Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku “dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia”

Photo of author

By Annie Nugraha

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Berbicara dan membahas tentang UMKM Indonesia, kita diajak untuk mengulas sebuah rangkaian perjuangan, peristiwa jatuh bangun, jatuh dan bangun lagi, serta jejak langkah yang tidaklah mudah. Ada tarikan nafas kesabaran, ada keringat lelah yang mengiringi, ada gonjang-ganjing urusan keuangan, dan ada kelembutan hati yang harus terus diusap agar sabar itu selalu bernaung di sanubari.

Setiap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dari berbagai jenis usaha yang dihadirkan di buku ini, mengajak kita untuk semakin menghargai bagaimana rangkaian perjuangan itu menguras tenaga dan pikiran hingga akhirnya menemukan muara dengan pencapaian yang mengesankan dan membanggakan

Mudah-mudahan dengan hadirnya antologi ke-8 dari Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) yang khusus membahas UMKM Indonesia ini, membuat publik semakin mencintai, menghargai, dan tak segan mengakomodir sekian rupiah untuk memiliki dan mendukung usaha mereka ini.

Ide yang Lahir dari Sebuah Kepedulian

Ide untuk menghadirkan tulisan tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai premis dari buku antologi yang diterbitkan oleh Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) dan Annie Nugraha Mediatama (ANM), sebenarnya sudah lama bercokol di kepala saya. Apalagi saya sendiri lewat jenama Annie Nugraha Handmade Jewelry adalah bagian dari di antaranya dan sudah menjalankan bisnis di skala ini sejak 2012.

Tapi terus terang, ide ini sempat lama saya pendam karena belum menemukan spesifikasi seperti apa yang ingin dihadirkan di dalam buku antologi tersebut. Apakah membahas khusus tentang produk tertentu, semisal handmade atau produk kreatif yang menggunakan media tertentu. Apakah tentang mereka yang bergelut di dunia kuliner. Tentang dunia wastra, kain, atau segala sesuatu yang berhubungan dengan fashion. Dan masih banyak lagi.

Hingga kemudian “Ada gak sih rekan-rekan penulis yang berkenan mengulas tentang UMKM? Menarik gak sih menulis tentang UMKM?”

Sekian banyak pertanyaan, keraguan, dan timbunan ide-ide tersebut terus bergerilya dan berputar-putar di kepala berbulan-bulan lamanya.

Dari segala kegalauan tersebut di atas, ada 1 yang pasti. Saya sangat berharap bahwa buku yang akan lahir ini – buku antologi ke-8 PAPI – mampu menghadirkan bagaimana UMKM adalah bagian penting dari menggeliatnya pertumbuhan ekonomi di tanah air. Khususnya saat pergerakan ini bisa membantu banyak asap dapur rumah tangga terus mengepul deras meski berada di tengah perekonomian negara yang sedang ditimpa banyak cobaan.

Saya kemudian kembali ke titik awal di mana ide tersebut lahir dan membangun komunikasi serta diskusi dengan beberapa teman penulis. Dari obrolan panjang kali lebar dan berhari-hari, pilihan premis yang diangkat jatuh pada proses plus penokohan dan atau profil dari UMKM yang bersangkutan. Bagaimana sebuah UMKM di awal berdiri, mengalami proses jatuh bangun, jatuh dan bangun lagi, hingga akhirnya menikmati pencapaian dalam berbagai sudut pandang.

Misalnya berhasil menjadi pioneer di bidang tertentu, memiliki keahlian – kemampuan – serta ciri khas yang patut dapat pujian, melahirkan produk dengan karakteristik kuat dan unik yang jarang kita lihat di pasaran, memberikan banyak efek kebaikan bagi sekitar, dan mampu membangun pengaruh dan menjadi contoh atau mercusuar bagi rekan seprofesi (UMKM lainnya).

Akhirnya, setelah “melempar” ide ini ke banyak anggota komunitas PAPI, terkumpullah 14 (empat belas) orang penulis/kontributor yang berkenan bergabung, berkolaborasi melahirkan sebuah buku keroyokan dengan judul dari Garasi ke Galeri. Kisah Sukses UMKM Indonesia.

Para Penulis dan Materi yang Disajikan

Diskusi hangat pun terbangun saat saya dan 13 orang penulis lainnya bergabung dalam sebuah whatsapp group yang khusus dibentuk dalam rangka koordinasi melekat di antara kami. Obrolan pun langsung terbangun karena 11 orang adalah para penulis yang memang sudah lama bergabung di PAPI dan ikut dalam beberapa proyek penulisan. Sementara untuk dari Garasi ke Galeri. Kisah Sukses UMKM Indonesia ini ada 3 orang anggota baru yaitu Pinky N.A, Sri Anggoro W., dan Rurisa Hartomo.

Jadi “barisan lengkap” penulis adalah : Annie Nugraha, Indah Wibowo, Susi Ernawati Susindra, Dudi Iskandar, Ari Dian Aryono, Pinky N.A., O’ik Moehadie, Wiwi Yuningsih, Ifah Arthur, Sri Anggoro W., Rurisa Hartomo, Siska Meilanti, Raihana Mahmud, dan Teguh Sudarisman.

Dalam beberapa waktu beberapa di antara kami langsung mendapatkan ide tentang siapa atau UMKM mana yang akan diulas. Tapi sebagian besar masih dalam proses pencarian agar sang tokoh/profil serta jenama yang mereka pilih betul-betul layak untuk diangkat.

Masa 3 (tiga) bulan – Juni hingga akhir Agustus 2025 – yang ditentukan sebagai periode aktif penulisan pun bergulir tanpa terasa. Satu demi satu tugas datang di masa date line. Maklum. Hampir 90% penulis (ternyata) terbiasa bekerja mepet-mepet dan bikin sang editor dan layouter seperti saya terus berdebar-debar. Jantungan karena harus menyelesaikan beberapa tugas finishing yang wajib rampung di minggu ke-3 September 2025, mempersiapkan materi promosi di hitungan waktu yang sama, hingga akhirnya mencapai masa cetak di awal Oktober 2025. Setidaknya target proses dan masa kreatif yang dihitung dalam 4 (empat) bulan bisa tercapai tanpa halangan yang berarti.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"
Annie Nugraha, Indah Wibowo, Susi Ernawati Susindra, Dudi Iskandar (kiri ke kanan)
Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"
Ari Dian Aryono, Pinky N.A, O’ik Moehadie, Wiwi Yuningsih (kiri ke kanan)
Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"
Ifah Arthur, Sri Anggoro W., Rurisa Hartomo, Siska Meilanti (kiri ke kanan)
Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"
Teguh Sudarisman dan Raihana Mahmud

Apa saja materi tulisan yang dihadirkan di buku antologi dari Garasi ke Galeri. Kisah Sukses UMKM Indonesia ini?

Yuk. Mari simak uraian singkat berikut ini.

Saya menghadirkan 3 UMKM dengan 3 domisili yang berbeda. Pertama adalah Dogol Bali. Jenama yang mengerjakan serta melestarikan Wayang Kamasan. Sejenis wayang otentik Bali yang perajin atau senimannya bisa kita temukan di kawasan Klungkung, Karangasem, Bali. Yang berikutnya adalah Puta Dino Kayangan yang berada di kelurahan Soasio Kota Tidore Kepulauan. Saya sebenarnya sudah beberapa kali menghadirkan jenama tenun ini di dalam blog ini maupun di berbagai media on line lainnya. Tapi kali ini saya mengajak para pembaca untuk mengenal lebih jauh Anita Gathmir, pendiri Puta Dino Kayangan dan juga adalah seorang pelopor lahirnya kembali kain tenun Tidore yang sempat hilang selama ratusan tahun lamanya. Di artikel terakhir saya menghadirkan Tridol Bag. Sebuah merek asal Jakarta yang memproduksi tas pesta wanita berbahan dasar tripleks bekas. Diolah dengan begitu rinci oleh Pak Don, sang designer, Tridol Bag mendapatkan tempat yang istimewa di hati para pecinta tas pesta. Tas untuk kalangan dan event tertentu yang hingga kini meraih bertumpuk-tumpuk kekaguman dari masyarakat luas.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Tulisan berikutnya dihadirkan oleh Indah Wibowo. Seorang perempuan mantan pemimpin redaksi sebuah majalah fashion dan puluhan tahun bergelut di ranah media ini menghadirkan Jinjit Pottery. Sebuah jenama yang digawangi oleh Antin Sambodo, seorang seniman keramik yang melahirkan beragam hasil karya unik dengan ciri khas dan sentuhan finishing yang sangat cantik. Di tulisan ke-2, ibu berusia 60-an tahun ini mengajak kita untuk mengenal jenama fashion Dots Indonesia. Satu yang menjadi sentuhan unik dari jenama ini adalah ide cutting yang tidak biasa dengan materi kain khas nusantara. Mengusung jargon “contemporary cultureware” kita akan langsung paham materi seperti apa yang dilibatkan dalam proses produksi mereka. Keduanya merangkak dari usaha skala kecil hingga akhirnya dikenal oleh banyak pesohor lewat berbagai kegiatan off line yang mereka ikuti.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Penulis berikutnya adalah Susi Ernawati Susindra. Ibu 2 orang anak lelaki ini selain berkutat dengan naskah sejarah, beliau juga adalah seorang peneliti. Jadi gak heran jika untuk buku ini, Susi menghadirkan 2 UMKM yang kenyang dengan aspek sejarah. Dia menghadirkan Roni Wood Carving yang berkutat pada seni ukir. Mas Roni sang pemilik tak lelah menjaga eksistensi agar tetap bisa mengukir jejak dalam dunia seni memahat sembari menghasilkan beragam produk untuk menjawab kebutuhan pasar modern. Susi kemudian menghadirkan jenama Omah Petrok dan khusus membahas tentang tenun motif Cakramanggilingan. Dikisahkan bagaimana jenama ini berusaha mengembalikan value dari kain tenun sebagai bagian dari budaya Jawa. Kedua UMKM yang dibahas oleh Susi berada di Jepara, Jawa Tengah.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Artikel berikutnya yang hadir adalah tentang Photo Coffee Roastery. Sebuah jenama yang dilahirkan oleh Dudi Iskandar. Seorang mantan street photographer yang kemudian beralih mencemplungkan diri dalam “dunia hitam kopi”. Dituliskan langsung oleh Kang Dudi – begitu dia biasa dipanggil – Sang Peracik mengusung tulisan berjudul Meracik Rasa Menjalin Cerita kemudian menuntaskan pengalaman pribadinya dari sebuah ide menjadi sebuah usaha yang kini terus berjalan dan akan senantiasa mengukuhkan eksistensi meski saat saya menulis artikel Photo Coffee Roastery sudah berpindah lokasi dari Menteng, Jakarta ke Bandung.

Ari Dian Aryono. Salah seorang penulis handal yang dimiliki PAPI dan juga adalah seorang mantan pekerja jurnalistik, di buku antologi ke-8 ini menghadirkan 2 jenama UMKM, yaitu Anastasia Craft yang berkonsentrasi pada produksi tenun kartu menggunakan satu alat khusus yang butuh keahlian istimewa dan Hanael Embroidery yang menghadirkan banyak produk fashion dengan sentuhan embroidery yang sangat cantik. Menghadirkan 2 orang pekerja kreatif – Anas dan Hana – yang mengekspresikan kecintaan mereka mulai dari menggali ilmu kemudian mengejawantahkan pengetahuan tersebut dalam wujud produk kreatif, nyatanya mampu menginspirasi publik.

Yang menyukai dunia kreatif yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian, cocok rasanya membaca ke-2 artikel yang disusun oleh Ari ini. Kenapa? Karena selain produk yang penuh rinci, kita juga bisa menyusur perjuangan mereka sebagai seorang crafter, menggali skill dan pengetahuan yang segaris lurus dengan kelihaian itu sendiri.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Di halaman berikutnya, Pinky N.A. (Pinky Nur Azizah), penulis generasi Z dan seorang ASN TVRI memulai debutnya sebagai anggota termuda PAPI di buku antologi ini. Pinky menghadirkan 2 UMKM yang memiliki lini produk yang berbeda.

Pertama adalah Srima Batik. Jenama fashion asal Way Kanan, Lampung. Srima menghadirkan batik yang menampilkan “wajah asli” dari Lampung. Misi dan visi mereka dalam mewariskan budaya asli Lampung, tentunya patut kita apresiasi. Karena sesungguhnya, tugas mulia ini membutuhkan limpahan perjuangan, baik dari sisi inspirasi, penggalian orisinalitas budaya, hingga akhirnya diejawantahkan dalam bentuk kain batik yang benar-benar orisinal.

Karena seperti yang sudah diketahui oleh publik, Lampung sejatinya, saat ini, adalah salah satu provinsi yang sangat multi kultural yang terkenal dengan istilah Ramik Ragom. Salah satu kondisi yang terbangun saat di era pemerintahan order baru, Lampung membuka diri menyambut banyak transmigran dari berbagai daerah, suku, dan etnis. Beberapa di antaranya bahkan tinggal di kawasan Way Kanan. Ini kemudian menjadi pe-er yang cukup menantang bagi warga asli Lampung yang kini tetap bertahan dan memiiki tekad kuat agar budaya asli daerah mereka tetap mendapatkan tempat istimewa.

Pinky kemudian menuliskan tentang Annie Nugraha Handmade Jewelry (ANHJ). Sebagai pemilik jenama ini dan mengungkap kenyataan bahwa Pinky adalah keponakan sulung dan begitu lekat pada saya sedari kecil, artikel tentang ANHJ yang kaya diksi berkualitas, membuat saya begitu terharu. Lewat diskusi panjang lebar yang kami lakukan, saya cukup berbangga hati bahwa akhirnya peminatan saya dalam dunia literasi telah ada penerusnya lewat ribuan pesan dari sejarah ANHJ yang terserap dengan baik oleh Pinky.

Setidaknya lewat “alunan” kata dan kalimat yang Pinky susun, telah lahir seorang penulis kreatif yang mampu merangkai diksi lewat rasa, pengamatan, dan mengedepankan budaya “bercerita” yang mengalir dari hati. Kehadiran ANHJ sebagai salah satu jenama penghasil handmade jewelry dapat dinikmati pembaca lewat sudut pandang dan sisi cerita yang lain dari biasanya.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Tulisan berikutnya adalah tentang sebuah jenama asal Pemalang yang sejak 2022 berkonsentrasi pada minuman jahe. Gundanesia namanya. Artikel ini ditulis oleh O’ik Moehadie. Sahabat lama saya sejak belasan tahun yang lalu dan sekarang mencoba melanjutkan hobi menulisnya bersama PAPI.

Ika Dahlia – founder dari Gundanesia – mengangkat minuman hangat ini dari kesukaannya akan minuman tradisional yang menyehatkan tubuh. Jadi tak heran jika visi dan misi ganda yang diusung oleh sang pemilik dan diemban oleh Gundanesia, bisa menggiring para pembaca untuk (lebih) mencintai minuman tradisional.

Pesan penting dari sebuah hobi dan keahlian dalam dunia adibusana tersampaikan dengan begitu lugas oleh Wiwi Yuningsih lewat tulisannya yang berjudul Usaha yang Bertumbuh dari Sebuah Visi. Artikel ini mengangkat tentang seorang perempuan bernama Fachmi Rumi Prasiwi (Mbak Siwi) yang membangun jenama bernama Rizquna Fashion. Memiliki latar belakang pendidikan di SMK jurusan Tata Busana, Mbak Siwi, memulai semua cerita sejarah UMKM miliknya dari rumah. Melayani kebutuhan perorangan dari rumah hingga akhirnya mendapatkan banyak sokongan dari berbagai pihak, berkibar dalam berbagai event, dan melahirkan kesempatan kerja bagi orang lain.

Lembaran buku kemudian beranjak pada Rumah Batik Palbatu yang dituliskan oleh Ifah Arthur. Seorang dosen komunikasi dan media yang bertekad menguatkan kaki di dunia tulis menulis. Saya sendiri mengenal Rumah Batik Palbatu karena jenama ini berada di dalam Pelindo, BUMN pembina yang sama dengan jenama perhiasan saya. Sedari awal mengenal merek milik Mas Harry ini, saya sudah menemukan keunikan yang jarang sekali bisa kita temui. Memiliki tempat pelatihan di kawasan Jakarta Selatan, jenama ini berkonsentrasi bukan hanya pada produksi tapi lebih pada pengenalan batik secara value serta sudut pandang masyarakat tentang batik. Semua hal penting ini disalurkan lewat banyak pelatihan yang mereka adakan. Baik secara pribadi maupun untuk kelompok dengan peserta dari dalam negeri maupun luar negeri.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Bahasan tentang wastra dan dunia adibusana juga diangkat oleh Rurisa Hartomo untuk Batik Fractal yang diusung oleh jenama Digiphoenix yang berlokasi di Cianjur. Berangkat dari sebuah ide dan produksi rumahan serta semangat melahirkan batik dengan kearifan lokal, Batik Fractal kemudian dikenal lewat berbagai event nasional yang diminati oleh sedemikian banyak publik. Rancangnya yang fashionable begitu banyak diminati oleh anak muda dan mereka yang mencintai dunia busana yang terus berkembang memenuhi selera pasar.

Kita kembali ke bahasan tentang kuliner. Setelah Gundanesia, buku dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia juga menghadirkan Mie Aceh Seulawah di Jakarta, Dodol Masitoh di Jakarta, Kue Adek di Banda Aceh. Ketiga usaha kuliner ini lahir dari sebuah usaha rumahan berskala kecil hingga akhirnya menggapai kesuksesan yang patut dapat pujian. Konsistensi, usaha tanpa henti, dan keinginan kuat dalam berbisnis serta pencapaian hingga saat ini, bisa menjadi inspirasi yang pantas untuk dibaca oleh siapa pun.

Mie Aceh Seulawah misalnya. Jenama ini tak hanya melestarikan kuliner asli dari Aceh, tapi juga mampu mengenalkan setiap jenjang rasa otentik seperti di tanah kelahiran pemiliknya, Ibu Ratna Dwikora dan Bpk. Nugroho Heru Setyanto. Masakan mereka pun kemudian diliput oleh banyak media cetak dan digital yang kemudian banyak dihadirkan pada banyak acara kuliner yang dihadiri oleh ribuan pengunjung.

Dalam lembaran berikutnya, pembaca di ajak untuk lebih mengenal Breanna Things dan Tourinas.id serta Dapur Mamani yang ditulis oleh Raihana Mahmud (Irai). Ikatan persahabatan yang terjalin dengan para pemilik jenama ini selama bertahun-tahun, telah menginspirasi Irai untuk menuliskan sejarah dan semangat para pemilik usaha yang tetap menjaga eksistensinya hingga saat ini.

Last but not least adalah ulasan tentang Batik Semarang 16 yang ditulis oleh Teguh Sudarisman. Lewat artikel yang berjudul Menghidupkan Kembali Batik the LIttle Netherlands para pembaca diajak untuk menilik kembali batik khas Semarangan. Sebagai seorang senior di ranah travel writing, saya terhanyut pada setiap diksi dan cara bercerita yang dihadirkan oleh Mas Teguh. Beliau tidak hanya mengangkat beberapa peninggalan bersejarah serta hebatnya jenama ini tapi juga mengurai setiap detik pengalaman yang beliau rasakan saat berada di Niwa Canting Resto & Homestay.

Ah betapa saya ingin kembali ke Semarang dan melakukan hal yang sama.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

Kini dan Nanti

Buku ini boleh saja hanya membahas tentang 22 (dua puluh dua) UMKM tanah air. Tapi dari jumlah yang sedikit ini, setidaknya ada 14 orang penulis/kontributor yang telah menyumbang kisah inspiratif sarat arti serta layak untuk dihadirkan kepada khalayak luas.

14 bukanlah bandingan yang proporsional dengan jutaan UMKM yang saat ini terus berjuang demi nafas keterbelanjutan usahanya. Namun saya yakin, kehadiran mereka di dalam buku dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia, bisa menjadi cikal bakal niat baik tersebut dan buku ini mampu inspirasi bagi pihak lain untuk melakukan hal yang sama.

“Jika kamu bisa menuliskannya, maka tulislah” Ini yang selalu terngiang di benak dan pemikiran saya.

Berangkat dari pengalaman pribadi dalam beberapa waktu sering buntu ide tentang “bagaimana lagi mengenalkan jenama pribadi” melahirkan buku yang bisa terus dibaca, mungkin bisa menjadi salah satu sarana pemecahan masalah sosialisasi. Baik untuk produk yang dihasilkan maupun untuk eksistensi jenama itu sendiri. Ini tentu saja bisa menjadi hitungan ikhtiar dan langkah konkrit yang layak untuk diperjuangkan.

PAPI dan ANM tentunya akan selalu hadir – menjadi bagian penting – dengan mendukung setiap produk literasi dari siapa dan pihak manapun juga, jika usaha ini melahirkan banyak manfaat dan kebaikan.

Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"
Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku "dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia"

16 thoughts on “Menjejak Kesuksesan UMKM Indonesia Lewat Buku “dari Garasi ke Galeri, Kisah Sukses UMKM Indonesia””

  1. Pemilihan judul antologinya sudah sangat menarik dan bikin calon pembaca penasaran. Apalagi ditulis sama 14 orang penulis yang bisa bercerita dengan enjoy, mengalir disertai diksi menarik dan deskripsi asyik. Terbayang, buku antologi ini bukan sekadar bacaan melainkan mengajak untuk lebih care dan memperhatikan UMKM sekitar.

    Sebagai salah satu anak yang tumbuh di lingkungan usaha rumahan, saya pun berharap UMKM Indonesia semakin cerdas dan bisa meluas pemasaran produknya. Roda perekonomian bergerak lebih cepat jika UMKM semakin maju, lapangan pekerjaan dan lainnya akan mengikuti. Peluang yang sangat bagus sekali buat perekonomian dan buat UMKM yang memiliki produk dengan visi misi mendalam, sekaligus mengenalkan budaya lokal ini patut di apresiasi dan didoakan agar umurnya panjang.

    Terima kasih kepada seluruh penulis, semoga buku ini semakin membuka mata dan minat orang-orang untuk terus berbelanja di UMKM. Aku pun merasa penasaran dengan buku nya, namun masih ada banyak buku yang antri belum terbaca huhuhu. Jadi harus lebih sabar, satu satu kelarin dulu.

    Reply
    • Saya berencana untuk membuat seri ke-2 nya La. Karena tentunya banyak sekali UMKM di tanah air yang layak untuk diangkat, disosialisasikan, dipromosikan, dan dikenal oleh lebih banyak khalayak. Ikutan nanti ya La.

  2. Media menuliskan kala pandemi, UMKM lah yang mampu bertahan. Perjuangan untuk tetap bertahan itu juga tidak mudah. Apalagi ide kreatifnya cukup unik di tengah persaingan dan saling serobot dengan produk yang mirip. Semoga melalui antologi PAPI, menjadi salah satu pintu berpromosi dan mengenalkan ke publik serta menjadi lebih sukses ke depannya.

    Reply
    • Betul banget Mbak Hani. Bahkan dari masa Covid tersebut, UMKM pun tumbuh laksana jamur. Bahkan hingga kini, saat PHK meluas, usaha rumahan menjadi pilhan yang tepat untuk menyambung hidup.

  3. Saya kira penulis disini sekaligus pemilik UMKM. Ata bisa ikut antologi ini kalau punya usaha, ternyata penulis bebas mau ngulas profil UMKM orang lain dimanapun ya …
    Seperti Bu Ani yg malah diulas usahanya oleh keponakannya sendiri. Hehehe

    Reply
  4. Pernah ikut event blogger sekaligus belajar videografi bareng mas Teguh Sudarisman. Seingat saya ngasih presentasinya aja pilihan bahasanya menarik ya.. Apalagi versi tertulisnya, jadi penasaran.

    UMKM yang dipilih semuanya punya kisah yang menarik dan hebat banget bisa berkembang maju.

    Reply
  5. wow, “baru” 14 kontributor aja udah menghasilkan wawasan baru tentang UMKM di Indonesia

    berkat para pegiat UMKM ini, sebuah kerang di pantai bisa jadi produk yang nilainya berlipat puluhan kali

    serta gundukan tanah bisa disulap jadi mug, piring dan lainnya yang bikin orang kalap untuk membeli

    kayanya harus bikin buku antologi tentang UMKM seri kedua,dan seri-seri berikutnya nih Mbak Annie

    Reply
    • InshaAllah Mbak Maria. Saya juga ingin sekali bisa menampung lebih banyak penulis untuk menggarap banyak informasi tentang UMKM tanah air. Buku berikutnya diharapkan bisa lebih “berbicara” dengan menghadirkan banyak UMKM lain yang memiliki nama mentereng di dunia usaha.

  6. Sosok inspiratif di sekitar kita pasti banyak, hanya saja adakalanya wadah untuk menyalurkan dalam sebuah karya tulis untuk mengangkat mereka yang kerap terlewatkan atau tidak diketahui.
    Mantap ini Bu Annie bisa menghimpun para penulis sehingga menghasilkan karya inspiratif tentang UMKM tanah air

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga dengan berjalannya waktu jumlah penulis akan semakin banyak sehingga buku2 terbitan PAPI dan ANM bisa banyak berbicara di dunia literasi.

  7. Ternyata ya, ide yang bagus tuh butuh waktu panjang untuk matang ya. Tapi justru di situlah kerennya, karena akhirnya pilihan jatuh untuk menyoroti perjalanan dan penokohan UMKM. Menurutku, ini akan jadi antologi yang nggak cuma menarik dibaca, tapi juga relevan banget buat banyak orang.”

    Reply
    • Tak sulit sebenarnya. Tapi saya (sangat) berharap agar kehadirkan buku “dari Garasi ke Galeri” ini bisa menginspirasi dan memberi banyak manfaat bagi orang banyak.

  8. Salut (sekali lagi) untuk semangat Mbak Annie dan kawan2 PAPI. Berhasil โ€œmenyulapโ€ perjuangan UMKM jadi kisah yang enak dibaca, penuh pelajaran, sekaligus bikin kita bangga sama karya anak bangsa. Judulnya apik, aku sukaaaaa.

    Reply

Leave a Comment