Sarapan belum lama berlalu saat suami menunjukkan foto sebuah rumah makan yang berada tak jauh dari rumah. Namanya Rumah Makan Sumber Rejeki (Hj. Fatimah). Jaraknya sekitar 4km dari rumah. Bisa dicapai lewat sederetan pabrik EJIP II yang berada di belakang kompleks perumahan saya. Jadi lokasinya gampang diraih tanpa harus berhadapan dengan kemacetan.
Letaknya di sebuah daerah atau kawasan yang disebut sebagai Tegal Danas. Area yang menjadi penghubung antara Lippo Cikarang dan Delta Mas. Jalannya hanya 2 jalur kanan kiri dan cukup padat dengan aneka jenis kendaraan. Mulai dari mobil kecil (mobil pribadi), motor, bahkan truk besar hingga container. Gak heran jika jalan di area ini gampang rusak. Bahkan meski sudah dicor (aspal beton) pun, karena volume kendaraannya cukup tinggi, beberapa bagian jalan tampak retak-retak.
Saya jarang sekali melewati jalur ini. Selain karena keadaan di atas, memang jarang sekali punya kepentingan atau urusan yang mengharuskan saya melewati area Tegal Danas. Jalan yang padat dan kering seringkali memunculkan debu yang bisa menambah bedak di wajah kita.
Membayangkan ruas jalannya yang terbatas, saya mengingatkan suami apakah nyaman dan aman memarkir kendaraan di depan rumah makan. Yang pasti jika tidak ada parkir yang memadai, kami akan mengubah rencana ke tempat lain.
Lokasi yang Gampang Diraih
Seperti yang disampaikan di atas, dengan sedikit bantuan Google Maps untuk titik lokasinya, saya dan keluarga tiba di Rumah Makan Sumber Rejeki tanpa hambatan yang berarti.
Dengusan rem tangan truk besar terdengar saat kami harus melewati pertigaan yang berada di ujung jalan dari arah Lippo. Kendaraan berbodi roti tawar itu, terlihat sangat mengatur posisi agar ukurannya pas dengan lajur jalan yang akan dilalui.
By the way, kalau Anda ingin berkuliner ria di Rumah Makan Sumber Rejeki ini, berkendara di jalan tol Cikampek, Anda harus mengambil exit tol Delta Mas. Setelah bertemu dengan perempatan besar pertama, Anda langsung belok kanan. Lurus terus hingga menemukan gerbang besar Meikarta. Tapi jangan masuk Meikarta ya. Sebelum gerbang ini Anda akan bertemu dengan jalan 2 lajur di sisi kanan jalan. Nah, kalau sudah disini, berarti Anda sudah berada di jalur yang benar. Rumah Makan Sumber Rejeki akan berada di sisi kanan jalan.
Gampang banget.
Lanjut ke cerita perjalanan saya.
Ketakutan akan tidak adanya parkir yang memadai akhirnya tidak beralasan. Rumah Makan Sumber Rejeki ternyata cukup luas. Dengan kondisi lahan yang memanjang, setengah dari tanah yang luas tersebut digunakan seimbang antara bangunan dan tempat parkir.
Rumah makannya juga gampang diidentifikasi. Dengan pagar hitam yang memanjang dan spanduk yang membentang, rumah makan ala Sunda ini mudah sekali untuk dikenali.
Kuliner ala Sunda dan Masakan Rumahan yang Memanjakan Visual
Konsep sajian dari Rumah Makan Sumber Rejeki ini adalah buffet. Setiap hidangan berjejer rapi untuk kita pilih. Tawaran menunya cukup beragam, meski tidak sebanyak Rumah Makan Alas Daun yang lebih dulu saya kunjungi.
Baca juga : Sensasi Makan Tanpa Piring di Rumah Makan Alas Daun Bandung
Yang pertama kali mencuri perhatian adalah nasi nya. Dibungkus daun dan diletakkan di dalam bakul nasi bambu, bongkahan nasi sebesar kepalan tangan lelaki ini sangat padat. Saya langsung cocok karena kematangan nasinya tidak terlalu lembut dan juga tidak terlalu terpecah-pecah (apa itu ya istilahnya).
Ditaruh di dalam baskom-baskom lurik, baskom plastik dengan alas kertas nasi, beberapa menu tampak siap untuk kita nikmati. Mulai dari ikan, ayam, tahu, tempe dan banyak pilihan sayur matang yang siap dipanaskan. Ada juga beberapa panci besar yang berisikan sop dan masakan berkuah lainnya.
Yang paling menarik perhatian saya adalah aneka peyeknya. Ada peyek kacang, peyek teri dan peyek jengkol yang sungguh mampu meneteskan liur. Wah wah wah. Jarang-jarang nih ketemu peyek jengkol. Sebagai penggemar jengkol sejati dengan olahan apa saja. Direndang, disemur, bahkan hanya digoreng, kehadiran jengkol selalu membuat saya bersemangat menikmati sajian. Dan sepertinya jengkol memang menjadi salah satu menu wajib saat kita menikmati kuliner ala Sunda ya. A must have item judulnya.
Baca juga : Beranjangsana ke Padamu Negeri. Resto Rooftop Estetik di Dago Bandung
Menikmati Sajian Rumahan ala Sunda yang Butuh Sentuhan Kebaikan
Saya memilih menu ikan goreng dengan karedok dan tentu saja peyek jengkol nya. Suami mencoba ikan yang dimasak berkuah dengan sambal matah, peyek kacang dan semangkok sop daging. Sementara si bungsu memilih ayam goreng dan tahu bacem. Saat tiba di meja, sudah tersedia sepiring besar lalapan yang disajikan free of charge.
Saya mencicipi semua menu yang kami pilih. Tapi ternyata hanya cocok dengan karedok dan peyek jengkolnya. Sementara yang lain, bumbunya ok banget. Hanya saja entah kenapa setiap masakan terasa kurang pas di lidah. Daging ikannya anyep dan tidak garing. Ayamnya juga sama anyepnya termasuk rempahan parutan kelapanya. Untuk sopnya, kuahnya segar dan tasty tapi dagingnya ngajak berantem. Ligat banget untuk digigit. Saya yang kebetulan giginya berjarak, harus bekerja ekstra karena potongan-potongan daging langsung nyelip diantara gigi. Duh, rempong bener yak.
Dengan pengalaman jelajah jajan yang sudah lumayan banyak, mulai dari skala warung hingga fine dining, saya menduga bahwa kemungkinan besar beberapa sajian tidak memunculkan rasa karena sudah didiamkan dalam rentang atau jarak waktu yang lama. Tapi memang inilah yang sering terjadi saat kita menjelajah rasa di sebuah rumah makan yang serentak menghidangkan menu ready to eat, tanpa proses pemanasan kembali, dan sudah didiamkan beberapa waktu.
Kalau menurut saya sih, opsi yang lebih pas adalah menu yang ditampilkan di wadah masih dalam kondisi setengah matang. Begitu dipilih oleh konsumen barulah masakan tersebut diolah kembali. Jadi saat disajikan kepada customer, semua menu tetap dalam kondisi fresh.
Satu strategi yang digunakan oleh Rumah Makan Alas Daun. Dan ini saya rasa bisa ditiru oleh Rumah Makan Sumber Rejeki. Mencontoh sebuah kebaikan tentunya adalah satu hal yang bermanfaat agar bisnis kita bisa berkembang dengan lebih baik atau setidaknya tetap bertahan ditengah persaingan bisnis yang akan terus muncul dari hari ke hari.
Sayang kan. Tempatnya sudah strategis dan nyaman akhirnya terpaksa tergerus karena penanganan masakan yang kurang mumpuni.
Kesan Saya Untuk Rumah Makan Sumber Rejeki
Dari penamaannya, saya yakin Hj. Fatimah yang namanya juga tercantum di setiap identifikasi rumah makan ini, memilih 2 kata “sumber rejeki” sebagai doa. Rangkaian harapan bahwa bisnis rumah makan yang sedang dijalankan ini akan mendatangkan atau menjadi sumber penghasilan halal bagi semua yang terlibat. Mulai dari pemilik hingga para karyawan yang bekerja.
Saya terkesan dengan tempatnya yang bersih serta penataan ruangannya yang apik. Meski hanya menggunakan meja-meja panjang dengan tempat duduk plastik dan taplak motif yang terbuat dari plastik, Rumah Makan Sumber Rejeki terlihat sangat menjaga makna kenyamanan. Harganya juga rasional. Saya, suami dan si bungsu menghabiskan dana sekitar 200K untuk semua masakan dan minuman. Cocok untuk lingkungan pabrik dan sebagian besar masyarakat dengan standard penghasilan yang masih di level UMR.
Tapi bukan berarti rumah makan seperti ini tidak dilirik oleh mereka yang berkantong tebal loh. Karena saat saya berkunjung banyak mobil-mobil mewah yang parkir disini. Dan itu datang dengan rombongan. Rame banget.
Di Cikarang dan Delta Mas, rumah makan konsep masakan rumahan seperti Rumah Makan Sumber Rejeki ini, banyak banget. Di sepanjang Tegal Danas saja saya melihat sekitar 3 resto. Bahkan persis di seberang Rumah Makan Sumber Rejeki ada 1 resto sejenis dengan tempat makan 2 lantai. Hanya saja Rumah Makan Sumber Rejeki memiliki lahan parkir yang lebih luas.
Saya juga pernah ke 2 tempat berbeda dengan bisnis yang sama di Delta Mas. Keduanya tampil dengan kondisi warung yang sangat sederhana. Wujudnya berupa rumah kecil seperti di desa-desa dan tidak memiliki lahan khusus untuk parkir mobil. Saya waktu itu diajak oleh seorang teman tapi hanya membungkus saja. Tidak bisa makan ditempat karena setiap meja sudah penuh oleh pengunjung. Masakannya enak-enak. Hanya saja tempatnya kurang cahaya dan repot untuk parkir. Harga makanannya relatif setara dengan Rumah Makan Sumber Rejeki. Sajian ala Sunda yang sering sekali kita temukan.
Saya berharap ada kombinasi diantara mereka. Tempat yang apik dan bersih seperti Rumah Makan Sumber Rejeki berkolaborasi apik dengan kualitas masakan sebaik warung-warung lainnya. Dijamin. Kenikmatan berwisata kuliner di Cikarang menjadi satu kekuatan jelajah rasa masakan rumahan yang patut diperhitungkan. Cikarang pun tidak hanya terkenal oleh kawasan industrinya, tapi juga sajian asupan yang meninggalkan kesan bagi siapapun yang berkunjung ke salah satu bagian dari Kabupaten Bekasi ini.
Ngomongin soal makanan rumahan, saya jadi teringat akan Roti Gambang. Roti fenomenal yang sudah ada sejak saya kecil. Bahkan roti ini sering banget saya bawa sebagai bekal ke sekolah. Dulu sekali, roti berwarna coklat ini padat dan mengenyangkan. Jadi memang pas untuk dijadikan bekal. Sekarang roti ini mulai dipopulerkan kembali dengan wujud fisik roti yang sudah kekinian dan lebih mengembang. Seperti yang diceritakan oleh Mbak Dian Restu Agustina, teman blogger saya. Di blognya, Mbak Dian Restu Agustina juga banyak menulis tentang life style dan banyak hal yang berhubungan dengan kebutuhan dan kehidupan sehari-hari. Beliau pun sering banget menjadi juara lomba blog loh. Keren dan panutan bagi blogger pastinya. Silahkan deh mampir ke blog nya ya www.dianrestuagustina.com.
Meskipun menu-menunya tampak sederhana (ala rumahan) tapi terlihat cukup menggugah selera. Tapi sajian aneka lauknya dgn baskom besar malah mengingatkan aku sama dagangan ibu2 di jogja.
Kombinasi tempat yg bersih juga jadi nilai tambah yg bikin nyaman pengunjung
Iya ya Mbak. Bude-bude bakulan Malioboro juga pake wadah lurik seperti itu.
Kalau menu yang dihidangkan beragam dan menggugah selera serta pelayanannya asik, tentunya akan mendatangkan banyak pengunjung.
Jadi gak melulu karena bentuk bagian depan rumah makan, atau lokasinya yang bisa menarik perhatian, tapi dari sisi lain bisa juga untuk membuat pengunjung betah bolak-balik
duh Mbak Annie, dikau kejaaammmmm…… hahahha
Bikin perut saya krucuk-krucuk padahal sedang malas masak
Saya paling suka masakan Sunda, dibanding masakan daerah lain
Hanya dengan gorengan, sambal, dan lalab, nasi bertimbel-timbel bisa saya sikat
hehehehe lapar atau rakus?
Masha Allah, takut kalap saya mah kalau liat beginian hahaha.
Enak-enak banget kayaknya ya, mana masakan rumahan kan, dihidangkan begitu pula, benar-benar menggugah selera ini mah :D
Apalagi kalau harganya lebih terjangkau ya, jadinya makin bikin ngiler nggak sih :D
Menu merakyat begini yang disukai banyak orang. Termasuk saya. Bumbunya banyak dan kaya rasa.
Teringat kenangan saat hamil anak kedua, kak Annie.
Aku gemar sekali mencari makan di Warung Tegal.
Tapi aku terpesona karena Rumah Makan Sumber Rejeki (Hj. Fatimah) ini parkirannya luasss dan nyaman banget. Apa bukan restoran ini namanya?
hehhe… lakunya enak-enak semuaaa..
Menu nya sederhana menu rumahan tapi karena beragam jadi bikin ngiler dan kangen masakan mama deh
Mbak Annie..deretan peyek dan menu lainnya sungguh menggoda ini, apalagi ditempatkan di piring dan wadah khas rumah. Beneran mantap nih masakan rumahan yang disajikan Rumah Makan Sri Rejeki. Harganya pun bikin adem ati…:)
aku belum pernah makan peyek jengkol, keliatan enak dan garing banget ya :9