Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
lautan bunga krisan dalam berbagai warna nan indah jelita

Saya ingat ketika di awal Februari 1999 bertemu dengan seorang pria penata dekor panggung pengantin yang akan saya gunakan di Masjid dan Gedung Serbaguna DPR/MPR Senayan pada 25 April 1999. Tanggal dimana saya akan mengikat janji, teken kontrak seumur hidup, menjadi seorang istri dari lelaki sederhana, sholeh, berpendidikan baik, seorang anak yatim, yang begitu saya cintai dan hormati.

Pernikahan saya berkonsep dan bernuansa Palembang, Sumatera Selatan. Kota dimana saya dilahirkan. Menggunakan baju adat Palembang yang didominasi dengan warna merah dan emas, saya mengajukan harapan agar dekorasi pernikahan saya nanti akan penuh dihiasi oleh warna kuning. Termasuk bunga yang digunakan mulai dari gerbang hingga panggung pengantin dan sekitarnya. Satu warna yang menurut pemikiran dan rasa saya, akan begitu klop dan proporsional mengimbangi kemegahan merah dan sentuhan keemasan.

“Merepotkan gak sih Mas?” tanya saya dengan nada segan.

Terus terang, dimasa menjelang saya menikah, Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi dengan kondisi politik yang masih tidak menentu. Rupiah anjlok dan beberapa urusan perdagangan dan ekonomi mengalami tahap-tahap kritis. Usaha-usaha pribadi di bidang perdaganganpun banyak yang colapse. Jadi seandainya pun permohonan saya tidak dikabulkan, saya pun akan paham.

Tapi jawaban dari sang dekorator sungguh diluar dugaan saya.

“Untuk perayaan sekali seumur hidup, permintaannya masih wajar-wajar saja kok Mbak. InshaAllah bisa dikabulkan. Alhamdulillahnya saya masih punya banyak waktu untuk mengatur ini. Lebih dari 1 bulan. Saya bisa order para penjual bunga di Rawa Belong secepat mungkin. Biar bisa disiapkan sesuai harapan,” jawab si Mas ringan dan tenang.

Duh lega banget rasanya. Saya langsung terharu.

Dari urusan inilah awalnya, kali pertama, saya mendengar nama Rawa Belong. Betul-betul hanya mendengar karena bertahun-tahun setelahnya (puluhan tahun kemudian) saya baru benar-benar bisa mengunjungi Rawa Belong secara langsung. Itupun terjadi atas permintaan seorang teman dari Bali, Indah Isdiana (Dian), seorang pengusaha/pemilik toko bunga, yang belum berapa lama berprofesi sebagai florist.

Terkepung oleh rasa penasaran sekaligus menambah pengetahuan, saya dan Dian, teman saya ini, meluncur ke Rawa Belong setelah subuh berkumandang.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
suasana pasar basah lantai 1 | para pedagang yang beberapa diantaranya tampak sedang beristirahat | saya terkesan dengan kerapihan mereka menata bouquet bunga di dalam ember hitam tersebut | terlihat begitu tertata dan nyaman untuk dilihat

Sejarah Pasar Bunga Rawa Belong

Penasaran dengan seperti apa Rawa Belong itu, saya menelusur beberapa informasi yang bertebaran di dunia maya. Dan itu asik banget untuk dibaca satu persatu karena keunikan dan sudut pandang yang berbeda-beda. Bahkan ada satu sumber tulisan yang menjadikan Rawa Belong ini sebagai materi skripsi. Jadi jika kita ingin benar-benar menelusuri sejarahnya, tautan ini adalah sumber yang cukup dipercaya karena perinciannya dikerjakan sebagai sebuah karya ilmiah.

Info yang paling banyak disampaikan adalah bahwa kawasan ini dulunya adalah perkampungan Betawi. Nama asalnya adalah Rawa Balong. Nama pertigaan yang diambil dari nama lokasi dekat kuburan Batu Kampung, Srengseng, Jakarta Barat. Tempat yang juga biasanya menjadi ajang para jawara Betawi bermain jurus-jurus silat. Para jawara ini berkumpul untuk menguji dan mengembangkan kemampuan bela diri (silat) khas Betawi. Lokasi luas yang dulu mengakomodir kegiatan ini berada di Jl. Rawa Belong Raya. Jalan yang tetap eksis hingga kini.

Terlepas dari panjangnya sejarah keberadaan Rawa Balong yang kemudian berubah sebutan menjadi Rawa Belong, tempat yang mengakomodir ratusan penjual bunga ini adalah salah satu wisata Jakarta yang menyimpan banyak catatan sejarah.

Yang pasti, dengan kondisi sekarang, Rawa Belong ini adalah pusat promosi produk holtikultura terbesar se-Asia Tenggara. Satu hal yang cukup menjadi sebuah kebanggaan tentunya.

Diresmikan pada 25 Juli 1989, Rawa Belong ditasbihkan sebagai pusat promosi dan pemasaran bunga dan tanaman hias. Seiring dengan berjalannya waktu, Rawa Belong kemudian berada di bawah lindungan UPT Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 113, 2002. Rawa Belong secara resmi disebutkan sebagai pusat promosi dan pemasaran hortikultura. Visinya adalah mempertahankan dan meningkatkan eksistensi sebagai pusat promosi dan pemasaran hortikultura yang unggul dan prima dalam memberikan pelayanan agribisnis.

Satu sudut pandang dan keinginan yang sangat konseptual pastinya.

Semangat mempertahankan eksistensi ini ternyata bukanlah isapan jempol bekala. Dalam prakteknya Rawa Belong buka 24 jam setiap hari. Non-stop. Tanpa henti. Tanpa jeda waktu. Bahkan selama pandemi berlangsung pun, mereka tetap buka seperti biasa. Meskipun nilai transaksi tidaklah banyak seperti biasa.

Kesibukan kegiatan bisnis tertinggi terjadi pada Kamis, Jumat dan Sabtu sekitar pkl. 02:00 – 06:00 wib. Waktu-waktu dimana berbagai supplier atau petani bunga dari berbagai tempat seperti Sukabumi, Cipanas, Puncak, Bandung bahkan dari luar pulau Jawa, mulai menurunkan hasil panennya.

Dari seorang pedagang yang sempat ngobrol dengan saya, 3 hari ini adalah saat paling sibuk orang atau organisasi mengadakan dan menyelenggarakan berbagai event. Seperti pernikahan, ulang tahun, acara kantor, meeting dan sebagainya. Berbelanja sebelum subuh pun menjadi satu pemandangan yang apik dan tentu saja menjadi waktu-waktu pembelian yang tepat karena bunga-bunga masih dalam keadaan segar.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
peacock flower (bunga pikok) | salah satu yang paling banyak saya lihat di lantai dasar pasar bunga basah rawa belong
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
bromelia atau pom pom | salah satu bunga kesukaan saya | lembaran bunganya yang kecil dan tebal membuat bunga ini bisa bertahan di suhu ruang setidaknya dalam 7 hari | warnanya juga banyak banget | cantik tak terkira

Perjalanan Menantang Menuju Pasar Bunga Rawa Belong

Saya dan Dian bersepakat untuk ke Rawa Belong setelah subuh di hari kerja. Dengan pertimbangan bahwa traffic dari Cikarang menuju palmerah – kebun jeruk dimana Rawa Belong berada, setidaknya lebih bersahabat. Hari itu adalah tanggal ganjil sehingga saya bisa menyetir sendiri.

Seperti dugaan dan rejekinya anak sholeha, kondisi lalu lintas sepanjang tol Cikampek dan tol dalam kota sangat kondusif. Saya hanya menemukan tak lebih dari 2 titik kemacetan yang memang tak dapat dihindari. Selebihnya lancar jaya. Saya bahkan dapat nyetir dengan tenang sembari mengobrol banyak hal dengan Dian. Melepaskan sekian banyak waktu ketemuan yang sudah terlewatkan selama tidak bertatap muka selama pandemi.

Mengikuti pengetahuan jaman bahoela, sedikit ngobrol dengan teman yang rumahnya di Slipi, plus tentu saja bantuan google maps, saya mendadak sempat buta arah. Saya tadinya sempat berasumsi bahwa keluar tol di dekat Plaza Slipi, mengikuti jalan lurus yang berada di belakangnya, saya akan menemukan jalur yang tepat. Tapi ternyata, google maps mengajak saya masuk ke jalan-jalan kecil yang berada di seputaran Slipi demi menghindari macet. Padahal tak jauh dari titik saya berhenti untuk memahami arah, saya sudah bisa sampai dengan selamat di Jl. Sulaiman, dimana Rawa Belong berada.

Setelah mabok berputar-putar, kuriling-kuriling, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan jasa tukang ojek untuk mengantarkan kami.

“Gak jauh kok Bu. Tinggal lurus ketemu pertigaan. Ibu lurus lagi sebentar terus belok kiri. Itu udah Jl. Sulaiman,” sahut si tukang ojek saat saya mendatanginya.

Takut berputar-putar lagi, saya bersikeras agar si bapak tetap mau mengantarkan saya. HItung-hitung menghemat waktu dan tenaga juga kan.

Benar saja, seperti yang disampaikan oleh si tukang ojek, ternyata jalurnya singkat banget. Gampang untuk dijajaki. Apalagi suasana jalan tidaklah sepadat yang saya khawatirkan sebelumnya. Meskipun sepeda motor tampak menguasai segala sudut jalan, saya tidak merasa deg-degan saat mereka berseliweran. Mobil memang butuh kesabaran ekstra. Itu saja.

Sehari setelah kami pergi ini, saya mendapatkan kabar dari anak perempuan saya bahwa dia diterima kuliah di Binus University Jakarta yang kampusnya hanya selemparan baju dari Rawa Belong. Jaraknya sekitar hanya 1km.

Sungguh tak menyangka.

Saya yang terus terang mulai memikirkan untuk menjalankan bisnis florist, seperti mendapatkan titik kegembiraan yang tak terduga. Dengan mengetahui bahwa di Cikarang sepertinya tidak ada flower shop, keingintahuan akan sumber pasokan lewat Rawa Belong jadi sesuatu yang menggelitik dan (sangat) menarik untuk disimak.

Jadi ketika harus kembali ke area ini sekali lagi di beberapa hari berikutnya, dalam rangka mencari rumah kost untuk anak, saya kemudian mendapatkan jalur alternatif yang bisa digunakan untuk mencapai Rawa Belong. Lewat bantuan supir taksi, saya menyusur jalan Palmerah dan ketemu lagi lah dengan pertigaan kecintaan itu. Simpel pake banget.

Saya kerap tersenyum dalam perjalanan karena sepertinya Yang Maha Penentu telah mengatur kondisi sedemikian rupa agar setidaknya dalam 5 tahun kedepan, saya akan berteman akrab dengan Palmerah, Rawa Belong, Slipi dan Kebon Jeruk.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
gerbang depan pasar bunga rawa belong | bangunan di sisi kanan jalan ini diperuntukkan bagi perdagangan bunga hidup atau basah
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
calimero | salah satu bunga mini cantik yang saya suka

Bertemu dengan Lautan Bunga

Nuansa bunga mulai terasa saat saya melewati sebuah gerbang di titik awal Jl. Sulaiman. Toko-toko penjual bunga artificial tersebar di kanan dan kiri jalan. Banyak diantaranya juga menyediakan flower bouquet yang siap untuk dipinang. Semua dibungkus rapi dan terlihat cantik dengan pelukan kertas cellophane berwarna-warni. Terlihat juga beberapa mobil dan motor yang sedang loading. Saya menyetir perlahan sembari menikmati pemandangan yang jarang bisa saya saksikan. Vibes pergerakan bisnis dan perdagangan sangat terasa pastinya.

Selain berurusan dengan segala hal menyangkut jual beli bunga, di sepanjang jalan Jl. Sulaiman juga tampak pedagang makanan gerobakan, warung makan sederhana, bisnis kuliner makanan ringan, mini market, warung serba ada, masjid, bahkan sepetak kecil pemakaman. Situasi yang sangat dinamis dan terlihat hidup meski kondisi masih dikepung oleh pandemi.

Intermezzo. Di depan pintu masuk salah satu gedung pasar yang ada, ada pedagang gorengan gerobak yang menggoda hati. Sewaktu berkunjung bersama si bungsu, saya sempat membeli pisang goreng dan bakwan yang ternyata enak sekali. Saat ke Rawa Belong bersama Dian pun, kami sempat makan pagi yang kesiangan di sebuah warung makan yang menyajikan aneka masakan ayam dan bebek. Warungnya bersih meski sederhana. Masakannya tidak istimewa tapi rasanya tetap pas dan nikmat.

Setelah memarkirkan mobil di halaman gedung kanan, saya melihat Rawa Belong yang terlihat besar. Dengan 2 gedung berukuran besar, berlantai 2 di kanan dan kiri, pasar ini menyediakan lahan parkir yang cukup luas untuk pengunjung.

Saya terpaku. Meskipun saya belum mengunjungi pasar bunga hidup di negara lain, klaim bahwa Rawa Belong adalah pasar dan usaha serta promosi bunga segar terbesar di Asia Tenggara, tampaknya memang pantas.

Di dekat parkir mobil, langsung terlihat beberapa outlet berkaca dan berpendingin ruangan. Di dalam maupun di teras outlet tampak barisan bunga-bunga segar yang terbungkus kertas. Saya dan Dian masuk ke outlet milik Bromelia ini karena melihat ada beberapa bunga import yang cantik menggoda.

Setelah mendapatkan informasi yang Dian cari, memasuki bagian dalam gedung pasar basah Rawa Belong menjadi satu pengalaman pertama yang akan saya kenang. Terhampar di depan mata ribuan bunga tersusun rapi. Ada kios tanpa pintu, kios dengan ruangan berAC, lapak berkayu dan lapak terbuka dengan hamparan bunga yang diletakkan di dalam ember hitam besar.

MashaAllah indahnya.

Lebih dari setengah abad hidup di dunia, baru kali ini saya menyaksikan hamparan bunga hidup berbagai jenis, berbagai warna, dengan penanganan apik dan siap dibeli. Sangat berbeda dengan hamparan bunga yang pernah saya lihat langsung di Flower Dome di Gardens by The Bay, Singapore. Satu tempat populer, surga wisata hortikultura yang sudah dirancang apik dan mewah sedemikian rupa. Perbandingan inilah yang kemudian membawa saya pada pemahaman bahwa Rawa Belong yang ruangannya sedang saya kunjungi ini disebut sebagai pasar basah bunga hidup.

Baca juga : FLOWER DOME. Surga Ribuan Bunga di Gardens By The Bay Singapore

Aneka bunga yang dibungkus dengan kertas putih ini dijajakan ber bungkus yang isinya 10 tangkai. Harganya pun bervariasi. Mulai dari 25K hingga ratusan ribu. Harga tentu saja banyak dipengaruhi oleh kelangkaan jenis bunganya, dimana bunga tersebut berasal (lebih jauh tentu akan lebih mahal), dan tentu saja berapa banyak jumlah bunga tersebut ditawarkan. Semakin tinggi demand (permintaan), tentunya harga akan lebih mahal jika supply sedikit. Atau bisa jadi lebih murah karena supply nya tinggi. Hukum ekonomi yang awam kita ketahui.

Saya membeli sebungkus bunga Dandelion putih atau yang sering disebut bunga Pom Pom seharga 75K yang isinya 10 tangkai. Bentuknya yang bulat, padat, dengan lembaran bunga yang tebal dan kuat, langsung membuat saya jatuh hati. Menggemaskan sekali.

Di beberapa outlet saya juga sempat berkomunikasi mengenai flower bouquet. Dari info yang diberikan kepada saya, mereka bisa mengerjakan bouquet tersebut sesuai pesanan. Baik dari jenis bunganya, kertas yang membungkusnya, sentuhan warna yang diinginkan, hingga melayani pengiriman bouquet ke tempat yang dituju. Area Jakarta pastinya. Harganya berkisar antara 200K hingga jutaan rupiah belum termasuk ongkos kirim. Ide yang asik saat ingin menghadiahi istri/pacar/ibu/adik/kakak yang sedang berulang tahun. Tinggal WA atau telpon, pilih yang sekiranya cocok atau disukai oleh si penerima, dan beres deh.

Mbak Novi, seorang pekerja di salah satu outlet itu juga bercerita bahwa sebelum pandemi, sehari dia bisa melayani 5-10 flower bouquet. Biasanya pesanan disampaikan untuk diantar tengah malam (pergantian hari) atau pagi-pagi sekali setelah subuh. Tokonya juga pernah melayani acara ulang tahun, pernikahan, lamaran dan masih banyak lagi.

Duhhhh naluri craft saya langsung tergelitik.

Tak cukup di dalam ruangan, saya dan Dian pun melangkah ke teras belakang pasar. Disini juga ramai penjual. Sama seperti di dalam. Saya bahkan sempat melihat transaksi pembelian bunga Sedap Malam dalam jumlah yang besar di teras belakang. Tangkai yang tinggi dengan pucuk-pucuk bunga yang kuncup serta wanginya yang khas, bunga ini mengingatkan saya akan pemakaman. Ah, pagi-pagi jadi merinding. Padahal waktu masih menunjukkan pkl. 09:00 wib.

Di bagian belakang pasar juga saya menemukan bunga yang antik dan jarang sekali saya lihat. Namanya bunga Jengger Ayam. Kalau melihat bentuknya yang meliuk-liuk sih memang mirip dengan jengger ayam. Tapi bedanya bunga ini terselimut bulu-bulu kecil yang cukup menggelikan saat disentuh.

“Bunga ini memang unik Neng. Dan hanya segelintir orang yang minat. Tapi tetap ada pembelinya,” jawab si bapak penjual saat saya tanya mengenai bunga yang dia jual. Saya mengangguk dan tersenyum.

“Neng mau beli banyak apa gimana?” tanya nya lagi sembari memotong kuku.

Saya membalas keramahannya dengan lagi-lagi hanya senyuman. Percakapan kami seterusnya kemudian dipenuhi oleh berbagai informasi menarik tentang Rawa Belong. Seperti yang dituliskan di berbagai artikel, kesibukan utama di Rawa Belong terjadi mulai tengah malam hingga menjelang subuh. Truk-truk bunga dari berbagai perkebunan datang di tengah malam dan loading out dengan ribuan bunga segar. Pembeli dalam partai besar pun datang dijam-jam yang sama.

Si bapak pun hanya pedagang musiman. Itu yang menjawab mengapa mereka berjualan di teras belakang. Beliau datang ke Rawa Belong hanya saat lahan perkebunan milik juragannya di daerah Cipanas panen. Itu pun panennya tidak serempak untuk setiap bunga. Berdagang di Rawa Belong juga adalah alternatif karena sebagian besar pelanggan langsung meminta bunga yang sudah dipesan dikirimkan via darat atau dipaketkan via udara.

Satu yang lucu adalah saya lupa menanyakan tentang perkebunan bunganya yang di Cipanas. Padahal kan, Cipanas adalah salah satu “rumah” saya. Tempat dimana adik saya dan keluarganya serta ibu saya tinggal. Siapa tahu kan saya punya waktu untuk berkunjung ke perkebunan mereka.

Saya juga sempat bertanya mengapa hampir 100% orang-orang yang berada di pasar ini (khususnya para penjual) tidak bermasker. Jawabannya sungguh menggelikan, “Disini, di pasar ini, virusnya gak berani beredar Neng,” ujarnya enteng. Saya memutuskan untuk tidak melanjutkan keingintahuan saya. Mungkin memang para penjual memang kebal sama Covid-19 atau virusnya takut sama para penjual.

Acara mengobrol ini berakhir seiring dengan selesainya Dian berdiskusi dengan salah seorang penjual bunga yang katanya membawa langsung bunga dari perkebunannya yang ada di Cipanas.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
bunga jengger ayam | mungkin terinspirasi dari bentuknya yang meliuk-liuk seperti jengger ayam
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
warna merah, putih dan pastel yang sungguh memanjakan rasa dan mata
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
ribauan tangkai bunga yang siap dipinang

Saya dan Dian meneruskan eksplorasi ke gedung yang sama besarnya dengan pasar bunga hidup ini. Gedung dan lahannya berada persis berseberangan dengan pasar basah bunga yang barusan kami kunjungi.

Pengalaman disini bahkan lebih seru lagi.

Di seputaran atau lahan bawah gedung ini, saya menemukan banyak sekali materi tambahan yang mendukung penjualan bunga fresh yang disediakan oleh pasar basah tadi.

Di dekat pintu masuk, sederetan kios setengah terbuka menampung bermacam-macam daun hidup. Mulai dari ukuran kecil sampai jumbo. Bahkan ada yang sebesar saya. Tinggi dan lebar. Lalu ada beberapa kios yang menjual bunga-bunga kering. Ada yang masih berbentuk batangan. Ada juga yang sudah dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi satu bouquet bunga kering yang dijual satu paket.

Ada juga rangkaian bunga kering yang dipadupadankan dengan produk rotan. Mulai dari hiasan dinding hingga bisa digunakan langsung ke kita seperti mahkota kepala. Ternyata lumayan mahal ya produk kering ini. Bunga rangkai yang sudah rapi tersusun di dalam vas rotan pun paling murah sekitar 450K.

Berada di lokasi yang sama, saya juga melihat besi-besi tinggi berbentuk gapura dan pagar-pagar rendah yang biasa digunakan untuk banyak acara. Melihat besi-besi ini tersusun, saya langsung membayangkan bagaimana serunya kerjasama antara produsen bunga segar, tata dekorasi, dan peralatan berat yang menjadi rangka dari dekorasi yang sudah dikonsepkan. Satu tim besar yang tentunya harus dikerjakan profesional agar semua dapat terorganisir dengan baik. Pengalaman saya yang sempat bergabung dalam EO dan WO mendadak menghadirkan dejavu yang memorable banget.

Beralih ke sisi yang lain, saya menemukan beberapa penjual bunga artificial (bunga palsu). Berbagai jenis bunga dijual perikat seharga 20K. Khusus untuk bunga mawar dengan warna laris dan ukuran lebih besar, ditawarkan di harga 35K-50K. Saya sempat membeli beberapa karena tertarik belajar membuat flower bouquet.

Tak jauh dari penjual bunga palsu ini, ada sebuah kios besar yang menawarkan berbagai jenis wadah rotan, kayu, kaca, bahkan plastik. Bentuknya beragam dengan ukuran yang variatif. Sebagian besar awam terlihat untuk digunakan sebagai hantaran lamaran, pernikahan, atau untuk buah tangan. Saya sempat membeli vas dan wadah-wadah kecil yang ditawarkan seharga 15K/bh. Wah tampaknya tempat ini memang surganya perlengkapan tadi ya.

Melangkah ke belakangnya lagi, saya melihat dus-dus besar stereofoam yang rapat tertutup dengan baik. Ada juga mesin pendingin di banyak sudut. Saya tidak mengira bahwa tempat ini adalah pusatnya penjualan bunga melati yang masih kuncup. Satu bungkus, ukuran 1/4kg, ditawarkan di harga 75K. Berkat kebaikan dan ijin salah seorang penjual, saya bisa memotret bungkusan melati tersebut. Benar-benar terasa dingin dan terjaga kesegarannya.

Ada salah seorang penjual yang menginformasikan bahwa melati-melati ini banyak dibeli oleh orang-orang yang akan mengadakan ritual-ritual yang berhubungan dengan adat atau apapun yang hanya kita ketahui sebagai kegiatan kepercayaan tertentu oleh orang-orang tertentu juga. Saya tersenyum paham. Tawarannya untuk saya terpaksa ditolak halus. Bukan karena takut tapi pada dasarnya saya kurang begitu suka dengan wangi melati. Merinding aja.

Setelah 2 jam berjibaku di 2 tempat ini, saya dan Dian baru menyadari bahwa dari berangkat tadi kami belum sarapan. Jadilah, sembari melangkah menuju beberapa outlet yang dikenal sebagai “pemain besar” bisnis per-bunga-an, kami mencari rumah makan untuk mengistirahatkan diri dan mengisi perut. Akhirnya menemukan sebuah rumah makan sederhana, penjual aneka olahan bebek dan ayam, yang warungnya terlihat bersih luar biasa. Penjualnya pun sangat ramah. Masakannya? Lumayanlah. Setidaknya sempat membuat kami terdiam dan sibuk dengan piring masing-masing. Saya dengan bebek goreng paha atas, tahu tempe dan lalapan, sementara Dian dengan sepotong bebek bakar dengan asupan sampingan yang sama. Sarapan kesiangan yang nyatanya cukup menghibur dan menyenangkan.

Bisnis kuliner rumahan yang membantu kenyamanan berkegiatan selama di Rawa Belong.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
para penjual dedaunan segar/hidup | berderet rapi dalam 1 kawasan atau area kios
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
berbagai produk wadah yang terbuat dari rotan, kayu, besi, dan lain-lain | lengkap banget dalam berbagai ukuran, bentuk dan harga
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
1/4 kg pucuk melati yang dijual seharga 75k
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
aneka bunga artificial yang sebagian besar ditawarkan seharga 20k/genggam | segenggam biasanya terdiri dari 5 tangkai bunga dan dedaunan

Bromelia Indah, Aurora Flowers Shop dan Flopy

Melanjutkan pengalaman menjelajahi Rawa Belong, saya mengikuti langkah Dian untuk menemukan serta menjajaki 2 supplier atau “pemain besar”, Bromelia Indah dan Aurora, yang sebagian besar bunga yang ditawarkan berasal dari negara lain. Meskipun mereka tetap menampung sekian banyak bunga-bunga domestik yang juga laris dipasaran dan banyak peminatnya.

Saya dan Dian juga menyempatkan diri mampir di sebuah toko, Flopy, yang menyediakan banyak pilihan supply untuk flower bouquet, dekorasi event termasuk bunga-bunga artificial.

Bromelia Indah

Kami menemukan Bromelia tak jauh dari warung makan tadi. Ini juga sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh salah seorang petugas mereka yang menjaga outlet Bromelia yang ada di pasar basah tadi. Dian ternyata sudah mengetahui sedikit banyak tentang Bromelia ini karena mereka memiliki toko atau cabang yang cukup besar di Bali.

Melangkah masuk kedalam outletnya yang tidak begitu luas, bahkan terkesan sempit untuk sebuah usaha yang sudah memiliki jaringan dengan skala internasional. Saya menemukan berbagai bunga segar di tengah toko. Kesibukan luar biasa terjadi saat kami datang. Banyak konsumen dan petugas yang hilir mudik. Sementara ruang yang digunakan sangatlah terbatas. Kegiatan transaksi pun terlihat padat.

Balik ke soal bunga yang di tengah tadi.

Koleksi yang saya lihat saat itu uniknya tak tekira. Beberapa ember bunga import tampak terbungkus rapi dengan visual yang baru kali itu saya nikmati. Bunga yang di tengah ini berasal dari Cina, Vietnam dan Afrika. Semua benar-benar memanjakan rasa dan indera penglihatan. Saya melihat karakter yang berbeda dari setiap negara. Terutama yang berasal dari Afrika. Karena suhu udara tinggi dan kondisi tanahnya tentunya lebih kering dari benua lain, bunga-bunga yang diimport dari negara ini terlihat berbatang dan berdaun tebal. Terlihat sekali punya kekuatan pertahanan yang lebih kokoh.

Sementara bunga yang didatangkan dari Cina, lebih berwarna-warni dan girly. Yang sangat membuat saya berdecak kagum adalah bunga yang berwarna gradasi dengan sentuhan warna lebih gelap di bagian pinggir lembaran bunganya. Unik banget pokoknya. Terlihat seperti dikelir bagian pinggirnya. Dan tidak menyangka bahwa bunga ini adalah produk natural dan segar. Wujudnya seperti mawar mereka yang berukuran kecil.

Bromelia yang berlokasi di Rawa Belong ini sepertinya adalah pusat supply bunga segar yang perusahaan ini miliki. Mereka melayani pemesanan dan pengiriman dari segala penjuru Indonesia. Jika menyimak akun IG @bromelia_flowerswholesales kita bisa mendapatkan insight tentang banyak jenis bunga, dunia flora dan holtikultura yang mereka miliki termasuk beragam service yang bisa mereka kerjakan.

Jika saya telusuri sih, selain memiliki lahan sendiri, Bromelia ini memang berkonsentrasi pada berbagai jenis flora yang didatangkan dari luar negeri. Surga bagi para penggemar bunga yang ingin memiliki produk unik dan jarang tersebar di Indonesia. Menurut Mas yang ngobrol dengan kami, pasar untuk bunga-bunga ini cukup luas.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
beragam bunga yang diimport dari afrika di bromelia
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
bunga yang didatangkan dari cina di bromelia
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
beberapa bunga dari vietnam di bromelia

Aurora Flowers Shop

Kunjungan kami berikutnya adalah Aurora Flowers Shop yang jaraknya hanya beberapa langkah dari Bromelia.

Berbeda dengan Bromelia yang bertaburan tamu yang hilir mudik, Aurora Flowers Shop terlihat lebih sepi. Tapi jangan salah, keberadaan beberapa admin yang bekerja on-line tampak begitu sibuk melayani banyak pesanan yang datang dari berbagai kota di Indonesia. Dering telepon kerap berbunyi. Lewat percakapan yang saya dengar inilah, saya memahami bahwa Aurora Flowers Shop sudah memiliki langganan yang aktif menyampaikan pesanan.

Seorang petugas lelaki melayani kami banyak berbagi informasi tentang kerjasama dengan Dian. Tinggal di Bali, pengaturan transportasi dari Jakarta, seperti halnya produk lainnya tentunya butuh rangkaian penanganan khusus. Terutama dalam hal packaging agar pengiriman dapat berjalan lancar dan aman. Tentu saja jaminan bahwa bunga yang dikirimkan tiba dalam kondisi tetap segar dan bisa dipasarkan dengan baik.

Mereka juga mendatangkan banyak jenis bunga dari luar negeri dan ini tentu saja berdasarkan pemesanan.

Teman-teman yang berminat terhubung dengan Aurora Flowers Shop, silahkan meraih tautan linktr.ee/AuroraFlowershop

Flopy

Puas mendatangi Bromelia Indah dan Aurora Flowers Shop, kami memasuki sebuah outlet yang berseberangan dengan Aurora Flowers Shop. Berdinding kaca, saya bisa melihat berbagai supplies yang berhubungan dengan dekorasi. Beberapa standing lamp berbentuk bunga terlihat sangat menggoda terlihat dari luar. Lampu-lampu indah yang belakangan dapat saya nikmati saat menghadiri undangan pernikahan.

Masuk ke toko yang padat dan penuh dengan aneka supplies ini terlihat sarat dengan tamu dan aktivitas padat. Selain standing lamp tadi, di dalam toko tampak penuh dengan aneka pita, cellophane paper, bunga-bunga artificial dan pernak-pernik lain yang luar biasa banyaknya. Banyak staff yang berada di sisi belakang sibuk mondar-mandir dan membungkus serta melayani pemesanan via market place.

Barangnya banyak dan penuh di setiap rak. Saking padatnya, kita harus hati-hati melangkah dan mengatur posisi berdiri agar tidak menjatuhkan barang yang ada di rak. Plus yang pastinya, siapkan dana yang cukup banyak karena godaan belanja yang sangat tinggi. Duh, rasanya pengen diborong semua deh. Semuanya cantik-cantik dan kepengen diadopsi. Saya pun mengambil cukup banyak item karena memang sedang semangat mengerjakan flower bouquet.

Usul saya sih, setelah sekali atau duakali berbelanja secara langsung dan memegang produknya, berikutnya kita bisa bertransaksi lewat akun mereka di Shopee. Ketik saja Flopy yang berlokasi di Jakarta Barat. Naahh puaskan deh kenyamanan berbelanja tanpa harus mengeluarkan uang transport dan jajan.

Mengakhiri Kunjungan ke Rawa Belong dengan Hati Berbunga-bunga

Bisa mengunjungi, berada dan keliling Rawa Belong, bagi saya adalah satu dari sekian banyak cerita perjalanan yang begitu mengasikkan. Benar-benar sebuah kegiatan bermanfaat yang memanjakan rasa dan mata. Karena dengan menyaksikan betapa hebatnya Yang Maha Kuasa menciptakan ribuan jenis flora dan produk holtikultura lainnya, saya sekaligus mengalami secara langsung berbagai pencerahan dan secuil, bahkan bisa jadi sebongkah besar ilmu tentang keberadaan flora itu sendiri.

Mengunjungi Rawa Belong bukan hanya sekedar mensyukuri nikmat yang sudah Allah SWT berikan pada semesta, tapi juga menumbuhkan kecintaan akan flora yang menjadi bagian dalam kebutuhan dan kelengkapan kita dalam menikmati indahnya dunia. Dunia flora sejatinya adalah salah satu penyempurna rasa kita akan keindahan. Bahkan dengan merawat flora, mampu memberikan hiburan jiwa yang menenangkan, menjauhkan diri dari stress hingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan yang cukup menjanjikan. Salah satu sarana, media dan proses healing yang bisa kita rasakan efeknya bagi jiwa.

Produk flora nyatanya bisa dinikmati oleh berbagai lapisan publik. Tanya hanya memberikan sentuhan keindahan, namun bisa juga menyempurnakan cantiknya sebuah lingkungan dan mempersembahkan sentuhan seni klasik maupun modern saat kita berada di satu tempat. Jadi tak heran jika banyak penyelenggara acara menghadirkan bunga dan perlengkapannya sebagai materi dekorasi dalam dan luar ruang.

Flora juga bisa menjadi media penyampaian pesan akan perhatian, cinta dan kasih sayang. Siapa sih yang mampu menolak kehadiran bunga saat kita bertemu dengan orang yang kita perhatikan? Bahkan flora juga bisa mewakili rasa empati saat mengunjungi orang sakit, menyampaikan rasa dukacita yang mendalam dan kepedulian pada siapapun atau apapun yang kita rasa dapat menerima bunga sebagai wakil dari rasa kita.

Makasih banget untuk sahabat saya Dian yang sudah berkenan mengajak saya ke Rawa Belong. Lalu menikmati semua kegembiraan yang saya rasakan selama hampir 3 jam berkeliling kesana kemari. Saya pulang dengan hati yang berbunga-bunga dan nuansa baru yang semakin menumbuhkan cinta saya pada produk holtikultura.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
hamparan bunga di teras belakang pasar bunga segar rawa belong
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
SAYA DI SALAH SATU TOKO BUNGA KERING DI RAWA BELONG

Oia sekalian promosi nih. Setelah kunjungan dari Rawa Belong ini, saya jadi sangat tertarik untuk mengerjakan flower bouquet. Belajar otodidak lewat berbagai tutorial yang ada di Youtube, saya akhirnya berniat melahirkan banyak karya di produk yang cantik dan menyenangkan hati ini. Yang berminat memesan, bisa langsung WA saya di 0811-108-582 ya. Beberapa hasil karya yang sudah saya rangkai juga ada di IG @annie_nugraha.

By the way, ngomongin soal ketertarikan pada dunia flora setelah mengunjungi Rawa Belong, saya sudah menikmati masa-masa berkualitas menjadi seorang blogger. Dunia kepenulisan yang telah banyak membimbing saya untuk banyak membaca, mengamati banyak hal dan belajar lautan pengetahuan tentang diksi dan literasi. Saya tidak bergerak sendiri loh, hampir di seluruh wilayah di Indonesia, profesi blogger sudah menyebar merata. Salah seorang diantaranya adalah teman saya Aisyah Dian, salah seorang travel blogger Balipapan, seorang Ibu dan juga adalah penulis Balikpapan. Untuk menilik dan membaca beberapa hasil karyanya, sila mampir ke tautan www.aisyahdian.com ya.

Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
FLOWER BOUQUET HASIL KARYA SAYA
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
FLOWER BOUQUET HASIL KARYA SAYA
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
FLOWER BOUQUET HASIL KARYA SAYA
Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

19 thoughts on “Memanjakan Rasa dan Mata dengan Berkunjung ke Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta”

  1. Masha Allah, bunganya beneran udah kek lautan, cantik-cantik pula ya Mba.
    Membayangkan aromanya yang semerbak, kalau ke sana beneran memanjakan rasa dan mata banget sih ya.
    Jadi pengen punya kebun bunga rasanya, biar bisa menikmati lautan bunga kek gini :)

    Reply
    • Apalagi saat menyaksikannya langsung Mbak Rey. MashaAllah sampai tertegun saya. Betapa Allah SWT sudah menciptakan jutaan flora untuk menghiasi dunia. Beruntung sekali saya bisa mampir ke Rawa Belong ini.

  2. Pasti disana begitu masuk gerbang langsung wangi, deh…

    Meski saya ga pinter tanam bunga a.k.a selalu mati 😭

    Tapi saya termasuk penyula bunga2an. Memang dasarnya saya suka ke pasar tradisional sih apalagi di bagian sayur2an.
    Jadi kalau dihadapkan dengan pasar bunga pasti menarik hati saya.

    Di Medan ngga ada pasar khusus jual bunga begini…

    Reply
    • Yang pasti jangankan wangi nya, wujud bunganya pun begitu menyentuh hati. Bahagia banget bisa berada di tempat ini, Menjadi saksi betapa Allah SWT sudah menciptakan keindahan bunga sebagai pelengkap hidup kita.

  3. Hallo Kak Annie,
    Aku beberapakali mau ke Pasar Bunga Rawa Belong baik sama teman ataupun saudara. Tetapi ada saja halangannya hingga tidak jadi.
    Puas banget ya kak melihat dan membeli bunga hidup, masih segar dan wangi. Btw disana harga bisa ditawar gak kak? biasanya kita perempuan kalau cari barang buat perbandingan antara satu toko ke toko lain. Disana harga rata-rata sama gak kak? buat perbandingan, he he he…
    Aku penasaran dengan bunga tulip dari Belanda, siapa tahu ada ya. Oh ya,a ku lihat disini ada bunga warna ungu,cantik deh. Nama bunganya apa itu kak?

    Reply
    • Bisa banget ditawar Kak Dennise. Bahkan mereka juga menawarkan jasa untuk merangkai, sehingga kita gak perlu repot-repot menyusun dan membungkus berbagai bunga yang cantik sebagai hadiah atau buah tangan bagi orang tercinta.

      Kalau bunga import hanya ada di beberapa toko aja Kak. Ada specialist nya. Tentu saja dengan harga yang berbeda.

  4. bikin betah ya Mbak Annie?
    jadi ingat, saya bertetangga dengan pengusaha yang memiliki sepetak kebun bunga di Tasik
    Kemudian dia mengambil panen petani bunga lainnya untuk memasok resepsi
    dan jadi kaya raya dong
    Itu baru segelintir, karena banyak pengusaha bunga yang bisa eksport
    karena itu penting banget penangan pasca panen

    Reply
    • Bikin betah banget Mbak. Keindahan flora itu memang hiburan jiwa dan raga. MashaAllah. Tenang sekali hati ngelihatnya.

  5. MashaAllah~
    Ada tempat secantik Pasar Bunga Rawa Belong ini bisa menjadi andalan bagi yang memiliki hajat dan tak lupa ingin memberikan nuansa cantik berbagai bunga sebagai dekorasinya.

    Jatuh cinta banget sama Pasar Bunga Rawa Belong.
    Aku jadi inget, dulu sering banget minta Ibu beli bunga melati. Alasannya untuk dironce.
    Hihi…kenangan manis semasa kecil dan kebiasaan nenek yang harus selalu ada bunga di dalam rumah sebagai penghias ruang tengah, tempat keluarga besar biasa berkumpul.

    Reply
    • Keindahan bunga memang long lasting ya Len. Sedari kecil pun flora selalu mengisi kenangan kita akan keindahan. MashaAllah.

    • Wihh cakep-cakep banget bunganya ya mbak. Rasanya aku ingin juga mengunjungi ini. Serasa liat surganya bunga ya nggak sih.. So beautiful..

  6. Bunganya bagus bagus banget. Kayak bunga di kota Batu dekat rumah saya. Segar segar dan cantik cantik. saya pernah beli bunga cengger ayam. Kata teman saya susah merawatnya. Tapi alhamdulillah di saya tumbuh subur. Mungkin karena tangan dingin suami yang sabar merawatnya. Hehe

    Reply
    • Merawat dan mengembangbiakkan flora katanya memang tangan-tanganan ya Mbak. Ada yang cuma nanam biasa aja tumbuhnya segar bugar itu tanaman. Tapi ada juga orang, seperti saya, yang katanya “tangannya panas”. Nanem gak pernah tumbuh hahahaha.

  7. Rawa Balong, memorable banget ya bagi mbak Annie. Keren, menikahnya pas lagi krisisnya. Itu sy masih kelas dua SD …. salut juga dg rawa Balong ini, bisa jadi besar bgtu, tempat memanjakan para pengunjung dg berbagai Krisan yang indah Dimata. Penasaran dg kebunnya mbak, saat bunganya masih tertanam dalam tanah dan berjejer warna-warni

    Reply
    • Betul. Memorable banget memang. Datang ke sini sangat menyegarkan jiwa dan raga. Senang banget lihat keindahan flora yang tak terbatahkan.

Leave a Comment