Cerita Di Balik Sebuah Perjuangan
Belakangan ini, demi alasan kepraktisan, kenyamanan, dan kesehatan, saya memutuskan untuk “berdamai” dengan diri sendiri dalam hal barang bawaan. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Seiring dengan berjalannya waktu, pertimbangan untuk membawa segala keperluan dengan cara yang praktis dan wajib ringan sudah tak terhindarkan. Aktivitas tinggi yang mengharuskan mobile kesana kemari, akhirnya “memaksa” saya untuk memakai sling bag ukuran sedang dengan isi yang terbatas ketimbang memanggul backpack yang cenderung membiarkan kita nyemplungin segala ada ke dalam tas. Jadi intinya, saya harus membawa perlengkapan dan kebutuhan sehari-hari seringan dan semudah mungkin agar tidak mengganggu aktivitas.
“Faktor U juga kali Mbak hahahaha,” Salah seorang teman gak bisa menahan tawa ketika saya ceritakan cedera punggung yang hampir 1 bulan saya rasakan akibat berjam-jam motret dengan menggunakan kamera analog. Saya tersenyum kecut tapi belakangan jadi ikut tertawa ngakak. Iya juga ya. Dengan bertambahnya umur, tulang belulang emak-emak setengah abad seperti saya ini, pastilah sudah berkurang kekuatannya. Bawak yang berat sedikit, langsung pegel. Pun ketika dalam satu posisi lama dan stagnan, cus bisa berhari-hari kudu pijitan kalo gak mau njarem. Yaaahh begitu deh.
Naaahh ngomongin soal motret. Dalam 4 tahun berjalan kegiatan ini sudah jadi rutinitas saya setidaknya 3 kali dalam seminggu. Yang pasti sejak saya memutuskan untuk menangani dan terlibat secara langsung dalam kegiatan promosi toko on-line dan off-line produk perhiasan sendiri, memotret masuk ke dalam agenda wajib dalam hidup saya. Menabung ilmu dan masukan-masukan dari berbagai sumber pun saya lakoni. Demi apa coba? Yaaa demi menghasilkan foto ciamik yang gak malu-maluin untuk ditampilkan di beberapa akun media sosial milik FIBI Jewelry, brand perhiasan saya. Tapi dengan catatan untuk tidak lagi menyiksa diri.
Sampai di satu kesempatan ngobrol dengan seorang teman blogger yang sudah malang melintang di dunia photography, saya pun mendapatkan berbagai masukan yang pas banget dengan permasalahan yang saya hadapi.
“Motret itu gak mesti harus dengan kamera berat Mbak,” gitu kata temen saya ini. “Apalagi untuk obyek foto yang kecil seperti perhiasan Mbak itu. Capek banget kalau harus nunduk terus sampe dapet angle dan hasil yang memuaskan. Motretnya pun gak sekali jadi pulak. Kudu dalam berbagai posisi.”
Iya sih. Berasa banget memang. Kalau setiap motret saya musti berjibaku dengan encok ya gak asyik aja. Sekarang-sekarang mungkin masih bisa ditangani. Tapi kalau sekian tahun begini terus ya tobat juga. Bukan gak mungkin kalo dibiarkan malah jadi masalah kesehatan permanen. Dduuuhh, jangan sampe deh.
“Kok gak pake jasa professional aja sih?”
“Bangkrut bandar coi” sahut saya cepat sambil nyengir asem. “Produk gue kan bukan sedikit. Kalau 1 produk aja udah 20 ribuan, berapa yang mesti gue bayar untuk barang setoko.”
Tawa kami pun berderai. Sementara di saat yang sama otak saya berputar, memikirkan harus tetap motret supaya brand imaging baik untuk perhiasan dan mengembangkan brand itu sendiri bisa berjalan sesuai rencana. Jualan produk lewat foto kan butuh perjuangan juga.
“Pake kamera HP aja sih. Sekarang kan kamera handphone sudah banyak yang canggih. Tinggal menyocokkan dengan spesifikasinya aja. Udah gak berat, resolusinya bagus, terus cari yang memorinya diatas seratusan lah. Supaya lo bisa nyimpen foto 1 produk dalam 3 capture.”
Pulang dari pertemuan itu, saya pun berjam-jam mengulik sekian banyak informasi mengenai smartphone dengan rincian yang disampaikan. Keknya memang inilah solusi yang tepat buat saya. Tapi duhhh gak gampang juga loh ternyata. Memegang teguh kualifikasi yang sudah dalam genggaman, saya berharap agar investasi yang satu ini tidak menguras isi dompet tapi tetap tepat sasaran. Secara yaaaa yang namanya pedagang ya tepat kudu khatam dan teliti dalam menghitung debit credit dana operasional.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Kata pepatah yang tepat ketika saya membaca lomba blog yang diadakan oleh Deddy Huang dengan hadiah 3 buah smartphone Huawei Nova 3i. Waaahhh langsung semangat membaca rincian keistimewaannya. Kalau bisa dapat sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan idam-idamkan plus tanpa merogoh dompet kenapa enggak?
Pertama yang bikin saya langsung jatuh cinta adalah berat, ukuran dan besarnya layar. Dengan layar ukuran 6.3′ FHD+ (2340×1080), Lebar 75.2mm, Tinggi 157.6mm, dan berat total sekitar 169g (termasuk baterai nya) saya sudah membayangkan kalau handphone ini gak bakalan menyiksa saat dipakai untuk memotret dalam waktu yang lama. Beratnya sudah memenuhi harapan saya. Ukuran layar sebesar itu pun bakal sangat membantu penglihatan. Maklumlah dengan kondisi mata seumuran saya yang sudah komplit permasalahan, semakin lebar layarnya, semakin nyaman di mata. Jadi gak perlu micing-micing memantau hasil potret. Ditambah lagi, dengan jari-jari semog jempol semua milik saya, memegang handphone ukuran besar seperti Huawei Nova 3i ini justru bisa mengurangi cedera jari jemari yang terlipat lama untuk menggenggam.
Sekarang ngomongin soal kameranya. Motret produk perhiasan yang penuh details seperti wire jewelry buatan saya, perlu dukungan kualifikasi yang memadai. Didukung dengan 4 kamera AI 24MP + 2MP di bagian depan dan 16MP + 2MP di bagian belakang dengan aperture F/2.2, hasil fotonya akan lebih tajam, menimbulkan efek bokeh professional tapi tetap terlihat alami. Aaaiihhh kok pas banget ya. Jadi inget beberapa bulan yang lalu saya sempat diundang di sebuah pelatihan photography. Ngobrol panjang kali lebar dengan pelatihnya tentang hasil potret terbaik untuk perhiasan saya, beliau mereferensikan agar saya belajar lebih banyak tentang aperture. Efek blur yang membuat produk saya lebih elegan sebagai obyek foto. Aaaahh klop sudah.
Udah 2 check list nih yang cocok. Mari dikulik tentang kemampuan Huawei Nova 3i ini dalam hal penyimpanan data. Dengan kapabilitas simpan (storage) 128KB, ukuran paling besar untuk berbagai smartphone mid-end, motret 1 produk dengan beberapa angle yang berbeda udah gak jadi beban pikiran. Semakin tinggi kemampuan simpan, semakin banyak alternatif foto yang bisa saya buat. Efeknya? so pasti jadi lebih banyak kesempatan untuk memilih foto yang terbaik yang paling mampu mempromosikan perhiasan saya, menarik minat para (calon) pembeli, dan ujung-ujungnya meningkatkan rating nilai penjualan. Aaaiihhh kalau sudah sampe ke poin yang terakhir ini, masak sih hati tidak tergoda.
“Jadi gimana? Pengen beli?,” tanya suami saya ketika tak ajak diskusi. “Ada gak dananya? Kamu kan lagi ngejar produksi buat akhir tahun nih. Duit untuk beli bahan-bahan mentah kan sedang heboh-hebohnya”
Saya tersenyum penuh semangat, “Wong ada kesempatan dapetin Huawei Nova 3i dari lomba blog. Yah cobain aja dulu. Kali aja rejeki kan?”
“Bismillah ya. Semoga menang,” sahut suami saya yang juga ikut bersemangat. “Kalau liat dari kelasnya sih kemungkinan besar harganya berkisar antara 3.5 sampai 4.5 juta. Jadi seandainya belum rejeki dari lomba, insyaAllah masih pantaslah untuk dibeli dengan dana sendiri”
Sekian menit sehabis ngobrol dengan suami, saya memandangi lagi rincian Huawei Nova 3i lewat official website mereka. Aaiihhh tampilan luarnya pun rancak bana. Dua pilihan warna yang semua saya suka. Iris Purple cantik serta body yang tipis, melengkapi semua kelebihan yang saya idamkan. Iya gak sih?
Eh by the way, saya juga jadi tertarik dengan GPU Turbo Gaming nya. Seru juga kali ya bisa main game di HP dengan kekuatan penuh. Ngebaca kata turbo aja sudah kebayang kalau kualitas kecepatannya gak bakalan bikin kita kesel karena adanya lack di tengah-tengah permainan. Lumayan nih buat hiburan sambil mengisi waktu-waktu kosong selama bekerja.
Mau tau sederetan informasi yang saya ceritakan di atas? Yuk coba intip ulasan rinci dari Deddy Huang tentang Huawei Nova 3i di tautan berikut ini, Huawei Nova 3i, Nilai Unggul AI, dan Quad Camera.
Tulisan ini dibuat dalam rangka Blogging Competition yang digawangi oleh salah seorang Travel Blogger ternama, Deddy Huang, dengan topik Blogging Competition: Smartphone Idaman Kamu Seperti Apa?
Huawei Nova 3i Blog Competition by Koh Huang
Contoh perhiasan saya yang sedang menanti dipotret menggunakan Huawei Nova 3i. Aaahhh kebayang hasil fotonya bakal lebih cantik nantinya.
Semoga menang tulisannya dan dapat hadiah smartphone Huawei Nova3i yang ringan, praktis, dan mempunyai fitur-fitur yang menghasilkan foto perhiasan yang keren-keren. Aamiin
Aamiin YRA. Semoga jadi milik ya. Kebayang bakal gak berat2 lagi motret pake kamera analog dan bisa motret dengan hasil yang lebih maksimal lagi
Semoga menang yo mbak…trus ntar titip foto…xixixi….kok jd mupeng juga yak….
Hahahaha. Atuuurrrr. Biar makin okeh motretnya.
Ngeces jadi pengen punya setelah baca ulasannya. Semoga bisa menang karena wajib banget blog traveller punya hp yg mumpuni kameranya
Aamiin YRA.
Layak punya buat motret perhiasan kita Ful. Dengan harga yang kantongable dan sahabatable keknya ok banget nih
Dulu aku pernah ikut workshop bikin wirependant atau semacamnya, tapi akhirnya belum praktek sampek sekarang karena bingung dimana beli peralatan tang, kawat, cairan yang buat ngrendem (lupa namanya), yang buat bakar2, dll (nama-namanya aku lupa semua). Karena saat itu gak dikasih materi atau teori cuma dikasih tau cara bikin dan langsung praktek saat itu juga.
Dan iya tuh kalau motret macro atau jarak dekat dengan objek perhiasan itu memang lebih enak pakai smartphone. Aku lihat hasil foto macro yang udah pada pakai huawei nova 3i ini memang hasilnya bagus.
Nah itu dia Wid. Kamera ganda depan belakang bisa jadi andalan untuk bisa motret wire jewelry dengan lebih details. Efek bokeh juga bikin perhiasan kita jadi object foto maksimal dengan hasil potret yang elegan
PakaiHuawei Nova 3i aja ya mbak buat kebutuhan jeprat-jepret jewelrynya smean
Bisa keep banyak uang juga untuk photo produknya jika menyewa photografer.
Jika pakai smartphone Huawei Nova 3i, pasti bisa lebih mudah saat njepretnya. karena kamernya kece badai resolusinya hehee
Good Luck Mbak annie ^_^
Aaahh bener banget. Kelas middle-end pastinya gak terlalu merogoh kocek. Resolusinya juga bagus (sentuhan pro dan alami)…yaahh…bisalah setara dengan photgrapher professional. Gak berat pulak dibanding motret dengan kamera analog. Makasih supportnya ya Mbak Rohmah
hahahahh jadi pengen moto perhiasan soalnya moto baju pernah, makanan sering dan kayaknya tantangan nih moto perhiasan gimana biar kelihatan menarik di kamera
Naahh itu dia Mas. Beberapa bulan yang lalu, pas diajak ambil kelas motret di Nikon Indonesia, gurunya memberikan masukan agar saya belajar banyak soal pengaturan aperture. Menimbulkan efek blur dengan fokus di produk. Menurut beliau foto perhiasan akan terlihat lebih elegan. Tambah penasaran dah aahh hahahaha
Terima kasih ya sudah ikutan partisipasi blogging competition. Semoga beruntung ya ;)
Samo-samo Ded. Mudah2an tulisanku bisa turut meramaikan lomba ini ya. Teman harus tetap saling mendukung.
Lompat jeramba Ampera mun dak nyantol jugo #ngakak_guling2