Beberapa minggu belakangan, saya dan suami menemukan tempat jajan yang baru di lingkungan Jababeka, Cikarang. Satu lokasi perumahan dan perdagangan, serta perindustrian di Cikarang Utara yang jaraknya sekitar 6-8km dari rumah saya di Lippo Cikarang.
Nama tempatnya Bubur Ayam & Soto Pemalang Mbak Wulan.
Saat kunjungan ke-2, saya sempat bertemu langsung dengan Mbak Wulan, sang pemilik. Orangnya supel, ramah dan mau langsung turun tangan membantu para pegawai melayani pelanggan. Dari beliau saya mengetahui bahwa kedainya ini sebenarnya sudah lama. Lokasinya di deretan ruko yang ditempati sekarang. Tapi dulu hanya satu unit dan statusnya masih ngontrak. Sementara yang ini sudah berupa dua ruko dan menjadi milik sendiri. PIndahnya pun baru beberapa bulan belakangan.
Saya mengangguk takjub saat mendengarkan penjelasan Mbak Wulan yang singkat dan padat. Tak ada kesan dia menyombongkan diri. Di balik senyumnya yang ramah itu saya yakin ada serangkaian perjuangan yang tidak sedikit, untaian waktu yang berkelanjutan dan keringat yang terkuras dari masa ke masa.
Mengagumkan.
Kedai yang Sederhana dan Bersih
Layaknya sebuah kedai makan, Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan, tampak dipenuhi oleh berbagai perlengkapan dan peralatan yang fungsional saja. Tak ada solekan khusus seperti halnya tempat-tempat nongkrong kekinian.
Dapur utamanya adalah sebuah gerobak yang diletakkan di sisi depan. Di gerobak inilah semua pesanan diproses. Baik untuk bubur maupun soto ayam. Di samping gerobak ada beberapa meja yang khusus untuk termos besar berisi nasi, kerupuk dan kotak-kotak putih berukuran besar yang berisikan berbagai macam sate. Sate telur, sate ati ampela dan sate usus. Semua dalam ukuran yang cukup besar. Bahkan sate jeroan di warung Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan ini adalah yang terbesar selama saya menikmati bubur dan soto.
Sangat menggoda selera pastinya.
Meja yang tersedia tidak banyak. Dengan luas ruangan yang terbatas, hanya ada enam meja kayu panjang bercat hitam yang muat untuk masing-masing maksimum enam orang. Di bagian belakang ada kulkas pendingin untuk aneka minuman botol. Lalu ada dapur kecil untuk mengolah beragam minuman hangat. Ada juga beberapa sound-system ukuran sedang. Mungkin untuk hiburan di saat pelanggan tidak begitu banyak. Tapi entahlah. Selama berulang kali saya ke Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan ini, perangkat itu tak pernah dioperasikan.
Di setiap meja disediakan satu toples besar kerupuk, berbotol-botol kecap manis, dan bermangkok-mangkok kecil sambal. Disiapkan juga berpuluh-puluh sate yang saya sebutkan di atas di sebuah kotak plastik putih yang cukup besar. Kehadirannya sungguh menggoda dan memberikan kebebasan kepada kita untuk menikmatinya.
Ngomongin soal sate-sate tadi. Setiap tusuk tampak sudah termarinasi cukup lama dengan bumbu yang lumayan pekat. Jadi jika pun kita makan nasi putih dengan sate-sate ini, rasanya sangat pas dan tetap menghadirkan rasa yang jempolan.
Sambil ngetik ini, saya tak henti menahan liur. Alamak.
Kebijakan Jam Operasional yang Tidak Biasa
Saya biasa datang ke Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan ini untuk sarapan aja. Karena menurut Mbak Wulan, mereka justru tutup selama waktu makan siang (mulai pkl. 11:00 wib – pkl. 14:00 wib). Mereka akan buka lagi menjelang sore hingga malam. Itu pun gak malam-malam banget seperti warung-warung lain yang berada di lingkungan ruko yang sama. Begitu persediaan habis, ya udah tutup aja.
Saya mendelik kaget. Loh kok bisa? Bukannya warung makan biasanya rame kalau jam makan siang ya?
Mbak Wulan tersenyum dan kalem menjawab, “Buat istirahat Bu. Biar badan gak rontok. Capek banget soalnya.” Saya mengangguk paham. Salut banget dengan kebijakannya. Padahal hampir sebagian besar warung yang ada di sana, selalu buka untuk makan siang. Apalagi kan Jababeka adalah daerah industri. Banyak pabrik yang beroperasi dan tentu saja berlimpah pelanggan yang bisa datang untuk makan siang.
Saya sempat berpikir, kenapa tidak diatur pekerja dalam beberapa shift? Dibuat tiga shift bisa (pagi, siang, dan malam). Jadi tenaga pegawai tidak diforsir dan petugas di jam yang bersangkutan dalam kondisi siap kerja secara fisik.
Tapi ya sutra lah ya. Mungkin kebijakan ini memang dikarenakan oleh terbatas tenaga kerja. Karena memang usaha kuliner memang “makan tenaga”. Saya tahu persis karena ibu saya pernah berbisnis di kantin milik GMF (Garuda Maintenance Facility) yang ada di bandara Soekarno Hatta. Untuk buka di jam makan siang aja, ibu saya tuh harus sudah mulai bekerja sejak sebelum subuh. Masak memasak dimulai sekitar pukul 09:00 wib supaya setiap hidangan makan siang di hari itu dalam kondisi fresh. Lebih tasty untuk memanjakan lidah. Jadi mungkin ini yang menjadi landasan pengambilan keputusan Mbak Wulan untuk jam operasional Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan.
Yang mau nyobain sajian kedai ini, jangan kaget jika tak bisa menemukan warung ini di waktu atau jam makan siang ya.
Oia pernah di satu ketika, di salah satu acara sarapan weekend, kedai ini penuh pengunjung. Saya harus melipir dan menunggu di salah satu kursi plastik yang sejatinya disediakan untuk para gojeker yang menerima pesanan on-line. Sembari menunggu, saya membuka tautan atau blog salah seorang teman blogger di Jawa Barat. Isi blognya beragam banget. Ada drama cina dan banyak artikel curhat si Ambu, sebutan atau panggilan yang biasa digunakan oleh teman-teman untuk blogger senior Maria G. Soemitro, sang pemilik tautan.
Baca Juga : Soto Ayam Lamongan Cak Har. Rekomendasi Kuliner Enak di Surabaya.
Bubur Ayam dan Soto Pemalang yang Kaya Rasa
Saya sudah mencoba keduanya. Bubur dan sotonya. Tapi yang paling khas bagi lidah saya adalah Soto Pemalangnya. Kalau bubur sih tak banyak berbeda dibandingkan dengan beberapa kedai bubur yang juga ada di Jababeka. Enaknya dan penyajiannya rata-rata sama. Baik secara visual maupun rasa.
Kenapa sotonya punya nilai tersendiri bagi saya pribadi?
Selain baru kali itu saya mengenal Soto Pemalang, soto yang berasalah dari salah satu kabupaten di Jawa Tengah ini, mengkombinasikan sentuhan Soto Lamongan dan Soto Surabaya. Perpaduan bumbunya cukup unik. Bumbunya memakai tauco dan keluwak hingga tampak lebih pekat dengan rasa kaldu yang gurih. Di kedainya Mbak Wulan ini, visual pekat itu tidak terlalu terlihat. Tapi memang sedikit lebih gelap dari warna soto biasa. Cuma tidak sepekat Rawon ya.
Ciri khas lainnya adalah taburan kelapa sangrai yang membuat soto ini semakin gurih. Mirip seperti Bubuk Koya yang menjadi pelengkap Soto Lamongan.
Selainnya sama persis dengan soto-soto yang area Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada pilihan bihun atau mie kuning, suwiran ayam (yang disuwir saat meracik), potongan tomat dan kol, bawang goreng dan daun jeruk yang sejatinya sudah menyatu dengan kuah sotonya. Hangatnya kuah juga ditandai dengan asap yang masing mengepul-ngepul. Wuiihh indera perasa saya langsung menangkap kesan segar yang bakalan lewat di tenggorokan.
Satu lagi yang membuat Soto Pemalang Mbak Wulan ini kaya rasa adalah tambahan sate-sate itu. Saya sampai tergila-gila dengan sate ususnya. Awalnya saya menikmati sate ususnya begitu saja. Tapi setelah mencobanya berbarengan dengan soto, woaaahh maknyos tak terkira. Enaknya racikan sotonya jadi maksimal. Rasanya bertambah umami dengan bumbu marinasi yang melekat di sate tersebut. Menyatu begitu sempurna saat menyendok sate usus dengan kuah soto yang ada di hadapan.
Sempurna.
Sajian buburnya juga enak. Toppingnya banyak. Mirip dengan isi soto. Hanya saja tidak ada potongan tomat dan kol. Tapi selain kerupuk biasa, buburnya dilengkapi dengan emping. Bisa ngambil kerupuk sepuasnya itu tuh yang menjadikan makan bubur menjadi makin nikmat. Apalagi terus ditambah potongan sate sarat bumbu yang juga bisa untuk menemani soto Pemalang.
Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan di Mata Saya Pribadi
Yang suka sarapan dengan porsi berat dan bikin keringetan, Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan di Jababeka Cikarang ini, pas sekali dengan keinginan. Nasi yang disajikan juga lumayan banyak dengan kondisi pera’. Tidak lembut tapi juga tidak keras. Jadi memang cocok banget saat dihujani atau ditenggelamkan dengan kuah soto yang berlimpah.
Kalau untuk saya, yang tidak begitu “gila” dengan nasi dan lebih memilih sarapan yang light (tidak dalam porsi yang banyak), makan di kedai ini hanya saya lakukan di pagi hari. Untuk sarapan aja. Itupun perginya selalu dengan suami. Seringnya di hari Minggu sembari menelusur pasar kaget yang berada tak jauh dari kedai Mbak Wulan. Jadi setelah makan super kenyang, saya dan suami berkeliling pasar kaget tersebut dengan berjalan kaki. Sengaja memarkirkan mobil agak jauh supaya bisa sekaligus olga. Setidaknya mengurangi rasa berdosa karena sudah makan berat di Bubur Ayam dan Soto Ayam Pemalang Mbak Wulan.
Satu yang menjadi poin plus buat saya pribadi adalah soal kebersihannya. Segala perlengkapan tersusun rapi. Petugas pun sigap langsung bebersih saat ada yang selesai makan dan sigap menawarkan minuman. Setidaknya kita bisa menikmati minuman sembari menunggu pesanan soto atau bubur kita siap.
Yang tinggal di Jababeka dan Cikarang, bekerja di seputaran kawasan ini, bolehlah sekali-sekali mampir ke kedai makanan ini ya. Kesegaran kuahnya patut dapat lima jempol. Pelayanannya juga cepat dengan para petugas yang ramah meski kerap terlihat lelah. Selain deh membantu mensukseskan usaha UKM yang sedang merangkak naik untuk mencapai kesuksesan.
Semoga dukungan kita menjadi berkah dan manfaat.
mbaaaaa
Sate jeroannya genduuttt amaatt
penataannya juga rapiiii bgt
itu emang rapi gituu atau sengaja ditata gegara ada mba Annir mau poto poto yhaaa 😁😖 duh aku jadi laperrrr, mau maem soto juga aahhhh
Hahahahaha iya. Sudahlah gedang eehh endes tenan. Bumbunya itu loh meresap banget. Dimakan dengan nasi anget2 tuh langsung maknyes di lidah. Nasinya langsung bisa sebakul hahahaha
Mpo suka makan bubur pakai kulit ayam . Enak plus kerupuk dan kuahnya yang banyak.
Bubur Ayam dan Soto Pemalang Mbak Wulan tutup saat jam makan siang mungkin untuk membuka pintu rezeki penjual makanan lain. Salut deh buat Mbak Wulan…. Kalau mampir atau lewat Pemalang, insyaallah mampir ke sini ah, biar gak penasaran. Foto-foto Mbak Annie emang juara ya… selain estetik, informatif juga persuatif… Sehat terus ya Mbak Annie…
Aaahh bener juga ya Mas. Berbagi rezeki dengan penjual lain. Saya malah tak terpikirkan opsi itu. MashaAllah.
Aamiin YRA. Semoga suatu saat bisa menikmati Soto Pemalang ya Mas. Makasih untuk compliment atas foto-fotonya.
kalau kebersihan terjaga, tentunya buat pelanggan jadi senang juga untuk datang bolak-balik ya Bu, selain dengan soal rasa dan harga.
pankapan daku ke rumah sepupu yang kebetulan ada di Cikarang, boleh juga ini sambil mampir, hehe
Nah boljug lah sekali-sekali mampir pas ke Cikarang ya Fen. Mbak Wulan pasti seneng banget karena artikel ini bisa membantu dia menambah konsumen.
Pagi makan bubur. Eh jam makan siang datang lagi makan soto. Aih memang enak kalau datang berkali kali.apalagi ada taburan kelapa sangrai mirip koya auto makin lahap makan
Kalo jam makan siang, kedai/warung ini gak buka Mpo. Jadi mereka melayani sarapan dan makan malam aja.
Mbak Annie, ngiler sayaaaa. Kalau ke sini saya bakal pesan bubur ayam plus sate-satenya. Kalau suami dan anak-anak saya pasti pesan soto pemalangnya, karena mereka bukan tim bubur diadur atau tidak diaduk melainkan tim tidak makan bubur kwkwkw.
Btw, kalau jam operasional, di dekat rumah saya ada bubur ayam Cirebon, sama dengan prinsip Mbak Wulan, habis Subuh warungnya udah buka – untuk jam sarapan, jam makan siang tutup, sore buka lagi sampai malam (sehabisnya).
Wah wah wah. Jadi yang makan bubur cuma Mbak Dian aja ya.
Aahh noted. Ternyata memang ada juga yang istirahat pas jam makan siang. Bubur ayam Cirebon juga enak ya Mbak. Saya pernah nyobain sekali pas main ke Cirebon. Visualnya mirip dengan bubur ala Jawa Barat lainnya. Rata-rata pakai telor rebus
Mbak Wulan ini tipe orang yang tidak tamak ya, nrimo. Kalau mau, bisa aja tetap buka di jam makan siang, yang pastinya juga bakal laris manis. Namun Beliau justru memilih waktu itu untuk memberi hak pada tubuh untuk istirahat.
Btw, tampilan sate ususnya bikin ngiler. Udah lama nggak makan sate-sate an jeroan kayak gini
MashaAllah. Bener banget ya Mbak. Pada kenyataan istirahat demi kesehatan dan kekuatan tubuh tuh lebih penting dari masalah materi. Kita pun tak dapat melakukan apapun dalam kondisi sehat. Patut dicontoh ini kebijakannya. Jika memang rezeki gak akan kemana kan?
Iya Mbak. Menggoda banget. Rasanya pun jempolan karena marinasinya meresap sekali. Umami pokoknya.
Padahal kalau mau aja dia bisa pekerjakan orang lain ya, Bu…
Tapi saya kurang begtu suka bubur ayam, kalau liat buryam keinget rumah sakit, hihii
Di Medan jarang banget jual buryam, mungkin karakter orang Medan yang keras ngga nendang kalau makan buryam, harus nasi padang minimal lontong medan buat sarapan, hahaa
Nyaman banget, warungnya kecil tapi bersih. Padahal keramiknya putih tapi kelihatan bersih dan mengkilap. Jarang2 ada warung keramiknya putih bersih begitu
Jangankan sarapan dari warung, sekelas hotel di Medan pun makan paginya dengan menu serba berat. Berlimpah ruah pulak. Asli mabok kekenyangan kalau sarapan pagi di Medan hahahaha. Jadi kalau Suci bilang, buryam jarang nampak buat makan pagi orang Medan, aku percaya banget.
sebagai pecinta bubur, boleh nih dicoba kalo pas lagi main ke daerah jababeka cikarang, kayanya enak sih liat penampakannya tuh sm satenya jg maknyus ya mba?
Mampir Mbak. Kabarin saya ya biar tak traktir dan kita bisa ngobrol berlama-lama.
Soto dan bubur ayam adalah makanan yang saya sukai. Fotonya estetic banget kak Annie, jadi pengen makan sotonya hehe… harganya juga pasti terjangkau cocok untuk penyuka kuliner tipis2 hehe…
Wah kompak kita Mas. Iya harganya murah di sini. Soto paket lengkap itu 18K, sementara bubur itu 12K. Belum termasuk sate 2K/tusuk. Murah dan besar-besar. Mantab banget lah.
Langsung scroll ke bawah untuk cari bubur ayam, karena kangen beraaatttt
di sini gak ada jajanan bubur ayam yang enak, dan sedang berancang-ancang bikin sendiri bubur ayam
duh andai jarak Cikarang begitu dekat, pasti saya udah terbang ke sini
Bubur ayam di Jawa Barat banyak ragamnya ya Mbak. Tapi bubur Pemalang ini juga highly recommended. Apalagi dicampur dengan aneka sate jeroan yang sudah dimarinasi sekian lama dengan bumbu yang medok seperti di kedai Mbak Wulan ini.
Wih, sate-sateannya memang bikin saya langsung ngiler juga, Mbak Annie hahaha. Terus yang unik, ini tutupnya pas jam istirahat. Tapi justru itulah waktu istirahat plus salat dzuhur juga/
Dan saya kayaknya belum pernah nyobain soto ayam pemalang, Mbak. saya malah sering soto Grombyang.
Wah saya nih yang belum nyoba Soto Grombyang. Unik namanya Mas.
Saya jarang banget makan makanan yang pakai tauco. Jadi masih agak sulit membayangkan rasanya. Tapi, saya memang suka sih coba-coba berbagai kuliner. Kalau ada kesempatan ke sana, kayaknya bakal coba sotonya. Meskipun biasanya kalau untuk sarapan seringnya memilih bubur.
Tauconya gak begitu terasa menurut saya. Begitupun dengan keberadaan kluweknya. Tapi untuk makan segar dan super duper kenyang di pagi hari. Soto Pemalang ini bisa jadi referensi yang asyik.
Memang betul, bisnis kuliner tuh harus jaga stamina apalagi kalau kita sendiri yang masak, aku pernah jualan pepes ikan mas presto wuah gedebak gedebak nyiapin bahan, untungnya memang luar biasa, tapi kalau tidak dibarengi istirahat ya rontok juga badan malah keluar duit. Apalagi ini jualan bubur ayam dan soto, printilan bahannya banyak
Nah bener banget Mbak Lia. Tenaga jualan makanan tuh luar biasa. Persiapan, proses masaknya, menyediakan printilan, pelayanan hingga proses bebersihnya tuh butuh stamina tubuh yang tinggi. Tapi untungnya memang setara dengan usahanya. Jadi saya bisa paham jika keda Mbak Wulan memutuskan untuk rehat di tengah hari. Kesehatan memang wajib diperhatikan.
Wah enak banget sarapan bubur ayam
Sate jeroannya mantap
Banyak pilihannya ya
Mbak Wulan asli wong Pemalang too..
Suka banget sama tempat makan yang bersih. Itu sampai kotak buat menaruh satenya juga bersih. Jadi berasa makan masakah rumah yaa..
Apalagi menunya cocok banget buat sarapan, Bubur Ayam dan Soto Pemalang.
Tapi agak aneh juga sih yaa.. kalau jam bukanya mulai jam 11.00.
Apa tidak kesiangan untuk makan bubur?
Salah sastu sisi terbaik dari sebuah kedai makan, menurut saya, adalah soal kebersihannya. Masakan seenak apapun tapi kalau tempatnya jorok, dduuhh langsung ilfil saya tuh hahahaha. Mereka buka pagi dan sore/malam aja Len. Siang atau jam makan siang tuh mereka justru tutup untuk istirahat.
Saya fokus sama sate jeroannya. Ada sate usus ,sate telor , sate babat yummy banget deh . Selezat itu sih ya kalau makan buryam kondimennya.. malah bubur nya terabaikan kalau saya wkwkw
Satenya memang sangat menyelerakan. Jadi lauk nasi tanpa soto aja sudah enak karena bumbu marinasinya pekat banget. Mantablah pokoknya. Kapan ada waktu ke Cikarang, mampirlah kemari ya Yu.
Baca ini pagi-pagi, jadi lapaaaaarrr, padahal udah sarapan, hahaha.
Sotonya bikin ngiler Mba, apalagi sate jeroannya! ngileeeerrr banget jadinya.
Tapi kalau ke sini, keknya saya borong sate jeroan aja deh, hahahaha
Hahahahaha yok Mbak makan lagi. Soto dan satenya melambai-lambai ini
wah … langsung berasa lapar nih mbak… pas banget ya sarapan pagi dengan bubur ayam, mana banyak banget sate-satean yang menggoda begini
Penggemar soto teriak nih. Suka sama kuahnya yang khas. Apalagi ada pelengkap sate satean ya. Ih jadi auto lapar mbak
soto jeroannya terlihat sangat menggugah selera yaa, saat sedang lapar sepertinya yang makan bakalan kalap karena terlihat sangat menggoda