Angin dan udara panas menerjang tubuh saat saya tiba di Batik Atik yang berada di Jl. Soekarno Hatta No. 50, Anggut Atas, Bengkulu. Tapi meskipun dalam kondisi menyengat, ajakan Daniel ke tempat ini sangat menggembirakan hati.
Sebagai seorang pecinta wastra nusantara, bisa mengunjungi salah satu tempat pelestari budaya lokal seperti Batik Atik ini, adalah satu kesempatan yang gak bakalan saya lewatkan. Kapan lagi kan bisa mampir kemari? Salah satu provinsi kecil di Sumatera yang banyak menyimpan destinasi wisata yang belum begitu populer di kalangan para pejalan.
“Banyak sih Mbak produsen dan pedagang Batik Besurek Bengkulu di kota, tapi Batik Atik adalah yang terbaik dan tersukses yang saya dengar,” begitu jawaban Daniel saat saya tanya alasan dia membawa saya ke Batik Atik.
Saya mengangguk paham. Tampaknya Daniel paham akan apa yang saya inginkan. Karena sehari sebelumnya saya sempat bertanya soal beberapa produk khas daerah yang berkarakter kuat untuk saya kunjungi, foto dan liput. Salah satunya adalah produk wastra yang menjadi wajah asli Bengkulu.
Terkesan dengan Sambutan Hangat
Bangunan berupa ruko tunggal di hadapan saya tampak cukup sederhana tanpa polesan fasad yang bersolek. Hanya ada sedikit lahan parkir dengan teras mini dan dinding penuh dengan kaca gelap. Daniel memarkirkan mobil persis di halaman depan yang kebetulan belum ditempati.
Saya turun dari mobil, melangkah cepat dan membuka pintu. Ruangan berpendingin yang nyaman langsung menyambut tubuh yang mulai gerah dengan cuaca.
“Waalikumsallam Wr. Wb.,” terdengar banyak suara membalas sapaan saya. Sambutan hangat dan wajah-wajah berseripun langsung hadir mengisi ruangan.
Tampak di hadapan saya beberapa orang tamu, ibu-ibu yang sedang dilayani dan menikmati satu persatu batik yang dihamparkan di sebuah karpet bersih. Mereka tampak begitu antusias dengan kalimat-kalimat pujian yang tak henti selama memegang satu demi satu batik Besurek di hadapan mereka.
“Silahkan masuk Ibu.” terdengar kembali suara dari seorang wanita muda yang cantik berkulit putih. Saya mengangguk ramah dengan senyum terbaik dan dua mata yang tak henti memandang ke setiap sudut ruangan. Saya mendadak terbenam dalam lautan kekaguman dan sibuk menentramkan netra dan hati yang sesak dengan pujian.
Di semua sudut ruangan terhampar ribuan batik Besurek dalam berbagai jenis finished products. Ada yang masih berupa kain meteran, baju atasan baik untuk wanita maupun pria, gamis, tas-tas wanita, dompet, dan masih banyak lagi. Hadir dengan berbagai motif dan warna-warna yang menggugah, berada di ruangan butik ini bagaikan sebuah oase bagi penikmat kain nusantara seperti saya.
Masih belum selesai menata hati yang terpasung raga kagum, Mbak Atik, wanita yang menyapa saya tadi, memberikan referensi beberapa baju atasan yang ukurannya pas di badan saya. Ada lima pilihan yang beliau hadirkan. Semua dalam corak yang berbeda dan dengan kompilasi atau potongan-potongan kain yang terlihat menyempurnakan satu dengan lainnya.
Saya menelan ludah berulangkali. Seandainya saya Nagita Slavina, puluhan lembar bajupun akan saya ambil. Tanpa terkecuali. Tanpa harus berpikir dua kali, tiga bahkan lima kali.
Memahami saya yang sedang larut dalam kebingungan. Maklum. Nasib dompet belum se-sejahtera para sultan. Mbak Atik tampak ramah melayani dan memberikan banyak masukan agar saya dapat memilih yang terbaik.
Akhirnya dari lima lembar yang bolak-balik saya padankan di tubuh dan berkaca, dua diantaranya saya putuskan untuk diadopsi, turut memenuhi koleksi batik yang ada di walk-in closet kamar saya.
Mbak Atik bahkan memberikan harga khusus yang tentu saja saya sambut dengan wajah berbinar-binar.
Jejak Langkah Batik Atik Mengenalkan Batik Besurek
Lepas menahan nafas dengan keindahan batik Besurek, saya memutuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di butik milik Mbak Atik ini. Mumpung ketemu sama owner nya kan? Kapan lagi bisa bertukar cerita dan menggali jejak langkahnya dalam mengenalkan batik Besurek ini. Apalagi sepanjang kami mengobrol, banyak sekali insight baru yang saya dapatkan dari mulut ibu muda berusia 30-an ini. Pengetahuan istimewa tentang batik Besurek pun tentang Batik Atik yang sudah mengembangkan nama baik jenamanya, baik di dalam maupun di luar negeri.
Gebrakan Batik Atik ternyata gak main-main loh. Usia boleh masih muda tapi semangat agar Batik Besurek membelah pasar dunia sudah tertanam kuat. di dalam diri sejak Mbak Atik menamatkan sekolahnya di bidang fashion.
Pameran di banyak tempat baik di dalam negeri maupun di luar negeri pun dilakoni. Terutama mengikuti berbagai event wastra dalam skala besar yang sering diadakan di Jakarta atau oleh berbagai negara. Dari aktif mengikuti berbagai pameran inilah, Batik Besurek mencetak transaksi penjualan yang tidak sedikit. Bahkan pernah, menurut cerita Mbak Atik, batiknya ludes habis diborong pelanggan saat berjualan di Arab Saudi.
Mantab jiwa.
Lamat saya mendengarkan cerita Mbak Atik dengan kekaguman tak tertahankan. Satu demi satu cerita yang meluncur bagaikan kisah sebuah perjalanan yang melewati berbagai anak tangga. Tak mudah memang meneruskan usaha keluarga. Apalagi ibunya Mbak Atik, yang ternyata seumuran saya, adalah juga wanita sukses yang bergelut dalam bidang yang sama. Kewajiban dan tanggung jawab yang kemudian pindah ke bahu Mbak Atik.
Dari nada dan caranya berbicara, saya lagi-lagi menyimpan kekaguman yang tak terkirakan. Proses produksi kain yang dilakukan di dua tempat (Bengkulu dan Jawa), nyatanya keindahan batik Besurek sudah semakin berkembang dengan inovasi-inovasi baru.
Hal ini mudah terlihat dari baju atasan yang saya beli. Selain menonjolkan motif bunga Rafflesia Arnoldi (bunga bangkai) yang memang adalah ikon Bengkulu, baju ini bercampur dengan motif garis-garis khas batik asal Jawa (motif lurik) yang tampil dengan garis tegas. Saya yang dulunya berpikir bahwa guratan garis “tabrak lari” jika bertemu motif bunga, ternyata lewat batik Besurek paham itu langsung luntur seketika.
Saya mengagumi bagaimana cerdasnya Mbak Atik, memanfaatkan sisa kain, mengkombinasikannya, hingga tercipta sebuah karya baru yang tak kalah bernilai.
Ini yang selalu saya kagumi dari seorang fashion designer dan womanpreneur sukses seperti Mbak Atik.
Sekilas Pandang Tentang Batik Besurek
Kata Besurek yang menjadi nama dari batik asal Bengkulu ini berarti bersurat atau tulisan. Budaya tulisan dalam kain ini masuk ke Bengkulu pada abad XVI saat Islam masuk ke provinsi ini. Karena itu motif utama dan awal dari batik Besurek adalah kaligrafi yang menunjukkan sentuhan ke-Islam-an saat itu.
Dari beberapa literature yang saya baca, sebelum Islam masuk ke Bengkulu, provinsi ini telah memiliki kain tenun yang bernama Delamak. Motifnya berupa pucuk rebung, garis pantai, perahu, siku keluang dan gambar manusia. Dan ketika Islam masuk, tenun Delamak berkolaborasi dengan batik Besurek yang motifnya dominan kaligrafi. Keduanya berpadu apik, melahirkan rangkaian keindahan wastra yang elok tak terbilang.
Jadi tak aneh saat saya melamati koleksi yang ada di Batik Atik. Jejak-jejak Delamak yang bercampur dengan batik Besurek menguasai setiap produk fashion yang dibuat/dirancang dan dijahit oleh Batik Atik.
Pilihan warna-warnanya sangat luas. Mulai dari shocking color seperti kuning terang, merah terang, dan lain-lain yang gonjreng, berpadu apik dengan berbagai warna lembut dan kalem, warna alam, serta beberapa warna gelap seperti coklat tua dan hitam.
Menyusur kembali banyak kain yang tersedia di dalam butik, saya melihat dominasi guratan lukisan bunga Rafflesia dalam berbagai ukuran dan warna. Kehadirannya seakan melengkapi bahkan memperkaya value dari batik Besurek.
Selayaknya kain khas daerah dan banyak wastra di nusantara, batik Besurek tentunya digunakan dalam banyak kesempatan sembari membawa budaya dan kearifan lokal. Baik itu upacara formal atau dikenakan oleh orang-orang penting di daerah, kehadirannya juga melengkapi kebutuhan sandang sehari-hari. Masyarakat Bengkulu tentunya bangga mengenakan produk asli daerah, yang sekaligus menjadi ciri khas lokal yang membedakan mereka dengan daerah-daerah lain. Dalam hal ini khususnya di dunia wastra.
Tanpa terasa saya menghabiskan dua jam bersilaturahim dengan Mbak Atik. Bertukar cerita, berbagi pengalaman, saling mendengarkan serta saling mengisi. Satu kegiatan penuh berkah dan kaya manfaat, khususnya bagi kami berdua yang pada dasarnya sama-sama beranjak dari dunia kreatif, fashion and manmade items. Hanya saja lahan kami berbeda. Jika Mbak Atik berkutat di dunia wastra, saya mengotak-atik dunia handmade jewelry.
Cerita sukses Mbak Atik telah begitu menginspirasi. Begitu menyemangati. Kerja keras nyatanya tak akan mengkhianati hasil.
Teruslah bergerak Batik Atik dan batik Besurek. Sukses menapaki setiap tangga kesuksesan dengan terus menjaga wastra khas daerah sebagai warisan sepanjang masa.
Terimakasih sudah menerima saya dengan hangat dan begitu kekeluargaan.
melihat motifnya sungguh indah batik ini.
Kalau dipikirkan memang beragam ya motif batik Nusantara kita,
jadinya pengen untuk punya, apalagi ini wastra asli.
Semoga terus berkembang batik basurek ini di kancah internasional dan di kita pun banyak yang memakainya sekaligus upaya dalam pelestarian juga ya
Apalagi baju-baju siap pakainya Fen. Ada perpaduan antara Batik Besurek Bengkulu dengan motif Lurik dari Batik Jawa. Kombinasi warnanya juga keren sekali. Sampai galau maksimal harus adopsi yang mana.
Wajar Bu Galau,
Mau diborong semua lah..lumayan dompet eh hehehehe..
Tapi juga seakan gak rela semisal dilewatkan ya hehe
Duh cantik-cantik, jadi pengennnnn…..
Gak nyangka batik dilestarikan dan dihargai setinggi ini
dulu, alm ibu saya penjual batik,
jadi bosen banget lihat batik dan gak mau pakai karena mudah mbluwek
Juga pernah terbersit opini batik itu ndeso , hahaha terlalu ya?
Hihihihi. Saking seringnya lihat Batik di rumah ya Mbak. Kalo saya tetap terkesan dengan Batik Lawas. Apalagi yang warnanya masih terlihat elegan.
Waaaaaw, sepertinya kalau aku yang datang ke Batik Atik akan langsung lapar mata seketika. Suka banget lihat warna warni cantik begini. Auto pingin jahit Cardigan, hehe.
MasyaAllah senang banget akhirnya aku dapat cerita lengkapnya. Rupanya Mba Atik yang masih muda begini sudah sukses mengenalkan Batik Beurek khas Bengkulu ke ranah dunia ya. Rupanya pula beliau tangguh menggembangkan usaha batik ini sebab tanggungjawab yang dahulu diberikan orangtuanya, namun berkat kecintaannya yang luar biasa dan keluasan ilmunya, akhirnya berkembang hingga sekarang. Rupanya motif batiknya pun bukan hanya khas Bengkulu saja, melainkan juga dikolaborasikan dengan motif batik Jawa. Unik ya.
Pelestari batik yang patut dapat pujian. Salut dengan perjuangan Mbak Atik di tengah persaingan keberadaan baju-baju murah dari Cina yang merajai pasaran kebutuhan primer di Indonesia. Kita bisa menjadi bagian dari pelestarian ini dengan membantu mempromosikannya lewat tulisan dan menyebarkan tulisan tersebut ke hadapan publik. Agar, tentu saja, publik lebih mengenal apa dan bagaimana itu Batik Besurek.
Lihat perpaduan warna dari batik ini cantik banget ya mbak, sungguh Indonesia memang kaya akan tradisi dan budaya yang memang harus terus dilestarikan
iya setiap daerah di Indonesia punya batiknya sendiri
Jadi pingin eksplorasi juga, karena pernah dengar Cimahi (daerah penyangga Kota Bandung), Garut, Sukabumi dll punya batik khasnya masing-masing
atau malah Sumedang, tempat saya sekarang tinggal, juga punya batik
cari ahhh…
Betul Mbak Emma. Satu warisan turun temurun yang wajib kita lestarikan.
Wastra Nusantara selalu penuh warna dan makna. Jadi merasa aneh kalau ada yang ngaku2 sebagai budayanya padahal nggak paham nilai2nya. Sekarang masyarakat sudah makin paham kalau produk hand made macam ini memang harganya nggak murah. Mudah-mudahan makin mendunia batik Basurek ini.
Betul banget Mbak Eka. Nyatanya salah satu bentuk kecintaan kita akan kekayaan budaya adalah dengan turut melestarikannya. Untuk kita, menuliskan tentang wastra khas daerah adalah salah satu cara efektif yang bisa kita lakukan sebagai blogger.
Wahh.. Kapan ni mba main Ke Bengkulu? Ajak Kopdar BoBe pasti makin seru kemaren mbak. Hehe . Iya, nih..Batik Basurek adalah batik khasnya masyarakat Bengkulu. Pilihan motif dan model batiknya banyak banget dan cantik-cantik. Have fun di Bengkulu, ya mbak🥰
Saya ke Bengkulu sekitar dua bulan yang lalu. Kebetulan suami ada pekerjaan di sana. Jadi tandemlah sekalian nemenin. Banyak nih materi tulisan tentang Bengkulu yang akan saya hadirkan. Semoga bisa tertuliskan dengan baik.
Kalau tak membaca tulisan mba Annie aku gak bakalan tau kalau Bengkulu juga punya batik, karena dalam pikiranku orang Sumatra ya cuma bikin kain songket-songket gitu kan. Wah ternyata ini bisa dibilang inovasi perpaduan dua budaya ya. Usianya muda banget mba Atik nya, tapi keren sudah mampu menjaga amanah keluarga dengan melestarikan bisnis batik Besurek
Nah itu dia Mbak Lia. Saya juga sempat nyari sejenis songket di Bengkulu. Ternyata ada meski tidak dominan. Cuma karena gak menemukan pelestarinya, saya jadi gak bisa meng-explore songket di Bengkulu. Kalau lihat sekilas sih tarikan garis dan motif utama mirip dengan songket Palembang. Jadi sebenarnya juga tidak ada sesuatu yang istimewa. Semoga suatu saat saya kembali ke Bengkulu, saya bisa menemukan perajin dan pelestari songket di sana.
Waktu ke Bengkulu saya sempat singgah ke pusat oleh-oleh dan beli Batik Besurek. Tapi, tempatnya kios-kios semacam pasar gitu Mba Annie. Barangnya pun penuh jadi kurang puas pilihnya. Baca tentang Batik Atik terasa beda, karena pelayanan personal sifatnya, koleksi pin didesain dan ditampilkan dengan memesona….Ya ampun bisa borong nih saya kalau ke sana.. – berasa Nagita SLavina ngomongnya :D
Iya. Saya juga sempat lihat batik Besurek di beberapa outlet oleh-oleh. Dan memang berbeda antara di outlet dengan pembuat dan pelestarinya Mbak. Alhamdulillah, tour guide saya cukup mumpuni untuk mengetahui sumber-sumber yang layak untuk diliput dan diangkat.
Hahahahaha bener Mbak Dian. Saya pun pengen mborong semua itu. Setidaknya satu warna satu baju hahahaha. Seandainya dompet kita sama sejahteranya dengan dompet Nagita Slavina ya hahahaha.
Wah, keren sekali Womenpreneur seperti ini
Melestarikan budaya lewat karya yang cantik seperti ini
Motif batiknya kece kece