Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak

Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak

Hujan deras mengiringi langkah saya dan keluarga saat meninggalkan rumah di Cipanas. Waktu menunjukkan pkl. 17:00 wib tetapi langit sudah menghitam, angin berhembus kencang dan aliran air di depan rumah bergulung cepat melewati setiap pinggiran jalan menuju ke jalur yang lebih rendah. Lajunya yang kencang seakan ikut menghanyutkan perasaan haru yang hinggap dihati saya.

Hari itu adalah hari raya Idul Fitri 1443H di tahun 2022 Masehi (2 Mei 2022). Usai bertemu Ibunda di Cipanas, saya, suami dan anak-anak menerjang badai hujan untuk kembali ke rumah kami di Cikarang. Sempat mampir rasa penyesalan dan sedih yang begitu mendalam karena harus mengakhiri kunjungan saya karena rasa rindu pada Ibunda masih bersemayam di sudut hati yang terdalam. Tapi mengingat bahwa tak lama dari birrul waalidain saya kepada orang tua yang masih tertinggal satu-satunya ini kami sekeluarga harus berbagi waktu dengan keluarga suami di Bandung, saya pun mengikuti keinginan suami untuk tidak menginap di Cipanas, dimana Ibu saya tinggal bersama Adik saya dan keluarganya.

Sedih sebenarnya karena hanya punya waktu 2 jam untuk berbagi cerita dengan ibu saya. Belum tuntas kangen karena tidak bisa bertemu dengan alasan dan kondisi pandemi selama lebih dari 2 tahun. Tapi menurut pada perintah suami juga adalah hal yang wajib saya patuhi. Akhirnya saya merelakan hati untuk berdamai dengan keadaan. Hujan pun seperti mengerti kesedihan saya sembari mengiringi perjalanan saya sore itu. Saya tutup rasa sendu dengan keyakinan bahwa Ibu saya (sudah) berada di tangan yang tepat. Tinggal dengan adik saya yang berprofesi sebagai dokter adalah keputusan tepat agar penyakit jantung dan kondisi kesehatan Ibu bisa terkontrol dengan baik.

Mampir di Bumi Aki Puncak

Mobil kami berjalan sangat perlahan. Hujan deras dan langit yang pekat menghalangi jarak pandang. Hantaman titik hujan begitu keras menyentuh mobil dan berdentum kencang di kaca mobil bagian depan. Wiper kaca depan tampak begitu keras bekerja agar jarak pandang terdekat bisa dengan mudah terlihat.

Jalanan pun padat dengan kendaraan lain yang tentunya membawa penumpang yang ingin berlibur atau silaturahmi lebaran di Puncak dan sekitarnya. Menyadari bahwa kami akan berjam-jam berada di dalam mobil dan karena memang sudah waktunya perut untuk diisi, suami mengajak untuk berhenti di sebuah resto besar, Bumi Aki, yang letaknya tak jauh dari rumah tapi tak pernah sekalipun kami hampiri.

Setiap saya lewati, resto dengan hidangan ala Sunda ini selalu ramai dan padat dengan parkir kendaraan. Baik mobil maupun sepeda motor. Posisinya yang tanggung dan kepadatan yang luar biasa, membuat saya enggan untuk berhenti. Tapi kali itu, meski tetap dengan kondisi dan keriuhan yang sama, saya memutuskan menyetujui usul suami untuk makan malam di Bumi Aki.

Tak menemukan satu lahan pun untuk memarkirkan mobil di area dalam, kami akhirnya harus menitipkan mobil di bahu jalan lalu berlari kencang ke salah satu bangunan resto yang terdekat. Bukan hanya untuk berteduh tapi juga menggapai dan melipir ke satu tempat khusus untuk mendaftarkan kedatangan kami serta melakukan reservasi on-the-spot.

Sebelum kami, ternyata sudah ada sekian banyak keluarga yang melakukan hal serupa. Beberapa diantaranya tampak sabar menunggu sembari berdiri. Meskipun perut belum begitu menjerit, saya sempat khawatir akan menunggu lama. Tapi karena sudah kadung berada disini dan hujanpun semakin heboh, saya memutuskan untuk berkeliling, memotret sebaik dan sebisa mungkin. Satu kegiatan yang selalu saya lakukan saat harus menunggu. Do something worthy whilst waiting.

Ternyata kekhawatiran saya akan menunggu lama tidak terjadi. Tak lebih dari 15 menit kemudian, salah seorang staff Bumi Aki Puncak mengenakan seragam dan membawa walki talkie, mengajak kami ke salah satu ruang lesehan di gedung yang berada di sisi kiri area parkir. Tempatnya cukup luas dengan pemandangan perbukitan yang cantik tak terkira. Setahap ini saya langsung paham mengapa Bumi Aki Puncak selalu padat pengunjung hampir di setiap waktu.

Apalagi dari info yang saya dapatkan, waktu operasional mereka cukup lama. Mulai pkl. 07:00 wib hingga 21:00 wib (weekdays) dan hingga pkl. 23:00 wib (weekends). Dengan rentang waktu yang begini panjang, berarti Rumah Aki Puncak melayani customer mulai dari sarapan hingga makan malam. Satu rangkaian pekerjaan yang pasti lelahnya gak ketulungan.

Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
bangunan di sisi kanan dari keseluruhan bangunan resto bumi aki. tampak di foto sekumpulan orang yang sedang menunggu antrian untuk mendapatkan tempat
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
satu gedung besar yang berada di sisi kiri jalan masuk
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
sentuhan dekorasi-dekorasi apik dan nyeni di salah satu dinding bangunan

Menikmati Makan Malam yang Luar Biasa

Dingin mendadak menyergap saat kami duduk di lesehan. Hembusan anginnya semriwing menyentuh kulit dan cukup untuk menggelitik perut yang mulai terasa keroncongan. Bergelas-gelas teh tawar hangat cepat disajikan untuk memberikan kenyamanan bagi kami dalam menentukan jenis asupan yang musti dipilih dari berlembar-lembar buku menu.

Kami akhirnya memesan nasi goreng spesial (47.850IDR), sate kambing lemak (82.565IDR), karedok (25.190IDR), sop buntut goreng (99.257IDR), tempe mendoan (22.00IDR), 2 porsi tahu mendoan (46.200IDR), emping (16.380IDR), ayam penyet (43.925IDR), nasi putih 3 porsi (28.500IDR), kentang goreng (25.725IDR), poppertjies (28.875IDR). Total pesanan adalah 466.267IDR. Ditambah dengan PPn 10% menjadi 512.894IDR. Deretan harga, yang menurut saya, masih dalam batas kewajaran dan biasa kita temukan di restoran-restoran sejenis.

Favorit saya malam itu adalah sate kambing lemak dengan bumbu kacang yang tidak terlalu kental tapi juga tidak encer. Dengan lemak daging kambing yang dimasak setengah matang, membuat satenya ringan di lidah, enak dan tidak susah untuk dikunyah. Tahu mendoannya juga istimewa. Setelah biasanya menikmati tempe mendoan saja, kali ini versi mendoan yang nyemek-nyemek bisa saya rasakan dari tahunya yang sangat lembut dengan tekstur halus. Buntut gorengnya juga lezat tak terkira. Bumbunya meresap dengan daging yang juicy. Saya sampai tak rela menikmati kelezatan daging buntutnya dengan kuah yang disediakan.

Awalnya saya mengira sekian banyak pesanan ini tidak bakal habis, tapi nyatanya semua ludes tanpa ampun. Yah kecuali nasi putih yang dipesan kebanyakan. Seharusnya nasi dalam bakulan itu diukur dengan perbandingan 2 porsi : 3 orang. Apalagi saat diasup dengan karedok full sayuran dan bumbu kacang. Porsi 1 nasi bisa ditukar dengan sepiring karedok.

Satu yang kurang memuaskan untuk saya adalah plating nya. Bagi seorang food blogger and photographer seperti saya, tampilan visual dari sebuah sajian tentunya akan lebih indah untuk dipotret jika dihadirkan dengan penataan yang cantik. Sayang Bumi Aki Puncak tidak menerapkan hal ini. Bisa jadi plating tidak masuk skala prioritas karena lebih mementingkan rasa dan kecepatan hidang. Tapi saya berharap, di kedatangan berikutnya, saya bisa memotret makanan pesanan saya dalam tampilan yang lebih kekinian. Baik dalam penataan maupun dalam penggunaan alat sajinya.

Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
pesanan kami yang berlimpah ruah

Berharap Bisa ke Bumi Aki Lagi

Kalimat harapan yang saya lontarkan ke suami saat kami mulai bergerak melanjutkan perjalanan. Keinginan yang diiringi dengan berbagai alasan yang kemudian mendapatkan anggukan setuju dari suami. Setelah belasan bahkan puluhan kali “hanya sarapan” dengan menu bubur Cianjur atau Sukabumi plus Bubur Lapangan yang sudah buka cabang dimana-mana, rasanya mengisi perut di waktu pagi di Bumi Aki Puncak akan memberikan sensasi, jelajah rasa dan kenyamanan yang berbeda.

Saya ingin banget mencoba sarapan di Bumi Aki Puncak. Tentu saja di waktu-waktu antara pkl. 07:00 – 08:00 wib. Saat dimana keindahan bangunan kayu yang merajai hampir seluruh fasilitas serta embun yang masih bertengger di perbukitan sekitar dapat saya rekam lewat lensa kamera. Semua hal yang terlewatkan saat kami dine-in di Bumi Aki Puncak di malam hujan dan pekat hari itu.

Saya juga ingin menjelajah semua fasilitas Bumi Aki Puncak, terutama yang berada di bagian belakang. Jika melihat dari akun IG @bumiaki dan official website mereka www.bumiaki.com, saya penasaran banget dengan rumah pohon dan sebuah spot makan yang tinggi di salah satu bangunan kayu yang dimiliki oleh Bumi Aki Puncak. Area yang juga dilengkapi dengan sebuah taman dan tempat duduk kayu yang terlihat nyaman dan bikin betah.

Lewat IG mereka jugalah saya akhirnya paham bahwa resto Bumi Aki Puncak adalah resto di bawah manajemen yang sama dengan Bumi Nini Puncak. Yang jika diterjemahkan secara harafiah adalah Rumah Kakek dan Rumah Nenek. Bahkan letak keduanya tak begitu berjauhan. Sama-sama berada di Jl. Raya Puncak, Ciloto.

Tempat makan yang juga berada dalam 1 jaringan manajemen adalah Bumi Aki Cibinong, Bumi Aku Bogor, Bumi Nini Cisarua dan Kenangan Nini Pusat Oleh-oleh yang berlokasi di Cisarua. Dibawah bendera PT. BUMI AKI BOGA, perusahaan dibidang food and beverage ini, konsep utamanya adalah menghidangkan sajian ala Sunda. Bumi Aki sendiri adalah sebuah family resto yang sudah beroperasi selama 30an tahun. Dengan fasilitas serba kayu yang tematik, unik dan kokoh, PT. BUMI AKI BOGA juga melayani berbagai catering dan event seperti pernikahan, family gathering, dan lain-lain.

Berselancar di media sosial yang bertabur dengan foto-foto berkarakter plus pengelolaan yang konsisten, PT. BUMI AKI BOGA paham betul bahwa dengan layanan yang siap mereka tawarkan, promosi melalui media sosial bisa menjadi salah satu cara yang ampuh untuk melebarkan sayap bisnis serta meningkatkan rating brand image.

Profesionalitas layanan dan fasilitas juga saya rasakan saat berkunjung ke Bumi Aki Puncak. Tim yang bekerja sangat cekatan dan berjalan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Mereka yang bertugas mengarahkan tamu dan memastikan bahwa setiap tamu terlayani dengan baik, terlihat mengenakan batik cantik dan gagah dengan alat komunikasi yang terus terhubung satu sama lain. Petugas kebersihannya juga berseragam dan sangat banyak. Keramahan mereka juga bisa diacungi jempol.

Saya bahkan menemukan petugas khusus yang menjamin kebersihan dan kenyaman toilet serta musholla. MashaAllah. Senang banget saat melihat ini. Tak hanya terjaga kebersihannya, ketersediaan tissue dan wewangian pun dipasang di setiap bilik. Sang petugas yang tegak berjaga juga cekatan langsung bersih-bersih bilik dan teras yang berada di depannya. Sapaan kecil seperti “hati-hati ya Bu,” semakin melengkapi rasa nyaman yang mampir di hati.

Terimakasih Bumi Aki Puncak. Jika rezeki saya dilapangkan, umur dipanjangkan, kesehatan dianugerahkan, saya ingin bersantap di resto keluarga lainnya yang masih berada dalam satu bilik keluarga Bumi Aki Puncak. Mungkin jejak berikutnya akan terukir di Bumi Nini Puncak. Setelah beranjangsana menikmati jelajah rasa dan kenyamanan di rumah kakek, bisa dilanjutkan dengan bertamu ke rumah Nenek.

Can’t hardly wait indeed!!

Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
ASPAL BASAH YANG MENEMAI SEIKAT BESAR KELAPA MUDA. TURUT MELARUTKAN LAMUNAN SAYA DI MALAM ITU
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
BUNTUT GORENG YANG JEMPOLAN LEZATNYA. SEANDAINYA DIHIDANGKAN DI SEBUAH PIRING YANG UKURANNYA PROPORSIONAL, VISUAL BUNTUT GORENGNYA AKAN JAUH LEBIH CANTIK LAGI KAN?
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
karedok yang bumbunya pas banget
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
nasi goreng spesial dengan potongan ayam dan telur dadar
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
tahu mendoan. enak banget. tahunya lembut, tasty dengan tepung gorengan yang tidak berlebihan sehingga tektur asli tahunya tidak tertutup tepung
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
pemandangan bagian belakang yang terlihat dari lesehan kami. tampak di sisi kanan sebuah teras yang saya yakin juga adalah bagian dari bangunan bumi aki puncak
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
bukit-bukit yang terlihat mulai ditutupi oleh awan. pengambilan foto menjelang maghrib dengan hembusan udara dingin yang merasuk
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
sebuah taman kecil di satu sisi bangunan paling kiri. cerah tersiram hujan. syahdu karena langit tampak menggelap perlahan
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak
saya di depan musholla yang terlihat bersih dan nyaman. di belakang musholla ini ada beberapa bilik toilet yang terjga kebersihan. letak fasilitas ini adalah di bawah ruang lesehan kami.
Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

14 thoughts on “Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak”

  1. Salah satu manager bumi aki, anak muda Cianjur yang waktu saya bersama blogger Cianjur lainnya ikut acara HACI, program pariwisata bupati Irvan, sebelum bupati yg sekarang, sangat ramah. Bahkan kami dijamu di restoran ini dan sebagai feedback nya kami bikin postingan baik di blog maupun media sosial. Sayang ganti bupati, pariwisata Cianjur tidak diprioritaskan lagi

    Reply
    • Beda ya Teh treatment dan kualitas resto yang berada di jaringan perusahaan dengan. manajemen yang bagus. Terlihat dari berkembangnya bisnis yang ada. Duh sayang banget ya kalau pariwisata tidak diprioritaskan. Apa mungkin karena tanpa dipromosikan pun, pariwisata Puncak sudah bergerak sendiri?

  2. Puncak selalu keren
    Ditambah Bumi Aki yang menyesuaikan dengan alam, bikin betah

    Kayanya saya bakal bisa ngabisin sendiri makanan yang dipesan. hehehe

    Udara dingin kan bikin lapar

    Reply
  3. tempatnyaaa.. aduhai bangeeeet. dan lucu ya konsepnya, bumi aki. dan ternyata ada bumi nini yang tempatnya terpisah.

    tapi ini kawasan udah juuuaaaraaaang banget kulewati. setelah jalur jakarta-bandung lewat tol, udah nyaris ngga pernah lewat kawasan ini. kudu tunggu traktiran jalan-jalan dulu, baru bisa nyampe situ kayanya. semoga, suatu kali nanti ☺

    Reply
    • Iya, Kalau ke Bandung memang lebih enak jalur tol. Apalagi dari rumah saya di Cikarang. Kalau ke Cipanas tuh karena saya ada rumah dan mengunjungi Ibu Mbak.

  4. Untuk bareng keluarga ini memang lokasi yang bisa menghangatkan suasana ya Bu, apalagi sajian hidangannya juga nikmat.
    Walau mungkin dari segi plating kurang sesuai tetapi menurut daku angle foto Bu Annie jadi membuatnya tampak kece, sehingga kekurangan tersebut tidak begitu tampak, kecuali pas di zoom

    Reply
    • Pengen balik kesini lagi nih Fen. Pengen keliling lagi biar lebih puas motretnya. Semoga next trip cara menyajikan makannya jauh lebih baik.

    • Iya Mbak Cindi. Saya pengen balik lagi kesini buat motret karena pas yang ini sudah malam dan hujan deras. Jadi gak puas motret dan menjelajahnya

Leave a Comment