Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Masih ngomongin soal gunung.

Kalau sebelumnya saya menulis resensi film seri produksi Iflix berjudul Misteri Tanah Jawa Merapi yang dari judulnya aja jelas-jelas membicarakan gunung Merapi, kali ini saya diajak SEBUMI untuk ikut merasakan mendaki gunung Rinjani di Lombok Utara.

Ini linknya: Kisah Tanah Jawa Merapi. Petualangan Menjemput Seorang Teman di Dimensi Lain

Katanya gak pernah mendaki gunung, kok sekarang mau membahas soal kegiatan alam yang satu ini? Aaahh jangan salah sangka dulu. Kali ini saya menjelajah dan ikut kegiatan pendakian secara VIRTUAL. Menilik terjemahan KBBI, virtual diartikan sebagai secara nyata atau berarti sebetulnya, yang sesungguhnya, atau sebenarnya. Tapi kali ini virtual yang dimaksud adalah melalui dunia maya. Jadi Virtual Tour yang disajikan SEBUMI adalah perjalanan lewat dunia maya yang membawa kita seolah-olah berada di tempat yang sesungguhnya.

Emang bisa? Eh, bisa banget kawan. Di tengah perkembangan teknologi digital yang semakin canggih didukung oleh jaringan internet yang sudah mendunia, apa sih kegiatan-kegiatan lewat dunia maya yang tidak bisa kita lakukan? Belajar memasak aja bisa loh kita ikuti secara virtual. Padahal sejatinya yang namanya praktek langsung dalam masak itu bagaikan garam dalam sejumput masakan.

Berkenalan dengan SEBUMI

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour
www.sebumi.id

Sebelum melangkah lebih lanjut dengan virtual tour mendaki Rinjani, yok kita kenalan dulu dengan penyelenggaranya.

Saya mengetahui SEBUMI lewat Iben Yuzenho Ismarson (namanya unik banget ya). Bapak satu anak yang saya kenal saat mengikuti kelas Travel Writing bersama Agustinus Wibowo yang diadakan oleh The Jakarta Post. Lelaki bersahaja dan tampak berwibawa ini adalah founder dari SEBUMI. Lewat obrolan-obrolan singkat kami disela-sela workshop lah saya mulai mengenal SEBUMI sedikit demi sedikit. Dan menjadi lebih erat lagi ketika berselancar di official website nya sebumi.id plus menelusuri akun IG @sebumi.id.

Mengenal Iben lebih jauh: Iben Yuzenho Ismarson. Menikmati dan Merawat Alam.

Satu kata yang muncul dari mulut saya adalah RESPECTFUL.

Untuk saya pribadi, mengetahui, memahami, dan menyelami pribadi atau institusi (profit maupun non-profit) yang bergerak dan atau begitu peduli akan lingkungan adalah mereka-mereka yang istimewa dan patut dihargai plus diacungi jempol. Kita, termasuk saya, seringkali memiliki pemikiran dan sadar akan cinta lingkungan atau alam. Tapi hanya segelintir yang betul-betul terlibat, terjun langsung, mewujudkan kecintaan itu dalam tindakan nyata.

Iben, teman saya ini, tidak hanya menjadi penggagas kepedulian akan kelestarian alam. Tapi juga mengajak kita berkegiatan, menyelami, dan memahami apa arti sebenarnya dari cinta lingkungan itu. Jadi ketika menemukan barisan kalimat “We are a social enterprise that provide comprehensive understanding about nature and conservation, promote its integration into sustainable lifestyle through experiental learning with nature and direct involvement in conservation projects”, saya langsung mahfum bahwa Iben dan SEBUMI punya gawe besar yang mengusung idealisme di world health sustainability.

Strong statement dari SEBUMI yang diuraikan di atas, mengajak kita untuk menyadari bahwa saya, Anda, dan kita semua adalah bagian penting dari puluhan, ratusan, bahkan ribuan pelaku akan keterbelangsungan kualitas alam sekarang dan dimasa yang akan datang. Jadi bukan hanya sekedar paham dan menuruti seruan “jangan buang sampah sembarangan” aja yang musti kita ingat. Tapi bumi pun butuh tangan-tangan yang mampu merangkul tangan yang lain untuk bangkit berdiri melakukan sesuatu (yang baik dan terbaik) untuk alam.

Mengenal Virtual Tour Lebih Jauh

Rinjani Virtual Tour (RVT) sebenarnya bukan Virtual Tour pertama yang diadakan oleh SEBUMI. Sebelumnya juga ada Semeru Virtual Tour, yang sayangnya tidak bisa saya ikuti karena bentrok dengan jadwal yang lain. Jadi ketika program RVT dibagikan Iben di WAG, saya langsung pasang reminder di HP dan sharing infonya dengan asisten pribadi (baca: anak cewek) sebagai pengingat supaya benar-benar bisa bergabung.

Di RVT ini SEBUMI menghadirkan Daymas Arangga sebagai Host, Iben Yuzenho sebagai Narrator, Nursaat, koordinator basecamp dan petani kopi Senaru sebagai Co-Narrator, dan Lala Karmela sebagai Guest Narrator. Sepanjang RVT berlangsung ke-empatnya bersinergi dalam rangkaian cerita, berbagi pengalaman ketika semesta mengijinkan mereka mendaki Rinjani.

Tapi sebelum kita diajak menikmati rangkaian rute pendakian lewat video dan foto-foto yang bikin kita berdecak kagum, Iben lebih dulu menghadirkan beberapa poin penting yang harus publik ketahui tentang virtual tour itu sendiri. Jadi setidaknya audience paham terlebih dahulu akan konsep RVT dan alasan mengapa SEBUMI akhirnya mengadakan virtual tour sebagai salah satu marketing tool mereka.

Dari sekian banyak yang ditampilkan melalui presentation sheet, ada 3 slide yang begitu mencuri perhatian saya. Setidaknya untuk saya yang sangat awam akan virtual tour.

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Terlepas dari arti yang sudah saya coba ulaskan di awal penulisan kemudian dilengkapi dengan infografis di atas, mengadakan kegiatan ini ternyata adalah salah satu efek dari hadirnya pandemi di tengah-tengah kita. Satu masa dimana mengharuskan kita menghindari berbagai aktivitas bersama yang melibatkan orang banyak, seperti contohnya adalah kegiatan traveling, acara-acara sosial (sosialisasi), kumpul keluarga, dll. Tapi nyatanya kondisi yang penuh keterbatasan ini memunculkan beberapa ide kreatif agar kita tetap bisa “menikmati” alam tanpa harus takut dengan ancaman penyebaran pandemi.

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Layaknya sebuah kegiatan baru, virtual tour juga memiliki kelebihan disamping kekurangannya. Yang pasti kegiatan ini hanya melibatkan indera penglihatan kita. Memanjakan diri lewat mata dan minim sentuhan-sentuhan inderawi lainnya. Hadir dalam satu virtual tour, kita harus rela memutus sentuhan langsung pada alam dan menggantinya dengan kekaguman yang mengalir (hanya) dari mata. Itupun terkadang harus berkurang kualitasnya jika terjadi gangguan jaringan internet, yang bisa mengakibatkan menurunnya makna “hiburan” yang bisa kita nikmati dari sebuah virtual tour. Hence, bagi saya, plus dan minus ini, adalah konsekuensi dari semua keterbatasan yang ada.

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Info di atas mengajak kita mengetahui lebih jauh tentang berbagai rupa virtual tour. Nambah pengetahuan pastinya ya. Boleh juga nih jadi ide bagi teman-teman yang ingin mengadakan kegiatan sejenis. Lumayan kan buat mengobati kangen jalan-jalan sembari berbagi memori dengan orang lain. Dan yang penting tetap bisa mengunjungi dan atau melihat begitu banyak pilihan tempat wisata, tanpa harus takut akan tertular virus, atau was-was terkepung minimnya fasilitas fisik di tempat wisata akibat pandemi.

Mendaki Rinjani

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Sebelum memulai pendakian, SEBUMI mengajak kita menelusuri jalur yang biasa dilewati. Travel Route yang bisa diunduh dari Google Map ini sangat membantu membuka khayalan kita sebelum mengikuti tahap selanjutnya.

Garis di sebelah kiri adalah jalur mendaki. Jalur ini meliputi basecamp dan hiking gate yang ada di Sembalun, kemudian menanjak menuju pos 1, 2, dan 3, hingga akhirnya tiba di Plawangan Sembalun Campground dan mencapai puncak gunung Rinjani. Selama presentasi SEBUMI menyuguhkan foto-foto yang cantik tak terkira. Ada rangkaian view savana yang instagramable, tanah lapang yang luas, dan hutan-hutan kecil, mengiringi jalur-jalur yang harus ditempuh dalam hitungan jam. Di salah satu pos (pos ke-3 kalo gak salah), rombongan berhenti untuk memasang tenda dan menginap. Sembari menikmati tampilan-tampilan foto selama perjalanan, diceritakan juga mengenai para porter tangguh yang mengiringi pendakian. Mereka ini adalah masyarakat lokal dan menjadikan profesi porter sebagai salah satu sumber nafkah yang menjanjikan.

Garis ke kanan kemudian menurun itu adalah jalur turun. Yang menjadi bintang dari rute ini adalah Danau Segara Anak (fotonya menjadi cover dari artikel ini). Di titik ini saya terperangkap dalam decakan pesona berkepanjangan. MashaAllah indah tak terkira. Baru ngeliat foto-fotonya aja udah ngiler pengen ke sana. Danaunya terlihat begitu tenang dipeluk oleh rangkaian bukit dan gunung. Seperti yang Iben sampaikan, berada di danau ini serasa menikmati indahnya alam Switzerland. Gak perlu jauh-jauh ke Eropa sana karena sejatinya Indonesia juga punya view yang sama jelitanya.

Di sini, di danau ini, publik diperkenankan untuk camping, mancing, dan melakukan kegiatan-kegiatan kebersamaan lainnya. Ada juga kolam air panas untuk berendam. Rasanya damai dan tenang banget. Tempat yang lebih dari pas untuk membaca sambil mancing, melukis, menulis, bahkan sekedar ngaso-ngaso sambil memanjakan indera penglihatan kita. Saya mendadak membayangkan duduk di sebuah gazebo di pinggir danau, dengan pilar kayu beratap rumbia. Lalu pasang tiker, bantal, guling, terus ngobrol berjam-jam dengan orang-orang yang kita cintai dan dekat dihati. Apalagi kalau ada pisang goreng dan kopi bergelas-gelas. Aaiihh nikmat apalagi yang mampu kita dustakan kawan.

Oia, jalur turun ini disebut sebagai jalur Senaru karena nantinya/ujungnya akan bertemu dengan Desa Senaru. Melewati Plawangan Senaru Campground, 3 pos, hiking gate, hingga akhirnya bertemu dengan kebun kopi dan coklat di desa Senaru di fase perjalanan terakhir.

Dari obrolan yang muncul saat turun ini, saya semakin memahami bahwa untuk turun pun kita tetap harus waspada. Perjuangan untuk turun tidaklah segampang dan semudah apa yang kita pikirkan. Malah lebih berbahaya jika kita terlalu mengampangkan. Turun itu perlu kesabaran, kontrol diri yang mumpuni, ketelitian, dan tentunya trik khusus. Saya mendadak ingat saat dulu pernah turun dari bukit di sebuah desa di seputaran Jawa Tengah. Menghadapi jalur yang lumayan curam, saya saat itu dituntut untuk lebih bisa menguasai diri dan mengarahkan kaki agar mampu menahan berat tubuh dan tidak terguling-guling.

Gempa Lombok 2018

Cerita tentang gempa ini menjadi bagian akhir dari perjalanan dunia maya lewat RVT. Mendadak ingat saat gempa ini terjadi, saya sedang berada di Bali. Jadi sempat merasakan ayunan hebat dalam beberapa kali kesempatan. Malah ada 1 waktu gempanya agak lama dan bikin kepala pusing bukan kepalang. Nyaris muntah malah.

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour
Desa Senaru setelah gempa | Foto courtesy dari SEBUMI
Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Dari rangkaian virtual tour mendaki Rinjani ini, SEBUMI menghadirkan beberapa foto kerusakan akibat gempa yang berulangkali menimpa Lombok pada 2018 itu. Khususnya di Desa Senaru. Banyak rumah-rumah yang roboh, rata dengan tanah. Kerusakan alam pun mengakibatkan terputusnya jalur pendakian ke dan dari Rinjani. Aliran air mengalami masalah sangat serius dan butuh perhatian. Ikut hancur akibat gempa. SEBUMI bersama dengan para donatur akhirnya segera bergerak agar masalah air ini mendapatkan perhatian utama.

Audience kemudian disuguhkan foto-foto bagaimana SEBUMI bergotong-royong bersama penduduk memasang pipa-pipa dan talang air agar kembali menjangkau masyarakat desa Senaru. Hati saya mendadak tersentuh. Selain pangan dan papan, kebutuhan akan air memang signifikan banget. Gak ada air 1/2 hari aja semua jadi terganggu. Apalagi hal-hal yang berhubungan dengan BAB dan BAK pun untuk kegiatan konsumsi (makan dan minum). Kebiasaan kita bebersih dengan air jadi sangat terganggu. You did a great thing SEBUMI. Again, it’s highly respected action.

Selain membantu “membangun kembali” aliran air, SEBUMI mengajak warga desa Senaru untuk belajar lebih jauh tentang perkebunan khususnya kopi. Hal ini dilakukan karena hingga saat SEBUMI berada di sana, pekerjaan lain seperti menjadi porter sementara harus dihentikan karena alur pendakian Rinjani ditutup demi keamanan bersama. Jadi masyarakat diberikan modal ilmu untuk menjadi petani kopi, bagaimana mengolah kopi, hingga mampu memasarkannya secara mandiri. Ah salut banget deh.

Pak Nursaat yang diberikan kepercayaan mengkoordinir masyarakat setempat tampak berulangkali mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada SEBUMI. Dari kegiatan ini ada 1 hal penting yang saya pelajari. Memberikan uluran tangan yang tepat sasaran pada kenyataannya menjadi satu trigger terbaik untuk mereka yang kita bantu.

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Berbicara tentang kerusakan akibat gempa, ada 1 tempat yang sama sekali tak tersentuh oleh kejadian alam tersebut. Masjid Adat Senaru. Ya. Masjid inilah yang tetap berdiri kokoh, tegak, tanpa retak sedikitpun. MashaAllah. Satu tempat ibadah yang menurut cerita sudah berdiri puluhan tahun dan (sangat) menjaga nilai adat istiadat dan kearifan lokal. Tak banyak yang bisa saya ceritakan soal masjid ini. Tapi mendengar kisah-kisah luar biasa tentang rumah Allah ini menyelipkan sebuah harapan besar agar suatu saat saya diijinkan menginjakkan kaki di sini, bahkan menjalankan ibadah sholat di dalamnya.

Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Entah berapa kali kata terimakasih yang ingin saya sampaikan kepada Iben dan SEBUMI. Gak bisa sekali, dua kali, atau bahkan lebih dari sepuluh kali. Hampir 3 jam ikut mendaki lewat Rinjani Virtual Tour, saya mendapatkan bonus menjadi saksi sebuah kegiatan sosial yang sarat makna.

Again. Thanks a ton SEBUMI. Teruslah konsisten dengan banyak kegiatan bermanfaat, serta berjalan tegak dengan visi, dan misi yang sudah ada. By the time, saya yakin awareness untuk “menjaga” keterbelangsungan kelestarian bumi akan muncul dari segala penjuru. Terkumpul satu demi satu hingga terangkum dalam 1 ikatan dan kekuatan. Seperti analogi sebuah sapu lidi. Jika banyak batang terikat kuat, niscaya akan mampu bekerjasama secara maksimal dalam kebersamaan.

logo annie nugraha

#Sebumi #GunungRinjani #RinjaniVirtualTour #MendakiRinjani #VirtualTour

Catatan: Foto-foto dan infografis adalah courtesy dari SEBUMI

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

Leave a Comment