Siapa sih yang gak suka dengan mie bakso, mie ayam atau bakso nya aja? Sejauh pengalaman kuliner bareng sekian banyak orang, semua menu yang berhubungan dengan ketiga sajian yang saya sebutkan tadi, tumpah ruah penggemarnya. Banyak penggilanya malah.
Contoh tersempit di kompleks saya deh. Ada abang-abang bakso dorongan yang nangkring di salah satu sudut ruko. Tempatnya gak luas. Cuma ada 2 meja dengan 4 bangku panjang. Tapi yang ngantri. Alamak. Dengan keterbatasan seperti itu, sebagian besar pelanggan, saya perhatikan, lebih suka takeaway ketimbang dine-in. Apalagi di musim pandemi seperti ini. Meski terlihat berkurang tapi tetap aja gak berhenti orang mampir dan bungkus.
Itu baru satu contoh ya.
Ada lagi yang berada di luar kompleks. Kalau di atas sekelas abang dorongan, yang satu ini punya resto seukuran 2 ruko, berada di pinggir jalan besar, tapi olahannya tetap di dorongan/gerobak. Yang disajikan juga bukan cuma bakso. Tapi juga berbagai jenis mie ayam dengan topping yang bervariatif termasuk pilihan jenis bakso yang banyak banget. Ada yang isi telor (1 telor utuh), daging polos, daging urat, isi keju, dan masih banyak lagi. Meski diterpa isu memakai penglaris, mie bakso yang satu ini punya pelanggan yang tidak sedikit dan tetap eksis hingga saat ini.
Menemukan Mie Baso Ramdhan Lewat Google Maps
Saya sedang menikmati potongan burger yang tebal dan nikmat di Justus Steak House, Mall Festival City Link, saat suami menginformasikan bahwa berdekatan dengan Hotel Santika Pasir Koja yang berada di seberang mall dan akan kami inapi, ada sebuah resto dengan menu serba mie yang ratingnya di Google Maps lumayan tinggi. Setelah sempat melirik sebentar ke beberapa foto, kami pun bersepakat untuk makan malam disana.
Baru juga mulai makan siang udah mikir aja strategi makan malam. Demi apa coba? Entahlah. Menikmati obrolan aneka ragam antara pasutri tuh terkadang gak perlu alasan tertentu. Ya gak sih?
Baca juga: SANTIKA Pasir Koja Bandung. Weekend Getaway di Awal Oktober
Obrolan tentang resto ini pun bersambung tatkala kami gegoleran di kamar hotel. Melihat saya sudah bebersih diri, suami menawarkan solusi untuk kesana sendirian, membungkus dan makan di kamar hotel saja. Saya langsung menyetujui sebelum akhirnya tepar dengan damainya. Menikmati kasur empuk, suhu ruangan yang pas dan mengistirahatkan diri sementara jadi prioritas dulu.
Tapi entah kenapa, salah satu postingan di Google Maps yang sempat saya lihat tadi, merasuk dalam pikiran dan mampu membuat saya merubah keputusan. Ya kali sampe kepikiran sedemikan rupa. Alih-alih kepengen makan di kamar aja mendadak berubah. Saya berganti baju baru (taela), berdandan ala kadarnya seperti biasa, dan bersegera menggandeng suami yang sudah siap lebih dahulu.
Ternyata penempuan di Google Maps sungguh menginspirasi pada akhirnya.
Cuma butuh waktu 5 menit berjalan kaki untuk sampai di resto ini. Jaraknya dari hotel, seperti yang disampaikan suami, hanya 100m dengan sebuah lahan kosong diantaranya. Ruang makannya berada di bagian terdepan dari sebuah rumah mewah berlantai 2 yang kalau saya tidak salah menghitung luasnya sekitar 500 hingga 800 meter sampai bagian belakang.
Di teras depan inilah ada lumayan banyak meja untuk para tetamu. Beberapa kulkas dan pendingin khusus bahan mentah serta ice cream. Space khusus untuk kasir dan dagangan lainnya (seperti kopi, teh, dll). Open space kitchen. Lalu ada toilet dan musholla. Serta ruang kecil untuk para staff beristirahat. Dan yang paling menarik adalah sebuah kolam kecil berpagar hitam yang di dalamnya ada belasan ikan koi yang gemuk-gemuk, besar dan terlihat sehat.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk memutuskan memesan Mie Yamin manis untuk saya, Mie Yamin asin untuk suami, 1 mangkok pangsit rebus dan 1 porsi bakso goreng. Lalu untuk minuman, saya memesan 1 gelas tinggi es jeruk kelapa dengan gula terpisah sebagai penawar udara yang (tetap) panas di malam itu, dan teh hangat untuk suami.
Mie Yamien yang pas dengan selera saya adalah yang versi manis. Karena sejatinya konsep mie yamien adalah versi mie ayam biasa yang kemudian dilamur atau dilumuri dengan kecap manis. Penggabungan yang sempurna antara asin dan manis yang bikin candu. Jadi setiap bertemu mie yamien saya selalu memesan yang manis tanpa ragu. Mie ini biasanya hanya dilengkapi dengan suwiran daging ayam (yang juga manis) serta potongan daun bawang yang lumayan banyak. Sesederhana itu tampilannya. Begitupun yang dihidangkan oleh resto ini. Tapi jangan salah. Tampilannya yang simpel berbanding terbalik dengan rasa lezat yang saya nikmati. Dugaan saya sih, mie mentahnya mereka bikin sendiri. Karena tekstur, kekenyalan dan kenikmatannya berbeda dari mie kebanyakan. Suami sampe heran melihat saya makan dengan semangat dan mampu menghabiskan semangkok penuh tanpa memerlukan bantuannya seperti biasa. Apalagi saat itu saya juga memesan seporsi bakso goreng (isi 4) sebagai pelengkap hidangan.
Kelaparan? Gak juga. Semua mampu saya tandaskan karena memang rasanya jempolan. Dan kebetulan pulak saya sudah berapa masehi tidak mengkonsumsi mie yamien.
Yang menjadikan makan malam kali itu semakin sempurna adalah kehadiran bakso gorengnya. Renyah sempurna dan dilengkapi dengan bumbu cocolan kental yang sarat dengan rasa lemon. Baru kali itu saya merasakan cocolan seperti itu. Enak banget deh.
Untuk kelezatan dan pengalaman perdana kami di Mie Baso Ramdhan malam itu, kami harus membayar total biaya senilai Rp 121.500,- dengan rincian Rp 29.545,- untuk seporsi bakso goreng, Rp 23.637,- untuk yamien asin, Rp 31.819,- untuk mie yamien pangsit (basah), Rp 22.728,- untuk es jeruk kelapa dan Rp 2.728,- untuk segelas teh tawar panas. Semuanya kemudian dikenakan 10% PB1.
Dalam perjalanan balik menuju hotel bahkan sampai di kamarpun, saya kerap memuji sajian yang barusan kami rasakan. Suami setuju dengan apa yang saya sampaikan hingga kami pun sepakat untuk takeway beberapa item untuk oleh-oleh anak-anak di rumah setelah check-out. Dan buah tangan inipun semakin menyelerakan saat kami menambahkan 2 porsi pangsit goreng yang super enak. Bahkan, menurut saya, lebih enak jika dibandingkan dengan pangsit goreng serupa yang dimiliki oleh sebuah jenama mie ternama di Indonesia.
Baca juga: Gubug Makan MANG ENGKING Cikarang. Sedap Masakannya. Nyaman dan Menyenangkan Tempatnya.
Yang Juga Mengesankan Dari Mie Baso Ramdhan
Setiap tempat yang bisa diakses oleh publik biasanya selalu ingin meninggalkan kesan yang tak terlupakan bagi para pengunjungnya. Apalagi di era kebebasan penyebaran informasi seperti saat ini. Beberapa hal yang sepantasnya mampu mendukung kesan khusus atas sajian yang dinikmati.
Begitupun dengan Mie Baso Ramdhan. Selain open kitchen yang selalu bersih di 2 kali kedatangan kami, tempat ini juga mengajak pengunjungnya untuk mencintai ikan. Kolamnya tidaklah besar. Lebih dari cukup untuk menampung belasan atau mungkin puluhan ikan koi yang gemuk-gemuk dan cantik dengan berbagai motif badan. Pihak resto menyediakan pakan kering seharga Rp 10.000,- jika tamu ingin merasakan sensasi memberikan makan ikan. Yang lucunya, meskipun kita hanya berdiri di pinggir pagar yang membatasi kolam, ikan-ikan yang menggemaskan ini langsung berenang dan mendekati kita. Akan lebih seru lagi kalau kita menyebarkan pakan kering itu dan menyaksikan mereka merapat dengan mulut terbuka dan saling berebutan mendapatkan makanan.
Kegembiraan dan antusiasme yang jarang kita saksikan. Bahkan untuk kami yang juga memiliki kolam kecil di depan rumah dan berisikan sekian banyak ikan-ikan cantik.
Satu hal lagi yang juga mengesankan adalah sebuah papan tulis yang menempel di salah satu sisi dapur. Papan tulis ini berisikan informasi tentang protokol kesehatan yang menjadi acuan resto, juga info mengenai pegawai yang sedang bertugas. Nama serta juga suhu tubuh mereka yang menandakan bahwa mereka dalam keadaan baik serta sehat. Hal kecil yang jadi perkara penting menurut saya. Setidaknya we feel safe and understand that they care.
Saat kembali untuk sekian banyak bungkusan sebagai oleh-oleh untuk anak-anak di rumah keesokan harinya, saya menyisipkan janji untuk menuliskan review singkat berisi dan beberapa foto ciamik untuk resto yang satu ini.
Dan saya menepati janji itu.
Baca juga: Merasakan Masakan ala Timur Tengah di ABUNAWAS BALI. Lezat Makanannya. Cantik restonya.
Galeri Foto
#MieBasoRamdhan #KulinerBandung #MieYamien #MieBaso #BandungCulinary #RestoDiBandung #ExperienceBandung #VisitBandung
Pangsit gorengnya ulalaaa, kayaknya lebih enak ketimbang pangsit goreng Bakmi GM ya? *oopss, sebut merek ehheheh
Aku blum pernah ke sini, Mba.
Pengin banget kulineran ke BDG lagi.
Trakhir tuh ke BDG January thn 2020 (blm ada rame2 covid), aku ke Paris Van Java, udah mau ke Justus Steak yg di PVJ….eh, ternyata sodaraku berubah pikiran, minta makan shabu2 aja wkwkwk.
Ku tunggu review Justus ala mba Annie ya :D
Hahahahaha nah itu. Lebih enak dari jenama yang satu itu. Suamiku juga bilang begitu. Yang di Ramdhan ini lebih renyah dan bumbunya lebih terasa.
Justus yang terbesar memang yang di PVJ itu. Dah ada beberapa teman yang kesana dan semuanya terkesan. Aku juga pengen deh mampir kesana. Foto-fotonya pasti lebih bagus disana keknya.
Masha Allah, liatnya di laptop pula, jadi gambarnya gede menggoda, bacanya sambil glek glek sendiri hahahaha :D
Trus jadi pengen makan mie bakso pula, tapi di sini belum tahu di mana mie baso yang seenak ini, tampilannya kece, rasanya nggak mengecewakan, duh ngiler :)
Tapi kalau saya makannya nggak pake kecap sih Mba, kurang suka kalau manis :)
Hahahahaha. Kalo Mie Yamien, kecapnya sudah diencerkan Mbak Rey. Jadi rasanya gak terlalu manis. Saya juga kurang suka dengan makanan atau minuman manis. Jadi Yamien ini masih dalam skala manis yang acceptable.
Emang makan mie ayam, mie pangsit, bakso, dan yang berkuah paling enak kalo ditemenin pangsit goreng ya, kriuk-kriuk bikin lidah meleleh hehe. Waw, mie yang dipotonya itu sepertinya enak ya kak Annie. Layak dicoba kalo pas ke Bandung :)
Udah nyobain mie Yamien belum Mas Wahid? Enak pake banget loh itu
Ternyata tidak cuma di Surabaya yang warganya doyan bakso dan mie ayam deh Bu. Bakso dan Mie ayam seperti makanan sejuta umat ya. Banyak penggemarnya. Saya jadi pengen nyobain mie yaminnya di Bandung ini Bu. Dari penampakannya enak nih pasti
Banget Mbak. Makanan merakyat ini sih. Ada yang murah tapi juga ada yang berkelas. Olahannya juga beragam. Seperti mie Yamien itu.
Wah jadi kepengen makan mie yamin. Lihat tekstur mie yaminnya sepertinya sedap dan original. Kalau saya ingat yamien ingat warung yamin yang didatangi atas rekomendasi Ibu dulu
Nah, suka dengan resto yang paham protokol kesehatan. Karena saat makan, pastinya harus buka masker. Gak pengen juga selama makan jadi ada rasa kurang nyaman. Restonya juga terlihat bersih. Duh! udah berapa abad ya saya gak makan mie yamin? :D
wah ngecessss….
kok saya belum pernah coba Mie Bakso ramdhan ya?
Padahal Mall Festival City Link deket dari rumah lho
pesen via gofood/grabfood ah
Ya ampun mie yamin favorit nih waktu masih tinggal di Bnadung..emang terbukti enak sih ya mie yamin ini..manis nya pas buat lidah aku..btw saya auto lapar lihat gambar foto makanan yg diambil Bu Ani
Mie bakso Ramdhan bagus dicoba jika berkunjung kesana baiknya, ada pemandangan kolam ikan pula sama kebersihan tempatnya oke
Mantap, nih. Jadi mi yaminnya enak banget, ya. Aku catet deh kalau nanti ke bandung.
Sambil menunggu pesanan siap, bisa kasih makan ikan dan menikmati pemadangan ikan yang berenang berebut makanan. Menunggu jadi nggak membosankan ya.
Mie dan bakso ini emang makanan favorit banyak orang, termasuk saya. Dari yang dijual keliling pakai gerobak dorong, mangkal di pinggir jalan dengan tenda seadanya, sampai yang jualannya di ruko megah, enak semua. Dasarnya emang doyan sih hehehe…
Iya Mbak Nanik. Ngasih makan ikan ternyata menyenangkan banget loh. Seneng liat mereka bergerak-gerak lincah dan berada bergerombolan di dekat kaki kita.
Hahahahaha. Saya juga gitu Mbak. Seneng banget sama mie ayam (yamien atau bukan). Hobi pokoknya. Dan senang nyoba berbagai macam jenis/variasi
Bikin ngiler mie yaminnya nih mbak, harganya juga cukup terjangkau. Duh, kapan ya bisa ke Bandung. Syukur si baby udah lahir, kalau gak bisa ileran nih. wkwkwk…
Semoga kalau pas ke Bandung bisa mampir kemari ya Mbak
Mie yamin favorit emang mba. Gak perlu pake kecap saos cabe juga dimakan original gitu aja udah enak, apalagi disiram kuah. Beuuuuh, raos pisan.
Tempatnya gak luas tapi bersih banget mba di fotonya.
Bener banget. Saya juga kalau menikmati mie Yamien selalu tanpa campuran apapun kecuali topping yang sudah disediakan.
Siippp… Masuk ke list kalau akhir tahun pulang kampung ke Bandung. Sebagai pecinta bakso dan mie, ini mah harus dicoba. Aduh, jadi tambah kangen Bandung nih…
Menggiurkan banget ini, jadi senang kalau udah ke Bandung bisa mampir ke sini ya, bakal nambah dan makan banyak deh ehehe
Keren Google mapsnya aktual berarti ini bisa mengarahkan ke tempat yang asik ada mie yaminnya. Mantap. Jadi pengen makan mie Yamin, tapi lagi gak di Bandung huhu
hwaaa. kelihatannya enak dan tempatnya nyaman. nanti kalo lewat situ wajib coba
Sebagai orang bandung.. tolong kenapa ini bisa-bisanya aku bafu tahu ada rekomendasi mie ayam.baso seenak ini di pasor koja.. huhuhu..
Mak annie kalo ngasih rekomendasi gak pernah gagal.
Fix besok weekend melipir mie baso ramdhan.
Omegad… Omegad
Mie ayam is my paporit olahan mi.
Mama ada baso nya. Itu lagi, kuh siomay nya sungguh menggoda selera 🤤
Selalu suka jepretan hasil mba Annie. Bagus dan berasa aku ada di sana. Ngiler pengen coba juga jadinya mba. Ajak dolan ke sini diriku kalo main ke Bandung ya mba hehehhe
Mie yamin yang menggoda banget mbak… Huhuhu kog ya pas baca ini pas jam 11 siang saat perut sedang lapar-laparnya. Melipir ke mie yamin juga ah…
Sebagai pecinta olahan mie, aku wajib bgt nih ke sini kl ke Bandung lg. Dr penampakan foto2 teh Ani sudah sukses buat aku ngences. Btw, kl aku pesennya samaan dengan suami teteh, mie yamin asin. Aku ga suka manis2