Melewati sepuluh episode yang disajikan sejak Februari 2023, saya jadi lebih rutin membuka aplikasi live streaming DISNEY+ HOTSTAR. Ini saya lakukan setiap Sabtu karena mengikuti kisah suspense thriller tentang teror ilmu hitam di drama serial Teluh Darah. Sebuah mini seri tentang kehidupan keluarga yang awalnya mapan, aman dan damai menjadi amburadul serta porak poranda. Bahkan boleh dibilang hancur berkeping-keping hingga titik darah terakhir.
Mengenaskan dan bikin merinding sekaligus.
Entah mengapa dari setiap episode, saya terus dibuat penasaran dengan apa dan siapa dibalik semua kejahatan ilmu hitam yang terus menimpa keluarga Wulan (Mika Thambayong) dan Esa (Deva Mahendra). Skenario dan sajian alur ceritanya benar-benar tersusun begitu rapi hingga di dua episode terakhir lah pertanyaan-pertanyaan saya itu mulai menunjukkan titik terang.
Salut untuk ke-empat penulis skenario. Mereka pastinya sudah berjuang dan menemukan klik yang begitu kuat satu sama lain sehingga kejutan plot twist nya bisa hadir begitu sempurna. Semua tersusun rapi lewat rangkaian konflik yang tak henti disajikan di setiap episode.
Ketegangannya konsisten dari awal hingga akhir.
Tentang Keluarga
Ahmad Kusumawijaya (Lukman Sardi) dan Astuti (Imelda Therrine) sedang mumet karena Wulan (Mikha Tambayong), sang putri sulung, memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahannya. Padahal semua persiapan sudah oke. Bahkan lembar undangan pun sudah disebarkan.
Wulan ragu karena merasa gak menemukan “rasa yang pas” dengan tunangannya. Terutama soal kebiasaan dan sudut pandang mereka akan sesuatu atau terhadap hal yang cukup prinsipal. Satu hal yang (sangat) bisa saya maklumi. Perkara yang bergumul di hati dan sulit untuk menjelaskannya. Keraguan yang mendadak timbul tanpa bisa ditahan dan terwakilkan oleh kata atau kalimat.
Tetapi, baik Ahmad dan Astuti tidak mempermasalahkan keputusan Wulan. Bagi mereka, putrinya ini sudah cukup dewasa dan mampu mengambil keputusan bijak. Ini dilandaskan oleh sifat Wulan yang memang rasional, bertanggungjawab pada keluarga dan mampu bersikap dewasa. Rangkaian alasan inilah yang disampaikan Ahmad kepada putrinya saat menemukan Wulan sering terpekur, terdiam, pusing dengan keputusannya sendiri. Bagi mereka, sebagai orang tua, kebahagiaan Wulan adalah di atas segalanya. Kalimat yang selalu ingin didengar oleh anak saat mereka mengambil sebuah keputusan besar.
Tak lama setelah masalah ini lewat, tiba-tiba keluarga kecil ini menemukan bangkai di salah satu sudut ruang rumah kemudian diikuti dengan munculnya banyak belatung di makanan mereka. Ini kerap terjadi sehingga menimbulkan syak wasangka yang bercabang dan sangat mengganggu.
Sebagai penonton, dugaan awal kita pastilah tertuju kepada mantan tunangan Wulan dan keluarganya, yang pastinya dendam atas perlakuan Wulan. Tapi apa benar mereka yang menjadi dalangnya?
Gak se-simpel itu ternyata.
Kondisi ini menjadi semakin runyam saat Ahmad diterjang oleh penyakit aneh tanpa bisa dijelaskan secara logika dan medis. Ahmad mendadak sering berteriak. Mengeluarkan belatung dari mulut dan telinga. Tubuhnya sering berguncang dengan wajah menegang dan mata melotot. Kondisinya persis seperti orang terkena teluh.
Wulan, Astuti dan Wisnu (Justin Adiwinata) pun terguncang hebat. Terutama Wisnu yang sedang dalam tahap berjuang dengan kondisi mental yang tidak stabil karena ketergantungannya pada obat penenang.
Cerita menjadi semakin ruwet dan menegangkan saat nyawa Ahmad terenggut tragis dan disambung dengan kematian Astuti yang proses kematiannya sangat tidak wajar. Ibunya Wulan ini berteriak histeris di kamar mandi, dikelilingi ribuan belatung, lalu menusuk telinga dengan gunting. Dan itu dilakukannya seperti ada yang mengontrol dan memaksanya melakukan itu tanpa sadar.
Di titik inilah kemudian Wulan yang tadinya berpikir logis, mulai menyadari bahwa teluh dan ilmu hitam itu memang ada dan sedang menyerang keluarganya.
Di tengah perjuangan Wulan dan Wisnu mencari jawaban atas apa yang menimpa orang tua mereka, hadirlah tokoh Esa (Deva Mahendra).
Esa ini adalah anak dari Bondan (Williem Bevers). Salah seorang rekan lama Ahmad. Esa mengejar keberadaan Ahmad karena Bondan mati secara tak masuk akal dan orang terakhir yang dihubungi oleh Bondan adalah Ahmad. Berkat petunjuk inilah akhirnya Esa mengunjungi Wulan dan Wisnu. Betapa kagetnya Esa saat Wulan menceritakan tentang bagaimana proses kematian Ahmad. Kesamaan nasib inilah yang akhirnya membuat ketiga anak muda ini bersatu dan mencari siapa dalang yang sesungguhnya dari kematian orang tua mereka.
Jadi sejak itulah Wulan, Esa dan Wisnu mengorek banyak bukti, menyusur berbagai kemungkinan, berkerjasama dan saling menguatkan. Wulan dan Esa malah akhirnya jadi sepasang kekasih karena rasa kedekatan yang terus terbangun.
Baca Juga : Qorin. Ngerinya Kejahatan Manusia Berkedok Agama
Mereka yang Ikut Terkepung Dalam Lingkaran Masalah
Kala satu persatu episode muncul, kita digiring untuk kembali pada masa lampau, tahun 1998, saat Ahmad dan Bondan memulai usaha. Masa dimana mereka sukses dalam bisnis dengan harta berlimpah. Mereka bahkan mampu bertindak atau menyuruh siapapun untuk melakukan apapun, sesuai dengan keinginan mereka. Seperti misalnya mengancam mereka yang menjadi saingan bisnis atau yang mengganggu kenyamanan hidup mereka.
Ahmad sendiri ternyata lelaki yang selingkuh dengan salah seorang rekan kantornya. Perempuan inilah si Astuti. Jadi Astuti ini aslinya bukan perempuan baik-baik ya. Dia merebut Ahmad dari istri pertama yang tidak bisa memiliki keturunan.
Mantan istri Ahmad juga dimunculkan berulangkali. Seorang perempuan yang sering sakit dan meminta bantuan finansial kepada Ahmad. Dia juga sempat saya curigai sebagai biang dari klenik yang menimpa keluarga Wulan.
Tapi ternyata bukan juga. Nah loh.
Flashback yang berulangkali muncul menunjukkan bahwa ada beberapa lelaki yang pernah terlibat dalam kehidupan Ahmad dan Bondan. Mereka ini nyawanya dihabisi satu persatu dengan kondisi dan siksaan yang persis sama yang dialami oleh Ahmad dan Bondan. Tapi dua diantaranya dihabisi dengan lebih sadis karena keduanya adalah tangan kanan dari Ahmad dan Bondan.
Wulan dan Esa sendiri tak tahu bahwa di 1998, kedua ayah mereka sempat menyiksa satu keluarga hingga sang kepala keluarga wafat. Kepalanya nyaris terpenggal dengan berbagai tusukan ke tubuh. Istri lelaki ini juga dilukai dan diseret hingga pingsan. Lalu anak-anak mereka, yang menjerit-jerit tanpa henti mengiringi penyiksaan atas orang tua mereka. Adegan ini sangat mencekam menurut saya. Sadis seperti PKI menyiksa para jendral yang gugur di Lubang Buaya.
Di rumah Wulan sendiri ada dua lelaki yang bekerja di rumah. Salah seorang diantaranya bernama Harun/Manto (Hingka Moedra). Melihat tingkah Harun/Manto ini sangat mencurigakan dan ada indikasi terlibat langsung atas kematian Astuti, Wisnu (adik Wulan), terus mengejarnya secara membabi buta. Wulan awalnya tidak percaya/mendukung kecurigaan Wisnu. Bahkan sempat berteriak keras agar Wisnu tidak terobsesi dengan Harun/Manto yang sudah tidak bekerja dengan mereka lagi.
Tapi seiring dengan waktu, Wulan dan Esa akhirnya paham siapa Harun/Manto ini. Karena jejak setiap kejadian nyatanya berhubungan dengan Harun/Manto dan satu lagi pelayan di rumah mereka yang ternyata bekerjasama dengan Harun/Manto.
Mereka akhirnya mengejar lelaki ini hingga ke Banyuwangi. Mengejar kenyataan tersembunyi yang akhirnya meluluh lantakkan hati, mental dan tentu saja sebuah realitas kelam yang naik ke permukaan.
Siapakah pelaku sebenarnya dari rangkaian kejadian klenik yang menimpa keluarga Wulan dan Esa serta para pria yang juga bernasib sama?
Lalu apakah jati diri sesungguhnya dari Wulan dan Esa? Akankah mereka tetap bersama setelah sang pelaku mengungkap siapa sebenarnya mereka? Apakah akhirnya Wulan, Esa dan Wisnu harus menerima karma atas apa yang sudah dilakukan oleh Ayah mereka di masa lampau?
Baca Juga : The Medium. Film Horor Supranatural Yang Sangat Menegangkan
Baca Juga : Belajar Menjaga Tata Krama Dari Film KKN di Desa Penari
Ulasan Pribadi Tentang Teluh Darah
Film suspense horror and thriller ini, menurut saya, sudah berhasil membuat penonton berdebar-debar dari episode pertama. Setidaknya buat saya si penggemar karya sinema yang penuh kengerian. Ketegangan yang dihadirkan sangat mencekam, mengigit rasa dan bikin merinding. Alur ceritanya juga rapi dan nyaris tidak ada plot hole yang membuat antar adegan serasa putus tak berjejak.
Sinema horor perdana karya sutradara Kimo Stamboel ini, pantas dibawa ke ajang internasional. Jadi saat diberi kesempatan diputar perdana pada Festival Film International Busan ke-27 pada 6-7 Oktober 2022, saya rasa Teluh Darah sudah dan bisa berbicara banyak. Setidaknya “mengenalkan” salah satu klenik yang nyata terjadi di Indonesia. Meskipun bentuknya nyaris sama atau mirip dengan sekian banyak kejahatan kasat mata di benua Asia, Teluh Darah memberikan greget tersendiri untuk film di genre horor.
Setiap casting saya rasa juga sudah pas. Menghadirkan Mikha Tambhayong dan Deva Mahendra si pasutri baru sebagai dua tokoh utama, dan didukung oleh banyak aktor teater yang sudah kenyang malang melintang di dunia perfilman, Teluh Darah menjadi semakin “berisi”. Kemampuan mereka menampilkan tokoh yang sarat dengan dunia kejahatan, berhubungan dengan praktik teluh dan dunia hitam, sungguh meyakinkan.
Selain Banten yang sudah menjadi rahasia umum dikenal sebagai sumbernya kejadian mistis dan banyak hal berbau klenik, Banyuwangi pun memiliki status yang sama. Teluh Darah memutuskan untuk memilih Banyuwangi menjadi sentral dari kengerian yang menimpa keluarga Wulan dan Esa.
Kekuatan atau ciri khas dari daerah yang ada di Jawa Timur ini menjadi makin membawa ciri khas saat kita mendengarkan bahasa Osing. Bahasa khas suku Osing di Banyuwangi yang terdengar menyentak khas bahasa jawanya orang Jawa Timur.
Saya pernah mendengar bahasa Osing ini saat sekolah di Malang. Ada beberapa teman sekolah saya yang merantau dari Banyuwangi. Saat mereka ngobrol, saya cukup terpana. Gak semua kata bisa saya pahami. Tapi ada juga beberapa diantaranya memang jawa timuran tapi diucapkan dengan logat yang berbeda.
Jadi, saat scene tentang masa lalu di Banyuwangi dihadirkan, saya langsung konsentrasi menatap terjemahan yang ada di layar. Bahkan banyak diantaranya saya putar ulang agar bisa meresapi makna dari pembicaraan para tokoh. Ini perlu perjuangan banget saat menonton episode delapan hingga sepuluh. Tiga episode terakhir yang setiap menitnya bikin hati berdebar-debar dan banyak menampilkan percakapan dalam bahasa Osing.
Efek horor terwakili sempurna dengan menghadirkan belatung, kecoa dan rambut-rambut panjang yang keluar dari mulut para korban. Banjir darah, jejeritan serta mata-mata dengan sorot ketakutan yang luar biasa, menjadikan Teluh Darah hadir sebagai film horor yang tidak kacangan. Begitupun dengan kehadiran sesajen, dupa, foto-foto orang yang akan diteluh, jarum berkarat, rajah, boneka anyaman jerami, pisau dan lain-lain, menyempurnakan sebuah kejadian teluh yang biasa kita lihat di berbagai film horor. Tapi yang cukup bikin gemas adalah wajah seorang perempuan yang setengahnya tertutup kerudung dengan bibir yang terus merapal mantra.
Aih. Sungguh. Kecut hati dan berdiri bulu roma saat rangkaian adegan sarat ketegangan itu ditampilkan satu persatu.
Yang pasti, dari sisi saya pribadi, Teluh Darah pantas diganjar dengan lima jempol. Penggarapannya apik. Nuansa kleniknya pun bikin merinding. Paket lengkap yang kudunya kita dapatkan dari sebuah kisah kekejaman, karma dan banyak pelajaran hidup yang tersembunyi di dalamnya.
Satu hikmah yang patut kita ambil dari Teluh Darah adalah bahwa dendam dan karma itu nyata adanya. Saat kita menyakiti orang lain. Bekasnya di kulit mungkin bisa hilang dalam hitungan hari. Tapi sakit di dalam hati dan pikiran akan terus melekat pada diri seseorang. Semua menumpuk menjadi dendam yang menuntut untuk dilampiaskan. Mencari korbannya. Yang dituju bukan hanya pelaku langsung, tapi juga pada siapa yang menyuruh dan keluarganya.
Bijaklah dalam bersikap dan mengambil keputusan. Apalagi jika itu menyangkut nyawa dan masa depan orang lain.
Skor saya untuk mini serial ini adalah 9/10.
Nilai tertinggi saya berikan untuk unsur cerita yang meliputi plot dan materi yang diangkat.
Jadi penasaran siapa pelakunya, Mba :-D
Baca ulasannya bikin merinding tapi kok penasaran yaaa apalagi dengan alur rapi,
Bisa jadi list nonton weekend nanti..
Nonton Mbak Cindi. Mini seri ini worth watching banget. Ketegangannya maksimal dengan elemen horor yang jempolan.
saya gak berani nonton Mbak Annie
soalnya di rumah sendirian
bakal clingak clinguk sepanjang drama diputar, hiiiii
dan akhirnya gak bisa tidur
Mba Annie, ternyata memang bagus ^^ meski mendebarkan, seninya nonton series genre horor :-D plus banyak pelajaran yang bisa diambil juga…
Film ini cukup horor ya, senang juga saya dari kecil sampe sekrang kalo lihat film2 horor semcam teluh, santet, dll. Apalagi di disney hot star bisa tayang, tentu sebagai pelanggan telkomsel saya bisa menikmatinya. Makasih kak ulasannya sudah kubaca semua, bagus dan bisa jadi rekomendasi film nanti yang segera kutonton.
Bukan cukup horor aja Mas Wahid. Tapi tergolong suspense horor. Ketegangannya muncul dari awal hingga akhir. Hampir tak ada jeda.
Nonton Mas Wahid. Mini seri ini worth watching luar biasa.
karma di teluh darah memang ada ya … dikalangan masayakat hingga kini, jadi sebagai umat islam yuk … hilangkan rasa demdan iri dan dengki itu hanya nafsu sesaat. Jadilah diri kita ihklas dalam menjalankan hidup ini
Setuju Bu Sum. HIdup harus dilengkapi dengan keikhlasan dan kebesaran jiwa. Saling menghormati dan menghargai diantara sesama.
Dari membaca review Mba Annie saja, saya setuju kalau mini seri Teluh Darah ini layak mendapat jempol 5. Tema yang diangkat yang digarap dengan apik didukung akting pemain dan faktor-faktor lain, sungguh jadi tontonan menarik. Sebuah nilai positif dari keberadaan aplikasi layanan streaming yang membuat kita makin mudah menikmati karya berkualitas seperti Teluh Darah. Juga memberi kesempatan bagi siapa saja yang berkecimpung di dalamnya, bisa berkarya dengan seluas-luasnya.
Ya ampun ini lewat melulu pas buka Disney+Hotstar dan belum nonton juga nih saya, karena bayangin kengeriannya haha…ntar nonton ah
Well-said Mbak Dian. Wajib nonton Mbak. Mini serial yang worth watching. Buat penggemar film penuh ketegangan seperti saya, Teluh Darah punya greget yang berbeda dibandingkan dengan film horor tanah air yang lainnya.
Kok kayaknya menarik tapi entah aku siap atau gak liat adegan2 belatung dkk-nya huhu.
Padahal cerita ini kalau gak dijadikan horor kyknya tetep menarik, misal jadi genre crime ada pembunuh yang balas dendam hahaha imajinasiku.
Semoga nanti ada kesempatan nonton juga.
Aktor2nya sih keren2 ya mbak aktingnya :D
TFS reviewnya.
Nonton Sar. Seru banget loh mini seri ini. Tiap episodenya selalu bikin kita berdebar-debar dan penasaran sekaligus merinding.
Wah series horor ya
Ceritanya seru dan mencekam
Aku takut nonton film horor
Tapi baca ulasan ini jadi penasaran pengen nontom
Kuy nonton Mbak Dian. Worth watching!!
Yang main penganten baru Mika dan Dave hehe, ini napa mereka gak pilih genre romance dulu sih #lha ngatur wkwk
Wuah setuju banget dengan pesannya kalau kita menyakiti org lain biasanya masih ada aja bekasnya, kadang ada aja triggernya huhu. Moga kapan2 bisa nonton nih.
Mbak Annie suka banget tema horor ya?
Dari novel, drama maupun film , semua disimak
Saya suka jika telah disuguhkan secara “light” seperti Harry Potter dan “Lord of the Ring”
Jadi gak sampai mengeluarkan belatung seperti “teluh darah”
Iya Mbak. Saya suka dengan film-film penuh ketegangan (horror, thriller) dan sejenisnya. Sering details melihat efek dan alur ceritanya.
Film-film sci-fi dengan tema khayalan seperti Harry Potter juga suka. Tapi tidak terlalu. Saya lebih suka sentuhan real dalam penggarapan sinematografi nya.
Kak Anniee.. Balas dendam dan karma itu nyata.
Aku kadang merenung tentang sebuah penyakit yang timbul akibat “ilmu hitam” begini. Tapi kenapa di INdonesia ada tapi di luar negeri gak ada ya..?
Atau kita yang gak tau kalau di luar negeri sebenernya juga ada?
Kadang aku juga berpikir bahwa ketika kita yakini ADA, hal tersebut bisa jadi NYATA.
Akankan hal tersebut gak nyata kalau kita tidak meyakininya?
Iih.. kak Annie..
Ini jadi discuss begini yaa.. maaf, maaf.
Aku suka horor. Jadi rekomendasi nonton Teluh Darah di Disney abis ini.
Yeeay~
Di negara lain juga banyak Len. Film-film sejenis Teluh Darah tuh sering juga saya lihat lahir dari tangan-tangan sineas Malaysia, Thailand, Jepang, Vietnam dan lain-lain. Hanya saja penggarapan efeknya berbeda. Saya sendiri pernah meilhat langsung orang kena teluh, santet, dan sejenisnya. Jadi percaya bahwa garapan film horor Indonesia ada latar belakang cerita atau kisah nyatanya. Seperti halnya Teluh Darah ini.
Nuhun kak Annie..
Jadi paham kalau ilmu hitam ini sebenernya memang ada di negara lain dalam bentuk yang berbeda. Sebenernya kalau di Jawa tuh larinya cuma 2 ya.. dibalas sama “dukun” yang lebih kuat ((jadi semacam tanding ilmu hitam)) atau di rukyah. Tapi memang ga semudah itu juga karena pastinya butuh waktu.
Jadi ngobrolin solusi, wkkwkw…menikmati banget alur-alur kisah horor dari Teluh Darah.
Mengalir sekali membaca review Mbak Anie ini. Saya berasa ikutan nonton mini series nya. Bayangin belatung, darah, serangga, duh gak kuat banget tapi penasaran ðŸ˜
Makasih untuk complimentnya Mbak Elisa. Drama serinya juga memang sebagus itu untuk diulas. Serial horor yang layak dapat pujian dan disaksikan publik. Apalagi ada pesan moral yang ada di baliknya.
mbaaaa
aku baca review ini aja dah ngeriiiiii
ngebayangin belatung, kecoa dll hadeuhhhh
udah ‘gilooo’ duluan aku mbaaa
nyaliku memang setipis tisuuuu
Hahahaha memang sedetil itu drama serinya. Aku juga sering terjebak ngilu saat adegan per-belatung-an itu tampil. Kok ya seperti benar-benar terjadi loh
Daku belum berani nontonnya dong Bu, haha.
Padahal pengen lihat akting pasutri itu.
Selain itu juga berseliweran soal reviewnya.
Mungkin sementara ini menikmati ulasan dulu aja, pankapan nontonnya barengan sama kakak aja haha
Hahahaha. Memang seram mini serinya Fen. Perlu keberanian ekstra untuk bisa bener-bener menikmati
Saya di rumah langganan Disney+Hotstar, Mbak. Dan Teluh Darah sering berseliweran di beranda. Tapi saya cuekin hahaha. Alamak, ternyata dari review Mbak Annie, bagus, ya. Bisa nih jadi tontonan di hari libur libur anak sekolah yang tidak perlu mikirin antar jemput hehehe.
Tapi soal beginian, memang sudah jadi rahasia umum, Mbak. Bahkan tidka hanya di pulau jawa, ada juga di pulau sulawesi. Jadi cerita keluar paku dari mulut, atau kepala dibikin lembek itu ada ceritanya.
Nonton Pak. Highly recommended pokoknya. Seru dari episode awal hingga akhir. Dan itu bikin kita selalu berdebar-debar.
Bener Pak Bambang. Di Kalimantan bahkan lebih “seru” lagi Pak. Kejadiannya lebih bikin menggigil dan ngilu hati. Mungkin Pak Bambang masih ingat peristiwa perseteruan antara warga Madura dan Dayak di Kalimantan. Itu peristiwa yang sangat mencekam. Kok ya pas kebetulan adik saya sedang bekerja di Sampit. Di salah satu perkebunan swasta yang banyak pegawainya adalah orang-orang Madura yang sedang merantau.
Baca judulnya saya udah ngeri, teluh darah. Ini pemainnya pasangan Deva Mahendra ama Mikha Tambayong. Keduanya bagus aktingnya. Saya agak takut sebenarnya kalau nonton film genre mistis begini. Takut kebayang-bayang horornya.
Hahahahaha. Teluh Darah memang mencekam sih menurutku. Setiap episode tuh ada aja cerita baru yang seru. Bikin kita tambah penasaran siapa sesungguhnya pelaku teluhnya. Dan kita dikasih plot twist yang diluar dugaan.
Waduh baca review teluh darah ini bikin daku makin penasaran untuk nonton film horor ini, kayaknya bagus juga ya. Nonton aahh
Nonton Mbak Emma. Worth watching pokoknya
Dendam dan karma itu nyata…benar adanya! Gara-gara baca review Mba Annie aku nonton Teluh Darah dong jadinya. Makasih untuk review-nya. Belum selesai dan setuju kalau nilainya bintang lima. Sekeren itu memang, ya!
Saya senang sekali nonton film2 horor seperti ulasan kak Annie ini. Sudah kubaca jadi pengen “nyender” lihat filmnya. Toh saya sendiri belum menontonnya. Makasih reviewnya, mudah dipahami.