Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar

Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
hamparan selat makassar yang terlihat dari kamar saya di swiss-belhotel, losari, makassar

Matahari pelan beranjak turun saat saya dan suami tiba di Swiss-Belhotel yang berlokasi di salah satu titik rangkaian Pantai Losari, Makassar. Area kedatangannya cukup unik karena kita hanya melihat 2 jalur naik dan turun kendaraan tanpa ada satu sentuhan estetik atau keindahan taman serta kemegahan fasad, seperti layaknya hotel bintang 4 lainnya. Jalur kendaraannya pun cukup terjal dan hanya menyediakan sedikit ruang untuk pemberhentian, serta urusan drop off dan drop on yang sangat terbatas.

Saat kami tiba di lantai dasar dari keseluruhan bangunan ini, suasana check-in masih terasa. Terlihat beberapa tamu juga melakukan hal yang sama dengan kami. Mengantri dan berdiri di garis yang sudah disediakan. Cukup ramai tapi semua terlihat sangat terkendali dan tertangani dengan baik. Ada sekitar 5 petugas yang melayani tamu sehingga tidak terjadi penumpukan publik di area ini. Batas berupa plastik tinggi pun dibuat agar ada pembatas jarak yang cukup antara petugas dan tamu. Prokes tertib yang wajib dipatuhi oleh semua yang terkait.

Sembari menunggu suami yang sedang bertransaksi dengan petugas reception, saya menghamburkan pandangan ke area lobby. Beberapa tamu tampak duduk-duduk di Swiss Cafe Restaurant yang berada persis di samping area penerimaan tamu. Teras luar dari resto ini terlihat hampir penuh oleh pengunjung. Semua duduk mengobrol dengan secangkir kopi dan berpiring-piring makanan kecil sembari menunggu matahari mengistirahatkan diri.

Saya menyempatkan diri melongok sebentar. Ah ada spot menarik rupanya. Selat Makassar terbentang cantik persis di depan teras resto tersebut. Dan itu indahnya memanjakan indera penglihatan kita.

Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
pemandangan sunset dari teras swiss cafe restaurant swiss-belhotel LOSARI makassar

Beranjak ke Kamar

Saya awalnya ingin nongkrong dulu di teras cafe and restaurant ini, bergabung dengan belasan orang yang tampak menikmati waktunya. Tapi sepasang kaki pra lansia saya yang lelah, minta diistirahatkan sejenak. Berangkat dari rumah sehabis subuh rupanya harus berakhir di waktu menjelang sunset itu, di Swiss-Belhotel Losari Makassar.

“Kamar kita juga menghadap ke laut ini. Nanti bisa motret dari situ”

Info suami diatas, semakin menguatkan niat untuk segera beranjak ke kamar.

“Mbak receptionist nya bilang begitu. Dan tadi si petugas bilang kamar dengan kasur king sudah fully booked. Jadi ranjang twin disatukan. Terus katanya lantai kamar kita tidak berkarpet.” ujar suami. “Kenapa soal karpet diperkarakan ya?” lanjutnya dengan wajah tampak bingung sekaligus penasaran.

Saya tak menyahut. Hanya menyungging senyum karena sama bingungnya. Plus karena sedang berada di dalam lift dengan 4 orang yang tidak kami kenal.

Tapi semua segera terjawab setelah memasuki kamar.

Kalau ada karpet di kamar, kita bisa melantai, duduk-duduk persis di pinggir kaca besar kamar. Tentu saja asik sembari menikmati semua pemandangan yang terhampar di depan hotel. Selat Makassar, Anjungan Pantai Losari, kompleks Centre Point of Indonesia yang sedang dalam tahap pembangunan dan Masjid Kubah 99 karya Ridwan Kamil yang memang jadi primadona para wisatawan. Dan keesokan harinya, saat saya bertemu Mas Tobey, tour guide yang mengantarkan saya kemana-mana, barulah saya kemudian paham bahwa sebagian besar publik Makassar, terutama yang sering staycation, lebih menyukai lantai berkarpet ketimbang keramik. Alasan utamanya adalah masalah kesan kemewahan dan kenyamanan. Begitu menurut Mas Tobey.

Baiklah. Setidaknya jadi tahu selera orang Makassar.

Kamar standard pesanan kami terlihat bersih dengan AC ruangan yang cepat dingin. Kamarnya sederhana saja tidak ada sentuhan seni estetik layaknya kamar hotel bintang 4. Di dekat kaca ada meja panjang, TV dan kursi kerja. Ada penanak air, 2 cangkir, teh kopi gula sachet, kulkas kecil dan 2 botol air mineral sebagai complimentaries. Nakasnya unik. Berupa kayu ukuran kecil yang bisa dilipat ke dinding. Kamar mandinya berdinding kaca tapi dibatasi oleh vertical blind yang dipasang persis di dekat kasur. Tetiba saya merasa punya 2 jendela. Satu menghadap ke luar kamar, sementara satu lagi nangkring di dalam kamar. A bit weird actually.

Seperti biasanya, ada lemari besar di dekat pintu masuk. Ruang basuh dengan shower terlihat bersih meski ada beberapa tambalan berupa plester putih diantara sudut keramik. Fasilitas toiletries nya lengkap seperti layaknya kamar standard hotel bintang 4. Hanya saja quantity nya minim. Untung saya selalu membawa stok dari rumah. Jadi saat menemukan toiletries dalam kondisi seperti ini, saya gak panik. Saat kami masuk room service sepertinya lupa menaruh tempat sampah. Small thing but it’s very important for me.

I have no complaint for their cleanliness. Namun sepertinya management Swis-Belhotel Makassar (sangat) butuh bala bantuan untuk meredekorasi kamar ini. Baik dalam hal pernak-pernik atau ornamen, mengubah pilihan warna serta komposisi materi yang mengangkat nilai keindahan. Seperti misalnya warna dinding yang selaras dengan keramik lantai. Furniture pun ikut menyesuaikan. Dan alangkah lebih baiknya jika furniture kamar menggunakan jenis kayu “berisi”. Karena selain lebih kuat dan tahan rayap, tampilannya pun terlihat lebih mewah. Apalagi ini kan membicarakan tentang kamar hotel bukan kamar kost. Hotel bintang 4 pula.

Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
kamar tipe deluxe yang kami tempati

Sarapan yang Sangat Mengesankan

Menginap selama 3 hari 2 malam di Swis-Belhotel Makassar, saya sangat mengharapkan dapat merasakan sajian sarapan yang mengesankan. Plus ada menu yang berganti atau berbeda di setiap paginya. Harapan saya terbukti. Setidaknya sebagian besar kue tradisional yang ditampilkan di area depan pintu masuk restaurant, disajikan sangat menarik, colorful dengan wadah cantik. Snack yang seharusnya jadi hidangan penutup atau dessert justru jadi pembuka yang membangkitkan selera.

Seperti biasa, sebagai seorang banci dapur, melihat keindahan potongan kue-kue kecil nan manis, saya selalu berdecak kagum. Salut dengan si pembuat yang tentunya punya taste of art mengagumkan. Karena sejatinya memasak dan menciptakan sebuah sajian yang mumpuni juga adalah seni.

Saya langsung membayangkan saat bakers nya menunduk lalu menghias setiap sudut kue berukuran kotak besar lalu menciptakan warna-warna yang pas untuk setiap loyang. Kemudian memotong kue besar tersebut satu demi satu, pelan-pelan, agar lapisan kuenya yang juga indah itu tidak berhamburan.

Sayangnya saya tidak boleh melahap semua jenis kue kecil ini karena harus menjaga kadar gula darah. Jadi cukup sebagai hiburan mata, untuk pemotretan, dan ijin mengembalikan kuenya yang sama sekali tidak saya sentuh.

Selain serombongan kue, di barisan yang sama ada produk bakery (aneka roti dan donat), buah-buahan dan layanan pembuatan pasta. Sungguh semua melelehkan hati. Pusat segala minuman juga berada tak jauh dari kue khas Makassar dan jajan pasar. Ada juice (dari sirup botolan), air mineral, infused water, teh dan kopi. Infused water nya mantab. Rasa jeruk dan strawberry nya dominan banget. Terasa di lidah. Serasa minum vitamin C tapi dalam kondisi air bening.

Baca juga : Beberapa Masjid Indah Bersejarah yang Bisa Kunjungi di Makassar

Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
potongan-potongan kecil kue yang saya kagumi itu. disajikan berwarna-warni justru menaikkan selera. gak perlu nunggu dessert untuk melahap kelezatannya

Sajian lain yang sama mengesankannya adalah hidangan telur, lontong sayur dan bubur ayam dengan pilihan topping yang banyak banget.

Ketiganya memiliki tempat, kios atau counter sendiri-sendiri. Khususnya untuk sajian telur. Lahan pengolahannya besar dan lengkap sekali. Tidak menggunakan wajan seperti biasanya, tapi sebuah tatakan aluminium super luas yang biasa dipakai oleh chef masakan Jepang yang bisa kita tonton saat dia sedang berkarya.

Selain telur, chef yang melayani tamu di egg stall ini, juga mengolah potongan daging serta sosis. Lengkap sekali. Antrian pun gak pernah ada hentinya. Tapi berkat kecekatan bekerja, antrian mengular dapat dengan cepat terurai. Saya sempat memperhatikan bagaimana dia lihai memecahkan telur dengan satu tangan, memisahkan pesanan yang beragam (rebus, scramble dan omelet dengan berbagai isi), sembari menggoreng potongan daging dan sosis. Spatula pipih besar dengan pegangan kayu itupun sering memunculkan suara unik, terutama saat berhantam-hantam dengan lahan besar tempat menggoreng.

Di makan pagi hari pertama, saya dan suami sengaja duduk di teras meskipun sinar matahari begitu terang benderang menerjang. Kami memilih meja yang mendekat ke pagar kaca, sisi terluar dari teras restaurant. Kami ingin merasakan sensasi sarapan di sebuah tempat dengan pemandangan laut membentang. Satu kenikmatan yang tentu saja tidak bisa kami nikmati setiap hari. Saya bahkan sempat melihat sebentar ke arah dermaga yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut yang berada persis di samping hotel.

Kesibukan di hari kerja tampak bergerak.

Counter khusus untuk lontong sayur dan egg stall ada di teras ini. Dari sinilah saya bisa melihat kesibukan layanan dan antrian yang terus memanjang tanpa henti.

Buffet nya sendiri ada di bagian dalam restaurant. Panjang dengan pilihan sajian yang berderet dan cepat sekali kosong. Ada dimsum, soto, nasi dan lauk pauk yang biasa kita nikmati sehari-hari.

Dua hari santapan di waktu yang sama, sekitar jam 7 pagi, saya menyaksikan banyak tamu berpakaian kantor. Jika mengamati outfit yang dikenakan dan ransel besar-besar yang mereka bawa, bisa dipastikan bahwa dominan tamu ini sedang berdinas ke Makassar. Mereka pun saling bertegur sapa satu sama lainnya dan tampak berdiskusi membahas pekerjaan kantor.

Bukan sengaja menguping. Tapi letak meja yang berdekatan, membuat saya bisa mendengarkan apa yang mereka percakapan. Mendadak teringat jaman masih jadi kuli orang dan perjalanan dinas yang cukup sering saya lakukan. Been there.

Tapi kali ini, di kesempatan menginap di Swiss-Belhotel Makassar, saya yang memang pengacara (pengangguran banyak acara), pengintil suami, juga mempunyai jadwal sendiri. Setelah suami berangkat tugas, saya pun bersegera dijemput tour guide untuk berwisata di dalam kota Makassar.

Baca juga : Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar

Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
empat sajian favorit saya di hari ke-2. bubur kaya topping, lontong sayur dengan kuah santan yang ringan, ceker (dalam paket dimsum), kacang merah dan tomat dengan lelehan keju diatasnya
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
sarapan di hari pertama. favorit saya di hari ini adalah otak-otak goreng khas makassar. sayangnya tidak saya temukan di hari kedua
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
jajaran produk bakery yang harumnya menohok indera penciuman

Fasilitas Lain di Swiss-Belhotel Makassar

Karena waktu lebih banyak dihabiskan di luar hotel, saya menyempatkan diri mampir ke kolam renang yang memiliki pemandangan yang juga stunning disela-sela waktu yang ada. Dari jendela kamar saya bisa melihat indahnya tata ruang kolam renang ini. Dan dari beberapa tautan serta foto yang diambil oleh beberapa pengunjung, suasana sunset terlihat begitu sempurna terlihat dari pinggiran kolam. Sayangnya di waktu-waktu ini, saya masih ada di luar hotel.

Saya baru sempat berfoto di kolam renang setelah sarapan di hari ke-2. Syukurnya langit cerah membiru dengan awan putih yang cantik sehingga foto di pagi itu tercipta dengan cantiknya.

Kolamnya juga terbagi atas dua. Ada satu kolam khusus untuk anak-anak dengan prosotan. Kemudian sebuah kolam renang besar dengan kedalaman sekitar 150cm. Kolam renangnya tampak bersih. Tapi tak terlihat satupun petugas yang berjaga. Tak terlihat juga ketersediaan handuk khusus berenang di salah satu sudut penjagaan. Bisa jadi karena terbatasnya jumlah petugas atau memang karena dibatasinya ijin berenang untuk para tamu.

Saya sendiri belum berminat untuk berenang karena masih menjaga diri dari berkontak fisik lewat air dengan orang lain. Karena resiko penularan virus bisa terjadi lewat air yang stagnan, tidak aktif mengalir.

Di hotel Swiss-Belhotel Makassar ini juga ada Gravity Sky Lounge & The Terrace. Awalnya saya dan suami sepakat untuk mampir kesini di malam hari. Setidaknya menikmati 2 cangkir kopi. Tapi ternyata kelelahan yang mendera menuntut kami untuk tidur lebih awal. Sayang banget sebenarnya.

Ada juga sarana olah raga (fitness centre), room massage, 24 hours room service, serta fasilitas-fasilitas lain yang wajib dimiliki oleh hotel bintang 4.

Satu lagi yang menarik dan menjadi kelebihan dari Swiss-Belhotel Makassar adalah lokasi. Terutama bagi mereka yang memilih untuk menikmati pemandangan laut dan wisata bahari ketimbang kesibukan bisnis dalam kota yang cenderung hiruk pikuk dengan lalu-lintas dan wisata belanja. Persis di depan hotel juga ada Fort Rotterdam. Benteng peninggalan kerajaan Gowa-Tallo yang dibangun pada 1545. Dan jika senang berjalan kaki, tak jauh dari hotel juga ada sederetan warung pinggir pantai yang menghidangkan makanan laut dan banyak sekali penjual es kelapa muda.

Teman-teman yang tertarik untuk menjelajah informasi tentang makanan halal dan lifestyle, bisa loh mampir ke blog milik teman saya Ugik Madyo. Sila browsing ke ugikmadyo.com untuk membaca banyak artikel menarik. Salah satunya adalah tentang Heha Sky View yang berada di Gunung Kidul, Jogyakarta.

Foto-foto untuk Swiss-Belhotel Makassar

Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
saya di pinggir kolam renang anak dengan pemandangan centre point of indonesia yang sedang dalam tahap pembangunan dan masjid 99 kubah
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
kolam renang yang luas dan besar dengan pemandangan laut yang memesona
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
deretan donat yang menggiurkan
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
egg stall yang selalu sibuk dan panjang dengan antrian
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
jajan pasar yang selalu berbeda setiap hari. ragamnya banyak dengan penyajian yang menarik hati
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
ketupat dan lontong sayur yang kaya rasa. food stall yang satu inipun banyak peminatnya
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
miniatur kapal phinisi yang ada di pintu depan swiss cafe restaurant. kehadiran miniatur yang menjadi ciri khas suku bugis ini menjadi penanda betapa pelaut bugis telah dan terus menjadi kebanggaan dan ciri dari masyarakat sulawesi selatan
Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

25 thoughts on “Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar”

  1. dari foto, lontong sayurnya memang menggoda, Mba.

    Ahh udah 2 artikel Mba Annie tentang Makassar yang saya baca, membuat kerinduan ingin berkunjung kembali ke Makassar semakin besar

    Reply
    • Menggoda secara visual dan rasanya memang enak banget Mbak Ira. Meskipun kuah santannya sedikit encer, tapi rasa keseluruhan lontong sayurnya tetap enak. Justru malah jadi terasa ringan di lidah.

      Masih bererot nih Mbak artikel saya tentang Makassar hahahaha. Satu persatu akan saya tulis sebelum traveling lagi. InshaAllah.

  2. Saya pun penasaran, apa rasanya di kamar ada dua jendela, satu ke luar, satu ke KM…
    Kalau di hotel berbintang, kenapa ya, saya pun favorit dengan omeletnya lho. Padahal di rumah bikin ya bisa. Seneng aja lihat Mas/Mbak-nya bikin omeletnya. Trus ada side dish sosis dll, yang engga nemu di supermarket manapun…
    Jadi kangen nginep di hotel…hehe…Btw…bagus banget backgroun Masjid 99 Kubahnya…
    Di Bandung juga ada Masjid Al Jabbar, desainnya Ridwan Kamil juga. Atapnya juga unik…

    Reply
    • Omelet is a must untuk sarapan di hotel ya Mbak Hani. Gak pernah ketinggalan pokoknya.

      Ah. Saya juga udah niatan nih untuk wisata religi di Bandung. Mengunjungi beberapa masjid yang indah disana dan menuliskannya. InshaAllah.

  3. Duh, makanannya enak-enak kayaknya tuh Mba :D
    Impian banget ini saya bisa ke Makassar dan menginap di hotel dengan view laut gini.
    Apalagi kalau dekat pantai Losari, saya dulu pernah mampir di pantai Losari, tapi kayaknya belum semakin indah kayak sekarang ini :)

    Reply
    • Sekarang Pantai Losari sudah berubah banyak banget Mbak Rey. Sudah jadi Anjungan Pantai Losari. Saya sudah membuatkan tulisan khusus untuk Pantai Losari.

  4. Mbak Annie keren deh
    satu perjalanan bisa dapat banyak tulisan
    Rasanya sedih banget karena setiap bepergian maunya nulis
    tapi stuck walaupun udah ngumpulin foto
    Malah yang terakhir, foto2 saya gak sengaja kehapus
    huuuu, nangis guling-guling :D

    Reply
    • Alhamdulillah Mbak Maria. Untuk kota/tempat yang bakalan jarang dikunjungi, biasanya saya bersengaja menyewa tour guide untuk motret, keliling dan mampir di tempat-tempat yang jadi ikon kota/tempat yang bersangkutan. InshaAllah jadi kenang-kenangan yang manis.

  5. Dududuuuu viewny juaraa itu ya mbak.
    Ada laut dan center point of Indonesia.
    Meski hanya staycation saya kayanya betah disitu…

    Dan itu jajanannya masyaallaah. Saya ngga begitu doyan kue basah. Jadi kalo ngeliat penampilan cantik begitu cukup dipandang. Ngga brani ambil karena tau ngga kemakan daripada mubazir yaa…

    Reply
    • Makanannya berlimpah ruah memang. Pengen diambil dan dicoba semua hahahaha. Untuk nginap 3 hari 2 malam, jadi bisa menikmati beberapa menu yang berbeda di setiap harinya

  6. Wah beruntung banget di hari pertama Bu Annie udah langsung mencoba otak-otak goreng nya, karena di hari kedua malah gak ada.
    Mungkin buat variasi menu ya.
    Ah yang penting sih, pas lihat dessert yang warna warni ceria, pemandangan luar hotel yang bikin takjub juga udah sangat menyenangkan ya

    Reply
    • Iya loh Fen. Itu otak-otaknya jempolan deh enaknya. Dari yang saya dengar dari tour guide, otak-otak termasuk salah satu produk kuliner andalan kota Makassar. Sering juga jadi oleh-oleh. Pulang pun akhirnya saya beli banyak. Enaknya luar biasa.

  7. Belum pernah ke Makasar. Jadi pengen ke sana setelah baca artikel ini. Hotelnya juga asyik. Viewnya menarik dan sajian menunya enak. Jadi kangen staycation lagi. Hiks

    Reply
  8. Wah keren amat sih ya view hotelnya bikin betah loh mba, kalau ke makassar wajib coba nginep di sini lah yaaa, nyaman, fasilitasnya oke, plus pilihan menu makanannya juga enak-enak nih

    Reply
    • Lokasinya juga asik Mbak. Aksesnya sangat bagus. Depannya itu Fort Rotterdam. Salah satu destinasi wisata andalannya kota Makassar

  9. Lokasi hotelnya cakep ya mbak
    Tamu bisa menikmati keindahan pantai Losari
    Kalau fasilitas hotel sudah tidak diragukan lagi
    Swiss Belhotel memang recommended buat menginap

    Reply
    • Betul banget Mbak Dian. Jaringan Swiss-Belhotel memang jempolan. Lokasi dan food & beverage nya yang biasanya dapat compliment pujian dari para penginap

  10. Aku baru tahu kalau Swiss-Belhotel Makassar ini bintang 4, kak Annie.
    Karena melihat fasilitas dan pelayanannya berkelas seperti bintang 5.
    Kalau di Swiss-Belhotel Bandung, asik banget lokasinya di Dago atas, jadi beneran viewnya WOW.
    Hanya saja, pas aku ke sana, sering ada acara musik yang rame banget ((aku suka musik, masalahnya musiknya bukan seleraku, huhuuhu, jadi sedikit merasa terganggu))

    Yang menarik memang makanannya yaa, kak Annie.
    Rasanya pengen nyemilin semuaaaa..rotinya endul-endul gemooy~

    Reply
    • Persyaratan bintang 5 sekarang dah tinggi banget. Gak cuma masalah visual bangunan tapi juga kualitas pelayanan juga manajemennya. Saya juga baru ngeh ada beberapa hotel di Bandung yang turun skala bintangnya. Jadi memang sekarang hanya selected hotel/villa atau resort yang mendapatkan bintang 5.

      Nah, saya pengen tuh nginap di Swiss-Belhotel yang di Dago. Banyak yang ngomong viewnya bagus banget. Penasaran maksimal deh.

  11. Belum pernah jelajah sampai makassar saya bu..pengen banget main di pantai Losari dan nikmati keindahannya ..jadi Swiss Bellhotel ini pas di depan pantai Losari ya bu Annie..saya bayangin kayak Mercure hotel Kuta Bali kan langsung hadap laut tuh dulu wah asyik banget ya ga usah jalan ke pantai dari kamar saja bisa lihat laut

    Reply

Leave a Comment