Senin, 6 Maret 2017
Tragedi Sebelum Berangkat
Pagi itu saya terbangun karena dering telepon supir Taxi Blue Bird yang entah sudah berapa kali karena ringtone HP sempat saya kecilkan volumenya. Waktu tepat jam 7pagi, persis seperti orderan via telepon sehari sebelumnya. Saya mendadak terloncat dari tempat tidur dan berteriak kepada Pak Supir dari balik pintu agar beliau berkenan menunggu saya.
Gerak cepat tunggang langgang pun mengawali hari keberangkatan saya menuju Semarang. Tapi nyatanya walaupun semua sudah dikerjakan secepat mungkin, ujung-ujungnya tetap memakan waktu hampir 30menit. Itupun alhamdulillah proses packing baju dan peralatan lenong sudah dilakukan 90% sehari sebelumnya, tinggal menambahkan peralatan mandi dan make-up yang memang baru dimasukkan di detik-detik terakhir nutup koper.
Teringat bahwa saat itu adalah hari Senin dan 3 anggota keluarga lain pasti sudah tidak berada di rumah, saya pun bergegas mengunci pintu rumah dan meletakkan kunci tersebut di satu tempat yang hanya diketahui oleh anggota keluarga plus si Mbak yang pulang pergi mengurus rumah.
Perjalanan menuju bandara Halim Perdana Kusuma pun saya lalui dengan kekhawatiran luar biasa. Selain karena momok hari Senin yang rajanya macet terutama di jam-jam orang berangkat kantor seperti saat itu, saya juga mendapat SMS dari portal pemesanan tiket bahwa check in dimajukan 30menit lebih awal mengingat adanya jadwal penerbangan tambahan beberapa rute pesawat di pagi itu. Hadeehh. Keringat sebesar-besar jagung pun bercucuran di dahi. Apalagi baru aja menyentuh Cibitung, barisan mobil sudah terlihat padat berlomba-lomba berlari di jalan tol dengan truk, container, dan bis, yang juga tak terhitung banyaknya.
Setelah sempat pasrah dan bersiap bakalan beli tiket baru karena telat dan pak supir yang berjuang nyetir selip sana-sini, akhirnya tepat pkl. 09:30wib saya tiba di Bandara Halim. Wew 2 jam perjalanan yang menakjubkan untuk jarak tempuh 31km. Masih tersisa 30menit lagi untuk lapor ke counter dan mengejar pesawat yang seyogyanya berangkat pkl. 11:00wib.
Narik nafas panjang dan merasa tenggorokan kering yang menderita, saya menyempatkan diri mampir ke sebuah cafe kecil untuk menikmati minum. Di saat itulah HP saya berdering dan hati sempat tersentak melihat no telepon rumah (telepon analog) muncul di layar HP saya. Loh siapa ini yg menelpon? Secara di jam segitu si Mbak biasanya belum sampe rumah.
Keheranan itu pun semakin lengkap ketika saya mendengar suara anak sulung di ujung telepon. “Bunda, kok ngunci Aa sih?”. Masih dengan pikiran yang ngambang, saya menjawab, “Kan, Bunda berangkat ke Semarang”. Padahal itu jawaban gak nyambung sama sekali yak hahahaha. Sekian detik terdiam. “Kan, minggu lalu Aa udah bilang, minggu ini Aa libur karena anak kelas 3 ujian praktek”. Mendadak saya tertawa ngakak. “Astaghfirulaah. Lah terus sekarang gimana?” jawab saya masih sambil tidak bisa menahan tawa. “Aa telepon tukang bubur, untuk ngambil kunci dan buka pintu. Laper tauk Bun!”
Gak menghiraukan omelan anak, saya pun bergegas masuk ke bandara sambil senyum-senyum antara geli, bingung, mentertawakan kejadian yang memalukan dan jelas bakal jadi bahan omongan yang gak ada habisnya pas nanti pulang ke rumah.
Tiba di Semarang
Setelah sempat delay selama 30menit, 1 jam kemudian saya tiba di Bandara Achmad Yani dengan selamat. Tidak ada yang istimewa di gedung kedatangan. Hanya memang ukurannya cukup sempit untuk sebuah ibukota provinsi. Tingginya volume penerbangan yang tiba pagi itu mengakibatkan pengurusan bagasi menjadi sedikit lama dan orang pun menyemut mendekati travelator bagasi, yang justru membuat situasi tambah mumet dan sesak.
Sepertinya kita harus mencontoh bandara Changi. Pengelola bandara memasang garis batas sejauh (sekitar) 1meter dari pinggir travelator, sehingga pandangan mata kita bebas melihat bagasi yang berputar. Trolley pun tidak diperkenankan mendekat sehingga tidak mengganggu lalu lintas angkat dan taruh koper. Coba ya kita bisa mempraktekkan atau mencontoh budaya baik dan disiplin seperti ini.
Tak ingin berdesak-desakan dengan penumpang yang lain, saya memutuskan untuk menunggu sampai tumpukan manusia berkurang. Dan bener aja, koper saya sudah mutar kek gasing beberapa kali hahahaha. Kalo bisa ngomong mungkin sudah teriak kenceng “Wwooiii gua udah pusing neh muter teros!!” hahahahaha.
Berangkat dengan pesawat yang berbeda, saya memutuskan untuk menunggu Meli, travel-mate untuk trip ini, di sebuah restoran bakso yang masih dalam lingkungan bandara. Perut sih sudah bernyanyi kencang tapi karena lebih enak makan rame-rame, saya memutuskan untuk menunggu Meli, yang akan tiba 30menit berikutnya dan makan bersama. Dua mangkok mie ayam pun kami pesan walaupun akhirnya ketawa bareng karena mie ayamnya berkuah, sementara kami menyukai mie ayam kering dengan kuah terpisah. Tuh kan, lain kali harus tanya-tanya dulu sebelum sok yakin pesen makanan. Tapi berhubung sudah keroncongan, mie ayam pun sukses masuk perut tanpa sisa.
Selesai menikmati makan siang seadanya kami segera meluncur ke Novotel Hotels & Resorts. Tidak seperti berada di ibukota negara, kami hanya membutuhkan waktu 15menit untuk mencapai hotel dengan biaya taxi resmi bandara sebesar Rp 50.000,- saja. Welcome to Semarang!!

Novotel Hotels & Resorts Semarang
Berada di Jl. Pemuda No. 123, hotel ini berjarak hanya 5km dari bandara. Dengan bangunan yang cukup tinggi dan berdiri di lingkungan yang sedikit gedung menjulangnya, signage besar NOVOTEL terlihat sangat jelas mendekati Tugu Muda yang menghubungkan Jl. Pemuda dengan Jl. Dr. Sutomo, Jl. Panandaran dan Jl. Imam Bonjol.
Paragon Mall yang berada di sisi kiri jalan menyambut kami ketika beberapa detik kemudian kami sudah memasuki lobby hotel dengan jalur menanjak dan hanya cukup untuk lalu lintas mobil dengan jumlah terbatas.

Sambil menunggu proses check in, saya menyempatkan diri memotret area lobby depan yang terlihat memanjang dan luas. Selain sofa single dengan senderan tegak yang mendominasi, kursi-kursi pendek 3buah dengan 1 meja bulat kecil, pohon sintetis di dalam pot putih, beberapa patung wanita berwarna hitam dengan ornamen merah dan emas menjadi salah satu pusat perhatian di sini. Bahkan ketika pintu lobby terbuka, kita langsung disambut oleh patung wanita sejenis di atas meja bulat besar. Sementara di sisi kanan dan kiri titik awal lorong menuju lift dan beberapa function room di ground floor, ditaruh 2 buah gentong besar bertutup yang terlihat sangat kokoh dan berat.


Selesai urusan administrasi, kami pun bergegas ke lantai 7 dan membuktikan jargon “Seperti di Rumah Sendiri” yang digaungkan oleh Novotel Semarang apakah benar adanya.
Dari brosur yang saya pegang dan bertuliskan “Nikmati Hidup Anda di Novotel” “Live in your own special world”, pihak hotel mengajak para tetamu agar dapat menikmati kenyamanan kamar yang luas, didesain untuk memenuhi semua kebutuhan tamu. Konsep “Live and Dream” menawarkan kenyamanan dan sentuhan khusus yang membuat semua terasa berbeda. Bersantai, menyelesaikan pekerjaan dan mendapatkan semua manfaat selama kita tinggal. Wow, suka sekali dengan untaian kalimat yang sarat makna seperti ini.
Kamar dan Beberapa Fasilitas Hotel
Kesan pertama ketika masuk ke kamar tipe Superior yang kami pesan adalah luas dan lega. Di bagian ujung, mendekati jendela, sebuah sofa dua dudukan dan coffee table yang lebih dari cukup untuk meletakkan banyak barang. Kamar kami kebetulan menghadap persis Paragon Mall dan Tugu Muda. Jadi cahaya matahari dan kesibukan lalu lintas ibukota Jawa Tengah benar-benar bisa kami nikmati.
Memesan 2 single bed, kamar juga dilengkapi dengan bath tub bershower, slippery, TV cable, dan tentu saja standard amenities layaknya hotel bintang 4. Warna kamar didominasi oleh warna natural/kayu dengan bed-head bernuansa gunung wayang. Warna yang menurut saya memberikan kesan ringan dan luas.
Dengan ukuran kamar sebegini luas, pantas saja jika Novotel masih memperkenankan kamar Superior untuk dihuni oleh 2 orang dewasa + 2 orang anak dengan usia di bawah 16tahun. Saya kembali melirik brosur kecil yang saya ambil di lobby.
FAMILY & NOVOTEL. Karena waktu bersama keluarga sangat berharga, maka anak Anda adalah tahu NOVOTEL juga di seluruh dunia. Anak di bawah 16tahun dapat menempati kamar bersama Anda dan menikmati sarapan pagi tanpa tambahan biaya.
Mengingat kembali sekian banyak pengalaman saya menginap di beberapa hotel, terutama jaringan Novotel, nyatanya aturan ini memang sudah lama diterapkan oleh semua Novotel yang berada di Indonesia. Sharing room sepertinya sudah aturan standard untuk anak-anak, tetapi free breakfast ini yang luar biasa melegakan tamu. Sementara di hotel-hotel yang setara, anak-anak dikenakan setidaknya 20% biaya sarapan.
Hotel yang merupakan jaringan dari ACCOR Group Hotels ini, memiliki 174 kamar dengan 105 kamar tanpa asap rokok (non-smoking rooms), 18 kamar yang bisa saling terhubung (connecting rooms), dan 1 kamar khusus untuk para divabilitas. Selain jenis Superior, jenis kamar lainnya adalah Suite yang dilengkapi dengan home theatre, Standard, dan Executive Floor. Semua jenis kamar dilengkapi dengan jaringan internet/wifi yang koneksinya mulus dan lancar jaya.

Penjelajahan dimulai keesokan harinya. Fasilitas pertama yang saya kunjungi adalah Citrus Bar & Restaurant yang berada di Ground Floor. Layaknya hotel berkelas dan menjaga kesantunan, serta mengakomodir tamu/pengunjung di luar penginap, sebuah bar dan restoran biasanya diatur keberadaannya, agar para penginap bisa bertemu tamu di tempat tertentu tanpa harus membawa mereka ke kamar.
Novotel Semarang terlihat sangat siap untuk ini. Di Citrus Bar & Restaurant, tersedia banyak tempat duduk. Sofa untuk kelompok besar atau sedikit. Kursi dengan sandaran punggung dengan berbagai tipe dan jumlah. Bar yang melayani food and beverage. Serta sebuah piano besar yang siap menghibur semua pengunjung yang datang. Lukisan, tanaman, dan beberapa dekorasi pun melengkapi indahnya interior ruangan.
Di bagian luar bar, yang tadinya saya kira berada di dalam, terdapat 3 buah air terjun buatan yang dilengkapi dengan berbagai patung dan tanaman. Suara aliran air nyata terdengar ketika kita duduk mendekat ke kaca yang menjadi pembatas antara dalam bar dan sisi luar.
Sementara sebagai pembatas bagian dalam, antara bar dan fasilitas jalan di ground floor, pihak hotel membangun beberapa kotak-kotak kaca yang berisikan aneka rempah-rempah yang tumbuh tanam di Indonesia. Pemandangan unik yang bisa menambah pengetahuan kita tentang kekayaan alam negri tercinta.


Berdampingan dengan Citrus, saya menemukan sebuah ruangan dengan dekorasi yang tak kalah indahnya. Di tempat ini terdapat 3 gentong dengan 3 ukuran berbeda yang bergabung dengan berbagai foto minuman dan makanan, dibingkai indah dan tentu saja menggugah selera. Belakangan saya baru ngeh kalo sudut ini bergabung dengan satu ruangan lainnya, yang memperlihatkan patung berkebaya mewah dan meja kecil lengkap dengan brosur dan sebuah TV LCD yang menampilkan acara pernikahan yang pernah diselenggarakan oleh hotel. Aaahh ternyata tempat ini khusus disediakan untuk memberikan informasi mengenai penyewaan fasilitas hotel untuk pernikahan.
Menyeberangi Citrus, saya terhibur melihat sebuah ruangan kecil berwarna-warni. Dinding berlukiskan beberapa binatang dengan warna cerah, tempat duduk, dan aneka mainan yang bertebaran, langsung menandakan bahwa ini adalah Kids Corner. Tidak ada petugas ketika saya mampir ke sini. Jadi mudah-mudahan foto di bawah bisa mewakili bayangan utuh akan fasilitas yang diberikan hotel kepada anak-anak yang menyertai orang tua dan atau keluarga yang menginap di sini.

Meneruskan eksplorasi saya, di bagian ujung ground floor terlihat deretan function rooms. Dari informasi yang saya dapatkan, terdapat 10 buah ruang dengan luas (gabungan) terbesar 360m2 dan bisa menampung sekitar kurang lebih 500orang. Ruangan-ruangan ini bisa digunakan untuk berbagai kegiatan, khususnya meeting. Sayang saya tidak bisa mengabadikan fasilitas ini karena saat itu seluruh ruangan digunakan oleh salah satu institusi negara yang menyelenggarakan rapat koordinasi dalam jumlah peserta yang sangat banyak dan tidak dapat diakses oleh non-peserta meeting.
Ngobrol sebentar dengan petugas hotel yang mengawasi kegiatan di function rooms, saya diarahkan untuk ke lantai 5 dimana terdapat kolam renang, fitness centre dan spa. Semua fasilitas yang menjadi standard hotel berbintang 4. Semua saling terhubungan dalam lantai yang sama, sehingga para penikmat relaksasi tidak perlu berpindah lantai untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang butuh suasana private seperti ini.

Selama 4hari 3malam saya menginap di sini, nyaris tidak ada keluhan yang berarti, kecuali sarapan pagi yang sepertinya belum memenuhi kualifikasi bintang 4. Cara penghidangan, kualitas rasa, serta pelayanan kebersihan, sepertinya memang harus lebih ditingkatkan dan diperhatikan. Ragam makanan cukup banyak. Bercampur antara sarapan tradisional Indonesia dan hidangan ala non-Indonesia. Akan tetapi nyaris semuanya terhidang dingin (tanpa pemanas) khususnya untuk jenis hidangan yang pantasnya dinikmati dalam kondisi hangat.
Berbeda sekali dengan pisang goreng yang kami pesan di malam ke-1 ketika kami kelaparan di sekitar jam 10malam. Light meals dengan harga yang cukup terjangkau dan sangat menyelerakan itu, ternyata tidak sejalan dengan kualitas yang kami rasakan di pagi hari ketika sarapan.
Above all, Novotel Hotels & Resorts Semarang, bisa menjadi referensi yang tepat sebagai tempat tinggal selama di Semarang, khususnya bagi para pebisnis yang memerlukan mobilitas dan perlu mencapai beberapa titik penting di dalam kota dalam waktu singkat. Pun hotel ini bisa menjadi pilihan bagi yang ingin liburan di Semarang karena letaknya yang strategis, dekat dengan beberapa tempat kunjungan wisata, seperti Lawang Sewu, Tugu Muda, Kota Lama, dan Simpang Lima.
