ya, tapi syukurnya gak berasa spooky ya Mbak, upss. Instagramable banget ya, pasti kalau kesini sayang banget kalau gak foto2 :D
saya dulu pernah makan bareng teman di kawasan Kota Tua juga tapi lupa di resto yang mana sih itu juga kami nongkrongnya di bagian luar aja :D
Bangunan Belanda memang meninggalkan kesan spooky ya karena memang sudah lawas.
Dulu Kawasan Kota Tua ketat banget dengan pedagang kaki lama (terutama warung-warung lesehan). Tapi terakhir saat saya kesana, di bagian belakang sudah banyak warung lesehan yang buka. Dan gedung-gedung di sekitar museum juga sudah banyak cafe dan resto.