Resort di Tengah Keramaian Di tengah rintik-rintik hujan yang mendera Bali berhari-hari sejak Senin (25/02/2016), Rabu sore itu saya tergesa-gesa berkendara dari arah Teuku Umar – Denpasar menuju kawasan padat Seminyak. Mengambil rute Sunset Road kemudian tembus dari Jalan Nakula, kami mencapai Jl. Raya Seminyak di perempatan Kimia Farma untuk kemudian belok ke kanan sedikit sebelum mencapai bagian depan/parkir The Haven di sisi kiri jalan. Arus yang padat kendaraan dan tempat parkir yang hanya bisa menampung maksimum 4-5 mobil, sekilas memberikan kesan “sempit dan sesak” baik bagi para pengunjung maupun masyarakat yang sedang melintas. Bagian depan pun terlihat tidak terlalu istimewa layaknya sebuah resort. Tanah selebar, mungkin kurang lebih 15-20m, hanya dilengkapi dengan jalan menurun (mungkin untuk parkir kendaraan di basement), sebuah kolam tinggi penuh ikan koi dengan hiasan gentong hitam besar, kemudian ada jalan kecil bertapakkan kayu menuju area receptionist. Terlihat dari pinggir jalan, bar kecil di sudut kiri kemudian beberapa tempat duduk dan meja kecil untuk tamu-tamu berbincang sambil menikmati kehangatan minuman yang disediakan oleh bartender. Berjalan sedikit tergesa di jalan setapak yang berkayu dan tiang-tiang yang kokoh, saya sempat melirik ke bagian kiri yang ternyata adalah restaurant berukuran sedang dan tertata rapih. Mencapai titik akhir jalan setapak tersebut, saya disambut oleh pemandangan arsitektur yang luar biasa. Kesan sempit dan sesak yang mampir ke benak saya ketika sampai, langsung buyar seketika, terpatahkan dengan hebatnya tata letak bangunan dan seni memanfaatkan lahan yang terbatas, yang diolah dengan sempurna oleh perancang bangunan hotel bintang 4.5 ini. Hujan yang semakin deras dan lamanya proses check-in nyatanya tidak menggugurkan kekaguman saya. Tempat penerimaan tamu keluar masuk dilengkapi dengan sebuah kolam kecil, beberapa tempat duduk yang terbatas, kemudian belasan anak tangga menurun yang menghubungkan pengunjung dengan kolam renang persegi panjang dan kamar-kamar yang berada di ground floor. Keseluruhan bangunan didirikan dalam bentuk U pendek dengan 4 lantai di sisi kiri dan 3 lantai dikedua sisi yang berhadapan. Setiap kamar, tanpa terkecuali, terlihat memiliki balkon/patio pribadi. Semua terlihat rapih dan apik. Sesampai di kamar, saya disambut dengan suguhan yang menyenangkan. Amenities yang lengkap, toiletries yang cantik-cantik, shower model hujan yang menggoda, tempat tidur king size yang sangat nyaman, dan balcony dengan 2 tempat duduk dan meja kecil yang memanjakan mata untuk menimati betapa pintarnya manusia memanfaatkan keilmuannya untuk mendirikan tempat yang indah seperti ini. Nyesel banget cuma menginap 1 malam di sini. Apalagi sebelumnya menginap di hotel dengan kelas dan harga yang sama, tapi ternyata kualitasnya tidak sebanding, malah jauh di bawah The Haven. ******** Kamis, 28 Januari 2016 Menghabiskan malam dengan menikmati hidangan seafood di daerah Tuban yang enaknya tak terkira, paginya badan terasa berat untuk bangun. Kalo bukan karena penasaran untuk mencoba sajian sarapan yang katanya oke pake banget dan kesempatan terakhir untuk menjelajah hotel sebelum kembali ke Jakarta siang hari, pasti saya akan rela berjam-jam berguling-guling di kasur untuk sekedar memanjakan diri. Sekian lama tidak menikmati liburan dadakan, terutama (hanya dan khusus) dengan suami, waktu-waktu seperti ini bagaikan menemukan jarum ditumpukan jerami. Tidur malam itu pun terasa nyenyak dan nyaman luar biasa. Nyatanya walaupun berada di tengah keramaian jalan Seminyak Raya, tak terdengar sedikitpun hingar bingar kendaraan yang mengganggu. Hanya satu yang rada mengusik adalah suara fals penyanyi yang tampil di restaurant Hotel. Tadinya ada niatan untuk nongkrong sebentar di situ sebelum kembali ke kamar sepulang dari makan malam. Tapi karena nada-nada miring yang tidak sesuai partitur membuat saya membatalkan niat tersebut. Yang ada bukan rasa senang menikmati alunan lagu, tapi kotoran telinga yang berloncatan karena lengkingan nada yang tidak pada tempatnya hahahaha. Menjelang pukul 09:00 wita, perut pun mulai berontak. Suami kembali mengingatkan niat saya untuk menjelajah hotel dan mengambil beberapa shoot untuk blog saya. Aaahhh…kakipun terseret-seret masuk kamar mandi dan sekejab berdandan seadanya. Seperti yang disampaikan petugas hotel sehari sebelumnya. Dalam periode saya menginap, occupancy hotel mencapai 50%. Gak terlalu banyak memang kalau diukur secara prosentasi. Tapi kalo melihat jumlah tempat duduk yang terbatas di restaurant, bisa dipastikan bahwa tamu tidak bisa nongkrong terlalu lama untuk menikmati makan pagi. Ketika kami tiba pun, hanya tersisa 2 tempat duduk di bagian depan yang menghadap ke jalan. Kursi dengan dudukan dan meja rendah, plus berisik karena persis menghadap jalan raya. Well fine, tidak apa-apa. Semuanya toh akhirnya terbayar dengan aneka menu yang sangat bervariatif dan rasa yang memanjakan lidah. Buat penggemar jajan seperti saya, dengan lidah yang sepertinya sudah sangat terlatih untuk bisa membedakan kualitas makanan, sarapan kali ini sungguh sangat berkesan. Walaupun moto “hanya ada makanan enak dan sangat enak” dalam hidup saya, sajian sarapan di hotel ini benar-benar setara dengan pujian-pujian yang disampaikan oleh beberapa tamu yang memberikan review mereka di Travel Advisor. Gak ada yang gak enak. Menu Indonesia yang berisi nasi, mie goreng, sayuran, telur balado dan ikan bumbu tepung, sarat dengan bumbu yang makjleb gak tanggung-tanggung. Sarapan ala bule juga nonjok banget. Yang terasa berbeda adalah sosis ayam dan sapi (ini sumpah endes buanget), potatoes slices yang berbalutkan keju mozarella, plus kacang yang dimasak sedikit berkuah kental manis (lupa namanya). Aneka rotipun maknyus. Yang sempat saya cicipi adalah roti manis yang ternyata isinya strawberry campur pisang dan croisant dengan toping kacang almond. Garing dengan takaran manis yang pas banget dengan lidah saya. Pokoknya semuanya luar biasa. Kalo gak ingat-ingat daya tampung perut yang terbatas, pengen rasanya ngambil rantang 3 susun, terus dipenuhin dengan segala yang ada di situ hahahahaha. *********** Menjelajah Hotel Sebelum tewas kekenyangan dan mulai terusik dengan ramainya para tamu yang silih berganti ingin menikmati sarapan, saya memutuskan untuk melanjutkan kegiatan pagi itu dengan keliling hotel. Ngobrol-ngobrol dengan beberapa staff di hotel semalam sebelumnya, saya mendapatkan info bahwa The Haven itu jauh lebih luas dari keliatan di depan. Lahannya memanjang dan terdiri dari 3 kompleks yang saling berhubungan. Bagian depan tempat saya menginap diperuntukkan bagi kamar-kamar standard (dengan harga terendah), beberapa meeting room dan atau functional room, restaurant yang terbuka untuk umum dan kolam renang yang memanjang. Bagian belakang kompleks depan ini, tersambung dengan 7 unit villa yang salah satunya digunakan untuk spa. Setiap villa memiliki pintu masuk sendiri-sendiri sehingga terjaga sekali privatisasinya. Bangunanpun dibuat tidak terlihat dari jalan setapak, tertutup dengan dinding batu tinggi dan tanaman rambat sehingga tidak bisa diintip oleh tamu-tamu yang melintas dan atau menuju area suite yang berada di belakang villa.
Menelusuri jalan setapak dan sampai pada bangunan suite, saya merasakan ketenangan dan kesunyian layaknya resort yang jauh dari keramaian. Padahal jelas-jelas dalam beberapa titik, dinding hotel berdempetan dengan beberapa hotel yang berada di kawasan yang sama. Di ujung jalan setapak yang panjang, saya menemukan kotak sampah yang mencolok untuk tidak diperhatikan. 3 kotak batu kokoh dengan pemisahan jenis sampah yang ingin dibuang. Sangat bersih untuk pemandangan kotak sampah. Di bagian akhir keseluruhan kompleks berdiri 90 unit kamar suite dengan 2 bangunan yang saling berhadapan, kolam renang dan restaurant khusus untuk tamu-tamu suite. Memasuki kompleks ini, saya disambut dengan pura kembar dengan kolam kecil yang penuh ikan di dalamnya. Terdapat juga beberapa tulisan dan ukiran kepala ikan di kayu-kayu yang menyanggah pinggir pura. Setiap kamar suite juga dilengkapi dengan balkon yang pastinya lebih besar dari kamar-kamar standard. Taman yang dibangunpun lebih hijau dan jauh lebih apik layaknya menyajikan pemandangan yang tidak akan bosan untuk terus dipandang. Lantai fasilitas umum, bagian tengah diantara 2 bangunan, didominasi oleh kayu-kayu kokoh yang menyatu dengan pohon-pohon yang terpelihara dengan baik. Ketika saya foto-foto, beberapa tamu suite terlihat menikmati sarapan yang khusus disediakan terpisah dari tamu-tamu kamar standard. Pantaslah. Dengan rate/malam yang mencapai Rp 3.000.000,-, tentunya treatment seperti ini lebih daripada pantas. Berikut adalah foto-foto kompleks suite yang berhasil direkam melalui kamera saya Pagi itu acara penjelajahan terhenti sampai di situ. Ada sih pintu keluar masuk di bagian belakang menuju pantai, tapi karena jaraknya mencapai 500m, niat tersebut langsung rontok hahahaha. Bisa-bisa balik ke hotel lapar lagi. Dan waktu juga sudah mepet karena 30menit berikutnya saya sudah harus berada di airport untuk kembali ke Jakarta. Menginap (cuma) semalam di sini rasanya rugi banget deh. Bagusnya sih 4hari 3malam supaya puas berleyeh-leyeh dan menikmati fasilitas-fasilitas yang tersedia dengan semaksimal mungkin. Terutama itu loohh…sarapannya …hahahaha. Oia buat para crafter, hotel ini berada tidak jauh dari Ruko Bintang, yah sekitar 100m lah. Di ruko ini ada toko beads yang cukup populer di Bali. Namanya NK Stones. Tokonya besar dan lengkap seperti toko yang mereka miliki di daerah Celuk. Mantab gak tuh hihihihihi…. Ingin mengintip profile The Haven Bali Seminyak, bisa tuh surfing ke official website mereka http://www.thehavenhotels.com/baliseminyak