Sarapan belum lama lewat tapi suami sudah mengajak saya untuk berangkat makan siang ke Sambal Hejo Sambal Dadak di Grand Wisata, Bekasi. Tumben-tumbenan, saya membatin. Tumben berinisiatif maksudnya. Karena biasanya sayalah yang lebih banyak mengatur acara keluarga, baik acara makan maupun rekreasi. Termasuk tempat dan bagaimana keluarga saya akan menghabiskan waktu. Jiwa “pengatur” ternyata tak pernah luntur sedari bocah sampe jadi mamak-mamak setua ini ya (boleh ngakak)
Rasa penasaran pun mendadak muncul. Saya langsung mengintip beberapa tautan yang menyediakan review dan foto-foto dari Sambal Hejo Sambal Dadak ini. Hasilnya? Sungguh menggoda. Selain tempatnya istagenic dengan dekorasi yang unik dan khas, sajiannya terlihat sangat menyelerakan. Ah seru nih kayaknya. Apalagi sebagian besar pengunjung yang memberikan ulasan, menyampaikan banyak hal baik tentang Sambal Hejo Sambal Dadak.
Meluncur ke Grand Wisata Bekasi
Untuk mencapai Grand Wisata Bekasi dari Cikarang (kabupaten dimana saya tinggal) tuh tidaklah jauh. Tidak lebih dari 15km. Berkendara via tol Cikampek, Grand Wisata adalah line exit pertama dari arah Cikarang. Jalur masuk dan keluar Grand Wisata juga tak rumit. Hanya berapa ratus meter dari pintu tol, kita langsung terhubung dengan taman utama yang berada di depan kompleks. Sebuah taman indah nan luas yang biasa digunakan oleh publik untuk berolahraga atau berfoto-foto.
Nah untuk menggapai Sambal Hejo Sambal Dadak, kita perlu memutar balik arah di taman tersebut. Saat bertemu Farmers Market di sisi kiri jalan, kita bisa langsung belok kiri sebelum atau sesudah Starbucks. Keduanya akan menghubungkan kita dengan sebuah kawasan besar khusus resto-resto dengan jenama yang cukup punya nama baik. Sebuah daerah wisata kuliner yang terlihat telah dipersiapkan dengan baik oleh manajemen Delta Mas. Di depannya ada satu deret ruko dengan fasilitas beragam, seperti salon dan klinik kecantikan, mini market, toko serba ada, plus aneka rumah makan khas daerah.
Saat pelan berkendara, jika belok kiri di tikungan pertama, kita bisa parkir di bagian belakang kawasan resto. Namun jika kita belok kiri di tikungan setelah Starbucks, berarti kita harus masuk parkir yang pintu utamanya berada persis di depan Total Buah dan Pizza Hut.
Mantabnya lagi meskipun tempatnya luas dan hiruk pikuk, kita tetap merasakan nyaman. Tanpa menggunakan aplikasi Google Maps pun, kita gak akan nyasar.
Ini yang saya suka dari Grand Wisata. Lokasi mereka benar-benar langsung terkoneksi dengan pintu tol dan fasum yang memberikan kemudahan. Jadi tidak melewati jalanan umum lainnya yang biasanya menghubungkan antara satu kompleks dengan akses umum. Satu kondisi dimana biasanya macet akan susah terurai.
Terkesan dengan Interior Design dan Lingkungan Resto yang Istagenic
Suami memutuskan untuk parkir di area belakang. Keputusan tepat karena saat kami sampai waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Jadi bisa diasumsikan bahwa parkiran depan pasti sudah padat oleh kendaraan. Dan parkir belakang ini sedikit sekali yang tahu. Makanya begitu kami sampai disini, hanya ada beberapa mobil yang sudah terparkir. Lapang dan lowong.
Karena memang datang dari arah belakang, kami pun masuk dari akses belakang resto. Tidak ada pagar tinggi atau pintu. Antara Sambal Hejo dan Sambal Dadak dengan resto di sebelahnya hanya dibatasi oleh jalan setapak dan tumbuhan-tumbuhan dan pohon yang memberikan kesan rindang. Tapi meski tidak berpagar, keamanan resto terlihat tetap terjaga dengan baik. Terbukti dengan sigapnya petugas menyambut kehadiran kami. Disambut dengan kalimat Wilujeng Sumping dari sekian banyak petugas berseragam merah yang dikombinasikan dengan batik, saya langsung merasakan keramah-tamahan yang menyenangkan. Memang terkesan biasa ya. Tapi bagi saya, sambutan ini menandakan bahwa pihak resto aware akan kehadiran kita. Mereka tahu bahwa telah kedatangan tamu yang wajib dilayani.
Setiap sudut resto sudah mulai dipadati tamu. Kebanyakan dalam bentuk rombongan. Baik rombongan pertemanan maupun keluarga. Obrolan seru orang dewasa, jejeritan bocah dan derai tawa pun terdengar bersahut-sahutan di setiap sudut resto. Salah seorang petugas mendekati kami. Mengingat kepadatan yang ada, petugas ini mengusulkan kami untuk makan di dalam ruangan ber-AC yang ada persis bersebelahan dengan counter kasir.
Suami langsung mengangguk. Menimbang siang yang terik memang lebih nyaman makan di ruangan berpendingin udara.
Ruangan tertutup ini cukup besar. Dindingnya full kayu di salah satu sisi, sementara sisi lainnya adalah jendela kaca yang menghadap ke parkiran depan. Diantaranya ada jalan setapak dan tumbuhan rimbun sehingga tamu yang berada di ruangan ini tidak merasakan silau saat matahari gonjreng menantang alam dan menerjang kedalam ruangan.
Dinding full kayu tadi dihiasi oleh materi dan hiasan rustik yang sungguh unik. Pun itu terjadi pada semua meja makan serta furniture yang dihadirkan. Ada yang diwarnai tapi ada pula yang dibiarkan hadir dengan warna karyu asli. Meski diwarnaipun, setiap ornamen terlihat penuh dengan sentuhan artistik yang sangat menginspirasi serta nilai seni tingkat tinggi.
Di salah satu sudut ada wastafel yang juga estetik yang jarang bisa kita lihat di fasilitas umum. Terbuat dari potongan-potongan keramik, wastafel nya jadi unik banget. Tapi meskipun berupa pecahan-pecahan dengan bentuk tak menentu, tetap aja menarik untuk dilihat. Yang kemudian bikin saya tertarik adalah ukiran-ukiran kayu lalu piring-piring keramik jadul yang warnanya pun mulai memudar. Piring-piring di dipajang sebagai hiasan dinding. Chandelier nya pun juga antik. Mendadak teringat teras-teras rumah ala Betawi atau rumah Joglo yang sering banget menggunakan lampu gantung yang sama. Besi-besi hitam yang menjadi rangka lampu gantung dengan kap lampu berwarna putih susu bisa menghadirkan nuansa nostalgia yang penuh kesan.
Sekarang keliling resto yuk.
Kalau tadi saya membahas ruangan kecil ber-AC tempat kami makan, sekarang saya ingin mengulas area fasad dan entrance, ruang tengah, area dine-in yang ada di pinggir, di belakang dan juga service area yang meliputi dapur, ruang kerja kasir dan ruang basuh (toilet).
Karena tadi datang dari arah belakang, dibalik tanaman rambat yang berfungsi sebagai dinding belakang, saya langsung bertemu teras dengan beberapa meja untuk para tetamu. Di area luar bagian belakang ini ada toilet, serta tangga kayu hitam gagah menuju lantai 2. Sayangnya saya tidak sempat menanyakan ruangan apa yang ada di lantai 2 itu. Di bawah tangga nan gagah ini ada 2 bilik basuh (untuk lelaki dan perempuan) dan tentu saja wastafel. Disini nuansa jadoel tuh dapet banget. Mulai dari keramik gambarnya, buffet kayu yang diatasnya ada tumpukan koper lama, pintu toilet dan jendela-jendela kayu yang menempel kokoh sebagai dinding.
Terus terang tumpukan koper yang usang itu melahirkan imajinasi bebas yang tidak bisa tertahankan. Yang sering nonton drama atau film bertemakan horor, suspense atau serial killer terutama ada adegan mutilasinya, pasti sudah biasa melihat koper seperti itu. Siang aja saya merinding, gimana yang kesini pas malam-malam atau maghrib ya? (ngekek).
Udah ah jangan ngomongin horor yak. Lanjut ke hal lain yang menarik dan ada di sekitar toilet.
Wastafelnya juga sesuatu loh. Bentuknya seperti wadah untuk menumbuk padi. Sejenis Lumpang atau Lesung dengan kedalaman yang cukup. Diatasnya kemudian ditaruh kaca berbingkai kayu. Frame nya itu yang sesuatu. Sepadan dan seiring sejalan dengan berbagai jendela kayu rustik warna-warni di dinding yang sama.
Kita pindah ke ruang tengah ya.
Di ruang yang cukup besar ini atmosphere resto lebih terasa etnik nya.
Melangkah masuk di sisi kiri terlihat kesibukan para pegawai dalam mendaftarkan pesanan, mengambil sajian yang siap diantar dan area berkomunikasi dengan para kasir. Kesibukan khas rumah makan sangat terasa saat saya berada disini dan memotret. Dinding antara dapur dan ruang pelayanan dihiasi dengan rantang-rantang lurik, bergambar ayam serta termos dan alas dandang yang dulu populer digunakan saat saya masih kecil. Ada jendela kayu sebagai pembatas dan sebuah lemari kayu dengan pembatas kaca. Isinya kerupuk berbagai macam jenis dan rasa. Berada di area yang sama, ada ruang terbuka khusus untuk para kasir.
Nah di dalam ruang tengah ini ada beberapa meja yang mampu menampung tamu dalam jumlah banyak dan bisa dipesan untuk keluarga besar. Semua full kayu. Ada pernak-pernik yang menghiasi dinding. Mulai dari lampu teplok, lampu gantung, piring-piring era dinasti Cina, lukisan, peralatan pendukung di meja yang juga terbuat dari kayu dan masih banyak lagi. Ruangan ditata tanpa pembatas. Jadi terlihat luas dan lapang. Plus tentu saja terasa adem karena langit-langitnya tinggi menjulang beratapkan kayu.
Beralih ke bagian teras.
Ada teras belakang dan teras samping. Fully booked dengan banyak tempat duduk. Semua dengan ornamen kayu dan sisi luar yang dibatasi oleh tanaman rambat. Jadi gak langsung tersentuh oleh sinar matahari saat siang mencolok seperti saat saya berkunjung. Gak hanya itu. Tanaman rambat ini juga bisa berfungsi untuk menahan titik air hujan. Setidaknya saat tidak begitu deras.
Di barisan tempat makan ini, pada bagian ujung teras, dekat dengan pintu masuk utama, ada sebuah spot kecil khusus untuk pelayanan kopi. Sejenis mini bar yang padat dengan kesibukan. Sesiangan itu, menurut si Mas yang bertugas, banyak juga tamu yang memesan kopi tubruk. Asik juga sih. Tamu dipersilahkan melihat cara kerja petugas, mencium dan memilih kopi dan menikmati aroma kopi tubruk yang menyegarkan. Saya mencoba ikutan bikin kopi tapi hasilnya tentu tak senikmat si Mas yang bertugas tadi hahaha. Tapi keren lah Sambal Hejo Sambal Dadak. Dengan keberadaan spot ini, keinginan untuk minum kopi selama resto buka tuh benar-benar bisa dilayani dengan baik.
Saya berpindah ke pintu masuk utama yang ada persis di depan counter kopi. Ornamen-ornamennya banyak banget. Ada payung-payung bernuansa emas, pintu gebyok yang terlihat kokoh, serta tanaman-tanaman yang menjadi pagar hidup resto di bagian luar. Hanya saja yang sedikit mengganggu adalah keberadaan beberapa standing banner yang diletakkan di depan pintu. Keindahan dinding dan gebyok jadi tidak terlihat signifikan.
Aneka Sajian yang Kami Pesan
Seperti layaknya resto dengan bejibun tawaran masakan, Sambal Hejo Sambal Dadak juga punya sederetan menu yang bikin kita penasaran. Ada yang disertai gambar, tapi lebih banyak yang hanya dengan nama. Meski untuk yang biasa berwisata kuliner di resto ala Sunda hal seperti ini sudah biasa, tetap aja lumayan bingung dalam memilih.
Strategi jitu akhirnya saya praktekkan lagi. Pilih yang paket aja deh. Setidaknya yang cukup untuk dikonsumsi oleh 3-4 orang. Nah biasanya, sepanjang pengetahuan saya, di menu paket selalu terselipkan hidangan khas dari resto yang bersangkutan. Isinya pun biasanya lengkap dengan jumlah yang proporsional.
Pilihan paketnya ternyata lumayan banyak. Bererot dengan pilihan asupan yang sangat menyelerakan. Akhirnya saya memilih Paket Kenyang 3 yang memang diperuntukkan bagi 3 orang. Paket ini ditawarkan seharga IDR 215.000 Nett (dengan diskon yang akhirnya jadi IDR 195.454) tanpa minuman. Di dalam paket ini 3 nasi putih atau 1 kastrol nasi liwet (kami memilih kastrol), gurame cobek, 6 ayam goreng basah yang menjadi salah satu signature dishnya Sambal Hejo Sambal Dadak, 2 tempe/2 tahu (saya memilih tahu), 2 cimplung, sambal hejo dan sambal dadak (yang menjadi jargon resto), peda bakar dan sayur asem. Untuk minuman dan tambahan/makanan pendukung, saya memesan kerupuk unyil (IDR 15.000), jus sirsak (IDR 17.000), dan tambahan gurame cobek seporsi untuk dibungkus. Gurame ini jika dibeli diluar paket harganya IDR 99.000.
Enak? Buangets. Terutama untuk gurame sambal cobek dan ayam goreng basahnya. Kedua hidangan ini adalah asupan dengan bumbu dan penyajian yang belum pernah saya rasakan.
Guramenya digoreng kering, renyah sampai ke sirip-siripnya, lalu disiram kuah dilengkapi dengan sambal cobek. Rasa asam, manis dan pedanya sambal cobek yang dicelupkan kedalam air hangat, membuat gurame gorengnya segar dan kaya rasa.
Untuk ayam goreng basahnya juga sesuatu deh. Meskipun tidak tampil “wah” layaknya ayam goreng berbumbu, rasanya patut dapat 10 jempol. Tampilannya nyemek-nyemek, bumbunya meresap dengan baik hingga ke tulang ayamnya. Lebih lengkap lagi saat menikmati ayam ini dengan 2 sambal yang menjadi jargon resto. Perfecto!!
Masakan yang lainnya juga ok. Digoreng dengan baik tanpa minyak yang berlebihan. Ada yang namanya cimplung. Perkedel kentang yang dibulatkan kecil-kecil. Duh umami banget deh. Baru sebentar, cimplung ini langsung habis oleh kami bertiga. Dalam perjalanan pulang, saking penasarannya, saya langsung browsing tentang cimplung ini. Ternyata simpel banget. Bener sama dengan perkedel. Tapi herannya Sambel Hejo Sambal Dadak pasti memasukkan bahan dengan resep rahasia, sehingga cimplung buatan mereka terasa sangat enak.
Kesan Saya untuk Sambal Hejo Sambal Dadak
Resto yang menyajikan kuliner khas Sunda ini menurut saya memberikan kesan hommy yang begitu apik saat langkah pertama kita berada di area entrance. Konsep dominan kayu juga menyajikan nuansa hangat, adem dan bikin kita menikmati nuansa dan suasana berbeda. Meskipun area Bekasi dan sekitarnya identik dengan kata “panas”, Sambel Hejo Sambal Dadak mampu mengatur tempatnya sedemikian rupa dengan penghijauan sehingga kita tetap merasa adem.
Konsep estetik dengan sentuhan ornamen jadul terasa sangat begitu ingin ditampilkan. Tapi menurut saya, sebaiknya tidak berlebihan agar kesan rancang dalam ruang yang “berat” tidak terjadi. Pun jika terlalu padat pernak-pernik, mempertahankan kebersihan tuh tidak akan segampang itu. Banyak debu yang bisa menempel di barang-barang printilan tersebut sehingga jika tidak disiplin resik-resik, tumpukan debu akan menempel dengan gampang dan kurang apik untuk dilihat oleh pengunjung.
Kesan terbaik pertama yang saya rasakan adalah pelayanannya. Meski saat itu padat pengunjung, para petugas tetap sabar dan ramah. Mulai dari menerima pesanan hingga saat kita pulang. Saya yang bolak-balik ngider keliling resto, motret kesana-kemari, justru disambut dengan riang gembira. Salah seorang supervisor malah membantu saya menemukan titik-titik foto yang instagramable. Menawarkan saya untuk dipotret bersama keluarga. Saya tentu saja membalas keramahan itu dengan sukacita. Petugas yang sama juga meminta bantuan saya agar bantu mempromosikan resto lewat media sosial. Memberikan alamat IG yang bisa ditag dan memberikan compliment saat saya menunjukkan beberapa foto ciamik yang sempat saya rekam.
Kesan terbaik berikutnya adalah keunikan Sambal Hejo Sambal Dadak saat menyajikan pesanan kami. Baru kali ini saya menemukan rumah makan yang menghidangkan makanan dengan menggunakan rantang besi terbuka. Rantang 6 tumpuk ini dipresentasikan dengan wadah-wadah lidi anyaman yang memberikan kesan jadoel khas pedesaan. Sayangnya gak semua sajian terhidang menggunakan piring lidi. Seandainya ini bisa dilakukan, foto yang saya ambil tentunya akan terlihat lebih konseptual menggunakan perangkat yang seragam.
Ada satu lagi nih yang bikin saya dan keluarga terkesan adalah teh tawar yang sigap dihidangkan tak lama setelah kami duduk. Disajikan dengan teko lurik berukuran tinggi, gelas yang sudah ditaruh di meja pun bernuansa jaman 70an, teh tawar hangat ini rasanya oke banget. Nyenengin deh.
Untuk harga menurut saya masih acceptable dan cukup ramah di kantong. Dengan sekian banyak pesanan, makan dan minum bertiga, plus bungkus 1 menu seharga IDR 99.000,- average cost 100rb-an/orang, tentunya masih masuk akal. Apalagi jika kita bandingkan dengan kualitas masakan dan pelayanan yang kita dapatkan.
Balik lagi? So pasti. Pengen datang dengan formasi lebih lengkap. Saat kunjungan pertama ini anak sulung saya tidak bisa ikut karena mengerjakan tugas kuliah yang harus disetorkan dihari itu. Gurame cobek yang saya bungkus itu, disambut oleh si sulung dengan suka cita. Pujian pun meluncur dari mulutnya. Apalagi dia memang penyuka sajian ikan, meski masih dalam pilihan terbatas.
Kapan ada rezeki dan kesempatan datang ke Delta Mas, jangan lupa mampir ke Sambal Hejo Sambal Dadak ya. Worth visiting pokoknya.
Mba Annie kok gurame nya dapat bagian kepala? Sengaja milih bagian itu, atau karena ngalah dgn anak2 dan suami? š
Ya ampun, aku pasti makan buanyaakk klo cuss k Resto kyk gini.
Ambience nya nyamaannn bgt dan mengundang selera buat memamah biakkk š
Hahahahaha. Aku memang suka bagian kepala ikan sampe sekitar leher. Dagingnya tuh lebih gurih. Bahkan aku bisa ngabisin sampe ke tulang-tulangnya. Yang kata temenku kucing aja segen mau ngabisin hahahaha. Tempatnya memang top banget Nur. Bikin betah pokoknya
Astaga Mba Annie, ini kan tempat tongkrongankuuuuu. Tiap weekend bawa anak olah raga jalan sehat di seputaran Cafe Walknya. Harusnya janjian ini kita mba. Hihihi.
ENAK. Udah, gitu aja deh kalau makan di sini. Lihat gambar kepala ikan goreng kriyuk, itu pas banget sambalnya. Aku suka kepala ikaaaaaan. Slurupppppp.
Hayaaaa tanda-tanda nih kudu ngumpul dan ketemuan bareng. Dari rumahku juga gampang. Relatif jarang macet dan aksesnya gak ribet. Kuy lah kapan waktu kita meet up yak.
Tos kita. Aku juga penggemar kepala ikan. Bisa lupa diri kalau menikmati kepala ikan hahahaha
di jalan Riau Bandung ada beberapa toko barang bekas khusus furniture, pintu dll yang kuno dan enggak banget. Sampai saya sering mikir, apa ada yang mau beli?
Ternyata sesudah dipasang bisa jadi bangunan sekeren ini ya?
Kekumuhannya hilang, karena selalu dibersihkan walau bekas dan kuno.
Saya sedang membayangkan andaii dicat ulang apa jadinya ya?
Naahhh saya belum kesitu Mbak. Waktu itu pernah lihat dan pengen beli untuk teras rumah di lantai 2 yang masih belum tertata. Sekalian mau saya jadikan area foto. Cuma tertunda terus.
Rasanya lebih antik dan unik jika dibiarkan rustik begitu aja. Lebih alami kesannya.
jam 8 pagi, lagi laper-lapernya baca ‘sambal ijo dadak’ langsung ngacai. buatku sambel itu penting banget untuk menggugah selera makan. sebagainya orang yang bukan pemburu makanan, sekali-dua kali diniatin makan yang ‘serius’ yang pertama jadi pertimbangan seringkali adalah sambalnya š
tapi itu dekorasinya kok kece banget yaaa.. berasa di kampung kebudayaan.
Sundanese dan orang-orang yang lama tinggal di JaBar, pasti keikut suka sama aneka sambal dan lalapan deh. Aku juga begitu tapi gak kuat kalo pedesnya sudah kebangetan. Bisa cegukan hahahaha.
Mantab ya Mbak dekorasinya. Ada kesan “penuh” tapi masih acceptable lah. Tetap enak banget dilihatnya.
Pokoknya nyerah banget kalo kak Annie uda cerita soal tempat makan, wisata atau lokasi instagenik lainnya.
Jadinya fotonya super keren dan menu-menu di SHSD terlihat semakin menggiurkan pembaca.
Btw,
Akutu kaya gak asing sama SHSD, tapi pernah makan pas dimana yaa..?
Apa satu produksi sama Sambel Hejo Bandung?
Makannya muluk pakai tangan, kak Annie?
Hahahaha bisa aja. Aku juga waktu awal-awal cukup surprise dan berasa dejavu karena entah kenapa ingatan mengajak ke satu tempat yang pernah dikunjungi tapi lupa namanya. Kemungkinan memang satu lini dengan Sambal Hejo Bandung tapi sudah berubah nama.
Menikmati makanan rumahan pasti lebih lahap dan asik pakai tangan yak hahahaha