Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali

Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
sajian keindahan alam yang ditawarkan oleh alas harum. fotonya bakal lebih cantik lagi saat petak-petak sawah berundak dan meliuk indah itu diisi oleh padi yang sudah siap panen

Saya awalnya menemukan Alas Harum dari beberapa artikel on-line beberapa hari sebelum berangkat ke Bali di minggu ke-4 Desember 2021. Saya bersengaja mencari berbagai tulisan tentang destinasi wisata yang berfokus pada agrotourism di seputaran Ubud, karena memang akan menginap di Ubud dalam 3 hari pertama.

Setidaknya dengan mengumpulkan beberapa informasi tentang tempat yang ingin dikunjungi, saya bisa membuat run-down kecil-kecilan agar tempat dan waktu kunjungan bisa diatur/dirancang semaksimal mungkin. Apalagi mengingat masa liburan kami sangat singkat. Hanya 4 hari saja. Itupun sudah termasuk 2 hari perjalanan dengan transportasi udara Jakarta – Denpasar – Jakarta serta jalan darat rumah – bandara – rumah yang butuh waktu tidak sedikit.

Meski sudah puluhan kali menjejakkan kaki di Bali, nyatanya sejak pertengahan 2019 dan hampir 2 tahun setelahnya dirumahkan karena pandemi, saya malah banyak menemukan tempat-tempat wisata baru lewat postingan IG. Bahkan sempat berhari-hari membaca sekian banyak tulisan dengan tema beragam selama isoman 14 hari. Dengan banyaknya waktu luang untuk membaca, saya jadi bisa menelusuri berbagai berita dan informasi terbaru tentang dunia wisata lewat dunia maya dan media sosial.

BACA JUGA : Saat Desa Penglipuran Mengijinkan Saya Kembali
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
beautiful view yang asik dinikmati dari atas bukit

Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum

Setelah berdiskusi dengan Bli Nyoman, driver kami hari itu, kami sepakat untuk memasukkan Alas Harum di bagian terakhir dari daftar kunjungan. Sebuah destinasi wisata alam yang berada di salah satu lembah yang berlokasi di Tegallalang. Pertimbangannya adalah bahwa Alas Harum berada di arah jalan pulang. Good idea menurut saya. Pergi ke tempat yang jauh dulu lalu ditutup dengan yang paling dekat.

Hujan mengiringi perjalanan kami menuju Alas Harum. Tidak begitu jauh sebenarnya tapi derasnya air yang menghujan bumi sempat memberikan kami waktu untuk memejamkan mata di sepanjang perjalanan. Dan saat hampir tiba di tempat, saya cukup kaget ketika menyadari bahwa lokasi Alas Harum hanya beberapa langkah dari Ceking Rice Terrace, sawah terasering yang sempat saya kunjungi di 2018. Satu titik terbuka di Tegallalang dengan pemandangan persawahan spektakuler yang selalu banjir para wisatawan. Beruntungnya saya bahwa saat berada di Ceking Rice Terrace, semua petakan padi mulai menguning dan tampak menunduk siap dipanen. Hasil jepretan pun terlihat lebih ciamik dan indah.

BACA JUGA : Indahnya Sawah Terasering di Ceking Rice Terrace Tegallalang Bali
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
saya di tengah jalan masuk menuju lahan wisata alas harum. area gerbang yang sederhana tapi tetap mengesankan
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
kami berempat di area signage alas harum. patung binatang luwak ini sepertinya adalah patung luwak yang terbesar di bali

Identifikasi termudah dari tempat wisata ini adalah hadirnya patung binatang Luwak di halaman depannya. Besar banget. Satu emak Luwak super jumbo dengan sekitar 7-8 anak Luwak yang berwarna keabu-abuan dan dibiarkan berada di sekitar kakinya. Di bawah patung ini terdapat tulisan ALAS HARUM BALI yang terbuat dari tembaga berwarna rose gold. Persis seperti warna kawat yang biasa saya gunakan untuk membuat wire jewelry.

Di dekat patung ini disediakan toilet, pondokan untuk menunggu dan sebuah rangkaian wastafel unik yang terbuat dari jalinan daun pandan. Duh kreatif banget. Seneng lihatnya.

Bayangkan ya. Dari area parkir atau halaman depan saja sudah demikian estetik. Apalagi bagian dalamnya. Bikin tambah penasaran gak sih?

BACA JUGA : Berwisata Agro di Bali. Mendekat ke Alam dan Mencintai Bumi

Membayar HTM senilai 50K/orang saya melangkah masuk dengan rasa penasaran yang tak tertahankan. Setelah sebelumnya beberapa kali mengunjungi wisata agro di beberapa tempat di Ubud, menambah satu lagi referensi tentunya bakal jadi pengalaman yang menyenangkan.

Tidak ada kesan wah di gerbang masuknya. Tapi begitu melewati gerbang ini, ada anak tangga dan area yang bikin kita tambah penasaran. Setelah melewati beberapa anak tangga, petugas di lapangan akan mengarahkan kita. Sisi kiri menuju ke rangkaian wisata agro, sementara belok kanan adalah Cretya Restoran. Restoran dengan rancang bangun berjenjang di pinggir tebing yang dimiliki oleh Alas Harum.

Karena belum lama menyantap makan siang yang super duper full stomach dan enak, saya dan rombongan langsung menuju area wisata agro. Di sini disuguhkan bertampah-tampah kopi yang sedang dijemur. Di sekitarnya ada beberapa kandang Luwak berikut binatangnya tentunya. Saya tidak mendekat karena tidak tahan dengan baunya yang menyengat.

Sementara yang lain asik mengamati si Luwak tadi, saya melangkah menuju sebuah pondokan beratapkan rumbia yang berisikan beberapa piring terakota hitam yang menampung kopi mentah yang belum diolah. Di tengah pondokan ini ada sebuah lumpang atau lesung penumbuk satu lubang dengan sebuah alu kayu yang panjang dan berat. Entah terbuat dari kayu apa tapi saya lumayan bersusah payah untuk mengangkat dan melakukan gerakan menumbuk. Tapi bisa jadi alunya tidak seberat itu. Hanya saja tenaga saya tidak segagah Xena untuk jadi seorang penumbuk kopi.

Pondokan ini dijaga oleh seorang perempuan yang menurut dugaan saya bertugas mendemonstrasikan atau menggoreng kopi di sebuah wajan besar yang tak jauh dari tempatnya duduk. Cuma saat saya datang beliau tampak letih lesu dan lelah serta minus senyuman. Sayapun tak berminat menyapa karena lebih memusatkan perhatian dengan menciumi berbagai kopi yang sudah ditumbuk. Wanginya sungguh menggoda selera.

BACA JUGA : Tirtagangga Water Palace. Jejak Asri di Relung Karangasem
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
display pengeringan kopi yang berada di pintu masuk ke-2 (sisi kiri). tampak beberapa kandang luwak di sisi kanan foto
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
alunya luar biasa berat. saya cuma mampu menumbuk tak lebih dari 5 gerakan. ada 2 kemungkinan. alunya memang sungguh berat atau saya yang kurang tenaga, letih dan loyo

Beberapa langkah setelah pondokan kopi ini kita akan bertemu dengan pondokan kopi yang lain. Tapi yang kedua ini menyajikan kopi yang sudah jadi. Bahkan sebagian besar diantaranya adalah kopi yang sudah diolah dan dikombinasikan dengan bahan lain sehingga memunculkan rasa baru. Wanginya luar biasa. Benar-benar membangkitkan selerea.

Disini kita bisa melihat bertoples-toples kopi olahan Alas Harum dan bisa mencoba salah satunya untuk kita nikmati secara gratis, sebagai ganti dari HTM yang sudah kami bayar di depan. Meski cuma secangkir kecil, rasanya sudah cukup menurut saya. Sayangnya, entah kenapa, saya kurang berselera untuk menikmati kopi tersebut dengan sajian snack yang ditawarkan oleh petugas. Kalau tidak salah karena sebagian besar menu yang ditawarkan cenderung manis. Sementara kopi yang saya pesan bukan kopi hitam. Jadi pasti berlimpah rasa manis yang nantinya bikin kita mengantuk karena berlebihan kalori.

Saya dan rombongan memutuskan untuk duduk di teras bawah sebuah rumah kayu 2 lantai. Persis di depan kami duduk ada GLASS FLOORING yang lumayan lebar. Karena sudah menjelang sore, entah kenapa memotret di area ini hasilnya selalu memunculkan efek back light. Meski langit tetap biru, tampilan tubuh dan wajah saya tak terlihat sama sekali. Semuanya gelap bak siluet. Lucunya setelah sampai atau kembali ke villa, saya menyadari bahwa harusnya saya dipotret dari lantai 2 rumah atau pondokan ini. Aaahhh terlambat mikirnya.

BACA JUGA : Taman Soekasada. Kekayaan Peninggalan Kerajaan Karangasem di Timur Bali

Usai berjuang dengan urusan foto diatas, kami meneruskan perjalanan dengan mendatangi sebuah toko oleh-oleh mini yang berada di ketinggian yang sama dengan tempat kami nongkrong tadi. Terbuat dari rangka besi hitam serta dinding kaca yang kokoh dan pendingin ruangan yang bekerja dengan baik, toko ini terasa sangat nyaman untuk dikunjungi. Nyaman banget untuk jadi tempat ngaso saat udara terasa panas menjerat leher. Di dalam toko ini, selain banyak packaging berbagai jenis kopi yang ditawarkan di awal tadi, juga ada handicraft, pewangi tubuh, teh dan mini homedecor serta outfit.

Saya membeli 2 pack kopi coklat dan kopi tubruk sebagai buah tangan untuk suami dan sebotol kecil EDT dengan wangi Ylang-ylang yang sudah lama saya cari. Harganya cukup menguras kantong. Tapi karena Fiona sangat menyukai kopi coklatnya dan saya memang sedang menginginkan fragrance Ylang-ylang, tak apalah.

Rampung berbelanja, kami tampaknya sudah kehabisan tenaga untuk menuruni bukit menuju ke bagian terbawah lembah. Dari satu ketinggian tertentu yang seperti masih di bahu tebing, kami mengamati penataan tempat yang begitu apik dilakukan oleh Alas Harum.

Lembah yang kami amati itu terlihat indah bak lukisan alam yang sering kita temui di tempat-tempat wisata. Lembah keindahan yang matang disajikan oleh Alas Harum bagi para pecinta wisata alam.

Berbagai Fasilitas yang Disajikan oleh Alas Harum

Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
BEBERAPA ANAK TANGGA YANG MENGHUBUNGKAN KITA DENGAN BERBAGAI SISI TITIK WISATA ALAS HARUM. FASILITAS YANG SANGAT MEMBANTU UNTUK KITA MENCAPAI KESELURUHAN BUKIT DAN LEMBAH YANG ADA
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
KEINDAHAN TEBING DAN LEMBAH YANG TERPAHAT INDAH UNTUK KITA NIKMATI. SAYA INGIN KEMBALI KEMARI SAAT PETAK-PETAK SAWAH TERSEBUT SUDAH PENUH DENGAN PADI YANG TELAH MENGUNING

Selain sawah terasering yang dibentuk kecil-kecil dan dibuat dengan garis pinggir yang bergelombang, Alas Harum menyediakan beberapa fasilitas serta spot foto unik dan estetik yang dapat wisatawan nikmati. Seperti bird nest (sangkar burung berbentuk bulat).

DANCING BRIDGE yang menghubungkan kedua sisi Alas Harum dan tentu saja seru untuk menguji mental. Tentunya seru melangkah di sebuah jembatan kayu di atas ketinggian tertentu. Sementara jembatannya mengajak kita terus berdansa di setiap langkah kita.

GLASS FLOORING yang tadi sempat kami kunjungi. EDUCATION TEMPLE yang dalam asumsi saya adalah sebuah pura kecil untuk kita mengetahui lebih jauh tentang budaya ibadah agama Hindu. Patung GORILLA (lebih tepatnya kepala gorila) yaitu sebuah goa kecil yang terbentuk dari mulut gorilla. Lalu ada patung PEKAK BRAYUT yang juga berada di tebing. Kedua patung ini tampak sudah limuri lumur dan rerumputan yang tumbuh subur. Tapi keindahannya tiada ada yang berkurang.

Selain beberapa spot foto di atas, Alas Harum juga menyediakan berbagai permainan yang mengajak kita untuk menguji nyali. Yang saya lihat pertama kali adalah SWING atau ayunan. Ada ayunan untuk dinikmati sendirian tapi ada juga ayunan untuk berdua. Ayunan ini juga selain dibedakan menurut jumlah orangnya, juga ditawarkan berdasarkan keseruannya. Bisa minta diayunkan setinggi mungkin atau diayunkan biasa saja. Ketinggiannya berkisar antara 15-25 meter. Semakin extreme ya akan semakin tinggi dan besar pula biayanya.

Lalu ada juga FLYING FOX seharga 300K/orang. Kemudian SKY BIKE dengan 2 opsi yaitu single seharga 150K atau couple dengan harga 300K.

Yang tentunya paling menarik dan laris dikunjungi wisatawan adalah EPIC PHOTO BOOTH. Jika kita menginginkan hasil foto dikirim ke alamat email kita, maka biaya yang akan dikenakan adalah 150K. Sementara jika berupa print out atau hard copies maka kita wajib membayar 100K.

Kemudian ada juga tawaran untuk sekedar trekking di sepanjang persawahan sembari memotret berkeliling. Untuk ini setiap pengunjung akan dikenakan biaya 100K/orang.

Semua fasilitas yang disebutkan di atas sudah termasuk asuransi, pendampingan petugas-petugas yang profesional dan dengan jaminan tingkat keamanan yang baik dan terjaga. Kalimat ini penting banget ya menurut saya. Setidaknya dengan pernyataan seperti ini, jika ada kecelakaan (amit-amit semoga tidak), pihak manajemen Alas Harum akan bertanggungjawab.

Ada satu lagi nih yang menurutku menarik. Selain melihat proses pengeringan kopi kemudian menjadikannya matang, pengunjung juga diajak untuk mencoba/mencicipi sekitar 14 cangkir kecil dari setiap jenis kopi yang ditawarkan oleh Alas Harum. Persis seperti apa yang pernah saya alami saat berada di beberapa agrotourism yang juga berada di seputaran Ubud. Tapi saat saya berada disini, saya tidak sempat menikmati sajian ini karena layanan ini hanya tersedia di restoran. Ah sayang banget ya. Padahal coffee testing ini adalah salah satu poin terseru saat berada di sebuah wisata agro.

Kesan Pribadi Tentang Alas Harum

Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
mini outlet atau toko oleh-oleh alas harum yang tampak dari kejauhan

Berada di Alas Harum menyadarkan saya untuk lebih sering berwisata alam. Menikmati hijaunya pepohonan, rerumputan yang terhampar bagai karpet alam, sawah dan semua kekayaan hayati yang sudah diberikan oleh Yang Kuasa kepada kita. Saya merasakan satu ketenangan saat melihat bahwa ada pihak tertentu yang ingin tetap mempertahankan wisata agro sebagai bagian dari wisata alam yang selalu dirindukan oleh mereka yang setiap harinya berjibaku dengan masa bekerja yang melelahkan.

Karena berkunjung di masa pandemi yang masih rentan penyebaran virus, saya merasa beruntung karena bisa menikmati keheningan sore hari di Alas Harum. Dengan sedikitnya jumlah pengunjung, saya memiliki kesempatan merekam apa yang terhidang di depan mata tanpa noise foto sama sekali. Kebayang kan seandainya pengunjungnya membludak. Pasti sulit mendapatkan foto yang full landscape tanpa penampakan manusia.

Hanya sayangnya sawahnya sedang kosong. Belum ditanam kembali. Jadi petak-petak kecil tempat bertumbuhnya padi tidak bisa saya nikmati. Cuaca juga tak begitu kondusif karena setelah diguyur hujan sesiangan tadi, mendung ternyata menolak untuk beranjak. Meski matahari sempat melongok sebentar, tapi nyatanya mendung lebih mendominasi. Langit gelapnya mendadak mengingatkan saya akan serangan Dementor.

Saya dan rombongan akhirnya tidak jadi turun menyisir bukit karena rintik hujan mulai menyentuh bumi. Melihat di bawah semua area tampak terbuka tanpa ada tempat untuk berteduh, saya langsung membayangkan susahnya kembali mendaki bukit untuk meraih titik awal dimana saya sebelumnya berada. Butuh perjuangan yang tidak sedikit jika rintik berubah jadi hujan. Memikirkan basah kuyup dan ngos-ngosan menelusuri tangga, mental saya langsung anjlok.

Alas Harum sebenarnya menyediakan tangga kokoh disana-sini, tapi dengan tebing yang cukup terjal, saya sudah menyerah duluan. Turunnya sih tampaknya gampang. Tapi saat mendaki, buat saya yang jarang bahkan nyaris tak pernah olga, pasti akan merasakan bagaimana rasanya sesak napas menjelang sakratul maut. Sumpah. Gak enak banget. Kebayang dulu pernah merasakan hal yang sama waktu naik turun tangga jahanam di Kalaodi, Tidore.

Jadi yah, sudahlah ya. Untuk setakat ini, mending cukup melihat dari tebing atas saja. Next visit, saya akan datang pagi-pagi. Supaya bisa merasakan udara segar sekaligus kondisi tubuh yang lebih fit. Sama itu. Pengen nongkrong di restonya. Kalau dari official website mereka www.alasharum.com terlihat bahwa resto di tempat wisata ini menyediakan pondokan-pondokan kecil untuk lesehan di pinggir tebingnya.

Sama ini nih. Sebelum berkunjung mau memastikan dulu bahwa padi-padi tumbuh. Bahkan lebih baik lagi jika padi-padi tersebut sudah menguning. Biar foto-fotonya lebih mentereng dan tentu saja lebih cantik.

Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
rumah kayu 2 lantai yang di lantai 1 nya ada glass flooring
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
area duduk-duduk di lantai 1 pondokan yang di atas tadi. area ini persis hadap-hadapan dengan glass flooring
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
aneka kopi olahan yang ditawarkan oleh alas harum. disini juga ada alat dan tempat penyeduhannya
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
deretan packing kopi dengan beragam varian yang ada di outlet atau toko mini untuk oleh-oleh. pengen deh bisa berlama-lama disini karena ac nya nyaman banget
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
tempat cuci tangan yang berada di area parkir. kreatif banget ya. rangkanya tercover apik, estetik dan unik
Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali
annie nugraha | annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

50 thoughts on “Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali”

  1. Ini satu lokasi dgn Tegallalang ya, tahun 2016 sy ke sana, hanya nongkrong diatas..nggak turun. Nanti kalo ke bali..mau ke sini ah. Ihhh…cakep dn kreati tempat cuci tangannya ya, orang Bali memang joss dalan berseni.

    Reply
    • Iya. Ini memang di Tegallalang Mbak. Yang terbuka untuk umum tanpa tiket masuk itu biasa disebut CEKING RICE TERRACE. Sementara ALAS HARUM ini tempat wisata tertutup dan ada tiket masuknya. Sama-sama di Tegallalang cuma berbeda

  2. wah ini sih cocok banget tempatnya buat healing kalo kata anak jaman sekarang nih mba, bikin seger pikiran, mata dan pikiran. Spot ini juga instagramable ya mba, jadi cakep buat menambah stok foto-foto buat di IG hihi

    Reply
    • wisata alam Arum yang mengesankan ya mbak Annie. bisa ikut pegang alat beberapa , merasuk didalmnya sungguh meninggalkan kesan menarik. menyatu dg alam, ini favorit banget deh …. coba yuk mbak eksplore ke Magelang

    • Naahh bener tuh hahahaha. Banyak spot-spot cantik buat diupload ke medsos. Asal kuat dan sabar kesana kemari. Duduk di restonya sambil ngopi aja udah asik banget Mbak

  3. duh bali di tangan Mbak Annie jadi beneran pulau dewata , kerennn

    karena banyak lho yang mengagumi tapi gak piawai melukiskannya

    seperti terasering yang nampak awesome

    Reply
  4. Balu selalu menyuguhkan hal baru yang mamu menjadi daya tarik. Satu hal yang menjadi ke khasan adalah nilai budaya dan masyarakatnya. Se modern apapun destinasinya selalu menjaga alam dan apa yang ada disekitarnya.

    Reply
  5. Kalau Mbak Annie yang cerita saya berasa ada di tempatnya.
    Konsepnya bagus, agrowisata berlatar Bali dengan aneka kopi yang dimiliki. Mungkin kekurangan di sana-sini karena faktor pandemi. Ada yang harus ditiadakan untuk memangkas biaya operasional.
    Alas Harum beneran bikin penasaran icip kopinya (meski harus ke restoran ya kalau di sini), menikmati segala sajian alam, belanja produknya dan pastinya pepotoan

    Reply
    • Menyenangkan banget tempatnya Mbak Dian. Duduk-duduk di salah satu tempat yang strategis untuk melihat pemandangan, sambil ngemil, ngobrol dan minum kopi aja udah asik banget.

  6. Artinya harus balik lagi ke sana mbak, terus berpose dan difoto dari lantai 2 pondokan.

    Si ibu yang bagian mendemonstrasikan menggoreng kopi mungkin lagi galau mbak, jadi mukanya nggak enak dilihat.

    Reply
    • Nah bener Mbak Nanik. Pengen balik dengan kondisi padinya sudah menguning biar fotonya lebih apik. Dan pengen juga nongkrong di restonya sambil ngobrol-ngobrol, ngopi dan menikmati cantiknya keindahan yang sudah disediakan oleh Alas Harum Bali

  7. duh cakepnyaaaaaa.. saya terakhir ke bali juga ke ubud. kapan ya bisa ke sana lagi #ngiler

    banyak kopi bali yang saya belum tahu ternyata. kapan hari dapat kiriman dari kawan, arabika tamblingan. enak juga, frutty. nah tegallalang ini belum tahu kopinya seperti apa..

    btw mbak annie kayanya di bali mah udah khatam ya..

    Reply
    • Iya Mbak Dhenok. Kebetulan, sebelum pandemi, saya ada bisnis di Bali. Jadi memang regular datang ke Bali. Sekitar 3-4 kali dalam setahun.

      Kopi sekarang memang tambah banyak variasinya ya Mbak. Olahannya luar biasa. Bikin ngopi tuh jadi trend setter dunia pergaulan dan perkopian.

  8. Selalu ada tempat di Bali untuk memanjakan mata yaa. Bali seolah gak pernah kehabisan tempat-tempat indah untuk dieksplor para pengunjungnya. Duh, saya kapan bisa ke sana yaa?

    Reply
  9. Sepertinya itu alu untuk beberapa orang ya Bu Annie.
    Soalnya pernah lihat di tivi ada beberapa orang dengan satu alu itu.
    Kalau sendirian ya gempor juga hihi.

    Reply
    • Alam Bali tidak ada duanya ya mbak cantik dan asri bikin betah mata memandang pemanfaatan kearifan lokal yang harus diimbangi dengan pelestariannya.

  10. Keren banget Mbak. Luar biasa! Tempatnya nih tadi saat baa dan mengamati foto, seperti berada di negeri para hobit.Hobit manusia yang sangat kreatif menciptakan seni lanskap.

    Reply
  11. Suasananya yang nampak indah, menarik dan penuh hikmat di alas harum tegallalang Bali sangat menyambut siapapun yang datang disana ya. Kagum dengan hasil potret fotonya kak Annie yang mengambil sudut pandang pas dan menarik dengan isi artikelnya yang komplit. Ditunggu tulisannya yang mengalir bak air mengalir tanpa henti :)

    Reply
    • Pemandangannya akan lebih indah saat padinya sudah bertumbuh subur Mas Wahid. Pas saya datang, sayangnya padinya barusan dipanen. Jadi lahan hijau bak karpetnya tidak terlihat.

  12. Wisata alam ini emang full pemandangan alam yang bikin kita seger lagi ya bu, belum lagi atraksi manual seperti di Alas Harum tentang pembuatan kopi duh jadi kebayang harum kopinya pasti enak banget ya bu..

    Reply
    • Yang pasti senang berlama-lama di sini Yu. Tempat wisata yang komplit dan bikin betah. Kapan ke Bali jangan lupa mampir kemari. Worth visiting habis pokoknya.

    • Kopi hitamnya enak banget Nur. Minum dengan gula dengan komposisi yang pas. Pas dinikmati sembari lihat pemandangan yang indah. Apalagi kalo pas datang sawahnya lagi hijau. Lebih cakep lagi penglihatan kita.

  13. aduh cantiknyaaaa……

    jadi pingin segera ke Bali

    apalagi teman saya yang sekarang bermukim di Bali berjanji mau nganterin ke sana ke sini :D

    huhuhu berharap tabungan segera penuh

    Reply
  14. Asyik banget ya, suasana pedesaannya terasa banget. Saya paling suka lihat pohon kelapa yang lurus menjulang tinggi di antara pematang sawah itu.

    Tapi kalau jarang olahraga, kesana kaki bisa gempor juga ya, apalagi kalau menuruni “tebing” nya. Apalagi klo habis hujan dan tanahnya jadi licin. Asyik sebenarnya buat tracking ala ala.

    Reply
    • Betul Mbak Nanik. Terasa banget naik turunnya. Gempor hahahaha. Tapi kalau memang niat motret sampai ke bawah situ, banyak sudut-sudut yang cantik untuk dilihat. Saya gak berminat turun karena sawahnya lagi kosong. Coba kalau subur, saya pasti bela2in turun deh.

  15. Aroma kopinya sampai sini deh Bu Annie, hehe.
    Alas Harum yang apik semua suasananya.
    Eh iya menurut daku, alunya berat karena terbuat dari batu asli dan karena gak terbiasa jadi terasa berat. Gitu kali ya hehe

    Reply
  16. Lokasi seperti Alas Harum ini di Bali jadi spot wisata dan dikunjungi ya. Di daerah saya Cianjur, lokasi seperti itu justru dijauhi. Sebab tebing seperti itu berbahaya saat musim hujan apalagi sekarang rawan gempa sering ada gempa susulan. Padahal Cianjur banyak banget lokasi seperti Alas Harum, apalagi kalau dikelola. Tapi ini lokasi seperti itu dijauhi karena berpotensi longsor dan membahayakan kalau di tempat saya

    Reply
    • Nah bener Mbak Okti. Pernah di satu waktu saya keliling beberapa tempat di Cianjur. Tebing-tebing dan bukit-bukitnya banyak banget. Tapi memang tanahnya lempung ya jadi memang gampang longsor. Semoga nanti ada investor yang mau menjadikan salah satu sudut sawah indah di Cianjur ini menjadi satu destinasi wisata alam yang asik dan indah.

  17. Ku punya foto di lokasi yang sama kiriman suami. Waktu ke Bali akhir Okt lalu rombongan kantornya juga ke sini. Aku ga ikut karena jalan-jalan sendiri hihi. Tapi dapat dong kopinya buat oleh-oleh yang di Jakarta.
    Memang sekarang banyak tempat wisata baru di Bali ya Mba Annie…senangnya dari sosmed kita jadi tahu info terupdate

    Reply
    • Iya Mbak Dian. Bali is moving very very fast. Saya aja yang sering ke Bali, bisa menemukan banyak tempat-tempat baru dalam hitungan bulan. Investasinya wisatanya kenceng juga di sini.

  18. Konsep Alas Harum ini persis The Lodge Maribaya ya, kak Annie..
    Rasanya bermain dengan memanfaatkan pemandangan alam yang indah begini sungguh bikin puas wisatawan. Dan yang paling gak terlupakan adalah sensasi mencoba wahana permainan yang ditawarkan. Kalau ada jasa fotonya, bayar biaya tambahan lagikah atau incl?

    Reply
    • Nah bener itu Len. Lihat foto-fotonya THE LODGE MARIBAYA tampak serupa dengan ALAS HARUM. Saya belum kesampaian nih menginjak The Lodge karena saat ke Lembang hujan deras banget.

  19. Ini Instagramable semuanya ya mba suka bnget jadinya kepingin ke
    Alas Harum,viewnya juga bagus…next klo kesana mau mampir nuga akuh

    Reply
  20. Saya tuh paling suka mengunjungi wisata alam yang ada nilai edukasinya, seperti di Alas Harum Tegallalang Bali ini. Kondisi alam yang asri tampak segar dan menyejukkan mata. Apalagi ada beberapa wahana yang bisa kita coba. Kekurangannya cuman satu: jauh dari surabaya, hehehe… Salut buat Mbak Annie yang selalu menampilkan foto-foto estetik yang bikin mata jadi kinclong…

    Reply
  21. Mata mbak jeli lho tahu itu wastafelnya dari jalinan daun pandan.Saya ga bakalan ngeh dan paham hehehe..

    Pemandangannya keren banget. Mungkin karena sistem pengairan Subak jadi teraseringnya bisa seastetik itu. Yg paling berkesan buat Saya Luwaknya sengaja dikembangbiakkan juga. Sekaligus melestarikan mereka.

    Reply
    • Betul. Terasering itu jadi pemandangan yang apik banget. Sayangnya pas saya kesini, sawahnya habis dipanen, belum ditanam kembali. Kalo sawahnya sudah tumbuh tinggi atau mendekati masa panen, hasil fotonya bakal jauh lebih apik lagi.

  22. Baguuuuus banget dan bisa jadi inspirasi wisata, nih, Bahkan bisa di-ATM juga konsepnya di kota lain.
    Memang takkan sama seperti di sana karena Bali memang punya terasering yang istimewa.

    Reply

Leave a Comment