KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang

KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang

Dua kata yang pas buat buku ini: SAYA BANGET!!

Sudahlah sama-sama punya mimpi berkunjung ke Korea Selatan eh ternyata Rein dan saya adalah ARMY. Panggilan khusus untuk para penggemar (baca: pemuja) Bangtan Sonyeondan (BTS). Bedanya adalah Rein sudah sukses menginjakkan kaki disana berulangkali sementara saya belum pernah sekalipun (hingga tulisan ini dibuat). Rein sudah pernah nonton langsung konser BTS sementara saya (lagi-lagi) belum sekalipun. Kecuali nonton konser yang diadakan on-line beberapa waktu lalu.

Jadi saat sampai di halaman tertentu yang menyentuh soal BTS, saya langsung tambah semangat membaca dan turut larut dalam setiap cerita sampai di akhir buku yang sungguh mendebarkan. Kok ya pas pula, tempat-tempat yang diceritakan adalah destinasi yang ingin banget saya kunjungi. Dan itu sudah terbayangkan sejak saya menonton KDrama Winter Sonata yang fenomenal itu. Tahun berapa itu ya? Awal 2000-an kalau gak salah. Intinya adalah sungguh terpikat untuk menjelajah negeri ginseng karena berawal dari visual yang didapatkan dari sekian banyak drama korea. Bahkan hingga saat ini.

KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang

Lugas dan Informatif

Buku 194 halaman ini berisi 7 bagian tulisan. Ketika Kesempatan Itu Datang. Incheon to Busan, The Adventure Begins. Busan, City of Tomorrow. Gyeonggi, City of Nature. Seoul, City of Soul. You Only Live Twice dan Sayap Terakhir. Sebuah perjalanan selama 10 hari yang dilengkapi dengan foto-foto dan beberapa lembaran khusus yang berisikan tip dan trik perjalanan ke Korea Selatan, do and don’t yang wajib kita pahami, referensi kunjungan, konsumsi dan akomodasi. Satu paket yang sungguh sangat kita butuhkan saat negara atau tempat yang ingin kita datangi itu bagaikan hutan cantik di tengah jutaan referensi.

Terus terang, saya lebih percaya dengan tulisan jujur seorang pejalan dan mengalaminya langsung ketimbang informasi yang disampaikan lewat seorang petugas travel agency yang menceritakan sebuah tempat tanpa melibatkan rasa dan apa yang sudah dia alami sendiri di tempat tersebut.

Rein tak hanya mengulas tentang indahnya berbagai destinasi impian pelancong tapi juga bagaimana dia berdamai dengan kondisi lelah selama 10 hari perjalanan tersebut pun dengan Yul, teman seperjalanan, yang belakangan saya tahu adalah seorang laki-laki (karena mereka selalu berpisah kamar). Termasuk diantaranya adalah tidak memaksakan fisik harus ini dan itu atau terikat dengan jadwal yang mengikat.

Keputusan untuk backpacker dengan menggunakan transport umum, tinggal di guest house, berbagi kamar tidur dan kamar mandi, tentulah telah sangat menguji kesabaran dan ketelitian. Tapi jangan salah. Perjalanan tipe begini justru melahirkan banyak kisah dan pengalaman. Rein dengan lugas tak segan untuk menuangkan isi hati tanpa takut pembaca akan melabel buku ini sebagai diary pribadi semata.

Bagaimana dia bertemu dan berbagi cerita dengan para penginap dari berbagai negara juga menurut saya sungguh mengasikan. Jadi teringat kalau saya pernah mengalami ini waktu berada di Bangkok. Tinggal di sebuah guest house yang apik dan saat itu dihuni oleh berbagai tamu dari beberapa negara. Pertemuan-pertemuan disaat makan atau sekedar ngopi/ngeteh sambil ngemil pun mampu melahirkan keakraban. Banyak yang saya dengarkan, juga banyak hal yang saya bagikan untuk mereka. Begitulah sejatinya salah satu makna sebuah perjalanan.

Oke. Kembali ke buku Korea Wanderer.

Rein dari awal sudah berbagi banyak sekali informasi yang, menurut saya, bisa dijadikan referensi jika hendak berwisata ke Korea Selatan. Diantaranya adalah 3 guest house yang dia tinggal di 3 kota (Kimchee Busan Guesthouse di Busan, Egg House Namisum di Gyeonggi dan Seoul Pencil Hostel di Seoul). Dua penginapan pertama dipilih dengan mempertimbangkan harga yang murah dan akses yang mudah. Sementara untuk yang di Seoul dipilih karena menawarkan konsep yang menarik. Meskipun lebih mahal tapi Rein bisa merasakan penginapan dengan nuansa tradisional Korea dan bisa benar-benar istirahat dengan lebih nyaman di persinggahan terakhir.

KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang

Beberapa Tempat yang Masuk Wish List Saya

BUSAN. City of Tomorrow.

Jembatan Gwangandaegyo yang terkenal dengan pemandangan yang super indah di malam hari. Sambil menikmati banyak sajian food truck sembari berkelana dalam kehidupan malam yang disajikan di area Pantai Gwangalli. Terus terang saya belum pernah benar-benar merasakan berada di tengah kepungan food truck dalam jumlah yang banyak/besar. Dan sudah terbayangkan bagaimana maruk dan peningnya nanti harus lebih dulu makan atau minum apa. Atau bagaimana mengatur diri untuk bisa menikmati semuanya tanpa harus pingsan kekenyangan.

Kemudian Taejongdae Resort Park. Naik kereta Danubi dengan 5 pemberhentian yaitu Taejongsa Temple, Observatorium, Yeungdo Lighthouse, Gumyeongsa Temple dan Taewon Jagal Madang. Melihat pemadangan laut biru yang sempat dipotret Rein dari Observatorium sungguh menggugah saya untuk berada disana. Sementara untuk Yeungdo Lighthouse. Wah saat tahu harus mondar-mandir lewat ratusan anak tangga, kayaknya perlu saya pertimbangkan kembali. Secara, selain petir, tangga adalah satu hal yang paling saya segani di dunia (ngetiknya sambil tarik napas). Sayang dong sudah jauh-jauh ke negeri orang tapi melewatkan sesuatu yang berkesan atau fenomenal. Entahlah. Mungkin kalau teman seperjalanan mau membesarkan hati saya untuk berjuang mengalahkan tangga, akan saya pertimbangkan.

Gamcheon Culture Village. Yang dikenal sebagai Machu Picchu nya Busan. Memulai titik perjalanan dari Maru Tourist Information Centre and Observatory yang berada di pintu masuk, para pelancong dapat membeli peta seharga 2.000W sebagai panduan untuk berkeliling Gamcheon. Kebayang nih serunya mengumpulkan stempel di beberapa titik yang telah ditentukan di dalam peta. Bener kata Rein. Kegiatan ini seperti mengumpulkan harta karun. Serunya. Terus ada juga beberapa pos diantaranya akan memberikan kita kartu pos. Bahkan di pos Haneul Maru, pengunjung bisa mendapatkan kartu pos kemudian mengirimkan. Yang terlintas dalam pikiran saya ada 3. Pertama mengirimkannya untuk diri sendiri jika teman perjalanan adalah orang lain (bukan keluarga). Kedua, mengirimkannya untuk suami jika pergi ke tempat ini bersama anak. Ketiga, untuk anak-anak jika perginya bareng suami. Aaahhh bakalan terkenang sepanjang masa itu sih.

Mau belanja? Ah tenang. Rein mereferensikan BIFF (Busan International Film Festival) Square yang menyediakan beragam produk untuk kita adopsi, street food yang berjajar di sepanjang jalan, tempat bermain hingga stan peramal. Berbeda dengan Myeongdong yang didominasi oleh toko kosmetik, outlet di BIFF Square ini lebih bervariasi. Mulai dari tas, baju, sepatu, hingga pernak-pernik lainnya. Jiiaaahh. Feeling belanja langsung melonjak nih kayaknya.

Berikutnya adalah Haedong Yonggungsa. Kuil paling terkenal di Busan dan terletak di pinggir laut. Yang menarik untuk dikunjungi ditempat ini adalah patung emas Budha, 12 patung zodiak yang berderet di dinding menuju kuil utama, kolam permohonan, miniatur patung biksu, Eight Story Pagoda, patung naga dan Daengjeon Main Sanctuary yang merupakan tempat paling tenang. Saya sama seperti Rein. Tidak membatasi diri dalam hal tempat kunjungan. Terutama untuk area ibadah. Justru kadang atau seringnya menemukan ketenangan melihat mereka yang berbeda keimanan bisa beribadah tanpa gangguan. Melihat mereka dari satu jarak tertentu dan mengamatinya bisa menggugah kesadaran akan kayanya cara manusia untuk menyadari kehadiran Sang Pencipta.

The last but the most important part dari kunjungan ke Busan adalah Masjid Busan Al-Fatah. Mengunjungi masjid di sebuah bagian minoritas di sebuah negara, adalah salah satu impian saya. Dan itu sudah saya lakukan di beberapa negara yang sempat saya datangi. Apalagi jika menyempatkan diri setidaknya numpang sholat 2 rakaat. Ada haru menyeruak di dada. Begitupun yang Rein rasakan saat mendengarkan adzan yang dikumandangkan. Nangis, terharu? Siapa yang enggak. Apalagi ini kita berada ribuan kilometer dari rumah. Jauh dari orang-orang tercinta yang disebut keluarga.

Lupakan soal perasaan saya ya. Di dekat masjid ini, Rein bercerita ada sebuah resto yang dijamin kehalalannya. Resto Turki yang bernama Cappadocia Turkish Kebab House. Alamak. Saya mungkin akan kalap kalau di resto kebab.

Not to forget to mention, Busan ini adalah kampungnya Park Ji-min dan Jeon Jung-kook. Tau kan? Duo maknae dari BTS yang lucu-lucu dan berbakat itu.

KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang

GYEONGGI. City of Nature

City of Nature? Yap. Karena di provinsi ini tempat wisata memang didominasi oleh wisata alam.

Yang sudah terbayangkan akan saya hampiri adalah Jarasum Park. Tempat yang cocok untuk pemandangan langit malam, bebas dari polusi cahaya dan sangat tenang. Dan akan lebih sempurna jika menyempatkan diri untuk menyewa caravan di Jarasum Campground. Asik banget kali ya duduk melamun memandangi keindahan langit. Lalu menikmati bergelas-gelas kopi dan berbanyak nguyah yang enak-enak.

Berikutnya adalah Nami Island. Yang ini kayaknya beneran gak boleh terlewatkan. Apalagi buat saya dan mungkin teman-teman lain yang pernah larut menikmati KDrama Winter Sonata. Di pulau inilah ada Pine Tree Lane. Jalan panjang yang disamping kiri dan kanannya ditumbuhi oleh deretan pohon cemara. Lalu ada beberapa titik atau spot dimana berbagai adegan romantis tercipta dari Winter Sonata dengan waktu terbaik kunjungan adalah saat musim dingin atau musim gugur. Persis seperti dramanya.

Garden of Morning Calm juga masuk nih dalam wishlist saya. Yang sudah menikmati KDrama Love In The Moonlight, sepertinya wajib nih sampe sini. Salah satu tempat terindah di Gyeonggi yang menjadi venue shooting drama yang cukup menyita perhatian para drakor mania.

Oia selama di Gyeonggi kita bisa menggunakan fasilitas Gapyeong City Tour Bus. Bus ini akan berhenti di Gapyeong Rail Park, Nami Island, Petite France dan Garden of Morning Calm. Harga tiket terusannya adalah 6.000W. Worth to try though.

KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
Nami Island. Sangat indah dan mengesankan. Wajib nih sampai kesini kalau sudah di Gyeonggi. Photo source: SCMP.com
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang

SEOUL. City of Soul

Ibukota yang bukan cuma wish tapi a must visit menurut saya. Dari uraian artikel yang diuraikan oleh Rein di dalam buku ini, berikut adalah some valuable places yang bakal saya hampiri.

Sungai Cheonggyecheon. Meskipun sudah ada Taman Kumbasari, tiruan atau setidaknya mirip seperti sungai ini di Denpasar dan sempat saya buatkan artikelnya, mengunjungi tempat aslinya masuk daftar wajib. Sungai yang terkenal sangat bersih, jernih dengan banyak ikan yang hidup sehat di dalamnya. Sepakat dengan Rein. Buat saya “pemandangan” seperti ini punya kesan yang luar biasa. Apalagi saat mengingat rangkaian kalimat tentang sungai dan dampak lingkungan, “Ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap, barulah manusia akan menyadari bahwa ia tidak dapat memakan uang”.

Baca juga: TAMAN KUMBASARI. River Walk Cantik di Tengah Kota Denpasar, BALI

Dongdaemun Design Plaza (DDP). Suka dengan rancang bangun dan dunia arsitektur. Mengunjungi DDP pasti mengasikkan. Bangunan ini rancangannya dipegang oleh Zaha Hadid. Seorang arsitek berkelas dunia yang berdarah Irak dan Inggris. Konsep bangunannya futuristik, mengejawantahkan sejarah, budaya, dinamika perkotaan, sosial dan geliat ekonomi Korea Selatan. Sungguh satu paket kombinasi antara teknologi kekinian dan kearifan lokal. Tempatnya sendiri meliputi 5 bagian utama yaitu Art Hall, Museum, Design Laboratory, Design Market dan Dongdaemun History and Culture Park. Dari penamaannya saja kita pasti sudah paham ya.

Kemudian ada Ilsan Lake Park yang memiliki taman buatan terbesar di Asia. By the way, Rein juga terdorong untuk sampai sini mengingat Ilsan adalah tempat/kota kelahiran Kim Nam-joon. Rapper dan group leader BTS.

Beberapa tempat lain di Seoul yang ingin saya gapai adalah Gyeongbokgung Palace sembari mengenakan Hanbok, baju khas/tradisional Korea Selatan. Terus pengen juga ke N Seoul Tower. Menginjakkan kaki di observatory, tempat dimana kita bisa melihat ke segala penjuru kota Seoul dan meninggalkan jejak cinta di Love Padlocks Area. Pengen banget lah membeli gempok yang besar dan menuliskan nama saya, suami dan anak-anak tercinta. Berdoa agar kami dilimpahkan kesehatan, rejeki dan kebahagiaan dunia akhirat.

Tapi di atas semua tempat yang dituliskan diatas, satu daerah yang sangat ingin saya kunjungi adalah Itaewon. Yup. Bukan hanya karena drama Itaewon Class yang menyemangatinya tapi juga karena Itaewon adalah lokasi yang menerima manusia dari berbagai ras dan negara. Terutama masyarakat muslim yang mendiami dan berkunjung ke Seoul. Karena disinilah berdiri Seoul Central Mosque. Bahkan kita dengan mudah akan bertemu dengan komunitas orang-orang Arab bahkan bisa menikmati makanan khas Mesir yang sudah mendunia yaitu The Halal Guys. The most wanted ini sih. Apalagi setelah melihat peliputannya di Travel Log nya Jung Hae-in dan berbagai channel TV luar negeri.

Belanja barang yang unik dan lucu, shop hopping, street food, menyaksikan street performer dan cafe hopping adalah juga deretan kegiatan yang ingin saya lakukan saat di Seoul. 3 tempat yang direferensikan oleh Rein adalah Hongdae, Namdaemun dan Myeongdong. Tempat-tempat yang juga begitu populer dan sering diliput oleh banyak youtuber.

Menikmati kuliner khas Korea Selatan di Seoul? Ho oh kudu pake banget itu sih. Rein mengusulkan Mok Myeok San Bang. Salah satu resto terbaik di Seoul yang terkenal dengan Bibimbap nya yang super enak. Lebih mahal dibandingkan dengan resto lain yang menyajikan menu yang sama. Tapi kualitasnya bikin kita melupakan banyak lembaran Won yang sudah kita keluarkan.

Mendekatkan diri pada budaya Korea Selatan? So pasti bisa. Adalah Bukchon Hanok Village. Satu dari empat tempat wisata yang direkomendasikan untuk dikunjungi oleh pewisata internasional. Destinasi wisata yang satu ini penuh berisi bangunan tradisional Korea (Hanok) yang dioperasikan sebagai pusat budaya, penginapan, restoran dan tea house (kedai teh). Sempurna. Membaca kompleksnya jenis wisata yang dihadirkan lewati buku ini aja, rasa penasaran saya meluap-luap. Tinggal sehari sampai 3 hari pun rasanya bakal istimewa. Apalagi buat saya si penyuka sejarah dan budaya.

KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
Seoul Central Mosque, Itaewon. Photo source: indozone.id

2 Bagian Penutup yang Menyentuh Hati

Di 2 bagian/bab penutup yang berjudul You Only Live Once dan Sayap Terakhir, Rein banyak menghubungkan kekayaan pemikiran pribadinya saat dan setelah merasakan kehadiran Korea Selatan di hati dan relung jiwa. Banyak sekali perenungan yang merasuk kedalam benak dan terpatri dengan erat di sanubari. Banyak quote yang ingin saya bagi disini. Semuanya termasuk apa dan bagaimana Rein mengidolakan BTS. K-Pop yang menghadirkan lagu-lagu bermakna termasuk hebatnya Rein berjuang mendapatkan tiket konser terakhir dari rangkaian Wings Tour dunia dengan sesi terakhir yang diadakan di Seoul. Bahkan saking niatnya dan karena sudah melewatkan episode Wings Tour yang diadakan di Jakarta (karena sedang berlibur ke Korea Selatan di atas), Rein dan seorang temannya bahkan rela menghabiskan dana puluhan ribu Won demi berjumpa dengan 7 orang idola serta menyaksikan penampilan langsung menggetarkan BTS di atas panggung. Daebak!!

KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
Bangtan Sonyeondan. Photo source: soompi.com via Pinterest
Baca juga: BANGTAN SONYEONDAN di mata READER’S DIGEST. A Force for Good BTS ARMY
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang
KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang

#KoreaWanderer #BukuKoreaWanderer #ReviewBuku #KisahPerjalananKorea #BukuSolo #ReviewBuku

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

30 thoughts on “KOREA WANDERER. Sebuah Perjalanan Untuk Kembali Pulang”

  1. Familiar dengan layoutnya eh ternyata bener terbitan Laksana :)
    Baca ulasan ini seru, jadi kayak diajak nyelamin isi buku dan petualangan si penulis. Ntar cari aaah.

    Reply
  2. Aaaakkk, makin mupeng buat cuss ke KorSel
    Apalagi, aku baru namatin Hometown Cha rasanya pengin cuss ke desa Pohang.
    Yaaa, walopun si male lead lagi kena rumor ga sedap, yo wis gapapa lah
    daku mupeng banget explore koreaaaa

    Reply
    • Perjalanan ke desa-desa tuh justru membuat kisah perjalanan kita lebih berwarna ya Nur. Aku juga pengen deh bisa melakukan itu.

  3. Kalo kaka jatuh cinta pada winter sonata, aku nonton autumn in my heart alias Endless Love dari SD ampe sekarang ngedrakor hahahha dulu sempat menang undian ke korea tapi ga brangkat jadi diganti uang, pengen deh bisa jalan2 ke korea

    Reply
    • Woaaahh saya juga nonton tuh AUTUMN IN MY HEART dan ENDLESS LOVE. Dua-duanya juga terkenal banget itu. Ceritanya bagus, mengalir dan berkesan banget.

  4. Army dua generasi yaaa Mba Annie. Hehehe. Asik lah, anak sendiri jadi teman seperjalanan.

    Winter Sonata 2002 mba. Itu pas aku masih kelas 1 SMA. Wkwkwk. Jadul banget. Waah, buku yang menarik. Baca bukunya serasa sudah berada di sana duluan.

    Semoga pandemi segera berakhir dan kita bisa traveling lagi yaaa Mba Annie. Amiiin.

    Reply
    • Hahahaha yoa. Meski baru bergabung di INDOMY (Indonesian Army) dari 2018, kisah perjalanan Bangtan bener-bener sudah bikin saya terpesona dan mengagumi mereka.

      2002 baru SAMA? Walah. Saya sudah 12 tahun kerja itu hahahahaha. Dan jadi nonton Winter Sonata karena dipengaruhi oleh teman-teman kantor yang banyak lagi gandrung sama Drakor

  5. Bukunya cucok banget dah buat traveler sejati, terlebih saat ini Korea udah jadi kayak salah satu destinasi impian sejuta umat Indonesia.
    Para KPop memang luar biasa ya mengangkat nama negaranya jadi nomor satu di hati penggemarnya.
    Yang baca ini langsung semangat banget pengen ke Korsel :)

    Reply
    • Bener banget Mbak. Setelah baca buku ini, keinginan untuk sampe ke Korea Selatan jadi semakin menguat

  6. Baca buku ini jadi makin pengen ke Korea Selatan. Menarik banget isinya ya, saya jadi ikut ngebayangin tempat-tempat yang ingin dikunjungi di sana. Penasaran juga pengen kunjungin masjid di Busan. Moga suaaty saat nanti bisa berkunjung ke Korea Selatan deh.

    Reply
  7. MasyaAllah … Baca ulasannya Mbak Annie aja udah seasyik ini, apalagi kalau membaca bukunya langsung. Lebih asyik lagi kalau betulan menikmati perjalanan ini. Huaaa … Pengen juga. Sukaku tuh begini nih, saat traveling ke suatu tempat, bukan hanya tempat yang biasa diekspos, tapi juga menelusuri tempat-tempat yang selama ini orang nggak kunjungi padahal menarik sekali. Busan ternyata menarik juga ya buat dikunjungi, seperti ke Taejongdae Resort Park dan Gamcheon Culture Village. Nabung, nabung, nabung … Biar bisa kesini bareng keluarga. Mudahkan, Ya Allah … Aamiin.

    Reply
    • Dan semoga pandemi segera berakhir ya Mbak. Pengen banget punya kesempatan menginjakkan kaki di negeri ginseng ini. Plus melakukan rangkaian perjalanan dan pengalaman yang sama asiknya dengan apa yang sudah didapatkan penulis.

  8. Kata-kata dalam tulisan “Kembali Pulang” selalu membuat hati saya teriris. Entah mengapa. Selalu ada kesan religius/kangen dengan kampung halaman di dalamnya. Ya itu mungkin hanya pemaknaan saya saja tapi tidak untuk korea wanderer ini. Btw, reviewnya keren banget. Sudah kubaca tuntas.

    Reply
    • Saya pernah sebulan melanglang buana di Eropa Timur Mas Wahid. Itu yang namanya kangen tanah air tuh luar biasa. Termasuk kangen suami dan anak-anak. Suami sampai bela-belain cuti 2 hari khusus untuk jemput saya dan menyelesaikan rasa kangen. Anakku sampe bilang, “Lain kali perginya jangan kelamaan ya Bunda”. Selalu ketawa kalau ingat itu.

  9. Saya kalau baca review buku di blog ini, langsung pengen cari bukunya buat di baca.
    Korsel ini masih jadi impian juga untuk dikunjungi.
    Kebetulan sebelum menikah, suami pernah kerja di Korsel 3 tahun, sering dengar cerita juga tentang keindahan alamnya di sana. Sayangnya dulu belum jaman video call, jadi ya dengar suaranya aja. Masih jamannya yahoo mesengger dan mesti ke warnet kalau pengen lihat wajahnya.

    Reply
    • Waahh sayang ya gak ikutan ngungsi ke KorSel. Oalah. Jaman teknologi masih merangkak yo Mbak Nanik. Masih banyak keterbatasan.

  10. Petualangan tempat menginspirasi ketika berkunjung di beberapa tempat bagus Korea Selatan bisa mewakili keinginan pembaca untuk berkunjung di negeri Ginseng tersebut, ulasan bukunya apik disajikan oleh penulis juga, keren.

    Reply
  11. Wah bukunya keren ya merekomendasikan tempat-tempat menarik di Korea, saya jadi ingat anak perempuan saya yang cita-citanya pengen ke Korea juga😆 dia mesti baca buku ini nih.

    Reply
  12. Sudah lama sebenernya berencana backapckeran ke korea karena setauku disana ramah wisatawan dan fasilitas publik seperti transport umum cukup lengkap tapi ap daya pandemi melanda jadi gagal

    Reply
    • Rutenya bisa dicontoh nih Mbak. Kalau buka beberapa lembar bukunya, banyak banget informasi soal apa dan bagaimana transportasi umum yang bisa gunakan

Leave a Comment