Akhlak Dahulu Baru Ilmu
Saya setuju banget dengan filosofi ini. Sesuatu yang wajib saya praktekkan pada diri dan lingkungan terdekat khususnya keluarga sendiri. Ilmu tentang adab serta etika yang juga harus diajarkan pada anak-anak sedari usia dini.
Saya yakin 99%, siapapun yang hidup bersosialisasi pasti menyetujui konsep ini. Punya pendapat yang sama dengan saya. Apapun agama dan kepercayaannya. Serta dimanapun dia berada.
Mengapa? Karena akhlak itu junjungan, pedoman hidup dan hal berharga yang menggiring hidup kita. Hidup jadi lebih berkualitas, lebih teratur dan mendudukkan diri kita sebagai orang terhormat dan disegani. Terlepas dari siapa kita, apapun posisi serta kedudukan kita dan banyak hal lain yang mengiringi setiap langkah kita.
Akhlak tentang apa? Banyak banget.
Mulai dari menghormati orang tua, orang yang dihormati/dituakan, kepada saudara, lingkungan sekolah, bahkan dengan teman sepermainan. Ada juga adab tentang berpakaian, berkata-kata (berbicara), hingga duduk dan makan.
Sekomplit itu? Yup memang begitulah adanya.
Kita hidup harus dalam aturan dan wajib menaati aturan tersebut. Tanpa kecuali. Aturan tentang pergaulan, saat berada dalam lingkungan dan tentu saja atas apa yang ingin/akan kita lakukan. Termasuk salah satunya adalah etika sarapan di hotel yang wajib kita ketahui agar tidak menjadi bahan celaan dan omongan orang lain.
Etika Sarapan di Hotel yang Wajib Kita Ketahui
Sebagai seorang traveler yang sering menjelajah beragam tempat dan bergaul dengan segala macam karakter orang, sudah banyak hal yang saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Dan sebagai pecinta staycation, ada setumpuk pengalaman dari sebuah perjalanan yang ingin saya bagikan.
Salah satu pengalaman yang seringkali menggelitik adalah saat menikmati sarapan di hotel dengan sekian banyak tamu dan berlimpah ruah asupan yang disajikan.
Dari sekian banyak pejalan yang saya ajak berbicara, sarapan ternyata memang salah satu aktivitas yang ditunggu-tunggu saat staycation. Selain tentu saja menikmati fasilitas-fasilitas lain yang tersedia yang bisa kita nikmati gratis maupun berbayar.
“Harus maksimal bisa kita nikmati dong. Mumpung lagi di hotel nih.”
Memang demikian adanya. Namun semua ada tapinya, ada syaratnya.
Betul. Tentu saja ada terms & conditions yang mengikat kita selama staycation ataupun menginap dalam rangka perjalanan bisnis. Karena pertama status kita adalah penyewa bukan pemilik. Kedua adalah yang kita nikmati adalah services nya bukan bendanya. Ketiga adalah apa yang kita nikmati juga adalah jatah dari orang lain yang berstatus penginap seperti kita. Yang terakhir adalah bahwa menginap itu ada akhlak dan etika yang harus kita patuhi.
Begitu.
Kembali ke soal etika sarapan di hotel tadi.
Jujur, sebetulnya tulisan ini sudah lama ingin saya buat tapi tertunda berulangkali. Hingga suatu saat, tanpa sengaja, saya menonton channel youtube milik Farah Quinn yang mengangkat dan membicarakan tentang isu yang sama. Chef wanita populer berdarah Palembang yang kini hidup di Amerika ini, lugas menguraikan apa yang telah bertahun-tahun lewat dalam pemikiran saya. Tentu saja berangkat dari pengalaman Farah Quinn saat bekerja di perhotelan dan terlibat dalam bisnis food entertainment hingga saat ini.
Apa saja sih etika sarapan di hotel yang wajib kita ketahui?
Berikut adalah beberapa catatan pribadi yang saya kolaborasikan dengan pendapat Farah Quinn.
Saat tiba di restoran, jangan lupa melapor dan bertransaksi sesuai dengan hak yang kita miliki. Setiap penyewa/tamu biasanya berhak menikmati jatah sarapan untuk dua orang dewasa yang sudah terhitung dalam biaya sewa kamar. Jika melebihi dari batasan ini, sampaikan kepada petugas yang berjaga di pintu masuk. Bisa jadi bayar di tempat atau kita sudah terlebih dahulu membeli breakfast voucher pada saat melakukan reservasi. Selesai melapor, carilah tempat duduk yang sesuai dengan jumlah kita. Letakkan sesuatu sebagai pertanda atau bisa bergantian mengambil hidangan agar meja/kursi kita tidak ditempati orang lain.
Keliling lah dahulu dan melihat semua menu sebelum mengambil. Cara ini akan membantu kita menentukan apa yang ingin terlebih dahulu kita nikmati. Terlebih lagi orang Indonesia tidaklah memiliki kebiasaan makan berurutan seperti orang asing. Jadi tidak ada perbedaan antara makanan pembuka (appetizer), makanan utama (main dishes) dan makanan penutup (dessert). Selain cara ini (sangat) menolong kita akan konsep makan tanpa membuang, juga bisa menghindari kita dari membuat jebakan antrian yang tidak kondusif dan membuang waktu.
Ambil sedikit dulu. Ini penting banget. Makanan tertentu mungkin memang favorit dan kesukaan kita. Tapi harus diingat bahwa yang memasak makanan tersebut tidaklah sama, dari tangan dan selera yang berbeda. Di satu tempat makanan itu lezat di lidah, tapi belum tentu kita menemukan rasa yang sama disaat kita sarapan di hotel. Mengambil sedikit demi sedikit juga memungkinkan kita mencoba banyak masakan lain. Yang bisa jadi akan menjadi satu pengalaman kuliner terbaik yang belum pernah kita rasakan.
Tidak mengambil (kembali) makanan dengan piring yang sudah digunakan. Gunakanlah piring yang bersih dan baru. Meski ini menjadi kebiasaan agar cucian piring tidak banyak, aturan ini ternyata tidak berlaku saat sarapan di hotel. Gunakanlah piring bersih yang biasa diletakkan berdekatan dengan makanan yang mau kita ambil. Hal ini pun berlaku untuk alat makan yang digunakan. Dan saat piring (kotor) tersebut selesai kita gunakan, letakkanlah di salah satu sisi meja agar mudah diambil oleh petugas.
Jika dalam sebuah antrian, segeralah mengambil makanan agar panjangnya antrian segera terputus. Untuk saya sendiri, saya selalu menghindari antrian. Saya lebih suka menunggu di tempat duduk atau beralih ke tempat lain dulu. Ngantri, selain capek buat berdiri, biasanya bikin kita terburu-buru dalam mengambil makanan bukan?
Jangan segan/malu bertanya kepada petugas. Hal ini sangat perlu dilakukan saat pertanda atau nama dari hidangan belum terpasang. Penting untuk memastikan bahwa asupan yang kita makan halalan thoyibban atau mengandung ingredients tertentu yang bikin kita alergi. Bisa jadi kita butuh bantuan petugas untuk hal-hal lain yang tidak kita ketahui saat berada di restoran.
Jangan menyentuh apapun dengan tangan. Sendok dan garpu selalu tersedia di samping hidangan. Alat makan ini ada tentu saja diatur sedemikian rupa dalam rangka menjaga kebersihan dan memberikan kenyamanan bagi semua tamu, termasuk diri kita sendiri. Kita juga gak mau toh makan sesuatu yang sudah dikobok-kobok oleh tangan orang lain?
Taruh kembali semua peralatan yang kita gunakan untuk mengambil makanan ke tempatnya. Ini nih yang saya lihat sering kali terlewati. Habis nyendok lauk, eh sendok dibiarkan aja di wadah lauknya. Ini bikin repot pengunjung yang lain. Apalagi sampe akhirnya itu sendok berpindah tempat atau digunakan untuk mengambil lauk yang lain. Jadilah segala rasa nemplok di sendok yang sama. Menaruh kembali pun juga ada etiketnya ya. Jika lauk yang kita ambil berkuah, letakkan sendoknya dalam kondisi tertelungkup. Ini untuk menghindari atau tidak memancing serangga untuk hinggap di sendok tersebut.
Biasakan diri makan secara bertahap, sedikit demi sedikit lalu wajib dihabiskan. Seperti yang saya tulis di atas, orang Indonesia “tidak terbiasa” makan sesuai urutan etika makan. Karena memang tidak dibudayakan dan tidak diperkenalkan sedari kecil.
Tapi jikapun kita ingin melakukan atau mulai membiasakan diri, kita diusulkan untuk memulai sesuatu dengan makanan pembuka yang menyegarkan seperti air putih atau infused water (yang sekarang mulai banyak tersedia di hotel) atau dengan buah dan fresh juice (bukan berasal dari sirup) serta sayur-sayuran minim topping perasa. Untuk hidangan berikut, seperti apa yang Farah Quinn usulkan adalah mengkonsumsi masakan asin terlebih dahulu (savoury food) seperti aneka olahan telur (omelette, scrambeled eggs, telur ceplok atau telur rebus). Setelah perut terasa lowong barulah ambil makanan utama lainnya. Setelah semua selesai barulah kita tutup dengan serangkaian dessert. Biasanya makanan yang manis-manis seperti pancake. waffle, kue-kue yang ditemani oleh teh atau kopi.
Segampang itu sih sebenarnya. Tapi memang karena bukan kebiasaan, mengurut konsumsi seperti ini terkadang rada sulit untuk dilakukan ya.
But it’s okay. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Satu aturan di daerah tertentu bisa berbeda dengan aturan di daerah lainnya. Jadi meskipun tidak makan berurutan sesuai dengan kebiasaan, setidaknya kita mengikuti atau mematuhi etika tersebut di atas dengan sebaik-baiknya. Karena kebiasaan tetap harus berguru pada akhlak dan etika.
Yang juga paling krusial adalah wajib menghabiskan apa yang kita ambil. Ingatlah bahwa di sudut dunia yang lain ada banyak orang yang mungkin tak seberuntung kita. Bisa menikmati makanan berlimpah dan enak. Menghabiskan makanan juga adalah salah satu cara kita bersyukur. Berterima kasih pada Yang Maha Pemberi atas rezeki yang dilimpahkan kepada kita.
Menaruh napkin atau serbet di tempat duduk. Gunakan napkin/serbet sebagaimana mestinya agar kita tidak tertumpah kuah ataupun sisa-sisa/remah-remah makanan. Tinggalkan di kursi saat berdiri atau saat akan mengakhiri kegiatan sarapan. Taruh di pangkuan saat kita duduk. Untuk anak-anak biasanya dijepitkan di dada. Jika pun perlengkapan ini tidak ada, adalah tugas kita untuk tidak makan berantakan.
Jika bersin atau batuk, pastikan kepala menoleh ke kanan atau ke kiri. Tidak menghadap meja apalagi di atas makanan. Gunakan serbet untuk menutup mulut. Jika terpaksa menggunakan telapak tangan, pastikan kita mencucinya terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan menyantap makanan.
Tidak membungkus sisa makanan. Makan di hotel tidak sama dengan di warteg atau restoran biasa. Perlu diperhatikan nih sama emak-emak. Makan apa yang disediakan lalu habiskan. Tidak diperkenankan untuk membungkus apalagi terniat membawa wadah untuk menyimpan ransum. Jika pun kita tertarik dengan salah satu masakan yang ada, kita bisa berkomunikasi dengan petugas untuk memesan dan mengantarkannya ke kamar. Tentu saja ini akan diperhitungkan sebagai room service yang berbayar.
Sarapan dengan Anak-Anak
Naahh ini nih yang pengen banget saya tuliskan.
Sarapan di hotel bersama dengan anak-anak, bukan berarti kita punya great excuse untuk melanggar beberapa hal yang sudah saya uraikan di atas. Bahkan inilah kesempatan baik bagi orang tua untuk mendidik anak dalam memahami dan menjalankan tabble manner serta bersikap santun saat berada di tengah-tengah orang banyak. Ingatkan mereka bahwa saat itu mereka sedang berada di tempat umum, dalam ruangan tertutup dan berbeda dengan kondisi di rumah.
Table manner selain berlaku untuk dewasa juga harus mulai dikenalkan kepada bayi, toddler serta anak-anak yang belum terhitung sebagai dewasa. Jika memang butuh tempat duduk khusus untuk bayi dan toddler, segeralah menghubungi petugas. Jika tempat duduk ekstra tersebut tidak tersedia, segeralah hubungi petugas untuk memberikan masukan dimana sebaiknya kita duduk.
Pernah di satu waktu, saat sarapan di sebuah hotel bintang empat, saya menyaksikan bagaimana orang tua lepas kontrol akan anak-anaknya. Anak-anak ini bukan cuma sekedar berteriak, berlarian, jejeritan tapi juga mengambil makanan tanpa ada batasan dan semaunya sendiri. Hasilnya bener-bener gak karuan. Berantakan dan tentu saja merepotkan petugas. Yang pasti ikut mengganggu kenyamanan tamu-tamu yang lain. Sementara orang tua mereka hanya sibuk dengan diri sendiri dan malah turut berteriak melarang atau memberikan arahan pada si anak dengan suara keras/lantang.
What an attitude.
Saya dan suami hanya bisa menatap. Kami pun orang tua. Pernah berada di dalam posisi itu. Tapi anak-anak kami tidak pernah kami biarkan berperilaku seperti itu.
Saya termasuk salah seorang yang cukup tegas untuk urusan etika. Apalagi saat berada di situasi yang menuntut anak berperilaku baik dan sopan di hadapan umum. Jadi saat sarapan di hotel, saya selalu mendampingi anak-anak saat ingin mengambil makanan atau minuman. Menjelaskan satu persatu dan meminta mereka langsung mengkonsumsi apa yang benar-benar mereka mau. Jika pun ingin mencoba yang lain, yang diluar kebiasaan mereka, saya selalu pastikan bahwa makanan tersebut akan mampu saya atau suami habiskan.
Jangan pernah memaksakan anak-anak untuk makan apa yang tidak mereka suka. Biarkan mereka menentukan pilihannya sendiri. Tentu saja dibawah pengawasan kita sebagai orang tua.
Kebiasaan Umum yang Juga Wajib Dilakukan
Selain beberapa hal tersebut di atas, ada juga kebiasaan-kebiasaan umum yang wajib kita lakukan saat sarapan di hotel.
Pakaian yang rapi, bersih dan tidak berbau. Untuk hotel bintang lima, ada larangan khusus untuk memakai pakaian tidur saat sarapan. Ini aturan yang bagus menurut saya. Jikapun masih segan untuk mandi, kenakanlah pakaian yang sopan, bersih, rapi (gak lecek), bersihkan wajah dan sisirlah rambut Anda. Pakai alas kaki yang nyaman bukan hotel slippers. Karena sandal yang disediakan oleh hotel hanya untuk digunakan di dalam kamar.
Untuk perempuan yang tidak berhijab dan berambut panjang, pastikan rambutnya terikat dengan baik. Ingatlah bahwa rambut yang jatuh pada makanan memunculkan indikasi yang tidak baik. Kita gak mau kan melihat lembaran rambut di makanan yang akan kita santap?
Untuk saya? Setiap sarapan saya selalu mandi sebelumnya. Sudah berpakaian rapi. Mau di guest house, budget hotel, bahkan hingga hotel bintang lima, kebiasaan ini terus saya terapkan. Mungkin karena saya sering melakukan business traveling dengan para bos. Jadi gak mungkin banget kan, nongol sarapan dengan tampilan kucel bin lecek. Malu lah sama atasan dan diri sendiri. Apalagi biasanya, setelah sarapan, saya langsung berdinas dan menjemput aktivitas di hari itu.
Aturan tentang ruang merokok. Ini patut diperhatikan ya. Saya yakin semua sudah paham. Setiap hotel biasanya menyediakan area khusus untuk merokok. Jauh dari publik yang perokok pasif. Please respect others.
Begitu pun untuk kepentingan berenang bagi anak-anak. Pastikan anak-anak sarapan terlebih dahulu sebelum mengizinkan mereka berenang. Tidak berenang sambil sarapan. Tapi selesaikan sarapan, baru berpindah ke area kolam renang. Ini menjadi satu perhatian besar saat kolam renang berada tak jauh dari restoran tempat tamu sarapan. Jangan biarkan anak-anak memasuki kembali ruang makan dengan baju dan perlengkapan renang yang sudah basah. Ini bisa membahayakan tamu yang lain.
Gimana? Semoga bermanfaat ya.
Jika ada hal-hal lain yang sekiranya bisa menjadi masukan dan pengetahuan agar kita paham akan etika sarapan di hotel, sila tulis di komentar ya. Mudah-mudahan dengan saling berbagi, saling mengingatkan, kita pun akan terlatih untuk menjalankan dan menjaga etika baik tersebut.
Ada satu quote tentang etika yang bisa diaplikasikan pada banyak hal.
“Etika adalah mengetahui perbedaan antara apa yang berhak kamu lakukan dan apa yang benar untuk kamu lakukan.”
Kalau mau nambah makanan “ceritanya” ternyata lebih baik ganti alat makannya ya? Ketimbang pakai piring yang sudah kita pakai.
Mungkin estetikanya itu ya, serta kesannya kotor gitu kali ya semisal mau ambil makanannya berulang
Betul banget Fenni. Kesannya mungkin boros alat makan ya. Tapi nyatanya menggunakan piring atau gelas baru menunjukkan tingkat kebersihan.
Berkeliling terlebih dahulu sebelum memilih menu sarapan, ini menjadi salah cara praktis untuk menentukan pilihan menu sarapan yang akan disantap.
Juga untuk menghindari asal-asalan ambil menu sarapan tapi endingnya gak dihabisin karena tidak sesuai selera, atau tetiba tertarik untuk mencoba menu lain seperti yang sedang disantap teman yg duduk semeja dengan kita.
Yup. Kita jadi bisa mengatur diri kita sendiri yang mana dulu yang ingin kita makan. Biasanya dengan cara ini kita dipastikan akan menghabiskan makanan tersebut.
Ambil sedikit, habiskan, baru ambil lagi. Ini yang sering diabaikan oleh banyak orang kita. Di undangan atau di hotel sering nemu yang ambil banyak-banyak tapi nggak dihabiskan. Ujung-ujungnya makanan itu terbuang. Pantes aja Indonesia menjadi salah satu negara dengan sampah makanan terbanyak di dunia :'(
Nah bener tuh Mbak Retno. Kepedulian kita akan sampah makanan juga adalah wujud kecintaan kita akan kelestarian lingkungan.
Bener banget ini mbak. Jangan aji mumpung ya, mumpung banyak menu yang ditawarkan jadi kalap ambilnya, apalagi kalau sampai gak dihabiskan
Yup betul. Tunjukkan akhlak yang baik dan patut dicontoh.
Setuju sih mending keliling dulu ke semua makanannya supaya kita tahu mana saja makanan yang mau dipilih untuk dimakan, supaya bisa atur porsinya dan pastinya ambil sedikit saja dulu, kalo kurang bisa nambah lagi, dari pada ambil banyak-banyak tapi nggak dihabiskan nanti bisa mubazir.
Betul Mas. Langkah-langkah ini juga adalah wujud dari kepedulian kita akan tanggung jawab akan makanan, disamping tentu saja etika/akhlak tentang santapan pagi di hotel.
Pernah karena ga ada lagi meja, saya dan teman perempuan sarapan semeja dengan dua ibu berseragam kerja ASN. Mereka ambil itu ini bolak-balik beberapa kali, sampai ada beberapa piring di mejanya. Saya sudah mbatin itu pasti ga habis nanti. Beneran dong, malah ada piring yang masih utuh ga jadi dimakan. Nyesek benar lihatnya. Apalagi mengingat seragam dan obrolan mereka yang mestinya punya etika.
Terus lagi, teman nginap di hotel bintang lima, saya cuma ikutan makan saja di buffet all you can eat restorannya. Eh pas mau kelar dia bungkus dong sepiring kue-kue mau dibawa ke kamarnya. Mas-Mbak karyawan sampai ngelihatin, dan saya mbatin, ini teman kuat bayar kamar tapi kok etikanya ambyar.
Memang dimana-mana termasuk saat sarapan di hotel, etika itu akan menunjukkan siapa diri kita. Terima kasih sudah diingatkan ini, Mbak Annie:)
Ya ampun Mbak Dian. Baru aja terjadi nih saat saya menginap di salah satu hotel bintang 4 di Banjarmasin. Mbak-mbak dengan seragam ASN duduk persis bersebelahan dengan saya dan suami. Astaga. Semua diangkut, diambil dalam jumlah banyak. Sampe akhirnya meninggalkan sisa (hanya dimakan setengahnya) bahkan ada yang tak sempat tersentuh sama sekali. Hal sama yang juga pernah saya lihat saat saya menginap di tempat lain, di daerah lain.
Ngurut ada ngeliatnya. Ternyata ya banyak orang masih belum paham akan etika sarapan di hotel. Mangkanya tulisan ini pengen banget saya hadirkan. Setidaknya bisa menumpahkan uneg-uneg sekaligus bisa dibaca oleh orang lain. Sebagai bahan pembelajaran dan pengingat.
Saya juga paling kesel kalo lihat orang udah ngambil/pesan makanan banyak-banyak tapi gak habis, dibiarin gitu aja di meja…Hadeh, pengen saya jitak kepalanya :D hahaha jahat juga saya ini… #gregret
ASN menginap di hotel biasa dibayarkan oleh uang pajak kita,mereka ga keluar biaya
Biasanya saya kalo saya sarapan di hotel selalu say hay ke petugas di sekitar situ, misalnya: “kak, izin mau sarapan dulu, hehe, laper” sambil sedikit bercanda….dan tips yang dikasih kak Annie ini bener banget, dan perlu diterapin saat kita makan dimanapun, termasuk di hotel, resto dll.
Dan bener kata kak Annie ambil sedikit dulu (secukupnya), penting juga sih, ambil makanan dan minuman secukupnya, lihat dan ambil menu yang disukai. Jangan semuanya diambil ujung2nya gak dimakan, terus jadi sampah makanan yang numpuk. Kalo kata orang jawa “pamali” buang makanan.
Saya lebih baik nambah, daripada berlebihan tapi gak dihabiskan.. hehe..makasih tipsnya kak, sudah kubaca keren dan mengingatkan kita manusia yang suka lupa kalo datang ke tempat orang..
Itulah pentingnya berkeliling dahulu sebelum memutuskan untuk makan apa. Dengan mengamati dulu kita jadi tahu prioritas kesukaan dan apa dulu yang akan kita santap. Ini untuk menghindari mengambil makanan secara asal, bertumpuk di meja, lalu ditinggalkan karena tidak suka.
Menahan diri untuk mengambil makanan dan makan secara berlebihan pun sesungguhnya tak baik untuk diri sendiri. Jadi jangan mentang-mentang semua gratis dan berbeda dengan apa yang ada di rumah, kita jadi lupa dengan etika dan akhlak yang mengikatnya.
Setuju banget dengan etikanya: “Etika adalah mengetahui perbedaan antara apa yang berhak kamu lakukan dan apa yang benar untuk kamu lakukan.”
kebetulan gak pernah sih ketemu dengan orang yang melanggar etika sewaktu sarapan di hotel
malah pernah lihat di YouTube (atau TikTok/lupa), perempuan pakai baju seadanya dan rol rambut sarapan pagi di hotel
Gak akan ditegur sih, toh dia tamu hotel
Tapi , orang dihormati karena sikap dan penampilannya kan?
Bener banget Mbak. Diri kita sendirilah yang membentuk kesan dan pikiran orang atas kita. Mulai dari visual hingga akhlak yang menempel di diri kita.
Sarapan di hotel adalah pengalaman yang menyenangkan, namun tetap penting untuk memahami dan mengikuti etika yang berlaku ya mbaak… Yang paling penting adaladh Jika ada antrian untuk mendapatkan makanan atau minuman, pastikan untuk mengantri dengan sopan juga
Begitulah Mbak Ida. Semua unsur dalam hidup dan kehidupan ada aturannya, ada etikanya serta akhlaknya. Semoga menjadi pengingat bagi kita ya Mbak.
Reminder banget sih ini Mba ^^ Suka sedih kalau pas sarapan di hotel trus lihat pada ambil banyak ujung-ujungnya bersisa yang nggak sedikit. Dan bener, lebih baik ambilnya dikit-dikit aja, kalau mau nambah tinggal ambil lagi dan tentu pakai piring/mangkok yang bersih…
Duh makanan bersisa tuh memang bikin greget ya Mbak Cindi. Sifat tidak bertanggungjawab yang musti kita hilangkan
Nah iya, berkeliling melihat menu itu penting ya. Pernah suatu ketika makan dengan seorang teman dan dia kurang suka dengan menu yang diambil. Lantas akhirnya kami bertukar piring
Iya Mbak. Itulah pentingnya berkeliling. Biar kita tahu preferensi kita. Makan apa yang kita suka tentunya akan mendorong kita untuk menghabiskannya.
Memang bete banget kalau ketemu orang yang tidak tahu ETIKA, rasanya pengen hmm … tegur, tapi ntar emut kita hilang, awalnya mau sarapan eh … jadi bikin dosa karena tegur orang yg engga punya etika
Hahahaha iya Bu Sum. Sementara di dunia lain, di sisi bumi yang lain, banyak orang yang tidak seberuntung kita mendapatkan makanan dan minuman yang layak.
Banyak yang aku ehhem..masih lakukan, kak Annie..
Dan aku baru tau mengenai etika Tidak mengambil (kembali) makanan dengan piring yang sudah digunakan. Gunakanlah piring yang bersih dan baru.
Juga bagian membungkus makanan. Karena aku pikir ini hak kami, eh maksudnya karena sudah diambil dan tidak sanggup menghabiskan, jadi prefer digulung-gulung tisu dan dibawa ke kamar.
Nuhun, kak Annie..
Sama jangan ngambilin gula kopi sachetan kalik yah… hihii.. padahal di kamar uda ada lo.. gemar sekali ngutil begini akutu..
Karena makanan yang disediakan hotel juga adalah jatah dari tamu yang lain selain kita. Ini adalah salah satu hal yang harus kita ingat.
Kalo untuk sachet-an biasanya aku bawa yang tersedia di kamar aja. Karena memang itu adalah compliment untuk kita.