Suhu 45′ menyerbu tubuh saat saya dan suami melangkah ke luar hotel Anjum. Salah satu hotel bintang lima lokal yang berada di dekat lingkungan Masjidil Haram, Mekkah, Saudi Arabia. Bahkan pintu keluar yang menghubungkan hotel ke teras terujung masjid hanya 200-300 meter berjalan kaki. Dekat banget.
Kurang lebih satu jam lagi akan salat dzuhur, saya dan suami bersegera melangkah berbarengan dengan sekian banyak jamaah yang datang dari segala penjuru dunia untuk salat di siang hari. Satu jam sebelum pun gelombang manusia yang ingin memasuki masjid sudah penuh terlihat. Berbondong-bondong, berduyun-duyun dengan langkah semangat bahkan tergesa-gesa dari segala arah. Masing-masing mengincar pintu utama dan shaf (barisan salat) yang mendekat ke Qa’bah. Begitupun kami berdua yang memang memutuskan untuk berangkat jauh lebih awal dari waktu salat agar mendapatkan tempat yang strategis dan nyaman.
Tapi meskipun begitu, buat saya dan suami, berdesak-desakan bukan yang kami inginkan. Yang penting mendapatkan area yang nyaman dengan pendingin ruangan agar kami bisa khusuk beribadah. Setelah beberapa kali mencoba di berbagai sisi, kami menemukan pintu di angka ratusan yang berada di bangunan terbaru dari serangkaian renovasi yang kami saksikan setiap harinya. Bangunan yang banyak pintunya tak jauh dari teras yang menghubungkan masjid dengan hotel Anjum. Hotel yang empat malam menjadi tempat kami berteduh selama beribadah umrah di Agustus 2023.
Sebelum berpisah karena shaf lelaki berada jauh di depan, saya dan suami janjian di pintu di mana kami masuk tadi setelah selesai salat. Hal ini menjadi pemandangan indah karena banyak sekali pasangan-pasangan yang melakukan hal yang sama. Hampir sebagian besar, memang para lelaki yang menunggu. Salah satu momen yang sangat berkesan saat kita, pasangan suami istri, diberikan kesempatan menginjakkan kaki di tanah suci secara bersamaan.
Memorable and never be forgotten.
Karena dua hari lagi kami akan terbang kembali ke tanah air, saya dan suami sepakat untuk mengisi waktu-waktu lowong diantara salat, untuk berkeliling di seputaran masjid. Diantaranya berbelanja oleh-oleh, dan mengunjungi berbagai sudut yang indah untuk direkam lewat kamera. Rangkaian kegiatan yang tentunya ingin kami kenang sebelum beranjak pulang.
Sehari sebelumnya, saat gegoleran di kamar hotel, saya sempat membuka IG dan mencari informasi tentang tempat-tempat nongkrong yang asik untuk dikunjungi. Khususnya yang walking distance dari hotel, tanpa harus naik kendaraan umum untuk mencapainya. Lewat penelusuran inilah saya melihat banyak posting-an cantik dari Cafe Moment yang berada di Clock Tower. Salah satu bangunan menjulang dengan 120 lantai yang terkenal megah dan bersejarah. Posisinya persis berhadap-hadapan dengan Masjidil Haram.
Sempat Kehilangan Arah
Kami pun sepakat untuk ke cafe ini diantara waktu salat dzuhur dan ashar. Waktu 2-3 jam yang lebih dari cukup untuk bereksplorasi.
Memasuki Clock Tower sesungguhnya bukan hal yang begitu membuat saya berdecak kagum. Sentuhan interior bangunannya memang megah tapi keindahan serta estetika serta luasnya masih berada di bawah beberapa mall besar yang ada di Jakarta atau Surabaya. Yang membuat Clock Tower ini terkesan wah adalah kehadiran toko-toko gemerlap yang membuat pengunjung berdecak kagum. Apalagi banyak gerai penjual perhiasan emas yang berukuran cukup besar serta menarik perhatian. Kinclong dari kejauhan.
Saya sempat get lost dengan arah saat berada di dalam karena sempat beberapa kali berpaling pada beberapa toko yang (sangat) menggoda untuk dihampiri. Padahal saya pembaca peta yang sangat baik. Memecah konsentrasi yang sempat buyar, saya memutuskan untuk kembali ke pintu masuk utama lalu melihat escalator yang terhubung dengan sisi terdepan bangunan. Hal ini sangat memudahkan untuk mengenali arah karena Cafe Moment berlokasi menghadap ke Masjidil Haram. Setidaknya dari foto-foto yang saya dapatkan, cafe ini memiliki dinding kaca yang memungkinkan pengunjung menyesap indahnya bangunan masjid termegah di dunia.
Dan strategi ini berhasil. Meski harus melewati banyak petak-petak toko yang menutupi pintu masuk Cafe Moment, saya akhirnya bernafas lega saat melihat sebuah pintu lebar dengan dekorasi etnik yang menjuntai di bagian depan. Dan semakin yakin bahwa itulah tempat yang dituju saat signage Cafe Moment dengan lighting yang cukup terang, terlihat dari kejauhan.
Hati langsung melonjak gembira.
Saking gembiranya saya tidak sadar sudah berjalan begitu cepat meninggalkan suami yang terseok-seok melangkah di belakang.
Menyesap Rangkaian Momen Indah
Saya memutuskan untuk berhenti sejenak di area penerimaan tamu. Melihat sekeliling ruangan yang melebar sekaligus menunggu kedatangan suami yang berjalan pelan.
Keindahan hakiki hadir di hadapan. Keramik motif yang cantik. Dinding-dinding berplester yang dibuat bergelombang alias seolah-olah tertempel tidak rata. Tanaman-tanaman dengan pot-pot indah. Dekorasi berbahan dasar semen, kayu, dan tali temali yang ditata dalam berbagai bentuk. Eternitnya dibiarkan terbuka yang menampakkan banyak saluran udara, kabel-kabel dan lampu-lampu. Tapi semua terlihat rapi meski saling menyilang kesana kemari.
Dari pintu masuk, ruangan cafe ini terbagai dua. Sisi kiri dan kanan.
Saya memutuskan untuk ke sisi kiri terlebih dahulu.
Di sisi ini tampak sebuah bar dengan ketinggian tertentu yang cukup membuat kita, orang Indonesia, mendangak. Terlihat mesin pembuat kopi dan minuman segar berjajar dengan bergalon-galon air berwarna. Di sampingnya ada sebuah tangga yang membawa pengunjung masuk lebih dalam. Di sini tersedia banyak sekali tempat duduk dalam beberapa konsep. Diantaranya berupa ayunan dengan tali temali yang kokoh.
Ada juga sebuah kaca besar yang menggoda saya untuk berfoto wefie bersama suami. Dilengkapi dengan karpet tali rumbai-rumbai, tanaman dan ornamen batu artificial, serta pot-pot tanah liat yang berwarna senada dengan karpet, kehadiran spot foto ini terlalu indah untuk dilewatkan.
Banyak sekali tetamu yang memilih duduk di bagian kiri cafe karena di sisi inilah terdapat dinding kaca yang besar-besar dan memungkinkan kita untuk duduk berlama-lama sembari menikmati Masjidil Haram, khususnya pintu 79 dan seterusnya yang tampak sangat megah. Sayangnya saat saya datang, sisi ini sedang dan masih dalam proses renovasi dengan alat-alat pengungkit besar yang terpasang di banyak sudut. Jadi pemandangan dan keindahan keramik serta ukiran dinding menara-menara masjid yang terpampang tercampur dengan kegiatan renovasi.
Tapi semua terbayarkan dengan rasa syukur yang bercokol di hati. Syukur dan nikmat yang tak akan pernah habisnya karena diberikan rezeki umur untuk bisa duduk di cafe ini sembari menatap indahnya pusat ibadah seluruh umat muslim di dunia. Dari ketinggian di pinggir kaca ini juga saya menyaksikan ribuan orang lalu lalang. Ada yang tampak duduk santai, menjalankan salat di selipan bangunan, bahkan ada yang berjalan berkelompok, rombongan tamu-tamu Allah Swt yang sedang berumrah seperti saya dan suami. Saya juga melihat beberapa lelaki yang duduk santai di dekat sederetan kursi roda. Alat bantu yang disewakan bagai para jamaah yang letih, sudah tak kuat berjalan, atau yang memang butuh bantuan untuk berpindah tempat.
Usai melihat kegiatan di luar lewat dinding kaca seraya menikmati segelas penuh Ice Lemon Mint seharga SAR 27.00, saya kembali menebarkan pandangan ke sekitar tempat saya duduk. Tak jauh terlihat area khusus dengan tempat duduk lesehan yang bisa menampung belasan orang. Bahkan mungkin puluhan orang jika mau berdesakan. Vibesnya dibuat seperti sedang berada di sebuah hutan kecil. Dan karena agak tertutup di pojokan, area ini seakan memang disiapkan untuk tamu yang ingin memiliki privasi lebih.
Di dekat saya dan suami duduk, ada sekitar enam orang wanita yang menikmati senampan besar masakan khas Arab sembari berbincang riang. Kegembiraan tampak lewat wajah-wajah timur tengah mereka yang memang cantik dan putih bak pualam. Dan makan bersama dalam satu wadah sepertinya memang jadi sarana memperkuat silaturahim dan keakraban. Saya sempat melirik dan terkagum dengan banyak jenis masakan yang tersaji di dalam nampan yang berwarna keemasan dan berukuran grande tersebut dengan penataan sajian yang sangat mengesankan itu. Sungguh hebat jika mereka bisa menandaskan tanpa sisa.
Pengen nyobain sebenarnya. Tapi perut masih padat dengan sajian yang belum lama kami nikmati di hotel Anjum. Suami pun akhirnya hanya memesan secangkir kopi Americano seharga SAR 20.00. Enak katanya tapi sayang quantity nya terlalu kecil. Sementara kita, yang biasa nongkrong di warkop, bisa menikmati kopi merakyat dengan gelas yang tinggi besar dengan harga sepertiganya.
Puas menebarkan pandangan ke segala arah di sisi kiri cafe dan menandaskan minuman yang sudah kami pesan, saya mengajak suami untuk bereksplorasi ke sisi kanan cafe. Di bagian ini sesungguh area duduk jauh lebih luas dengan furniture dan dekorasi yang lebih beragam. Hanya saja sisi ini tidak memiliki jendela kaca besar untuk melihat ke arah masjid.
Saya justru merasakan vibes yang berbeda di sini. Selain tempat lebih luas, pihak cafe membuat sebuah kolam berair bening dengan pancuran-pancuran air yang syahdu untuk didengar. Meskipun susunan meja dan kursinya padat, terasa sekali jika pemilik tempat ingin agar setiap pengunjung bisa menikmati keindahan interior ala gurun sebaik mungkin dengan kesempatan memotret sebanyak-banyaknya tanpa mengganggu tamu lainnya. Diantara lingkaran meja sengaja dibatasi oleh dekorasi, sehingga hasil foto kita bisa maksimal.
Satu yang menjadi kekaguman saya adalah bahwa kehadiran dan sentuhan indahnya interior design yang konsisten mulai dari pintu masuk hingga ke sisi tersudut sekalipun. Terlihat sekali pengerjaannya dilakukan dengan konsep yang matang. Equal antara kemampuan mengakomodir banyak tamu dengan keindahan tata ruang yang berkarakter kuat. Tak ada jengkal ruang yang terbuang tapi tidak menyisakan kesan sempit saat kita berada di dalamnya. Tanaman, kayu, bambu, ornamen etnik, kaca serta pencahayaan berpadu sempurna bagai symphony saat kita sedang berada di sebuah lingkungan yang tersentuh kemewahan.
Visual saya banyak dimanjakan oleh keindahan dan precious times saat berada di Cafe Moment. Tak heran jika kita bisa melihat banyak para pejalan merekomendasikan tempat ini sebagai oase di tengah ibadah ke tanah suci lewat berbagai instumen media sosial.
Menyesap ribuan momen indah bersama suami begitu membekas bagi saya. Sesungguhnya saya ingin berlama-lama duduk di pinggir kaca tadi. Tapi kami harus bersegera bergerak untuk membeli buah tangan dan bersiap salat ashar di Masjidil Haram. Terselip rangkaian doa yang begitu panjang di hati. Semoga Allah Swt mengijinkan saya kembali ke sini bersama suami dan mengajak kedua anak saya di masa yang akan datang. Berempat, dalam formasi lengkap, tentunya lebih menyusup qalbu dan mengukir kenangan yang tak akan terlupakan sepanjang masa.
Waktu Terbaik Mengunjungi Cafe Moment
Di saat saya berkunjung cafe dalam kondisi tidak ramai meski pengunjung banyak keluar masuk. Keriuhan dan canda tawa terdengar disana-sini. Memang asik sih berkumpul di Cafe Moment ini. Banyak tempat duduk yang mampu mengakomodir tetamu dalam jumlah yang besar. Selain itu, saat menilik buku menu mereka, pilihan sajiannya pun berlimpah. Mulai dari masakan khas Arab/Timur Tengah hingga beragam bakery kekinian dengan sentuhan internasional. Cukup pricy untuk kita yang memegang mata uang rupiah. Jadi agar tidak kaget jangan selalu meng-konversi angka tersebut. Pilih saja yang affordable dan sangat kita sukai atau ingin kita coba sembari bertamu di satu tempat yang bakal jarang kita sambangi seumur hidup.
Dari beberapa postingan para tetamu, Cafe Moment tampaknya sangat indah pada saat sore, menjelang sunset, hingga malam hari. Banyak diantaranya yang datang pada malam hari, usai salat Isya. Pemandangan istimewanya adalah pendar banyak lampu/cahaya yang berasal dari Masjidil Haram. Apalagi jika saat itu langit cerah dengan kehadiran ribuan bintang yang menghias malam. Meskipun tak ada di waktu terbaik ini, saya bisa membayangkan syahdunya menikmati malam sembari berada di dalam Cafe Moment. Sementara masjid sendiri semakin penuh dan padat dengan pemburu ibadah malam, bertafakur dengan banyak salat sunnah hingga subuh menjelang.
Clock Tower dimana Cafe Moment berada juga tak kalah serunya untuk disambangi. Pertokoan sebesar ini menghadirkan banyak outlet yang mengusung jenama internasional. Di lantai 3-4 juga ada foodcourt dan Abraj Hypermarket. Toko serba ada yang menawarkan banyak produk keperluan sehari-hari serta pilihan makanan, minuman, dan oleh-oleh yang bisa kita bagikan kepada sanak keluarga. Saya juga sempat mampir ke sebuah toko Abaya yang lokasinya hanya beberapa langkah dari Cafe Moment. Koleksinya cantik tak terkira. Memandang abaya hitam yang berjejer indah sungguh menghancurkan mata pencaharian dan kesejahteraan dompet. Belum lagi ada satu toko khusus yang menjaja banyak casing handphone. Salah satu “jajanan” yang tidak bisa saya tahan. Apalagi dirancang khusus dengan foto/gambar/lukisan Masjidil Haram dan banyak tempat suci yang ada di Mekkah dan Madinah.
Jadi serangkaian waktu terbaik buat berkunjung ke Cafe Moment tuh luas banget. Tempat ini rasanya tak pernah sepi seiring dengan padatnya masa berkeliling di Clock Tower. Namun yang pasti, sebuah kunjungan ke tempat yang highly recommended seperti Cafe Moment ini akan sangat merabuk jiwa saat dinikmati bersama orang-orang tercinta.
Gini aja sudah cakep banget apalagi kalau malam berlatar pendar lampu di sekitar. Cantik banget pasti!.
Memang harganya mayan juga nih minuman di Cafe Moment dibandingkan coffe shop sebelah. Karena ‘momen’nya yang fokus dijual mungkin ya…Tapi, asli, tempatnya nampak nyaman ini
Alhamdulillah. Seneng banget Mbak bisa sampai di sini. Oase banget diantara kesibukan beribadah umrah. Duduk di satu tempat yang apik sembari memandangi Masjidil Haram jadi satu momentum yang tak terlupakan. Mungkin itu kali ya kenapa cafe ini diberi nama Cafe Moment.
Namanya di negri orang pasti kalau mau belanja mengukur konversi mata uang rupiah . Mahal ah sayang tapi tulisan ini bener .mumpung kesini ya dimanfaatkan buat refeshing minum kopi .
Khas Timur Tengahnya berasa banget ya pada cafe itu, rehat sejenak usai beribadah dan duduk santai menikmati sajian jadi booster untuk kembali bersemangat melangitkan doa².
Ternyata perkiraan saya bener, Bu Annie bisa pepotoan asik dengan suasana yang lengang karena memang pas ya jamnya lagi gak ramai.
Berarti kalau pas di waktu segitu bisa eksplor banyak hal. Memang berkesan ya berada di sana
Bagus banget Cafe Moment ini Mba Annie, saya suka dengan dekorasinya. Meski sempet get lost tapi untunglah bisa kembali ke tempat yang dituju. Bakalan betah kayanya stay di Cafe ini. Tempatnya nyaman soalnya. Saya berharap suatu saat nanti bisa diundang dan datang ke rumah Allah di Mekah. Aamiin
Keindahan dekorasi dan penataan ruangannya memang indah sangat. Into details tapi gak sesak.
Aamiin YRA. Semoga suatu saat Lia dan keluarga bisa jadi tamu di rumah Allah Swt, Mekkah dan Madinah.
MasyaAllah..kalau mampir kesini, selalu dapat susunan foto-foto estetik seperti di postingan kafe moment ini. Terimakasih teh Annie , reviewnya. Semoga nanti bisa berkunjung ke Makkah juga..aamiin.
Ternyata banyak cafe cantik di Mekkah
tapi suhunyaaaa…….wadidaw 45 derajat
Kalau saya umroh/ibadah haji mungkin bakal ngerem di penginapan
Saya termasuk manusia gak tahan panas, suhu di atas 30 an udah bikin kelojotan :D
Jarang-jarang ya Mbak, ada kafe di Mekkah yang bernuansa tropikal seperti kafe MOMENT ini…. Nuansanya bener-bener nyaman ya mbak… Tapi harganya lumayan mehong…
Aku mah langganan ke Bin Dawood kalau pas kesana… murah-meriah… Eh, sama satu lagi: Al Baik kesukaan anak-anakku…
Saya sempat pengen berbelanja di Dawood. Tapi saat itu penuh banget pengunjungnya. Balik lagi kondisinya gitu lagi. Ayam AL BAIK the best ya Mas. Kalau saya malah suka dengan burgernya.
Cafe Moment selain nyaman penataan dekorasinya juga bagus. Khas Timur Tengah banget. Bisa jadi pilihan rehat sebentar usai beribadah .
Tempatnya ini nyaman banget mbak, berasa kayak lagi di Bali padahal lagi di Mekkah. Hihi. Jadi pengen kembali ke sana, selalu kagum sama suasana kota Mekkah.
Semoga saat kembali bisa mampir ke Cafe Moment ya Mbak Irra. Aamiin YRA
Galfok sama langit2nya yang tinggi itu hehe. Cakep juga ya mbak desain interiornya. Banyak kaca dan sudut cakep buat pepotoan :D . Wah bisa kelihatan pintu masjid persis ya? Kalau sholat tinggal cus hehe.
Aamiin mbak Annie semoga bisa kembali lagi ke sana berempat dengan keluarga formasi lengkap.
Aamiin YRA. Pengen banget balik ke sini dan mencoba menikmati saat malam hari. Dimana lampu-lampu megah milik Masjidil Haram bersinar indah. Pasti syahdu banget duduk di meja yang dekat jendela kaca itu. MashaAllah. Semoga Allah ijabah doanya.
Ka Anniee…
Kalau lagi di Arab gini, misalnya… mau foto-foto ambiance cafe tuh kudu ijin atau bisa bebas kaya di Indonesia?
Aku lihat, foto Ka Annie aga sempit angle pengambilan gambarnya.
Cafe Moment nyaman banget yaa.. Rasanya jadi pengen punya cafe sendiri, hhihihi.. mimpi dulu boyeh yaa..
Waktu itu saya gak butuh ijin khusus sih. Mereka (para petugas) tampak santai aja karena hampir semua tamu sepertinya gila berfoto dan bervideo ria. Jadi memang sudah dianggap biasa ya. Duh, sama banget Len. Saya tuh pengen pensiun di Bali. Punya rumah kecil aja tapi menyatu dengan perpustakaan, cafe kecil, dan gallery untuk memajang jewelry hasil karya ku.
aku sampai lihat kamus dulu kata Merabuk loh Mbk hihi… pengen banget ke Kota Mekkah, tempat impian. Apalagi bisa menikmati cafe juga di sana, masya Allah indah banget view dan juga menunya ya.