MAI. Cinta Rumit Seorang Pemijat Terapis dan Lelaki Playboy

Saya sedang mengistirahatkan diri dari layar handphone dan laptop barang sejenak saat kemudian memutuskan untuk berselancar di aplikasi Netflix. Biasanya kalau sudah berjam-jam “bekerja” di dua alat elektronik tersebut, saya mengisi jeda dengan menonton film sembari ngemil, ngopi, atau makan besar. Satu persatu banner entertainment saya lewati hingga akhirnya menemukan film berjudul MAI. Sebuah produk sinema Vietnam keluaran atau dipasarkan pada 2024. Dari resensi singkat yang saya baca, film berdurasi dua jam ini menceritakan tentang cinta rumit seorang pemijat terapis dan lelaki play boy

Witing Tresno Jalaran Soko Kulino

Pepatah ini mungkin (sangat) tepat untuk disematkan kepada Mai dan Duong. Mai, seorang pemijat terapis dan Duong, seorang lelaki playboy yang hidupnya luntang lantung dan punya mimpi ingin menjadi pianist hebat sebagai sumber penghasilan.

Perjumpaan keduanya cukup unik. Mai baru pindahan ke sebuah rumah susun yang merakyat dengan cat bangunan yang mulai terkelupas di sana-sini. Saat Mai selesai beberes dan berbincang dengan putrinya di telepon, dia melihat seorang lelaki dengan penampilan berantakan yang unit kamarnya persis berada berseberangan. Melihat Mai yang cantik dan seksi, seketika cowok ini – Duong – langsung demen melihat Mai. Gayanya yang selengek’an sok cari perhatian dan terus gerilya agar Mai mau diajak kencan.

Duong – saking naksirnya – sampai mengejar Mai hingga ke klinik terapi dimana gadis itu bekerja. Banyak adegan-adegan lucu dan seru saat Duong berusaha menarik perhatian Mai. Khususnya saat Duong dipijat oleh Mai. Di sini kita dibuat tersenyum-senyum bagaimana para lelaki yang datang untuk pijat biasanya berusaha grepe-grepe para terapis untuk diajak esek-esek. Tapi Mai bergeming dan kekeh mempertahankan diri sebagai perempuan baik-baik. Malah dia berhasil ngerjain balik Duong.

Tapi meski Mai sering menolak, kegigihan, ketulusan, kelucuan, dan kesederhanaan Duong akhirnya meruntuhkan perasaan Mai. Apalagi tempat tinggal mereka kan berdekatan. Duong yang pengangguran itu tentunya punya banyak waktu untuk mencuri perhatian Mai dan mendengarkan keluh kesah Mai. Ada aja akalnya. Kebersamaan yang terus menerus jugalah yang akhirnya membuat hubungan mereka menjadi akrab. Apalagi saat melihat Duong begitu gampangnya melebur dengan Binh Minh. Anak perempuan Mai yang sudah remaja. Mereka pun kebetulan sama-sama pandai bermain piano. Jadi klik diantara mereka pun terbangun begitu asik.

Awalnya Mai selalu ragu. Dia sesungguhnya sudah tidak berminat menjalin cinta dengan pria mana pun Tapi setelah ngobrol akrab dengan Dao – seorang ibu paruh baya yang juga adalah pelanggannya – Mai mendapatkan banyak masukan yang begitu berharga. Dao menasehati agar Mai meyakinkan hati. Jika itu memang sebuah kebahagiaan, maka Mai berhak mengejarnya. Hubungan Mai dengan Dao sudah bagaikan kakak dan adik. Mereka begitu akrab lekat dan terbuka satu sama lain. Apalagi Dao begitu menikmati pijatan-pijatan Mai. Dan Mai melayani Dao dengan sepenuh hati. Pelangganan prioritas lah pokoknya.

Nasihat-nasihat atau banyak masukan dari Dao inilah yang akhirnya menguatkan hati Mai untuk menerima kehadiran Duong dalam hidupnya.

MAI. Cinta Rumit Seorang Pemijat Terapis dan Lelaki Playboy

Cinta Rumit Setelahnya

Kerumitan romansa mulai merebak setelah Duong mengajak Mai datang ke rumahnya. Menginjakkan kaki di sebuah rumah mewah, Mai tidak menyangka bahwa Duong berasal dari keluarga berada. Keterkejutannya semakin menjadi-jadi saat melihat siapa ibu Duong sebenarnya. Yak! Perempuan itu adalah Dao. Pelanggan sekaligus sahabat karib yang sudah dianggap sebagai kakak.

Apakah dengan begini Mai langsung disambut dengan tangan terbuka?

Awalnya saya mengira demikian. Tetapi ternyata saya salah. Meskipun saat berada di rumah dan makan bersama Dao bersikap biasa, tapi Mai merasakan rangkaian kecanggungan yang tak bisa dia sembunyikan. Tetiba seperti ada jarak yang dibangun oleh Dao. Ibu kandung Duong itu mengajak Mai berbincang dari hati ke hati setelahnya. Mereka akhirnya berbicara empat mata di dalam gereja setelah ibadah.

Lewat percakapan itu, Dao menyatakan keberatan atas hubungan Mai dan Duong anaknya dengan alasan yang sedikit njlimet. Alasan yang tidak masuk di akal. Menurut asumsi saya sih lebih kepada penolakan karena Mai dan Duong berada di strata sosial yang jauh berbeda. Tapi itu tidak dijabarkannya secara gamblang. Dao hanya menyampaikan bahwa sebagai sama-sama single parent, dia berharap bahwa Duong bisa lebih dulu menjadikan dirinya berharga, punya pekerjaan tetap, ada penghasilan baru setelah itu menerima tanggung jawab untuk berumah tangga. Apa yang disampaikan Dao tentunya merobek hati Mai. Dia paham bahwa sesungguhnya soal status sosial dan kondisi Mai lah yang sesungguhnya menjadi fokus utama penolakan Dao.

Mmmmm masuk di akal gak sih alasan yang disampaikan Dao? Saya kok malah bingung.

Duong sendiri berusaha meyakinkan ibunya bahwa dia bisa memenuhi persyaratan untuk mampu berumahtangga dengan Mai, tapi Dao malah semakin keras menolak Mai, marah besar, dan tetap teguh pada pendiriannya. Dao malah melakukan investigasi tentang masa lalu Mai. Dia membongkar semua rahasia masa lalu Mai dan melibatkan ayah kandung Mai sebagai saksi (yang mana ayah Mai dibayar untuk ini). Mai yang hamil di luar nikah dan sempat menjadi PSK menjadi alasan utama mengapa keluarga Duong menolak kehadiran Mai. Ujung-ujungnya Dao memberikan tawaran kepada Mai yaitu mengirimkan anaknya ke sekolah musik di luar negeri dengan syarat Mai mau meninggalkan Duong.

Mai menolak, Duong menolak, bahkan anak Mai juga menolak.

Tapi semua mendadak berbalik 180′ saat akibat pembicaraan yang menghebohkan itu, Dao jatuh pingsan, terkena serangan jantung.

Semua buyar. Mai akhirnya merelakan Duong pergi. Mereka memutuskan berpisah dan Mai pun pindah ke daerah lain dan bekerja di sebuah penginapan.

Akhir Cerita yang Begitu Mengesankan

Film berdurasi selama dua jam dan kabarnya berhasil mengukir prestasi sebagai World’s Top 20 Worldwide Box Office 2024, menyisakan sekitar 15 menit adegan penutup yang memorable. Kita disajikan adegan intense yang memperlihatkan perkasa dan kuatnya hati serta mental Mai.

Di bagian akhir ini film menghadirkan Mai yang sukses dalam karirnya sebagai manajer sebuah hotel/penginapan. Dia tampil cantik dengan fashion style seorang executive muda yang sukses. Saat hendak keluar hotel inilah, di sebuah taman kecil, Mai – tanpa disangka – bertemu muka dengan Duong. Mereka saling menanyakan kabar serta sepintas memori terakhir mereka bersama. Tak lama kemudian muncul seorang perempuan periang dan cantik. Dialah istri Duong yang dijodohkan oleh Dao, ibunya. Si istri ini sedang hamil besar. Lalu datang Dao yang terlihat sudah renta dan berjalan menggunakan tongkat. Mai tersenyum ramah dan menegur hormat kepada Dao.

Bagaimana dengan Mai? Duh terharu saya menceritakannya. Yang pasti si perempuan kuat ini tak ingin memberikan kesan kepada Duong dan keluarga bahwa dia masih sendiri. Sesuatu yang dia ungkapan “dengan caranya sendiri.”

Nonton deh di Netflix. Ending dengan dua sisi. Bahagia tapi juga ada sedihnya. Dan itu benar-benar jadi paket akhir cerita yang begitu mengesankan.

Skor saya untuk film ini adalah 8.5/10.

Nilai tinggi saya berikan kepada alur cerita yang rapi tanpa plot hole. Dua pemeran utamanya juga bermain sangat apik. Kombinasi antara adegan senang, duka, dan lucunya juga terhidangkan dengan cara apik. Meski premis dari film ini sering kita saksikan, film ini berhasil meramu kisah tersebut lewat satu paket cerita yang berbeda. Tambahan cerita unik juga bisa kita dapatkan dari rumah susun dimana Mai dan Duong tinggal. Ada kebersahajaan dan romantika tinggal di satu tempat yang mana setiap tetangga adalah unik tanpa rahasia yang bisa didekap. Semua orang mau tahu urusan orang lain, bergosip bebas, dan bertindak layaknya orang lain tak punya privacy.

MAI. Cinta Rumit Seorang Pemijat Terapis dan Lelaki Playboy

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

28 thoughts on “MAI. Cinta Rumit Seorang Pemijat Terapis dan Lelaki Playboy”

  1. Si ibu Dao ini ternyata gak bisa memegang kata-katanya sendiri ya
    Tapi syukurlah Mai gak jadi menantunya. Bakalan gimana jadinya kalau memaksakan diri, pasti banyak makan hati
    Salut dan hormat sekali untuk Mai

    Reply
    • Ah bener banget Teh. Awalnya terlihat bijak tapi ternyata dia sendiri tak bisa/mampu melakukan apa yang dia katakan.

  2. Wah film Vietnam, belum pernah sekali pun saya nonton film Vietnam nih

    Baru merambah ke sinema Thailand, itu pun roaming dengan bahasanya :D

    tapi kayanya wajib nonton karena masuk World’s Top 20 Worldwide Box Office 2024

    topiknya “cinta gak harus memilki” ya? hihihi jenis ending yang kurang banyak disukai

    Saya lebih suka ending seperti ini dan ending mengambang, karena bikin saya berpikir dan berimajinasi ^^

    Reply
    • Premis ceritanya sederhana banget ini Mbak tapi yang bikin menarik itu adalah alur cerita yang tidak ada plot hole, chemistry antara pemeran Mai dan Duong yang apik banget, dan tokoh-tokoh di sekitarnya yang menghidupkan cerita.

      Soal bahasa mirip2 Thailand Mbak, Ngomongnya nyentak-nyentak gitu kek orang lagi marah-marah terus hahahaha.

  3. Si Dao ini salah sih menurut saya. Justru bukan Mai yang memperbaiki taraf dirinya, tapi si Duang. Namun begitulahnya, masih banyak orang tua yang merasa paling berhak menentukan kebahagiaan anaknya. Padahal yang akan menjalani kehidupan ya si anak.
    Tapi dari review, Mbak Annie, ini sangat menarik filmnya. Sangat realis dengan kehidupan. Wajib ditonton dan bisa dipelajari saat menulis cerita.

    Reply
    • Iya Mas. Film ini, menurut saya, menampilkan premis yang biasa terjadi di masyarakat kita. Dalam budaya Jawa contohnya, urusan bibit, bebet, dan bobot itu seperti kartu mati. Semua diperhitungkan bahkan sampai urusan tanggal pernikahan. Untuk orang berada, persyaratannya jadi lebih panjang. Dan itu (sangat) menguji cinta yang tidak memenuhi segala kriteria itu.

  4. Merasakan apa yang dirasakan Mai at least sebagai single parent. Gimana rasanya dipandang sebelah mata meski case berbeda.
    Duuuuh, baca review Bu Annie aja aku udah melting.
    Fix ini kebetulan ada di netflix nanti malem abis isya aku tonton…
    Makasi Buu udah merekomendasikan sebuah film yang penuh arti penuh makna.

    Reply
    • Perjuangan single parent, khususnya perempuan, memang luar biasa ya Ci. Aku punya banyak teman yang di status ini. Alhamdulillah keinginan kuat mereka untuk tetap sendiri dalam membesarkan anak, menjadi keputusan yang tangguh banget. Angkat topi untuk para perempuan tangguh di luar sana yang menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak2nya.

  5. Kasihan bener Mai dan Duong jadi udahan gitu.
    Kalau udah genrenya ke arah keluarga dan hubungan pernikahan bikin terhenyak ya. Soalnya bisa related dengan kehidupan

    Reply
    • Kesimpulannya, seperti biasa, cinta terkadang tak harus memiliki. Apalagi jika sudah menyangkut bibit, bebet, dan bobot. Kasta dan status sosial selalu jadi alasan untuk memisahkan pasangan. Realitanya ternyata memang begitu.

  6. Aaak di bagian akhir bacanya koq leher aku jd tercekat ya. Kasian Mai memilih hidup sendiri 😔 tapi ini relate banget dengan kisah kehidupan di dunia nyata lho

    Reply
    • Banyak banget Mbak Woro. Jadi sesungguhnya premis film ini tuh bukan hal yang baru. Hanya saja sineas yang melahirkan film ini menemukan cara bercerita yang unik dengan ramuan jalan cerita yang mengagumkan.

  7. Setelah membaca review ini jadi penasaran ingin menonton film Mai.
    Tapi ending-nya bahagia untuk kedua belah pihak berarti ya, Mba, tapi dalam artian cinta tidak harus memilikinya.
    Mai sukses dalam karir, Duong juga menjadi sosok lebih baik sebagai pria dan anak.
    Karena kalau mereka memaksa bersama, mengabaikan persetujuan Dao mungkin berujung saling ‘melukai’.

    Reply
    • Nonton Mbak. Film yang worth watching. Meski berangkat dari premis cerita yang biasa terjadi di masyarakat, film ini mampu mengolah ceritanya menjadi karya sinema yang patut dapat pujian.

  8. Premis yang sederhana kayanya malah menantang ya?
    Mulai dari casting pemain, pengolahan adegan dst

    Penonton jadi penasaran tiap episode-nya tanpa harus ribet dengan konflik dan plot yang ruwet
    Karena banyak penonton (termasuk saya) nyari hiburan yang bikin terhibur dan tersenyum

    walau seperti drama ini, ujungnya gak happy ending
    KIta terhibur dengan tontonan yang pemerannya cantik dan tampan dan persoalan keseharian di sekitar kita

    Reply
    • Setuju Mbak. Jalan cerita dengan konflik yang terlalu ribet tuh malah bikin penontong kebingungan. Apalagi kemudian masuk tokoh-tokoh tambahan yang tetiba dihadirkan dan “mengacaukan” jalan cerita. Kalo dah kek gitu biasanya saya tinggalin tuh film atau dramanya hahahaha.

  9. Aku mempertanyakan kenapa Duong kok bisa bercanda dengan Mai saat dia sedang bekerja sebagai terapis
    Mana dia juga pengganguran bagaimana dia bisa bayar layanan di terapi itu
    Eh ga taunya pemiliknya adalah ibunya Duong

    Ndelalah ya
    Mungkin Mai masih ada perasaan tertentu untuk Duong kah, mbak?
    Walaupun tidak dapat restu dari Dao?

    Reply
    • Mereka justru dalam tahap serius dan mau berumah tangga, makanya Mai diajak Duong untuk ke rumahnya. Gak nyangka disitu mulailah rangkaian penderitaan bagi Mai.

    • Ada dong. Mulai dari drama sampai horor atau thriller. Ceritanya bagus-bagus cuma ngomongnya aja yang bikin kita kagetan hahahaha. Sama kek kita nonton film Thailand.

  10. Wah kisah cintanya memang serumit itu ya, Mbak.. Tapi biasanya justru itu yang bikin kita penasaran sama endingnya, apalagi melibatkan karakter playboy yang notabene film seperti ini bakal banyak digemari orang.

    Reply
    • Betul dan hebatnya dengan premis yang sesungguhnya sering diangkat di layar lebar, film ini bisa berjalan selama dua jam. Keren yang nulis naskah dan yang mengembangkan ceritanya. Tidak membosankan dari awal sampai akhir.

  11. Aku udah nonton dan kesel sama Dao…Kirain bakal menerima Mai dengan tangan terbuka mengingat dia bestie-nya dan kayak bijak saja di awal-awal ya, eh ternyata teteup menganut paham bobot bibit bebet calon mantu itu nomor satu. Duh!
    Setuju dengan skor Mbak Anie, film ini digarap dengan apik dengan menampilkan cerita serta setting yang relate dengan keseharian kita

    Reply
    • Nah sama Mbak Dian. Itu juga jadi pertanyaanku saat lihat reaksi Dao. Apalagi saat dia ngajak ngobrol Mai di dalam gereja. Gak ngerti aku dengan alasan yang dia uraikan.

Leave a Comment