Perasaan haru menyelimuti saya ketika menerima undangan khusus dari K@wan (Komunitas Wisata Way Kanan) untuk menghadiri GEDUNG BATIN BAMBOO RAFTING 2017 yang akan diadakan di Gedung Batin, Way Kanan, Lampung, 7-9 Oktober 2017. Apalagi ketika mendapatkan bocoran info dan foto-foto sekilas bahwa Gedung Batin sudah (jauh) berubah dibandingkan dengan kunjungan terakhir saya di April 2017.
Wow!! Rasa penasaranpun semakin membuncah. Dejavu akan kenangan lama kembali meloncat-loncat di kepala, seperti mandi air sumur di ruang terbuka yang nyaris bisa ditonton pohon dan langit (plus manusia kalo memang niat ngintip), ndelongsor menuruni tangga bambu yang pijakannya jauh-jauh (ini yang bener-bener lengket di otak), serta bejalan berdirit di atas kayu-kayu yang sudah berusia ratusan tahun dan menguatkan niat saya untuk gigih menurunkan berat badan.
Baca juga: Gedung Batin | Kampung Wisata Lestari Way Kanan | Kampung Sarat Sejarah dan Budaya
Menginjakkan Kaki Kembali di Lampung dan Way Kanan
Mengejar jadwal penerbangan pkl. 08:00 wib dari Soetta/Cengkareng, saya memutuskan untuk naik bis DAMRI pkl. 04:00 wib agar tidak jantungan karena traffic dari Cikarang yang semakin menggila akibat pembangunan LRT. Bener aja. Sudah berangkat jam segitupun, setelah melewati 3 provinsi (JaBar, DKI Jakarta, dan Banten) di hari Sabtu, saya baru bisa menginjakkan kaki di terminal 2 Bandara Soetta pada pkl. 06:30 wib. Menikmati setengah jam untuk tarik nafas dan sarapan, sambil menunggu Katerina (Rien) dan Atanasia Rian (Rian), travel-mate saya kali ini, bandara terlihat penuh sesak dengan calon penumpang.
Pesawat berangkat on-time dan 45 menit kemudian kami sudah leyeh-leyeh di El’s Coffee – Airport Radin Inten II, menunggu Dian Radiata (Dian) yang terbang dari Batam dan akan melengkapi tim hore-hore kali ini. Acara ngopi di El’s pun tambah seru dengan kehadiran Verry (anggota K@wan) yang kali ini harus rela tanpa ampun berjam-jam mendengarkan celotehan dari mulut kami sepanjang perjalanan. Bapak satu anak berpipi bakso ini mendapatkan tugas untuk mengawal kami hingga selamat sampai di Way Kanan. Yang sabar ya Ver, ini adalah ujian (((ngomongnya sambil nyengir setan))).
Mengisi perut yang sudah mulai menjerit, siang itu kami putuskan untuk makan siang di Kantin Encim Gendut yang berada di tengah kota Bandar Lampung. Gelak tawa dan obrolan panjangpun kembali bersambung di kantin milik Koh Willy ini. Puas balas dendam setelah berbulan-bulan gak ketemu, kami pun beranjak melanjutkan perjalanan bersama Verry dan Angga yang tampaknya pasrah menerima nasib untuk duduk di belakang bareng koper, helm rafting, dan peralatan lenong lainnya. Ya iyalah. Masak dipangku (((gibas poni))).
Berada sekitar 5jam di dalam mobil menuju Way Kanan, mulai dari terang benderang sampai akhirnya matahari KO, ternyata gak cuma bikin boncengan tepos. Kerongkongan pun sibuk minta disiram karena mulut gak berhenti orasi sepanjang jalan. Ada aja yang dibahas. Masing-masing membawa cerita dari beberapa event yang sempat kami hadiri bersama sebelumnya, termasuk kunjungan ke Gedung Batin pada April 2017 yang lalu. Sepanjang perjalanan satu demi satu memori akan Gedung Batin terangkat kembali. Pertanyaan-pertanyaan kami tentang Bamboo Rafting yang akan diselenggarakan pun dengan sabar dijawab oleh Verry. Pokoknya ga ada sedetikpun waktu yang kami lewatkan untuk ngobrol dari Sabang sampai Merauke.
Menjelang maghrib, kami pun sampai di perbatasan Way Kanan. Gerbang besar tinggi menjulang dan sebuah rest area menyambut kedatangan kami. Di tempat ini telah bersiap beberapa orang dari Kementrian Pariwisata, Wan Yazed (kepala suku K@wan), Wijatnika Ika (Ika) sahabat diskusi kami yang juga adalah puteri daerah Lampung, GenPi Way Kanan, dan beberapa pejabat daerah Way Kanan. Area istirahat pun telah menyiapkan makanan kecil, buah, dan aneka minuman, untuk menyambut 18 orang wisatawan manca negara yang akan turut serta memeriahkan event Gedung Batin Bamboo Rafting 2017.
Meluruskan kaki sejenak dan menikmati awal malam, saya sempat berbincang hangat dengan tim Kementrian Pusat mengenai konsep yang pas untuk wisata di Way Kanan. Belum sempat terlibat dalam diskusi lebih jauh, tamu khusus kami akhirnya sampai juga. Bule-bule dari berbagai negara (wisatawan mancanegara), seperti Belanda, Singapore, Jerman, Rusia, Bosnia, Ukraina, Algeria, Serbia, Italia, UAE, Polandia, Norwegia, Korea, Swedia, Taiwan dan Australia, tampak turun dari bis yang membawa mereka menuju Way Kanan. Wajah lelah tampak terlihat dan kemudian segar kembali sehabis menikmati beberapa refreshment yang dihindangkan panitia.
Sekitar 30menit ngaso sejenak di tempat ini, seluruh tamu kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Bapak Sekretaris Daerah (Sekda) Way Kanan yang berada di Blambangan Umpu (pusat kota Way Kanan). Di sini seluruh tamu diundang makan malam bersama. Bapak Adipati Surya, Bupati Way Kanan, sangat ramah sekaligus menyempatkan diri memberikan sambutan hangat kepada seluruh tamu yang hadir. Pak Adipati ternyata masih mengingat saya dengan baik. Terimakasih ya Pak.
Jarum jam mulai merangkak ke tengah malam ketika keceriaan hari itu mulai berakhir. Sementara kelompok Wisman beranjak untuk menginap di rumah Pak Ali yang berada di Gedung Batin, kami pun berjalan kaki ke sebuah guest house milik Mbak Lita, yang berada tidak jauh dari rumah Sekda. Di sini, dalam 3hari 2malam kedepan, kami (saya, Rien, Rian, Dian, dan Ika) akan menginap dan selalu tidak pernah kehabisan bahan obrolan sampai pagi menjelang.
Yok istirahat dulu ya. Pengalaman seru Bamboo Rafting akan saya lanjutkan di tulisan berikutya.