Rekreasi ke hutan bakau, bagi saya, punya keistimewaan sendiri. Karena di tempat seperti inilah saya merasakan indahnya kekayaan hayati alam, flora dan fauna, tanpa hiruk pikuk yang mengganggu. Setelah Sriminosari di Labuhan Maringgai – Lampung Timur, kawasan mangrove di Ngurah Rai Bali, meninggalkan kesan tak terlupakan, terutama untuk pewisata yang tidak begitu suka keramaian dan mencintai rekreasi alam tanpa sentuhan modernisasi.
Berada di jalan by pass Ngurah Rai dari dan menuju Bandara Internasional Ngurah Rai, hutan wisata ini dapat dengan mudah kita capai. Jalan aspal pas untuk 2 mobil akan mengiringi kita masuk ke kawasan sekitar 10 menit berkendara. Area parkir pun ditata sederhana dengan beberapa warung yang dibangun menyatu dengan alam dan kepungan pohon-pohon besar di sekitarnya.
Tiket masuknya tidak mahal. Cukup 10rb/orang untuk dewasa. Kalau datang berombongan, minimum 25orang, tiketnya bisa lebih murah lagi.
Di jalan masuk, ada papan informasi mengenai mangrove. Ada juga bahasan tentang hutan bakau di Indonesia dan di dunia, berikut dengan aneka tumbuhan dan hewan yang biasa hidup menyatu dengan kawasan mangrove. Nama-nama ilmiah untuk makhluk hidup ini cukup bikin kita mengkerut karena susah banget untuk diingat. Tapi setidaknya dari papan ini saya tahu bahwa luas TAHURA (Taman Hutan Raya) Ngurah Rai mencapai 1.375 hektar dari 3.000 – 5.000 hektar yang ada di Bali, 4.500.000 hektar di Indonesia, dan 18.000.000 hektar dari seluruh dunia.
Fasilitas dari TAHURA ini selain jalanan kayu sepanjang 1.9km, juga dilengkapi dengan menara pengawas dan floating deck. Kami melakukan kegiatan photography di salah satu menara pengawas dengan genangan air payau yang cukup luas dan pohon bakau yang tampak tumbuh sangat subur, setelah berjalan masuk kurang lebih 15 menit.
Dari berbagai info yang saya kumpukan, TAHURA memiliki 19 jenis tumbuhan bakau yang terdiri dari 12 jenis mangrove sejati dan 7 jenis asosiasi mangrove. Yang dominan merupakan jenis Rhizophora Mucronata, Avicennia Marina, Rhizophora Apiculata, dan Sonneratia Alba.
Terdapat sekitar 66 jenis burung yang ditemukan di sini. Kebanyakan merupakan spesies burung air seperti oriental darte, grey heron, little pied cormorant, javan pond heron, intermediate egret, great egret, lesser whistling duck, black-crowned night heron, Eurasian curlew, and kingfisher. Selain dari jenis burung, juga terdapat spesies dari jenis reptil serta amfibi yang sering ditemukan seperti ular bakau, katak, iguana, kadal, kura-kura softshell Asiatik, dan masih banyak lagi.
Sumber: www.kintamani.id
Sepanjang jalan setapak menuju menara pengawas, saya menikmati kokohnya pohon bakau di kanan dan kiri. Di satu tempat, air tampak kering dan menonjolkan akar bakau yang menyembul ke atas. Ada juga sekelompok pohon yang kompak tumbuh tinggi menjualang. Sementara di sisi yang berbeda terlihat ribuan pepohonan yang saling mendorong satu sama lain hingga batangnya banyak yang membelok jatuh ke arah luar batang utama. Sungguh satu pemandangan luar biasa.
Pijakan kayu di beberapa titik sudah mulai menua. Tapi jangan ragu buat melangkah. Karena menurut ilmu perkayuan yang saya dapat dari salah seorang penjaga Mangrove Sriminosari, kayu Ulin, 1 dari 3 jenis kayu pilihan untuk hutan bakau, adalah kayu yang terkenal dengan kekuatannya. Saya pun jadi merefresh memory, bahwa saya beberapa kali bertemu dengan kayu Ulin, seperti di Bontang Kuala dan Jembatan Panjang di Bontang, Kalimantan Timur.
Saya sempat tertinggal rombongan yang belasan menit sudah berjalan di depan. Tapi kecantikan mangrove memberatkan langkah kaki saya. Kapan lagi lah bisa merekam tempat wisata cantik di antara kicauan burung yang bernyanyi di kedua sisi telinga. Dalam hanya beberapa jepretan saja, saya jadi sangat paham kenapa tempat ini dijadikan venue photography papan atas di Bali, kota wisata dunia milik Indonesia.
Jadi spot foto pre-wedding juga musti cantik banget. Dengan hanya membayar Rp 300.000,-/rombongan/event protret, calon pengantin bisa sepuasnya bereksplorasi dengan beberapa sudut foto dari pkl. 08:00 – 18:00 wita (jam operasional).
Buat kalian yang ingin mencari dan mengulik destinasi wisata di Bali selain pantai, pura, gunung, pasar kerajinan tangan (craft market) dan lain lain, TAHURA Ngurah Rai bisa jadi pilihan yang tepat. Hiburan anti-mainstream yang satu ini bisa kok diselipkan di tengah-tengah jadwal padat bersama keluarga ketika liburan di Bali.
Sebelum memulai langkah-langkah seru ke dalam kawasan hutan, jangan lupa membawa minuman dan camilan yang cukup. Boleh juga membawa rantangan makanan dan tikar buat piknik karena ada beberapa sudut dudukan kayu yang cukup luas untuk nongkrong bareng. Tapi harus diingat, bawalah kantong sampah yang besar, kumpulkan ketika keluar, agar kebersihan lingkungan hutan tetap terjaga.
#TahuraBali #TamanHutanRaya #HutanBakauBali #WisataAlamBali #WisataBali
Kalau jalan disepanjang hutan mangrove mah insyaallah g capek y mbak. Secara pemandangannya menenangkan.
Bener banget Mbak Laila. Menyenangkan banget
Bandung juga punya Tahura, tiket masuknya kalo nggak salah juga Rp 10.000
bedanya Tahura berada di atas daerah resapan air untuk Kota Bandung
penyelamat, karena kawasan lain udah diperjualbelikan untuk perumahan
Gak heran, sekarang banjir sering menyerbu Bandung
Tekanan air dari arah hulu ngga diresap lagi, tapi langsung masuk sungai
begitu sampai kota Bandung, tekanan air merusak pinggiran sungai buatan manusia
Sedih ya Mbak. Ketidakbijakan kita dalam mengelola alam (bumi/tanah dan air) akhirnya berakibat fatal untuk kelangsungan kenyamanan hidup kita sendiri.
Surga tertinggal di bumi itulah Bali. Destinasi wisatanya menarik wisman dan wisdok. Pundi devisa pun meningkat.
Alhamdulillah pas saya dulu kuliah praktik lapangan ke Bali, pernah menyicipi dan bertandang di hutan raya (tahura) ngurah rai bali ini. Wah, kalo pas kesana bisa diajak keliling di hutan Mangrovenya yang bikin sistem pernapasan kita semakin segar ! aku paling suka nih kalo jalan-jalan di tempat yang lingkungannya adem ayem kayak gini.
Oya, hutan Mangrove ini penting sekali dijaga karena sebagai tempat tumbuhnya ikan-ikan kecil, pencegah abrasi air laut, dan penahan kawasan bawah air, dll.
Keren dan lengkap ya kak Annie ulasannya, mantappp… pastinya seneng juga nih kak Annie ke Tahura Mangrove…btw, di lampung juga ada Tahura tapi lebih ke hutan alami saja kak isinya…
Betul banget Mas Wahid. Nyatanya Hutan Mangrove banyak sekali manfaatnya untuk kehidupan laut.
Ah iya. Saya juga pernah mengunjungi Mangrove SRIMINOSARI di Labuhan Maringgai, Lampung Timur bersama teman-teman blogger. Luar biasa kawasan ini. Tampak sekali ditata dan diurus dengan baik.
Aku baru tau ada hutan mangrove di bali. Asyik banget kalau di sini, ya
Kalau ke Bali mampir ya Mbak Farida. Wisata anti main stream nih
Wah ternyata jalan jalan ke TAHURA juga bisa jadi spot foto yang instagramable ya mbak
senang menikmati keindahan tahura
Di Surabaya juga ada mbak, namanya Mangrove Wonorejo
Bener Mbak Dian. Sering juga dipake untuk foto prewedding. Masih banyak sisi-sisi jembatan yang belum saya telusuri.
Ah ok. Kapan main ke SBY mampir deh ke Mangrove Wonorejo. Makasih infonya Mbak Dian.
Saya tahu benar sejak awal Tahura ini dikembangkan. Saat kuliah tahun 1994 dan mesti bolak-balik Denpasar-Bukit Jimbaran, perjalanan melintasinya adalah rutinitas harian saya…Sayangnya sampai saya pindah dari Bali di tahun 2002 belum resmi dibuka. Jadi belum tahu hasil jadinya ketika sudah berpredikat Tahura.
Senang sekali jika bisa menikmati alam di seputar hutan bakau yang memesona. Itu kalau pepotoan juga hasilnya cakep banget ya
Wah berarti kudu balik Mbak Dian. Cakep tempatnya Mbak. Instagramable habis.
Daku belum pernah menyaksikan langsung ke Mangrove, jadi pas menyaksikan ini langsung kebayang sejuknya udara di Mangrove Sriminosari, hijau-hijau yang bikin seger pemandangan. Semoga sekarang jalan setapaknya sudah membaik dan terawat ya Bu Annie
Yang miring-miring itu menurut info teman sih sudah diperbaiki. Malah sekarang diperbanyak spot-spot foto cantiknya. Dan senengnya, semua dibuat alami
oh my kece banget.. mengharu biru lihatnya. ini tahura ngurah rai butuh berapa tahun ya buat jadi secakep ini?
di salah satu pantai di kampung halaman lagi memulai penanaman mangrove juga. diharapkan jadi hutan wisata. tp sepertinya belum apa2, baru 2-3 tahun terakhir.
Prosesnya bisa bertahun-tahun. Apalagi sampe rindang banget seperti di Tahura Ngurah Rai ini.
Tahura selain untuk area wisata juga dimanfaatkan untuk konservasi flora dan fauna
Di Indonesia ada beberapa yg mirip seperti Tahura Hutan Mangrove di Bali
Nuansanya asri dan sejuk
Betul banget Mbak Siti. Di DKI Jakarta juga ada. Tepatnya di daerah PIK Jakarta Utara. Ada 2 lagi yan sudah saya kunjungi. Di Bontang (Kalimantan Timur) dan Labuhan Maringgai (Lampung Timur)
Hampir semua daerah sepertinya punya hutang mangrove ya mbak. Di Surabaya juga ada dan bentuknya sama persis seperti dengan TAHURA di Bali ini.
Iya Mbak. Kapan ke Surabaya lagi pengen deh main ke hutan bakaunya.
Asyik ya wisata ke hutan mangrove seperti ini, suasanyanya tenang, biaya masuknya juga murah. Bisa puas foto-foto tanpa takut bocor karena ada pengunjung lain yang lewat.
Tapi saya suka miris kalau piknik ke kawasan kayak gini, atau ke candi-candi (selain Borobudur dan prambanan), biaya masuknya murah, tapi sepi peminat
Pengunjungnya rame sebenarnya Mbak Nanik. Cuma karena areanya luas dan lahan banyak tertutup tanaman bakau yang jangkung, jadi gak terasa ramenya.
Iya ya Mbak. Orang keknya jarang milih wisata sejarah. Pengennya ke tempat-tempat yang kekinian