Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar

Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
Saya di titik tengah anjungan pantai losari

Saat mendengar 2 tawaran suami antara Bengkulu atau Makassar, saya langsung cepat menyahut dengan pilihan ke-2. Alasan terkuatnya adalah saya sudah lama banget gak menginjakkan kaki di Makassar. Melihat Makassar kembali adalah salah satu kerinduan traveling ke bagian tengah dan kota penghubung ke timur Indonesia.

Terakhir berkunjung ke kota Angin Mamiri adalah di 2000. Waktu itu juga dalam rangka ngintil suami yang berdinas ke Makassar dan melakukan perjalanan darat menuju Tana Toraja selama 8 jam. Saat itu, kalau tidak salah ingat, Makassar masih dikenal dengan nama Ujung Pandang dengan tata kota yang belum semegah dan sepadat sekarang. Ya jelas lah ya. Rentang waktu 12 tahun tentunya bisa melahirkan banyak perubahan yang signifikan.

Kesempatan lainnya adalah saat transit di Bandara Hasanudin dalam rangka perjalanan udara menuju Ternate di 2017. Saya sempat melihat perubahan ukuran bandaranya. Dari yang awalnya (tahun 2000) hanya berupa satu rumah kecil untuk area ketibaan, hingga menjadi bangunan 2 lantai. Hanya saja di 2017 tersebut, Bandara Hasanudin masih dalam tahap pembangunan dan saya pun sempat hampir terlambat berpindah pesawat karena antrian masuk kembali ke ruang tunggu yang cukup padat.

Berjumpa Lagi dengan Makassar

Menggunakan penerbangan pagi, saya dan suami tiba di Makassar tanpa hambatan setelah tengah hari karena adanya perbedaan waktu antara WIB dan WITA. Lagi-lagi saya bertemu dengan nuansa renovasi yang belum memunculkan nuansa etnik khas bandara. Dinding-dinding ruang kedatangan masih dominan ditutupi oleh triplek tebal hingga mencapai area luar tempat penjemputan. Nasib saya bener ya saban ke Makassar, bandaranya selalu dalam kondisi bersolek. Sebagian besar dinding yang dilewati penumpang yang baru tiba, berisikan beberapa informasi dan destinasi wisata Sulawesi Selatan serta promosi keberadaan perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah menguasai dan mendominasi berbagai bisnis serta perkembangan ekonomi Makassar dalam jangka waktu yang lama.

Karena masih dalam kondisi perbaikan, lounge di depan ruang kedatangan hanya berisikan 2 counter layanan transport on-line. Saya memilih salah satunya dengan tarif sekitar 150K belum termasuk biaya tol sekitar 20K hingga mencapai hotel Swiss-Belhotel Makassar yang berada di area pantai Losari dan persis di depan Fort Rotterdam. Jakarta tempuh antara bandara menuju hotel sekitar hampir 1 jam dengan kondisi bahwa saat itu traffic tidak sedang dalam kondisi sibuk oleh jadwal orang pulang kantor.

Sepanjang perjalanan saya melihat Makassar, salah satu kota terbesar di Sulawesi, cukup sibuk. Sepanjang perjalanan saya banyak melihat banyak ruko-ruko, bangunan bisnis seperti restoran, deretan toko, termasuk perkantoran, dan pedagang pinggir jalan. Kegiatan ekonomi sepertinya mulai bergerak, menggeliat, setelah selama 2 tahun lebih tanah air sempat terhenti karena pandemi.

Mengunjungi Anjungan Pantai Losari

Ditemani oleh Mas Tobey, mantan jurnalis yang belakangan aktif sebagai tour guide, sehari setelah tiba di Makassar saya memutuskan untuk mengeksplorasi kota ini seharian penuh. Khususnya menjelajah keindahan Anjungan Pantai Losari yang memang menjadi ikon kota Makassar. Menginap di hotel yang berada dalam satu garis lurus dengan Pantai Losari, saya melangkahkan kaki terlebih dahulu ke area wisata pantai ini yang secara resmi menjadi taman wisata kota Makassar.

Langit cerah di pagi itu menghembuskan udara yang cukup panas. Tapi dengan kondisi seperti inilah, langit terlihat terang sempurna dengan warna biru dan tebaran awam putih yang indah untuk dilihat dan direkam lewat kamera. Mas Tobey memutuskan untuk memarkirkan kendaraan di sisi terujung atau titik awal anjungan lalu mengajak saya untuk berjalan kaki dari ujung ke ujung agar bisa menikmati keseluruhan pantai Losari sepanjang hampir 1km. Capek memang. Tapi menjejak Anjungan Pantai Losari titik demi titik justru memberikan pengalaman eksplorasi yang berkesan.

Sambil berjalan pelan dan membantu memotret saya disana-sini, Mas Tobey banyak memberikan banyak informasi dan masukan yang sangat berisi untuk pengetahuan. Saya mendadak langsung merasakan keberuntungan bertemu dan berkelana dengan bapak 3 orang anak ini.

Saat pertama turun, saya langsung terpukau dengan keindahan Masjid Amirul Mukminin yang lebih sering disebut sebagai masjid terapung. Saya berhenti beberapa waktu untuk melihat masjid ini dari kejauhan. Ada jalan yang cukup besar, lebar serta lapang, untuk mencapai masjid dengan 2 kubah unik dengan potongan keramik berwarna biru putih. Dua tiang tinggi dan tangga yang melingkar di salah satu sisi masjid menjadikan nilai estetika masjid ini semakin menarik. Banyak tiang pancang yang berada di bawah struktur bangunan masjid memberikan kesan kokoh.

Menurut pendapat saya pribadi, Masjid Amirul Mukminin ini lebih pas disebut sebagai masjid anjungan ketimbang masjid terapung. Kata “terapung” biasanya dan rasanya lebih pas digunakan untuk apapun (bangunan atau benda lain) yang benar-benar berada di atas sungai atau perairan. Dimana bangunan atau benda tersebut mengapung, bisa bebas bergerak kesana-kemari seiring dengan arus atau gerakan air yang menyanggahnya.

Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
masjid amirul mukminin atau masjid terapung yang berada di anjungan pantai losari

Baca juga : Beberapa Masjid Indah Bersejarah yang Bisa Kita Kunjungi di Makassar

Dulu sekali, saat saya baru pertama kali “berkenalan” dengan Pantai Losari, destinasi wisata yang satu ini masih memiliki hamparan pasir dan pantai yang bisa langsung kita injak. Kaki-kaki kitapun bisa merasakan air laut yang pelan mengalir ke arah pasir. Miriplah dengan Pantai Kuta yang ada di Bali. Di depannya ada sederetan bangunan yang didominasi oleh hotel-hotel, tempat makan, toko oleh-oleh dan toko craft.

Namun sekarang semuanya berubah. Seluruh pantai sudah dibeton dengan sepertiga areanya digunakan untuk parkir, pijakan konblok, pepohonan dan ruang terbuka yang bisa digunakan oleh para pedagang kecil. Sementara bangunan di seberang pantai masih terlihat eksis dengan beragam kegunaan. Ada kantor juga kalau gak salah ingat.

Di 1/3 lahan terbuka ini, saat menjelang sunset hingga hampir tengah malam, akan terisi oleh banyak pedagang emperan, asongan, yang beroperasi dan mangkal. Jenis sajian yang ditawarkan pun banyak sekali. Tapi yang populer dan wajib dicoba adalah Pisang Epe. Pisang yang dipipihkan kemudian dibakar lalu diolesi dengan gula cair lalu diberi topping. Memenuhi selera pasar, pilihan toppingnya juga banyak. Ada keju, durian dan lain-lain.

Dari berbagai tautan, saya mendapatkan info bahwa topping durian menjadi favorit kebanyakan orang. Rasa gurih khas durian dan manis dari gula melebur menjadi satu. Ada sensasi unik yang mampir di lidah. Sayangnya, di pagi hari, di saat saya berkunjung, para pedagang kaki lima ini tidak diijinkan beroperasi. Mereka hanya melayani makan malam.

Kembali membahas tentang Anjungan Pantai Losari.

Anjungan ini dibangun dengan harapan bahwa para pelancong bisa mengenal 4 suku besar yang ada di Sulawesi Selatan. Keempat suku tersebut adalah MAKASSAR, BUGIS, TORAJA dan MANDAR. Setiap suku mendapatkan area masing-masing yang diwakili oleh tulisan semen yang tegak serta berwarna merah. Diantaranya, di tengah-tengah ada tulisan PANTAI LOSARI berwarna putih serta tulisan CITY OF MAKASSAR kombinasi merah putih. Di setiap huruf dari tulisan City of Makassar ini, kita dapat melihat lukisan-lukisan kecil yang mengesankan tentang kebangsaan, persatuan dan kesatuan. Di belakang tulisan ini juga berdiri sebuah dinding tinggi yang menyanggah sederetan bendera merah putih.

Di bagian tengah anjungan dimana tulisan “Pantai Losari” berdiri, saya menemukan sebuah dermaga kecil tempat beberapa kapal phinisi berlabuh. Kapal-kapal ini selain melayani wisatawan untuk melaut dalam jarak terbatas, juga menawarkan pengalaman unik yaitu bersantap di dek kapal layar ini dengan beberapa menu pilihan. Sayangnya saya lupa menanyakan rincian harga dan pelayanan yang mereka tawarkan.

Melengkapi keindahan Anjungan Pantai Losari, pihak pemerintah kota juga menghadirkan beberapa patung yang mencerminkan ciri khas dari setiap suku yang ada di Sulawesi Selatan. Seperti patung Kapal Phinisi, kapal layar yang mencerminkan karakter rakyat Bugis. Lalu ada miniatur Rumah Adat Tongkonan khas Toraja. Lalu juga ada patung seorang ibu yang sedang asik menenun. Kegiatan menciptakan wastra khas Sulawesi, seperti kain tenun Toraja. Serta masih banyak patung-patung lain yang sangat tercipta lewat sentuhan seni tingkat tinggi.

Tak lupa juga di Anjungan Pantai Losari ini kita bisa melihat 2 prasasti keberhasilan kota Makassar dalam meraih Piala Adipura Kota Raya di 1997 dan Piala Adipura Kota Metro di 2013. Bangunan perayaan dan memorial yang tinggi besar ini sangat menarik perhatian pengunjung. Berdampingan dengan patung Kapal Phinisi yang terlihat gagah, seharusnya duplikasi piala Adipura bisa memberikan semangat kepada kota Makassar untuk meraih piala yang sama kembali di tahun-tahun berikutnya.

Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
bagian tengah dari serangkaian anjungan pantai losari adalah tulisan “pantai losari” berwarna putih
Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
anjungan suku bugis
Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
anjungan suku mandar
Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
anjungan suku toraja
Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
anjungan suku makassar

Baca juga : Berwisata Seru di Senayan Park Jakarta

Setiap anjungan keempat suku yang ada di Anjungan Pantai Losari ini mendapatkan porsi dengan lantai dan luas yang sama rata. Pembangunannya pun diatur sedemikian rupa agar pengunjung dapat mengambil sudut pemotretan yang proporsional. Hebatnya lagi, anjungan yang dibuat sedikit melengkung ini bisa mengambil latar belakang birunya laut dengan keindahan Masjid 99 Kubah karya Ridwan Kamil sebagai background foto. Jadi saat kita dilamati satu persatu, setiap foto yang terekam seperti memiliki latarbelakang pemandangan masjid yang sangat indah, seragam, seperti memotret di dalam studio foto.

Indahnya sungguh tidak terkira.

Anjungan khusus kota Makassar pun tampil tak kalah mengesankan. Keberadaannya di tengah-tengah keseluruhan anjungan memberikan kesan yang istimewa. Saya membayangkan anjungan yang dibuat dengan beberapa dudukan semen berjenjang ini bisa dijadikan venue diadakannya berbagai kegiatan seni atau pameran produk-produk kerajinan tangan yang dimiliki oleh provinsi Sulawesi Selatan.

Membayangkannya saja saya sudah begitu bersemangat.

Mendadak teringat akan berbagai produk craft dan oleh-oleh serta produk handmade daerah yang dijual di Toko Cahaya atau Cahaya Pusat Oleh-Oleh yang berada di Jl. Sulawesi. Satu tempat pertokoan yang juga menyediakan resto serta ice cream gelato khas Italia yang semua didatangkan dari negara asalnya. Mulai dari mesin pembuat es, bahan baku, hingga transfer ilmu yang memang diatur langsung oleh ahlinya asal Italia.

Untuk Toko Cahaya akan saya buatkan tulisan lengkapnya di artikel terpisah.

Baca juga : Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang, Ubud, Bali

Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
dengan beberapa kapal phinisi dan masjid kubah 99 sebagai latar berlakang foto yang cantik dan mengagumkan

Destinasi Wisata Dalam Kota yang Menjanjikan

Pantai Losari sudah menjadi ikon kota Makassar sejak bertahun-tahun dan sudah menjadi destinasi wisata dalam kota yang wajib dikunjungi saat berada di kota ini. Merubah pantai menjadi anjungan lengkap dengan fasilitas kuliner membuat sebuah taman kota di tepi pantai seperti ini terlihat sangat konseptual.

Malam hari saat menelusuri Anjungan Pantai Losari, kita banyak menemukan aneka masakan yang memanjakan lidah. Baik pedagang asongan maupun berbagai resto yang berada di sekitar pantai. Tentu saja, selain selera, keputusan memilih tempat akan merujuk pada berapa banyak biaya yang akan kita keluarkan.

Saat datang dari sisi yang berbeda dan dalam perjalanan kembali ke hotel melalui Anjungan Pantai Losari, tampak sepanjang jalan penuh dengan publik yang ingin menikmati malam hari dengan bersantai, berwisata kuliner sembari mendengarkan deburan air laut yang menghantam anjungan. Bahkan lewat info yang saya dapatkan dari Mas Tobey, banyak tamu-tamu dari luar daerah, luar kota atau luar pulau memutuskan untuk tinggal di hotel-hotel yang berada tepat di depan Pantai Losari supaya bisa merasakan suasana dan keramaian yang selalu tercipta di Anjungan Pantai Losari.

Saya membayangkan bisa turut berada disana. Makan Pisang Epe, minum bergelas-gelas kopi, lalu ngobrol dari Sabang hingga Merauke dengan puluhan topik-topik bahasan menarik yang bisa membuat saya dan teman ngobrol tertawa seraya menutup hari.

Makassar sendiri juga kaya akan asupan-asupan yang menggiurkan. Ada Coto Makassar, Sop Konro, Pallubasa, Kapurung, Bebek Paleko hingga berbagi jenis seafood. Semua tersebar di berbagai sudut kota, termasuk di pedagang-pedagang pinggiran yang mengais rezeki di sepanjang lingkungan Anjungan Pantai Losari.

Peta keadaan dan perencanaan seperti ini tentunya akan menghidupkan kembali perekonomian kerakyatan, menghidupkan kembali nafas usaha UMKM, dan menambah pendapatan daerah kota Makassar. Semua aktivitas yang sempat terhenti karena serangan pandemi selama hampir dua setengah tahun dari semester awal 2020.

Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
gagahnya patung kapal phinisi dan 2 duplikat raksasa piala adipura yang pernah diraih oleh kota makassar pada 1997 dan 2013
Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar
patung penenun | mengingatkan saya akan beberapa wastra asli milik sulawesi selatan. salah satunya adalah tenun khas toraja
Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

22 thoughts on “Menjelajah Keindahan Anjungan Pantai Losari Makassar”

  1. Masya Allah banet Masjid Amirul Mukminin terlihat begitu indah dan megah, apalagi desain arsitekturnya unik, modern, dan tentunya kombinasi warnanya pas banget, terlihat makin elegan dan dinamis bangunannya

    Reply
  2. Angel pengambilan fotonya bagus banget ih. Latarnya begitu jelas dan sudut pandang sangat bebas. Saya sampai bolak balik antara satu paragraf ke foto lalu paragraf lain dan lanjut melihat foto.
    Saya sendiri belum pernah ke Sulawesi. Makanya sangat antusias ini kalau baca cerita perjalanannya hehe

    Reply
    • Makasih untuk complimentnya Teh Okti. Semoga bisa mewakili indahnya Anjungan Pantai Losari terutama untuk mereka yang belum pernah menginjakkan kaki di kota Makassar.

  3. duh cantik cantik
    traveling sebaiknya emang bareng tour guide ya? supaya bisa mengeksplor destinasi wisata yang dituju

    jadi paham nih, kalo mau solo traveling, gak hanya ongkos PP dan biaya menginap, juga tour guide

    biasanya Mbak Annie dapat info tour guide darimana?

    Reply
    • Iya Mbak. Saya lebih suka keliling ditemani tour guide supaya kita mendapatkan informasi yang tepat tentang tempat yang kita kunjungi. Perginya juga terarah karena tour guide pastinya tahu persis apa yang ingin kita kunjungi.

      Saya dibantu oleh blogger sekaligus photographer yang tinggal di Makassar. Alhamdulillah mereka-mereka ini biasanya punya referensi yang bagus

  4. Kayaknya saya ke sana di sekitaran tahun 2000an juga. Karena di saat itu masih ngantor. Ke Makassar karena tugas. Pengen balik lagi ke sana. Apalagi kakak ipar juga sekarang di sana. Suka aja kalau udah cerita tentang Makassar. Sangat menarik untuk dikunjungi

    Reply
    • Iya Mbak Myra. Kulinernya juga berkembang pesat menurut saya. Sekarang malah sudah banyak cafe-cafe kekinian yang istagenic dan instagramable.

  5. baca tulisan ini dan lihat foto-foto Mba Annie, saya jadi kangen Makassar, kota yang kurang lebih lima tahun saya tinggali. Ahh, kapan bisa ke sana lagi yaa? Kangen euy!

    Reply
    • Alhamdulillah Teh Ida. Suami kebetulan sering dinas keluar kota. Jadi saya suka nebeng hahahaha. Lumayan kan bayar tiket pesawat doang hahaha. Kamar hotel bisa tandem.

  6. Destinasi wisata yang mau daku kunjungi ini, karena waktu itu sering berseliweran lihat tulisan melengkungnya di televisi..
    Apalagi sekalian juga ziarah masjid ke sana, pasti tambah menyenangkan

    Reply
    • Nah saya juga sempat ziarah masjid. Terutama ke-3 masjid yang punya sejarah atau yang sedang membangun sejarah tersendiri. Sudah tak buatkan juga tulisannya.

  7. Bagus banget Makasar ya Mba. Foto di anjungannya ini sering banget saya lihat kalau pada ngunjungin Makasar. Iconik banget ya. Mba Annie saya juga penasaran pengen liat langsung Masjid Terapungnya. Moga suatu saat nanti bisa ngunjungin Makassar

    Reply
    • Aamiin YRA. Semoga suatu saat semesta mengijinkan Lia untuk berada di kota Makassar. Anjungan Pantai Losari ini memang ikonnya kota Makassar. Tempat indah yang wajib dikunjungi oleh para pelancong.

  8. Bagus banget pantainya. Kapan ya aku bisa ke Makassar. Gak pernah jalan jalan jauh aku tuh. Mudah mudahan dapat rejeki bisa jalan jalan ke pantai Losari. Aaamin

    Reply
    • Aamiin YRA. Semoga suatu saat bisa menginjakkan kaki di kota Makassar ya Mbak. Saya turut mendoakan.

  9. Pisang epe pernha diceritakan ayah saya katanya enak saya pernah mampir makasar tapi belum pernah sampai ke pantai losari semoga someday bisa kesana ya

    Reply
    • Aamiin YRA. Iya Mbak. Pisang Epe ini banyak penjualnya dan banyak juga penggemarnya. Ngantrinya lama hahahaha. Tapi memang cocok banget untuk mereka yang doyan dengan makanan manis

  10. Megah banget masjidnya, jadi pengen main ke Makassar nih. Lihat postingan temen yang tinggal di Makassar ditambah baca blog ini bikin mupeng. Mana katanya makanan di Makassar ini enak enak…

    Reply

Leave a Comment