Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Panas bray!!

Saya sibuk mengipas-ngipas wajah saat masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Daniel Liem. Lelaki berusia 30an tahun ini memencet tombol pengaturan suhu ke angka terendah dan membiarkan hawa dingin menyebar sempurna di dalam mobil sebelum kami melanjutkan perjalanan.

“Panas banget emang ya Mbak. Kaos saya sampai basah keringat,” ujarnya sambil mengambil tissue yang ada di jok belakang.

“Saya juga sampai habis sebotol nih minuman dinginnya. Kering banget leher,” saya membalas dengan topik kepanasan yang sama. Sebuah kipas berbaterai kecil tak beranjak jauh dari wajah saya yang kulitnya masih terasa hangat. Gak begitu ngefek sebenarnya. Tapi lumayanlah untuk mengusir gereget sinar UV yang menghajar seluruh tubuh khususnya wajah.

Cabang Matahari di Bengkulu sepertinya luas banget kali ya. Panasnya sungguh tak kira-kira. Sama hebohnya dengan cuaca kompleks perumahan saya yang memang dikelilingi oleh industri.

Tapi meskipun begitu, saya lebih merasa beruntung ketimbang alih-alih merasa tersiksa. Untuk sebuah kegiatan traveling, cuaca panas tuh justru membuat kita bisa melahirkan foto-foto yang ciamik. Hasil jepretannya terang, jelas, dengan langit biru dan awan putih yang cantik terlihat. Susah kan kalau jalan-jalan pas di musim hujan? Yang ada kita akan lebih memilih narik selimut, melungker di atas kasur, doing nothing yang ujung-ujungnya berakhir dengan makan, ngopi, ngeteh, makan lagi dan lagi di dalam kamar hotel.

Ayo!! Bener kan?

Baca Juga : Batik Besurek. Kekayaan Wastra Asli Bengkulu yang Memesona

Menyusur Jalan Antar Provinsi

Lima menit kemudian mobil pun bergerak. Destinasi berikutnya adalah Pantai Sungai Suci. Obyek wisata alam yang berada di Desa Pasar Pedati, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah. Jaraknya sekitar 15km dari pusat kota Bengkulu.

Namanya unik ya. Sudahlah ada kata pantai disambung dengan kata sungai. Saya pun mendadak diliputi oleh rasa penasaran yang tak tertahankan.

Jika Daniel bilang Pantai Sungai Suci cukup jauh, saya justru berpendapat kebalikannya. Lah dari kompleks perumahan saya sampai pintu awal masuk Jakarta (Halim) aja jaraknya sudah 33km. Dua kali lipat dari kota Bengkulu menuju Pantai Sungai Suci. Itu pun dengan waktu tempuh sekitar dua jam diluar perkara bumper-to-bumper traffic jam yang rutin terjadi setiap hari kerja.

Jadi saat menyusur jalan antar provinsi yang membawa saya berkendara selama kurang lebih 30 menit untuk mencapai Pantai Sungai Suci, saya justru menikmati setiap jengkal tanah yang dilewati. Bahkan jalurnya sungguh mengasikkan. Berkelok-kelok, saling susul menyusul, bertemu dengan bis dan truk yang sebagian besar mengangkut hasil perkebunan. Kita juga bisa melihat banyak warung makan dan rumah-rumah klasik yang khas menghiasi jalur darat antar provinsi. Sekaligus menyaksikan kehidupan masyarakat yang bersahaja dan mengandalkan pertanian serta perkebunan sebagai nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tak mengalami hambatan yang berarti, masuk ke Desa Pasar Pedati, satu rangkaian jalan yang pas untuk dua mobil yang berkelok-kelok mengantarkan saya mencapai Pantai Sungai Suci. Di sepanjang perjalanan ini, saya melihat rumah-rumah penduduk yang terbuat dari kayu serta hutan-hutan subur dengan berbagai jenis tumbuhan. Suasananya rimbun di tengah cuaca panas. Meskipun banyak diantaranya mulai mengering karena kepanasan, pohon-pohon yang tinggi inilah yang justru menjadi tambahan oksigen saat kita ingin merubah suasana dan kebiasaan kita saat hidup dan bekerja di tengah-tengah bangunan pencakar langit atau terkepung daerah industri seperti yang saya alami.

Menyambut Keindahan Istimewa Pantai Sungai Suci

Setelah belasan menit meniti rangkaian jalan di atas, saya mulai merasakan vibes sebuah pantai saat pohon-pohon kelapa mulai terlihat di beberapa sisi jalan. Debur ombak yang menghantam pinggir pantai pun lamat-lamat mulai merasuk ke indera penderangan saya.

Memasuki titik utama Pantai Sungai Suci, di kiri jalan terlihat berderet warung berdinding kayu yang sudah dicat dengan warna-warna tertentu. Suasananya persis seperti dimanapun saat kita main ke pantai. Hampir semua warung ini menjual minuman dingin, mie instan, kopi, teh, dan camilan atau makanan yang ringkas untuk dihidangkan.

Seorang lelaki kemudian mengarahkan Daniel untuk memarkirkan mobil di sisi kanan jalan. Lahan parkirnya masih sederhana. Hanya sebidang tanah tak rata tapi bisa menampung banyak kendaraan.

Saya turun dari mobil lalu menghamburkan pandangan ke segala arah. Suasananya cukup sepi dan tenang. Hanya ada tak lebih dari lima mobil yang terparkir. Di tempat saya berdiri, angin kencang mulai menyentuh tubuh dengan tentu saja cabang matahari yang cerah ceria. Untung bawa kacamata hitam. Setidaknya mata tidak kaget karena silau.

Baca Juga : Pindang 77. Pilihan Sajian Masakan Sumatera di Kota Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Saya berjalan ke sebuah gerbang masuk yang berada tak jauh dari area parkir dan berada diantara warung yang berbaris. Ada seorang ibu yang tampak santai duduk di bangku plastik dengan sandaran yang mulai melengkung. Di hadapannya ada meja plastik yang warnanya sudah tak jelas. Sambil bermain gelembung sabun, ibu ini santai menikmati waktu. Seakan-akan tak ada kebahagiaan lain selain melihat bola-bola sabun terbang tertiup angin.

Saya sungguh tak mengira bahwa beliaulah penjaga counter tiket masuk Pantai Sungai Suci. Dia menyambut saya ramah sembari menyebutkan Rp5.000,00 per orang untuk mengganti secarik kertas berwarna sebagai tanda masuk. Saya mengangguk dan belagak malu-malu sembari mengulum senyum saat dia berkata, “Ibu cantik sekali.” Mendadak saya terbahak-bahak. Sempat-sempatnya si ibu memuji sembari tetap mengibas-ngibaskan alat pembuat gelembung kesana-kemari.

Saya punya dugaan tentang maksud dibalik pujian barusan. Pertama, si ibu minta saya membelikan sabun gelembung yang tadi saya lihat dijual di warung depan. Kedua, dia mungkin jarang melihat emak-emak ber-turban dengan kaca mata hitam cengdem dan terpukau dengan keberadaannya saat itu.

Saya menoleh ke belakang. Daniel yang berdiri tak jauh dari saya terlihat menahan tawa. Entah untuk alasan apa. Tapi kemungkinan besar karena kelucuan komunikasi yang terbangun antara saya dan ibu penjaga tiket masuk.

Baca Juga : Danau Gedang. Salah Satu Destinasi Wisata yang Wajib Kunjung di Bengkulu

Baiklah.

Mengalihkan arah pandangan, saya melihat ada empat tali kokoh dengan kaitan yang tertancap pada beton berbentuk kotak. Tali tebal ini menjadi titik kekuatan akhir dari dua jembatan kayu yang menghubungi daratan tempat saya berpijak dengan sebuah pulau kecil yang ada di seberangnya. Dua jembatan ini terbentang dengan susunan kayu yang sudah dicat dengan pegangan yang terbuat dari rangkaian tali yang sama tebalnya dengan tali yang pertama saya lihat tadi.

Jembatan sebelah kanan tertulis sebagai pintu masuk sementara yang sebelah kiri sebagai pintu keluar. Tapi tampaknya arahan ini tidak berlaku karena para pengunjung mondar-mandir sebebas yang mereka inginkan.

Di ujung jembatan sisi kanan ini saya sempat tertegun sebentar. Bukan karena takut melihat orang di depan saya tampak berjalanan mengangkang, mengimbangi ayunan jembatan sembari berpegangan erat pada tali, tapi karena pikiran saya mendadak melayang terbang ke Tanah Lot. Salah satu destinasi wisata populer di Tabanan, Bali. Tak mirip seutuhnya tapi pulau kecil dengan dinding patahan batu ini membangkitkan visual akan Tanah Lot yang cukup fenomenal itu.

Di satu titik saya berhenti. Di bawah jembatan terlihat banyak tumpukan batu besar yang tertancap kuat pada sebuah pantai dengan pasir berwarna coklat. Dari tengah jembatan, saya berbalik ke arah berlawanan. Terlihat sederetan warung yang tadi saya lewati. Sebagian diantaranya memiliki teras dengan tempat duduk yang menghadap ke laut. Tempat yang tentunya asik untuk nongkrong di sore hari sembari ngopi.

Angin kencang mendadak menyerbu saat Daniel memutuskan untuk memotret saya yang tergoyang-goyang hebat di tengah jembatan. Tampaknya ini pertanda agar saya bersegera meneruskan langkah menuju pulau kecil yang tampak rimbun terlindungi oleh banyak pepohonan tinggi.

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Selangkah menginjakkan kaki di pulau kecil ini, saya langsung merasakan sebuah sensasi yang berbeda. Pulau kecil ini ternyata menyenangkan. Kehadiran pepohonan sungguh membuat nuansa rimbun menyelimuti setiap sudut. Banyak tempat duduk terbuat dari kayu bertebaran di sana-sini. Seakan memberikan tanda bahwa tempat ini siap menyambut banyak tamu untuk berteduh sembari mengobrol.

Ada sebuah gazebo di salah satu sudut pulau yang di hadapannya terlihat pijakan-pijakan tanah yang lebih rendah. Saya membayangkan, jika air laut pasang, pijakan itu bisa disentuh oleh terjangan ombak. Karena gak usahkan pasang, saat saya di sana, dengan situasi surut, deburan ombak masih terlihat kencang dengan gelombang yang bertubi-tubi. Saya tadinya berminat untuk melangkah ke bawah, tapi melihat cipratan air laut yang cukup seru menyentuh pulau, saya memutuskan untuk tidak melakukan itu.

Selesai memotret dan dipotret dari berbagai sudut, saya memutuskan mengajak Daniel duduk di sebuah bangku kayu panjang yang dibiarkan tampak natural dan menghabiskan waktu dengan menyesap merdunya deburan ombak di Pantai Sungai Suci ini. Sebuah kelapa muda akhirnya saya pesan dari sebuah warung sederhana yang ada di dekat jembatan.

What a perfect atmosphere though.

Saya banyak bercerita pada Daniel tentang kemiripan tempat ini dengan Tanah Lot. Satu destinasi wisata alam di Bali yang menjadi salah satu kunjungan wajib saat berada di pulau dewata dan jadi favorit saya sepanjang masa. Cerita saya menjadi semakin lancar dan panjang saat Daniel mengatakan bahwa dia sekalipun belum pernah melihat Tanah Lot. Percakapanpun semakin seru karena saya mengenal Tanah Lot sejak keindahannya masih asli hingga akhirnya menjadi jauh lebih indah saat beberapa NGO asal Jepang memoles tempat itu.

Awareness akan eksistensi Tanah Lot lebih disebabkan karena tanah dan karang yang menahan pulau dan sebuah pura yang ada di atasnya menjadi mengkhawatirkan. Hingga, dari yang saya baca, rangkaian teknologi canggih membuat polesan artificial yang warna dan bentuknya bisa menyerupai karang yang sudah ada. Jadi dengan sekilas mata, tidak seorang pun akan menyadari kondisi tersebut. Kecuali, tentu saja, mereka yang terlibat dalam konstruksi yang berhubungan dengan konservasi alam.

Kegiatan mempercantik Tanah Lot akhirnya bukan hanya tentang si pulau kecil tapi juga menyentuh kawasan sekitarnya. Saat saya datang kembali ke Tanah Lot setelah renovasi total, saya terduduk, terpana pada rangkaian kekaguman yang tak terwakili oleh banyak kata pujian. Kedai-kedai, cafe and resto yang berderet dipoles apik. Sementara di sisi yang berbeda, tanah dan perbukitan yang tersanggah oleh dinding karang yang tinggi, ditata sedemikian rupa lengkap dengan rerumputan serta penghijauan yang paripurna.

Luar biasa indahnya.

Obrolan pun menyambung dengan kondisi pulau kecil yang ada di Pantai Pasir Suci ini. Kejadian abrasi yang dihadapi oleh Tanah Lot belasan tahun yang lalu bisa jadi juga menimpa tempat ini. Jadi, pengelola tempat yang sekarang dipegang oleh masyarakat sekitar, suatu saat harus menyerahkan operasional penataan kembali kepada professional. Mereka yang mampu mempercantik Pantai Sungai Suci menjadi destinasi alam yang lebih berkelas. Semoga nantinya revitasisasi yang akan dilakukan tetap melibatkan dan menempatkan masyarakat sekitar sebagai stakeholders utama dan terpenting dari destinasi wisata ini.

Baca Juga : Dua Malam Bertandang di Hotel Mercure Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Keaslian Adalah Keindahan Alami

Sebelum menuliskan artikel ini, seperti biasa, saya menyempatkan diri melakukan riset kecil-kecilan atas tempat yang ingin saya bahas. Tak banyak referensi yang saya bisa dapatkan, khususnya tentang asal muasal dari penamaan Pantai Sungai Suci. Padahal saya ingin sekali membaca alasan dibalik penggabungan dua kata utama yaitu pantai dan sungai yang memiliki makna yang bertolak belakang. Tentu saja dengan alasan agar jejak sejarah tentang wisata alam ini bisa konsisten terjejak dari waktu ke waktu. Saya malah menemukan bahwa sebagian besar artikel tentang Pantai Sungai Suci masih menyerupai sentuhan Wikipedia dengan isi/konten yang serupa. Rangkaian cerita tentang sebuah realitas tanpa melibatkan rasa.

Tapi diantara beberapa artikel yang saya baca, ada satu tulisan yang menceritakan bahwa tempat ini menjadi salah satu favorit Bung Karno untuk berekreasi saat beliau diasingkan ke Bengkulu. Jika ini memang terjadi berarti beliau butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai pantai ini. Jaraknya lumayan jauh dari rumah pengasingan beliau. Apalagi di jaman itu kendaraan, khususnya mobil, masih bisa dihitung jari. Tak yakin saya kalau Bengkulu sudah memiliki fasilitas transportasi yang cepat seperti mobil. Jadi bisa saja, kala itu Bung Karno harus mengayuh sepeda sedemikian jauh agar bisa menikmati keindahan Pantai Sungai Suci.

Mengingat beliau, saya jadi membayangkan bahwa destinasi wisata alam seindah Pantai Sungai Suci ini tentunya apik untuk dijadikan tempat yang pas untuk memproduksi produk sinema yang berkarakter kuat oleh film maker Indonesia. Genre tentang kehidupan para penduduk pesisir tentunya tepat sekali. Para pengunjung pun, dengan akses internet yang kuat selama berada di sini, bisa menikmati waktu-waktu asik sembari menonton serangkaian rekomendasi drama seri yang direferensikan oleh seorang rekan blogger Balikpapan.

Sebelum melangkah balik dengan menjejakkan kaki di jembatan yang berbeda dengan saat saya datang tadi, saya menyempatkan diri berdiri di salah satu ujung pijakan pulau. Dari titik itu saya melihat beberapa tebing-tebing kecil yang menjorok ke laut. Salah satunya diisi dengan area terbuka yang menyediakan meja kecil dan tempat duduk kayu yang jumlahnya cukup banyak. Saya menduga fasilitas ini memang disediakan oleh para pemiliki warung agar pengunjung bisa duduk-duduk santai sembari menikmati sore atau lebih tepatnya suasana sunset yang indah.

Apa yang tersaji untuk indera penglihatan saya saat ini adalah sebuah sajian keaslian semesta yang adalah bagian dari keindahan alami yang pantas untuk dinikmati oleh publik. Harta benda milik masyarakat Bengkulu yang masih asri tanpa polesan modernitas.

Teman-teman pejalan, mampirlah ke Pantai Sungai Suci ini saat memiliki rezeki dan kesempatan untuk berwisata ke Bengkulu ya. Datanglah dengan sejuta kegembiraan dan biarkan dunia mengenal lebih jauh tentang tempat ini lewat berbagai cerita dan berita yang kita bagikan. Karena bisa jadi dari apa yang kita lakukan, sesederhana apapun itu, mungkin akan bisa membantu masyarakat sekitar meraup pendapatan untuk menyambung cerita kehidupan mereka.

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

24 thoughts on “Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu”

  1. Saya sudah lama banget nggak ke pantai, baca tulisan ini jadi pengen ke pantai, apalagi Pantai Sungai Suci ini tampak sangat bagus ya, senang lihat suasananya. semoga nanti ada rezeki ke Bengkulu dan bisa berkunjung juga ke pantai ini.

    Reply
    • Yang pasti Pantai Sungai Suci ini unik tempatnya. Banyak juga sudut foto yang apik untuk dijadikan kenangan. Meski tidak luas, keberadaannya cukup menjadikan destinasi wisata ini jadi tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Bengkulu.

  2. Kalau ada jembatannya sepertinya lebih mirip Pantai Balekambang di Kabupaten Malang ini, Mba Annie
    Setuju keaslian adalah keindahan alami…tapi demi kelestarian memang di waktu mendatang butuh turun tangannya kalangan profesional demi terjaganya Pantai Sungai Suci.
    Btw, pantai ini masuk itinerary saat saya ke Bengkulu tapi batal dikunjungi karena suami selama 4 hari di sana sakit :(. Memang mesti dikunjungi lagi nih Bengkulu, karena suami belum puas bernostalgia sebab pernah lama tinggal di sana:)

    Reply
    • Aaahh ok. Kapan ke Malang, tak coba ke Pantai Balekambang. Jaman masih sekolah di sana, malah belum pernah sampai ke sana. Atau bisa jadi tempatnya dulu belum ada. Secara ya masih awal 80-an.

      Semoga bisa balik lagi ke Bengkulu ya Mbak. Gak banyak memang tujuan wisata di Bengkulu. Tapi semua worth visiting dan bagus untuk difoto dan ditulis.

  3. Bagus banget pantainya Mba, apalagi ada jembatannya gitu, bikin nambah destinasi buat foto-foto hehehe.
    Senang ya sekarang tuh banyak orang yang menyulap lokasi wisata jadi lebih menarik, jadi pengunjung lebih banyak yang datang.
    Meskipun demikian, memang yang paling asyik tuh kalau kita datang ke wisata yang masih asli, nggak banyak diutak atik, selain dipelihara kebersihannya :)

    Reply
    • Saya setuju Mbak Rey. Saya suka destinasi wisata yang masih alami. Jikapun ada polesan, tujuannya adalah demi keamanan dan kenyamanan saja. Selebihnya tidak.

  4. Bengkulu ya mbak. Ehmm…. belum pernah ke sana tapi begitu lihat foto dan ulasan Mbak Annie jadi pengen-pengen cepet banget ke sana. Semoga ada kesempatan nich.

    Reply
  5. aku pernah sekali ke Bengkulu circa 2005-an. dah lamaaa sihh tapi ingatanku soal Bengkulu tuh cuacanya adem sejuk gt.
    gilaakk ya, climate change efeknyaaaaa
    tapi wkt itu aku d kota aja sih mbaaa
    mupeengg main k pantai kyk mba Annie

    Reply
    • Mungkin dulu penghijauannya masih rimbun banget ya Nur. Sekarang pas pulak musim kemarau panjang. Panasnya nauzubillah

  6. Alhamdulillah, gak dibiarkan pembaca bertanya-tanya mengapa penamaannya sangat kontras antara Pantai dan Sungai, hiihi..
    Berarti cuaca panas ini memang merata di seluruh bagian Indonesia yaa.. Ka Annie. Itu foto kak Annie pastinya uda diredupkan sekian persen, tapi masih tampak terik.
    Bersyukur hidup di zaman skarang yang kendaraan mudah dan gak ada penjajah.
    Meski panas, tapi gak kaya zaman Soekarno, huhuhu.. asa sedih kalo mo mantai aja kudu nempuh jalan ratusan kilometer. Mana dulu mungkin ya masih hampa yaa.. belum ada yang jualan. Jadi bebekelan dulu kali yaa..

    Reply
    • Nah soal penamaan itu tuh saya masih penasaran. Sayangnya gak nemu referensi yang menceritakan soal pemberian nama yang bertolak belakang itu hahahaha.

  7. Masya Allah cantiknya panorama alam pantai sungai suci. Riak ombak serta warna hijau tosca nya begitu memukau. Aku suka nuansa yg agak hening gini jd lebih puas eksplore tempatnya.
    Jembatannya juga jadi bisa disebut sebagai salah satu ikonik dari tempat wisata tersebut. Selain itu banyaknya warung-warung disekitar area jg jadi lebih memudahkan ketika haus atau lapar melanda

    Reply
    • Betul banget Mbak. Pulau kecil yang terhubung dengan jembatan gantung ini menjadi satu ikon yang sangat menarik untuk Pantai Sungai Suci. Menikmati sunset dengan deburan ombak rasanya menjadi waktu-waktu yang sangat berharga untuk dinikmati.

  8. Melihat pantai jadi bikin kangen.
    Apalagj di pantai Sungai Suci ini bersih dan segar dengan deburan ombaknya.
    Terbayang kalau pas matahari terbit maupun terbenam bakalan indah banget melihatnya di sana ya

    Reply
    • Buangets Fen. Sunset di sini tuh katanya cantik banget. Semoga suatu saat saya bisa stay lebih lama di pantai ini.

  9. Ibu cantik sekali ,,,
    pantainya cantik sekali juga ….hehehe

    keren Mbak, sekali dayung 2-3 pulau terlampaui
    Sekali ke Bengkulu banyak destinasi dicapai sehingga jadi deh banyak tulisan ^^

    Reply
    • MashaAllah. Makasih untuk complimentnya Mbak Maria. Ini juga masih banyak Mbak hahahaha. Masih proses ngedit foto2nya.

  10. Bonus ya mbak annie, dikatain cantik oleh ibu-ibu. Karena memang cantik kok. hhhhe
    Baca ceritanya terhanyut seakan ikut berada di lokasi. Semilir anginnya seakan kerasa dan bisa menikmati pemandangan sekitar. Bisa berselancar online, deh

    Reply
    • MashaAllah. Makasih untuk complimentnya Mbak Windi. Semilir angin yang bikin mata terbuai Mbak Windi. Lama aja sedikit pasti saya ketiduran hahahaha

    • Hahahahaha. Beda Ded. Ini kan jembatan kayu. Lebih kuat lah. Dan memang tejingok kokoh. Terus ado penjagoan juga. Ado satpamnyo. Jadi terkontrol keamanannyo.

Leave a Comment