Belum juga acaranya dimulai, jauh-jauh hari saya sudah sibuk sendiri. Kok gitu? Jumat, 9 Agustus 2024 yang lalu, komunitas FBI (Food Blogger Indonesia) mengadakan kopdar ke-2. Tempatnya di Tugu Kawisari Cafe & Eatery yang berada di Kebon Sirih, Jakarta. Acaranya jadi semakin seru karena tema Agustus memerah ditetapkan sebagai topik di hari itu dan jenama perhiasan saya, Annie Nugraha Handmade Jewelry, akan menjadi sponsor gift bagi salah seorang anggota komunitas yang beruntung.
Berkumpul, Bersilaturahim, dan Berbincang
I’m so excited.
Setelah pertemuan pertama di awal Mei 2024, kali ini saya akan bersapa kembali dengan teman-teman anggota Komunitas Food Blogger Indonesia. Venue yang ditetapkan untuk pertemuan kali ini adalah Tugu Kawisari Cafe & Eatery (Kawisari Coffee) yang berlokasi di Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Ini akan jadi kunjungan saya yang pertama ke tempat ini setelah beberapa tahun yang lalu sempat mengikuti bazaar dan menikmati makan malam di Shanghai Blue 1920. Cafe & resto yang juga menggunakan bangunan peninggalan Belanda dan berada persis di sebelah Tugu Kawisari Cafe & Eatery. Dua tempat klasik dengan kepemilikan dan manajemen yang sama (TUGU Group).
Tak ingin terjebak dalam kemacetan karena saat itu masih hari kerja (Jumat), saya akhirnya memutuskan untuk berangkat lebih awal agar bisa tiba before time – sebelum pkl. 11:00 wib – seperti yang sudah diumumkan panitia. Maklumlah. Dengan rumah di sudut jin buang anak – perbatasan antara kota Bekasi dan batas awal Jawa Barat dari tol Cikampek – serta asumsi mencapai Jakarta tengah kota itu sekitar 2-2.5jam, saya butuh perhitungan waktu yang cermat. Itu juga dengan catatan lalu lintas dalam keadaan baik-baik saja. Kalau macet ya berarti bisa jadi ada tambahan 30 menit di angka tersebut.
Jadi buat yang tinggal di area Jakarta coret – pinggiran Jakarta serasa ibu kota – hitungan waktu buat transportasi memang harus diatur secermat mungkin.
Satu lagi hal penting yang ingin saya sampaikan adalah soal parkiran. Tugu Kawisari Cafe & Eatery memilik bangunan yang mepet ke jalan besar. Ada walking space atau area untuk pejalan kaki di sisi depan dengan ukuran lumayan lebar. Tapi dengan kehadiran pedestrian dengan tiang-tiang kokoh selutut orang dewasa di sepanjang langkah, area parkir mereka jadi begitu terbatas.
Usul saya sih naik kendaraan umum aja. Apalagi jika ada akses KRL, LRT, yang menghubungkan tempat tinggal kita dengan pusat Jakarta. Beda halnya dengan saya yang memang harus nyetir sendiri demi efisiensi dan efektifitas. Alias lebih nyaman dengan membawa kendaraan (baca: mobil) sendiri. Makanya, karena pernah kemari, saya bisa memetakan soal parkir di awal-awal. Datang duluan jadi solusi.
Baca Juga : Setumpuk Keseruan dari Temu Kangen Komunitas Food Blogger Indonesia
Alhamdulillah perhitungan saya jitu. Tiba 30 menit sebelum waktu janji, halaman depan Tugu Kawisari Cafe & Eatery masih terlihat lengang. Saya mendapatkan kelegaan untuk parkir di teras depan resto berkat arahan bapak security yang bertugas hari itu. Saya memutuskan untuk mengobrol sebentar dengan si bapak sembari melempengkan kaki, melegakan bokong dan pinggang karena sudah nyetir lumayan jauh. Berasa sekali capeknya. Apalagi saya sudah lama tidak nyetir sendiri untuk jarak yang lumayan jauh. Dari obrolan inilah saya mendapatkan beberapa informasi tentang area di mana Tugu Kawisari Cafe & Eatery berada.
Usai bercengkrama cukup lama, saya langsung menuju ke lantai dua melewati sebuah tangga setengah melingkar yang lumayan terjal. Yang punya masalah dengan kekuatan lutut, sebaiknya reserve tempat di lantai bawah aja ya.
Kesibukan menerima dan melayani tamu sepertinya belum nampak karena waktu jam makan siang masih satu jam lagi. Menempati sudut terluar dari lantai dua, pihak resto sudah menyiapkan sebuah meja panjang khusus untuk komunitas Food Blogger Indonesia. Saya menyempatkan diri menebar pandangan sekilas sebelum akhirnya meletakkan tas dan gembolan segede gaban di area yang sudah direservasi tersebut. Ternyata saya bukanlah first comer. Marga sudah datang duluan dan terlihat masih khusyuk bekerja di depan laptopnya. Kami pun saling mengenalkan diri karena inilah kali pertama kami bertemu langsung. Sayangnya Marga tampak begitu terpekur di depan laptop jadi tidak bisa banyak dan konsen ngobrol dengan saya.
Satu persatu anggota komunitas pun tiba. Ada yang sudah bertemu sebelumnya (Lala, Bayu, Tami, Temmy, dan Katerina) tapi banyak juga yang baru bersapa secara langsung di hari itu (Fanny, Hanny, duo Ina, Mei, Marga, Yessi, dan Amanda). Satu persatu tampil dengan dress code nuansa merah putih yang sudah ditetapkan. Cantik-cantik semua deh.
Saya paling suka dengan outfitnya Manda. Kombinasi merah putihnya cakep betul. Apalagi dengan kehadiran batik motif bunga kecil-kecil merah dengan base putih. Jika ada pemilihan best dress, saya pasti vote untuk Manda.
Agenda acara sebenarnya simpel sih. Saling bertemu, bertatap muka, mengenal, dan mendekatkan diri antar anggota sembari makan siang bersama. Yang sudah sering mengikuti beberapa event yang menghadirkan para blogger, acara ketemuan ini jadi kesempatan untuk lebih mendekatkan diri. Terlihat banget dari level keakraban yang sudah terbangun. Sementara untuk saya, blogger yang lebih sering “ngandang” di rumah, pertemuan seperti ini jadi nambah kenalan setelah sekian lama hanya ngobrol lewat WAG. Apalagi rata-rata teman-teman ini ada di usia produktif, kesempatan untuk memperluas network tentunya jadi lebih luas. Tawaran kerja untuk mengembangkan sayap pastinya lebih mantab lagi.
Selain menikmati sajian makanan berat, makanan ringan, dessert, dan berbagai minuman yang sudah dipesan sebelumnya, semuanya tampak sibuk jeprat-jepret hingga tuntas. Saya malah melihat Hanny yang sengaja membawa papan penghalang sinar berlebihan supaya kamera bisa lebih fokus pada obyek. Gitu tuh food photographer sejati. Kudu menyiapkan diri dalam segala medan.
Untuk memeriahkan suasana, para pengurus komunitas Food Blogger Indonesia mengadakan keseruan posting kegiatan hari itu di IG. Hadiahnya adalah tiga bungkus kopi unggulan milik Kawisari Coffee. Premium Java Arabica (Kopi Arabika Premium) – medium roast single origin, Premium Blend – medium dark roast single origin, dan Premium Java Robusta. Terbungkus dalam kantong berwarna keemasan, saya melihat presentasi produk Kawisari Coffee ditangani dengan begitu professional. Untuk para pemenang ini, saya juga memberikan tiga buah bandul sederhana yang berbahan dasar batu-batu natural dengan warna alam. Bandul yang cocok untuk menemani teman-teman dalam beraktifitas informal.
Selain aktivitas di atas, waktu-waktu berharga juga dimanfaatkan untuk memotret dan membuat video semua makanan dan minuman yang sudah dipesan. Suasana riuh rendah pun memenuhi ruangan.
Saat semua beres dengan gerakan masing-masing termasuk selesai dengan waktu memamahbiak, acara puncak undian perhiasan pun diadakan. Lewat kocokan nama yang sudah dipersiapkan pengurus, yang berhak mendapatkan gelang crochet dengan ornamen mutiara kulit kerang menjadi milik Marga. Gelang seharga Rp500.000,00 yang saya buat sendiri dengan teknik merajut dan membutuh waktu sekitar lima jam untuk merampungkannya.
Selamat untuk Marga. Semoga suka dengan gelangnya dan bisa menjadi manfaat bagi Marga secara pribadi.
Sekilas Tentang Tugu Kawisari Cafe & Eatery
Masih terpatri dalam ingatan, di 2019, saya sempat ikutan acara bazaar produk kreatif yang diadakan di teras depan Shanghai Blue 1920. Saat itu bangunan sebelahnya sedang dalam proses pengecatan ulang dan perapihan. Gedungnya tertutup tripleks tebal disana-sini. Jadi kita tidak bisa melihat apa yang dikerjakan di dalam. Tak menyangka bahwa tempat itulah yang kemudian menjadi Tugu Kawisari Cafe & Eatery yang saya datangi sekarang. Bangunannya terlihat megah dengan pepohonan besar yang tumbuh subur bagian depan resto.
Bangunan Tugu Kawisari Cafe & Eatery ini terdiri dari dua lantai dan semua tanpa pendingin ruangan. Dari fasadnya aja kita akan langsung tahu bahwa struktur dan rangka bangunan meninggalkan jejak kekayaan bangunan Belanda. Langit-langit tinggi, jendelanya besar-besar dan dengan keramik vintage yang tampil dengan pola yang unik. Resto ini sepertinya juga mempertahankan kursi dan sofa kayu yang sudah lanjut usia yang jelas terlihat dari dudukannya. Tersimpan juga puluhan bahkan mungkin ratusan benda-benda antik yang begitu apik dan tampak terawat bentuk dan kebersihannya. Di salah satu area bahkan ada rak besar dengan sekat-sekat lebar untuk menampung banyak barang antik, seperti guci, hiasan tematik, dan masih banyak lagi. Saya membayangkan bagaimana telatennya para petugas yang harus mengurusi banyak artefak secara teratur dan teliti.
Selain teras dengan beberapa meja dan dudukan serta sebuah outlet mini yang menjual aneka dessert dan minuman dari Kawisari Coffee di lantai dasar, di atas ini hanya tersedia dining space dengan nuansa vintage yang sangat kental. Di bagian tengah ada area setengah terbuka dengan chandelier tergantung panjang dan langit-langit kaca yang menampung banyak sinar matahari. Jadi meskipun kita berada di dalam ruangan tertutup, kehadiran cahaya ini membuat lantai atas terasa begitu luas dan tetap terang benderang. Ada juga teras terbuka di salah satu sudut ruangan dengan banyak dudukan. Sudut yang asik untuk bercengkrama saat sore atau malam hari sembari menikmati langit cerah dan rangkaian bintang-bintang yang indah.
Selain pernak-pernik yang berlimpah ruah, lampu gantung dengan tali-tali panjang, ada beberapa lukisan yang memenuhi ukuran dinding. Yang pasti kehadiran beberapa lukisan tersebut semakin memperkuat suasana lawas yang terbangun. Kehadirannya bahkan (sangat) melengkapi sentuhan motif dan warna dari banyak keramik yang seperti sudah puluhan tahun terpasang dan menjadi bagian tak terpisahkan di dan dari bangunan ini.
Satu kelebihan yang cukup signifikan untuk Tugu Kawisari Cafe & Eatery adalah soal lokasi atau posisinya yang strategis. Berada di ring satu area ibu kota, Jl. Kebon Sirih begitu dekat dan mudah diraih oleh transportasi umum. Lingkungan di sekitarnya pun termasuk salah satu kawasan yang sering dinikmati oleh publik. Jl. Sabang misalnya. Lokasinya ada di blok yang sama dan penuh dengan aneka entertainment yang bisa kita nikmati saat berada di ibu kota. Fasilitas menginap dan wisata kuliner pun berhamburan. Lengkap sudah kebutuhan wisata jalan-jalannya.
Baca Juga : Ngamen di Shanghai Blue 1920. Kolaborasi Warna dan Ekspresi
Nikmatnya Aneka Makanan dan Minuman yang Kami Pesan
Panitia atau pengurus Komunitas Food Blogger Indonesia mengundang setiap anggota untuk memesan makanan dan minuman terlebih dahulu, satu hari sebelumnya, demi kenyamanan. File lengkap menu pun dibagikan dan saya pun kemudian sibuk memilih dan menentukan. Banyak sekali menu nusantara yang ditawarkan, hingga akhirnya saya memutuskan untuk memilih bebek goreng kremes yang disajikan dalam sebuah besek. Ternyata sebagian besar teman juga memilih menu di dalam besek ini. Selain memang menarik, ternyata sajian dalam besek cakep banget untuk dipotret. Apalagi kan pada dasarnya saya dan teman-teman berasal dari profesi sebagai food blogger, food photographer, dan food reviewer.
Ternyata, semua sajian ber-besek ini bukan hanya ciamik secara visual tapi juga meninggalkan kesan berkuliner nusantara yang penuh keunikan saat kami menjadi tamu Tugu Kawisari Cafe & Eatery di hari itu. Meski di tahap awal saya melihat kuantitas yang kecil, tapi pas wadah daun pisangnya diangkat lalu dipindahkan ke piring, isinya ternyata banyak banget. Beneran kenyang maksimal. Kami pun bersantap, berbincang, sembari menikmati sajian umami khas Tugu Kawisari Cafe & Eatery.
Selain sajian ber-besek tadi, ada beberapa teman yang juga memesan aneka makanan ber-pincuk. Gado-gado, pecel, rujak cingur, yang tampil dengan penuh kesederhanan dan limpahan bumbu. Ada yang ditemani oleh peyek, ada juga dengan kerupuk putih. Beberapa teman juga memesan berbagai dessert, kue maupun ice cream. Minuman juga berlimpah ruah. Mulai dari teh dengan sentuhan rasa khusus, cake, smoothies, fresh juice, dan lain-lain.
Dan saat semua tersaji, kehebohan dan kesibukan pun terjadi. Tak ada detik yang terlewat untuk menata, memotret, dan membuat video sebagai pertinggal kenang-kenangan kami selama menjadi tamu Tugu Kawisari Cafe & Eatery.
Yang pasti di hari itu Agustus memerah bersama bersama komunitas Food Blogger Indonesia di Tugu Kawisari Cafe & Eatery.
Bertumbuh dengan Komunitas Food Blogger Indonesia
Berada di sebuah komunitas dengan minat atau ketertarikan yang sama, biasanya membuat kita semakin bertumbuh. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari teman-teman yang memiliki minat, keahlian dan kemampuan di area yang juga ingin kita dalami. Saya merasakan hal itu saat melihat cara, gaya, dan teknik yang diaplikasikan teman-teman di Komunitas Food Blogger Indonesia saat menghadirkan karya foto, video, atau materi lain yang dihidangkan ke hadapan publik. Banyak di antaranya yang kemudian saya lamati lalu mengambil contoh kebaikan yang bisa saya gunakan untuk karya diri sendiri.
Menabung banyak ilmu lah pokoknya.
Misalnya : bagaimana mengambil angle yang pas saya merekam, teknik maju mundur dan bagaimana bergerak dengan smooth agar obyek video terlihat menggemaskan dan memancing rasa, serta komposisi plating yang menarik. Termasuk memilih obyek yang istagenic dan estetik hingga layak untuk dihadirkan dan dinikmati oleh banyak orang.
Jadi saat teman-teman sibuk memotret atau membuat video, saya malah tekun memperhatikan. Melihat kesana-kemari sembari “merekam” semuanya dalam ingatan. Menambah ilmu lewat pengamatan, menyaringnya lewat uji coba, hingga akhirnya mengadaptasi ilmu tersebut yang sekiranya pas untuk saya dan mampu saya serap sesuai dengan skala kemampuan belajar diri sendiri. Karena kan tidak mungkin kita mendambakan sesuatu tapi jelas-jelas sulit untuk kita praktekkan. Mengkaji dan mengukur diri sendiri lah pokoknya.
Apa contohnya? Saya gak pernah pede atau mampu mengatur diri untuk merekam diri sendiri lewat atau dengan bantuan tripod misalnya. Bahkan sekarang mulai pelan-pelan konsen memotret pada obyek tanpa melibatkan tampilan diri sendiri. Setidaknya mulai mengurangi. Saya ingin lebih fokus berurusan dengan landscaping, human interest, tanpa harus menyodorkan visual pribadi. Yah jika pun ingin, mungkin tidak dominan.
Ada teman yang bilang, “Malu sama umur woiiii. You must reduce your narcissistic disorder immediately.” Yah kecuali fotonya rame-rame dan buat seru-seruan plus memang butuh untuk dokumentasi kerjaan. Awalnya saya menolak tapi setelah refreshing memory and attitude, pendapat begini memang pantas. Thanks a million for my best friends who made much necessary advices to make me a better person. That means billions for me.
Semangat untuk terus bertumbuh. Terus berubah menjadi lebih baik dari masa ke masa. Salah satunya adalah lewat serta menjadi anggota komunitas Food Blogger Indonesia.
Masya Allah 😍 Menghangatkan hati banget membaca kisah kopdar ke-2 dari sudut pandang mba Annie.
Sepakat terkait best dress code, Manda juaranya. Ia selalu terampil dan modis memadankan pakaian, patut diambil ilmu nya. Terkait pengambilan konten aku pun banyak belajar dari mba Annie.
Senang dan bersyukur bisa tergabung dalam komunitas food blogger Indonesia, pengurus hingga membersnya positive vibes dan memberikan banyak tambahan wawasan. Semoga silaturahmi terjalin dengan baik, saling support secara positif pastinya 😇
Setuju Lala. Semoga dengan adanya komunitas kita bisa menjadi lebih baik dalam banyak hal positif.
Sebenernya kalo memang suka difoto, apalagi aku liat mba Annie juga ga aneh2 atau nyentrik posenya, ga masalah kali mba 😄. Aku tuh sbnrnya kagum dan pengeeeen bisa confident , luwes saat difoto. Kayak manda tuh 👍. Tapi memang bawaan orok kali yaa, tiap foto langsung berubah jd batang sapu 🤣.
Btw seneeeeeeng bisa banyak ketemu temen2 FBI 😍😍. Yg selama ini ngobrol online, temen ghaib, skr jadi bisa temen nyata 😄.
Hahahaha. Sekarang keknya memang bagus membatasi diri. Mungkin foto-foto dirinya jangan terlalu dekat ya. Jadi bukti kehadiran di tempat itu aja hahahaha. Gapapa buat kenang-kenangan.
Ya ampun aku ketawa ngakak baca “teman ghaib” hahahaha.
Seru banget. Kapan2 ngumpul dong di palembang. Molly mau join juga, tapi jauh di jakarta
Gek yo. Semoga FBI kapan2 ado acara di Palembang. Aku jugo rencano pertengahan Juni tahun depan, nak ke Plembang. Ado acara reuni kawan2 SMPMaria. Kito ketemuan yo Mol.
wah seru banget mba, kafenya juga cucok banget nih, aku suka dari interior dan pilihan menunya oke nih, tar ah wiken ini cobain ke situ
Waaaa….senangnya Mbak Annie nulis reportasenya secara lengkap
selama ini hanya bisa ngeces lihat acara yang digelar FBI termasuk acara agustusan kali ini
Cantik bangeet ambience-nya ya? Menunya juga cantik dan bikin perut laperrrr
Kayanya cocok banget untuk pasangan yang rendezvous, atau untuk reunian ya?
Karena bakalan jadi kenangan yang tak terlupakan
Yang pasti tempatnya cantik banget Mbak. Estetik di setiap sudut. Surga buat saya yang penggemar dunia photography. Semoga kapan-kapan FBI bisa ngumpul di Bandung ya. Jadi temen-temen yang tinggal di Bandung bisa ikutan merasakan acara gathering seperti ini.
Food bloger kalau ngumpul selain bahas makanan ternyata jg makan-makan ya kak. Seru abis deh kayaknya acaranya, mantab!
Emang seru Mas Adi. Yok bergabung di komunitas ini.
Mba Annie sih kece abis masih cocok bgt kok jdi model fotonya juga. Emang ya gabung di komunitas itu byk bgt benefitnya, bsa kopdar di tempat estetik gini ga cuma silaturahmi aja tpi bsa bikin mood jdi makin happy.
Aku baru tau cafe ini Mba, jdi pengen cobain.
MashaAllah. Makasih untuk complimentnya. Terkadang memang, di seusia saya, selalu ada pro dan kontra soal personal photography. Tapi gak apa. Justru jadi pengingat diri.
Betul banget Mbak. Komunitas kalau pas (sefrekuensi) pasti menyenangkan. Ada banyak hal yang bisa memberikan manfaat bagi kita.