The Kominsky Method. Kisah Tentang Manisnya Persahabatan di Usia Senja

The Kominsky Method. Kisah Tentang Manisnya Persahabatan di Usia Senja
Sandy dan Norman. Dua sahabat sejati dalam suka dan duka. Sumber foto : Netflix

Persahabatan terjaga hingga usia senja dan maut memisahkan. Sahabat sejati yang bahkan dipercaya hingga menutup mata. Inilah yang terjadi pada Sandy Kominsky (Michael Douglas) dan Norman Newlander (Alan Arkin) dalam serial drama berjudul The Kominsky Method. Lewat drama ini kita diajak untuk menyaksikan bagaimana manisnya persahabatan di usia senja.

Sudah lama banget ya saya tidak mengisi artikel untuk kolom kategori Film Review di blog ini. Sebenarnya banyak produk sinema yang begitu berkesan yang sudah saya tonton dan ingin saya hadirkan ulasannya di sini. Tapi niatan ini terkendala dengan beberapa paid article serta kegiatan-kegiatan lain yang lebih butuh diperhatikan dan didahulukan. Tapi saat menemukan dan menonton drama serial The Kominsky Method, konsentrasi saya langsung terfokus. Kesan pertama biasa aja. Tapi begitu mengikuti sekitar 2-3 episode, saya total langsung jatuh cinta. Jadi begitu menamatkan serial ini hingga three seasons, jari jemari langsung mengajak hati untuk segera mengulasnya.

Nyatanya The Kominsky Method telah begitu mengesankan bagi saya pribadi. Sebuah paket drama yang membuktikan salah satu teori dalam hidup saya. Bahwa sejatinya makna keluarga tidak hanya berasal dari pertalian darah. Bisa jadi yang benar-benar menjadi keluarga kita itu adalah teman bahkan mungkin tetangga yang bukan berasal dari anggota keluarga. Dan ini dibuktikan oleh bagaimana eratnya persahabatan lahir batin antara Sandy dan Norman. Dua orang pria manula, berusia 70an tahun, yang saling dekat satu sama lain. Duo tak terpisahkan. Paket renteng kemana-mana. Tak ada rahasia diantara mereka. Tak ada kebohongan bahkan tak satu pun diantaranya mampu menyembunyikan apa pun satu sama lain.

Yuk silahkan baca sampai akhir ya. Habis itu nonton deh dramanya di Netflix.

Tentang Sandy Kominsky

Tokoh Sandy Kominsky (Sandy) yang menjadi sentral serta tokoh utama dari serial ini, diperankan oleh aktor senior Michael Douglas (MIchael) yang saat saya menuliskan artikel ini sudah berusia 79 tahun. Michael juga berperan sebagai executive producer dari The Kominsky Method dan sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar pada banyak aktor-aktor muda yang turut berpartisipasi dalam drama ini.

Sandy dikisahkan adalah seorang duda dari tiga kali pernikahan gagal. Dia membuka kursus acting yang secara administratif dikelola oleh Mindy Kominsky (Sarah Baker), anak dari mantan istri pertamanya bernama dr. Roz Volander (Kathleen Turner). Muridnya cukup banyak dengan karakter-karakter pribadi yang berbeda-beda. Saya memperhatikan bagaimana proses seorang aktor senior yang di masa tuanya menjadi guru acting dan menyebarkan ilmu tentang semua hal yang berhubungan dengan industri perfilman. Jadi dalam beberapa sesi, Rumah/Sekolah Acting Sandy Kominsky, sering mengundang tokoh-tokoh atau aktor-aktor senior yang sudah lama malang melintang di area ini sebagai refreshment bagi para murid.

By the way, saya kaget banget dengan visualnya Kathleen Turner di drama ini. Selain ukuran tubuhnya yang mengembang banyak, struktur wajah yang berubah total, suaranya juga jauh lebih nge-bass dari yang lampau. Beneran bikin kaget.

Sandy, meski sudah lama berpisah dengan Roz, tetap menjaga hubungan baik dengan mantan istri pertamanya itu. Komunikasi mereka pun lumayan baik. Khususnya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan Mindy, anak mereka. Meski sering berselisih pendapat, hubungan keduanya ternyata tetap lekat. Sandy yang tadinya apriori dengan keputusan Mindy untuk menikah dengan Martin (Paul Resier) yang umurnya setara dengan dirinya, kemudian melembut hatinya karena masukan-masukan dari Roz. Apalagi karena masih seumuran Sandy dan Martin punya banyak kesamaan. Ngobrol diantara mereka pun tetap asyik karena berangkat dari pengalaman di zaman yang sama.

Sandy kemudian diceritakan menderita kanker dan ini menjadi perhatian khusus Mindy dan Norman. Meski sudah dipaksa untuk tidak tinggal sendiri karena pingsan beberapa kali, Sandy tetap bersikeras untuk hidup sendiri. Tak ingin merepotkan orang lain, meski itu kepada Mindy dan Norman. Dua orang terdekat yang selalu siap membantunya.

The Kominsky Method. Kisah Tentang Manisnya Persahabatan di Usia Senja
Sandy Kominsky (Michael Douglas) ketika menyampaikan kesan pribadinya akan Norman Newlander (Alan Arkin) pada saat acara tutup peti wafat sahabatnya ini. Sumber foto : Netflix

The Kominsky Method. Kisah Tentang Manisnya Persahabatan di Usia Senja
Sandy Kominsky saat berbincang dari hati ke hati dengan dr. Roz Volander, mantan istrinya. Sumber foto : Netflix

Tentang Norman Newlander

Lelaki seusia Sandy ini adalah seorang pengusaha sukses serta kaya-raya. Dia sendiri tidak sering ke kantor dan menjalankan roda perusahaan secara aktif, tapi dalam beberapa waktu menyempatkan diri untuk datang dan sekedar ngobrol dengan para top executive yang bekerja di perusahaannya.

Di season pertama, kita dikenalkan dengan tokoh Eileen (Susan Sulivan) yang adalah istri Norman. Elieen adalah mantan aktris dan model terkenal yang saat itu sedang menderita kanker. Eileen yang tahu bahwa usianya tidak akan lama, kerap meminta Sandy untuk menjaga Norman saat dia sudah wafat nanti. Dan dia pun meminta Norman untuk selalu menjaga persahabatannya dengan Sandy. Dalam satu waktu, saat Sandy mengalami kesulitan keuangan, Eileen segera meminta suaminya untuk membantu Sandy tanpa syarat. Memberikan dana yang dibutuhkan dan bukan dalam status meminjamkan. Bener-bener dikasih aja gitu.

Jadilah akhirnya uang sejumlah ratusan ribu dollar itu diterima Sandy walau dengan sedikit paksaan. Dan saat Sandy hendak membayar/mengembalikan secara nyicil, Norman selalu memberikan uang cicilan tersebut kepada orang yang membutuhkan. Disedekahkan lah ceritanya.

Norman ini orangnya unik. Terlepas karena usia, egonya tinggi betul, mulutnya tajam bagai sembilu. Ngomongnya blak-blakan, hajar bleh tanpa musti disaring terlebih dahulu. Norman bahkan sering melontarkan kata-kata yang langsung menusuk ke dalam hati kepada siapa pun juga. Hanya Sandy lah yang mampu memahaminya dan sering “menelannya” begitu saja. Terkadang kalau sudah berlebihan, Sandy akan seru menyanggah atau membalas perkataannya, dengan nada tinggi yang sama. Tapi gak seorang pun diantara mereka yang memasukkannya ke dalam hati.

Ngomong, rame, ya udah. Selesai aja di situ. No heart feelings.

Setelah kematian Eileen, Norman berusaha membuka hati dengan perempuan lain, khususnya dengan Madelyn (Jane Seymour). Perempuan yang dulu pernah jadi pacar Norman dan menikah dengan lelaki lain karena Norman tak kunjung melamarnya. Sandy pun menyemangatinya, meski Norman suka merasa bersalah karena Eileen belum lama wafat.

Seperti Sandy, Norman juga memiliki satu anak perempuan. Namanya Phoebe (Lisa Edelstein). Kalau Mindy – anak Sandy – hidupnya genah, Phoebe adalah perempuan usia 40-an yang problematik. Dia nyandu pada narkoba dan minuman keras. Setelah sekian belas tahun, di pemakaman Eileen, Norman akhirnya bertemu Phoebe kembali. Kelakuannya masih tetap sama hingga akhirnya diinapkan di pusat rehabilitasi dengan biaya yang cukup besar.

The Kominsky Method. Kisah Tentang Manisnya Persahabatan di Usia Senja
Sandy dan Norman. Selalu bersama dalam suka dan duka. Sumber foto : Netflix

Tentang Persahabatan Manis Antara Sandy dan Norman

Bersahabat puluhan tahun, komunikasi yang intensif, saling memahami satu sama lain, membuat persahabatan manis antara Sandy dan Norman berlangsung hingga maut memisahkan. Norman dikisahkan wafat di akhir seasons kedua dan itu memberikan pukulan yang begitu berat bagi Sandy. Meski hubungannya dengan orang-orang sekitarnya sangat baik, Sandy berbulan-bulan terpuruk dan mengurung diri sendiri. Gesture kesedihan yang mendalam membuat orang-orang di sekitarnya sangat khawatir. Sandy terlihat sangat depresi.

Di tahap ini saya begitu terkesan dengan acting Michael Douglas. Pelakon senior ini membuktikan kelas dan kematangannya dalam beracting. Saya trenyuh dan tak henti mengusap air mata yang sering turun tanpa saya sadari. Khususnya di adegan beberapa kegiatan sehari-hari yang biasanya dilakukan berdua, bersama-sama.

Tak ada seorang pun yang memaksakan diri agar Sandy segera pulih dari rasa kehilangannya.

Semua adegan tentang kebersamaan keduanya di dua seasons (satu dan dua) dihadirkan sebagai rangkaian memori yang sangat menyentuh. Dan season ketiga pun dimulai dengan kisah sedih. Sandy sedang berdiri di altar sebuah gereja dan menyampaikan kenangan-kenangan baik saat membersamai Norman selama hidupnya dalam kondisi apa pun. Lelaki ini beberapa kali terlihat mengusap air mata tapi dia tetap bersemangat menceritakan banyak sekali kebaikan-kebaikan yang sudah Norman lakukan padanya.

Hubungan mereka yang diisi dengan waktu-waktu berharga telah menjadi kenangan yang tak terlupakan. Tiap hari mereka menghabiskan waktu bersama dan saling menolong. Mereka juga punya kebiasaan rutin makan di sebuah resto lima kali dalam seminggu. Ngobrol tentang apa aja. Dan itu biasanya seru banget. Apalagi kemudian ditambah dengan kehadiran waiter kakek-kakek. Sepuh dan sudah gemetaran saat membawa minuman pesanan di atas alas saji. Jalannya pun lambat kek keong. Tapi Sandy dan Norman menikmati itu. Bahkan seringkali, dengan kebaikan hatinya, Norman memberikan tip yang cukup besar.

Banyak keputusan-keputusan penting di dalam hidup yang mereka sepakati dan menjadi urusan bersama. Misal tentang “merumahkan” Phoebe di pusat rehabilitasi agar sembuh dari ketergantungan akan narkoba. Tentang Sandy yang risau akan kehadiran Martin di dalam hidup Mindy, anaknya. Dan yang termanis adalah bagaimana Norman dengan sabar membersamai Sandy dalam menghadapi masa-masa krusial saat lelaki itu diputus menderita kanker. Betapa marahnya Norman saat Sandy berusaha menyembunyikan kenyataan ini.

“How can you hide that very most important news from me?” ujar Norman dengan suara meninggi. Maka omelan panjang pun bererot dilontarkan. Omelan karena rasa sayang.

Intinya mereka saling menjaga satu sama lain hingga akhirnya Norman wafat lebih dahulu. Padahal yang dinyatakan sakit adalah Sandy. Ini yang bikin Sandy sepertinya marah dengan keadaan. Sandy bahkan tak bisa menahan tangisnya saat dia makan sendirian di resto yang biasa mereka kunjungi. Tiap suapan terasa kelu dan Sandy dengan susah payah menelan hidangan yang ada di hadapannya.

Jujurly, saya kecewa banget dengan “dimatikannya” tokoh Norman. Padahal, menurut saya, Norman adalah tokoh maha penting di serial drama ini. Kebersamaan, obrolan-obrolan tajam antara Sandy dan Norman itulah yang menjadi roh dari keseluruhan cerita. Saya sampai browsing kesana-kemari buat mencari alasan kenapa tokoh Norman ini dihabiskan di akhir season ke-2. Tapi gak nemu. Aahh jadi penasaran.

Cerita di season tiga (season terakhir) menjadi lebih seru karena Sandy ternyata mendapatkan hak penuh untuk mengatur kekayaan Norman. Dia sendiri pun mendapatkan warisan senilai USD10.000.000. Uang yang mana akhirnya Sandy hibahkan kepada Mindy. Tentu saja dengan catatan agar Mindy tidak memberitahu Martin (suaminya yang tua itu) agar anak gadisnya ini tidak diporoti.

Dalam wasiatnya, Sandy diperintahkan oleh Norman untuk menjaga dan kemudian memberikan sejumlah warisan tertentu kepada Phoebe dan Robby (Haley Joel Osment) saat dia sudah matang secara mental. Apalagi mengingat sejarah hidup Phoebe yang amburadul dan Robby yang sesat mengikuti ajaran tertentu dan tak pernah “menyatu” dengan Norman, kakeknya. Dalam warisannya, Norman menulis bahwa Phoebe dan Robby harus berhasil meyakinkan Sandy agar bisa menerima warisan tersebut.

Jadi di bagian ini banyak adegan-adegan lucu yang dihadirkan yang memunculkan usaha-usaha anak beranak itu untuk menyabet harta yang jumlahnya ratusan juta USD. Termasuk bagaimana Sandy menyikapi kelakukan Martin yang terlihat mulai moroti Mindy.

Seru banget pokoknya.

Drama yang Sangat Mengesankan

Seperti yang layaknya dipahami umum, makna sahabat adalah strata dan kasta tertinggi dari sebuah hubungan di luar ikatan pernikahan. Persahabatan bisa dimulai dari lingkungan dalam (saudara dan keluarga) atau dari luar lingkaran ini, seperti teman dari berbagai kalangan dan dari mana kita bertemu dengan orang tersebut.

Menonton drama The Kominsky Method, saya mendapatkan sudut pandang tentang persahabatan dengan area atau cakupan pemahaman yang (jauh) lebih luas lagi. Komunikasi yang efektif, bermakna, dan bernilai, saling memahami dan menerima kebaikan maupun keburukan, serta tentu saja saling mengisi. Saya melihat itu pada tokoh Sandy dan Norman. Tak ada yang dirahasiakan. Sandy bagaikan diary terbuka bagi Norman begitu pun sebaliknya. Masing-masing bisa membaca tentang pribadi yang dituliskan dengan jelas serta jujur.

They belong to each other lah pokoknya. What a big yet dream friendship I’d like to have.

Semua orang pasti mendambakan dan memimpikan itu bukan?

Kehadiran kedua aktor senior yang kenyang pengalaman seperti Michael Douglas dan Alan Arkin, membuat drama ini tak ada cela. Plot ceritanya tersusun teratur dari awal hingga akhir. Para bintang tamu pun tak hanya melengkapi tapi juga memberika warna cantik sepanjang kehadiran mereka. Adegan-adegannya juga banyak memberikan pelajaran hidup dan membuat kita terpekur akan begitu besarnya makna persahabatan dan menjadi sahabat. Tak hanya antara Sandy dan Norman, tapi juga tentang hubungan baik yang harus tetap terjaga dengan anggota keluarga.

The Kominsky Method benar-benar satu produk sinema yang patut dan begitu berharga untuk kita nikmati. Apalagi ini adalah drama terakhir yang dibintangi oleh Alan Arkin. Beliau wafat di 2022 yang lalu di usia 89 tahun. Setahun setelah pembuatan drama ini berakhir (2018-2021). Michael dan Alan tidak hanya sudah menjadi contoh aktor gaek yang tetap berkarya tapi juga melahirkan drama yang sarat makna dan pelajaran hidup bagi siapa pun yang menikmatinya.

The Kominsky Method. Kisah Tentang Manisnya Persahabatan di Usia Senja
Sandy dan Norman. Tak ada hari yang terlewatkan untuk saling berbincang. Sumber foto : Netflix

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

28 thoughts on “The Kominsky Method. Kisah Tentang Manisnya Persahabatan di Usia Senja”

  1. Kayaknya sih emang simpel, tapi ngena banget ya kak. Persahabatan Norman dan Sandy adalah bukti bahwa dua orang tanpa pertalian darah bisa kok seperti saudara.

    Reply
    • Setuju banget Mas Adi. Makna persahabatan jadi lebih luas. Bukan hanya berangkat dari pertalian darah. Bahkan dari drama ini, saya melihat bahwa persahabatan yang erat antara Sandy dan Norman bahkan lebih bermakna sepanjang masa. Norman bahkan mempercayakan Sandy untuk mengelola harta kekayaannya saat dia sudah wafat.

  2. Tadi sempet batin juga…lah…kok Norman “dimatikan”? Kalau lihat tokoh aktor & aktris-nya semua pemain kawakan dan engga diragukan lagi yah.
    Kayaknya aku juga bakalan terhanyut nih kalau nonton. Persahabatan di usia senja tuh kayak memanfaatkan waktu banget.
    Soalnya sekarang udah mulai ada ajaaa di grup WA temen kuliah, temen-temen yg satu per satu absen (selamanya…hiks…). Kayak ada perasaan…nanti akan tiba giliran namaku muncul…

    Reply
    • Saya juga gitu Mbak Hani. Di usia saya sekarang, berada di dekat orang-orang yang tepat dan mengasihi saya dengan tulus tuh berarti banget. Melihat satu persatu teman dipanggil oleh-Nya, saya jadi mengingatkan diri sendiri. Waktu akan berlalu begitu pun orang yang berada di samping kita. Jadi mengisi sisa hidup dengan orang yang tepat harus menjadi prioritas. Orang yang membawa banyak kebaikan dan manfaat, serta mengingatkan kita akan akhirat.

  3. Waduh kok Norman metong ya…huhuhu.
    Sebuah drama yang bisa jadi pembelajaran bagi semua apalagi makin matang usia makin sulit menjaga persahabatan di usia senja…Satu persatu sahabat jadi merenggang, bahkan berpulang. Seperti minggu lalu saya menjenguk Bapak (85 tahun) yang sedang sakit di kampung halaman. Beliau curhat, hampir semua rekan sebayanya sudah tiada…sampai ga ada lagi acara arisan pensiunan dan sejenisnya ..hiks

    Reply
    • Saya juga terkejut pas buka seasons ke-3. Lah kok tahu2 ada upacara pemakaman Norman. Padahal di akhir seasons ke-2, Norman lagi seru-serunya menerima anaknya – Phoebe – kembali ke rumah dan menyambut kemunculan cucu lelakinya (anak Phoebe) yang katanya sudah jadi orang lurus.

      Duh langsung potek hati. Padahal keberadaan Sandy dan Norman sepaket tuh seru betul. Mulai dari obrolan dan omongan-omongan yang mengena satu sama lain. Norman bahkan menyediakan kamar khusus untuk Sandy di rumah mewahnya.

      Apalagi sudah di usia 80-an ya Mbak. Pasti kerasa banget itu kesendiriannya.

  4. Saya baca di sini aja udah baper dan merasa patah hati. Memang ya kalau udah usia lanjut tuh paling nikmat dikelilingi orang terdekat. Duh, kenapa dibikin meninggal, sih? Kayaknya saya bakal sesenggukan nontonnya

    Reply
    • Saat tahu salah seorang pemeran utamanya di-wafat-kan, saya sedih banget. Greget dari drama ini jadi berkurang. Padahal interaksi antara Sandy dan Norman yang penuh drama dan kehebohan tersebut adalah kekuatan dari cerita drama secara keseluruhan.

  5. Yang kutahu persahabatan ya gitu. Ngomong tentang hal yang benar. Meski kadang menyakitkan. Untuk kemudian mencari jalan keluar. Tidak selalu mudah. Seringnya ya adu mulut dan ngotot-ngototan. Tapi habis itu ya sudah.

    Persis kayak Sandy dan Norman lakukan. Makanya, persahabatan mereka awet sampai tua ya,

    Reply
  6. Jadi penasaran menonton persabatan Norman dan Sandy, usia senja kan perasaan lebih sensitif dan sifat ngeyelnya kembali keluar,
    penasaran duo aktor legend ini mampu membuat penonton ikutan baper.
    Btw, salut sama M. Douglas, produktifitas di usia senjanya dan sempat sakit juga.

    Reply
  7. Wihh ini film underrated ya di Indonesia, baru kali ini dengar judulnya dan menurutku ide ceritanya bagus banget! Kalau biasanya hanya kisah persahabatan remaja, ini persahabatan orang tua yang bikin mata kita terbuka untuk memulai berteman meski usia sudah senja.

    Reply
  8. Beda dari yg lain nih para aktornya juga lansia, hehe… Bukan cogan yg bikin netizen termehekmehek terpesona dan memimpikan mereka.
    Justru akting mereka para lansia ini juga sangat bagus ya
    Dan satu pelajaran hidup yg saya rasakan juga kalau keluarga tidak hanya berasal dari pertalian darah. Bisa jadi yang benar-benar menjadi keluarga kita itu adalah teman bahkan mungkin tetangga yang bukan berasal dari anggota keluarga. itu saya alami sendiri ketika saya merantau ke luar negeri sebagai TKW

    Reply
    • Bener banget Teh Okti. Justru kehebohan antara dua lansia inilah yang bikin The Komansky Method jadi drama dengan greget yang berbeda. Aktornya pun bukan kaleng-kaleng. Mereka pernah meraih Oscar dengan prestasi yang banyak sekali. Jadi karakter yang terbangun di drama ini benar-benar mumpuni. Serasa bukan nonton drama tapi lebih pada kehidupan dan kenyataan hidup sehari-hari.

      Saya juga gitu Teh Okti. Lama hidup jauh dari orang tua, banyak teman akhirnya jadi saudara. Sama-sama merantau dan berusaha hidup di atas kaki sendiri. Dan itu justru bikin saya semakin kuat mentalnya.

  9. Kayaknya baru baca tulisan Bu Annie review drama hehe.. Bagus ceritanya, menginspirasi setiap persahabatan yg ada. Jadi inget punya sahabat bersembilan dari SMP hingga kini usia kami 30++ masih menjalin silaturahim yg baik. Semoga bisa bersahabat hingga syurga kelak. Aamin

    Reply
  10. Memang membandingkan persahabatan anak muda dengan manula itu ada kesan sendiri.
    Lihat yang manula itu ngerasa jauh lebih adem, hangat dan ikut bahagia.
    Karena ya itu, mereka pasti ngga ada lagi ada persaingan ataupun gibah2 kali ya, hahaa
    Persahabatan murni karena saling rindu, saling butuh dan saling menemani.
    Sayaa bahkan usia yang belum manula ngga punya sahabat yang bener2 sejati…
    Yaa smoga masa tua nanti anak2 ngga pada “ngilang” jadi masih ada yang nemenin, hhehee

    Reply
  11. Ya ampun Michael Douglas ini tua-tua kelapa ya?
    Semakin tua semakin bersantan, tetap tampan dan mempesona dengan nilai plus karena telah berusia 79 tahun

    saya selalu iri pada orang yang punya sahabat hingga usia senja
    Karena mereka telah melalui masa saling mau menang sendiri, mau ngalah dan mau berkorban satu sama lain
    Gak mudah karena udah dari sononya kita tuh egois sehingga gak heran banyak perkawinan yang gak selamat sampai akhir hayat

    Reply
  12. Oalaahhh, makanya kek pernah lihat lakon yang laki, ternyata Michael Douglas ya.
    Jadi pengen nonton! Akhir-akhir ini saya suka nonton film drama kehidupan kayak gini, rasanya lebih banyak pesan yang bisa diambil ketimbang film genre lain. Apalagi pemainnya aktor senior kayak ini, lebih terasa feel dari ceritanya

    Reply
    • Chemistry antara Alan dan Michael tuh apik banget. Dua aktor gaek yang jam terbangnya sudah gak diragukan lagi. Jalan ceritanya dibuat smooth layaknya kejadian sehari-hari antara dua pria lansia. Kadang saling tegangan tinggi, kadang juga saling bercerita satu sama lain dengan lembut. Beneran hadir dengan nuansa keakraban yang erat. Kudu nonton Mbak Rey. Highly recommended pokoknya.

  13. Keren ini kisah yang diangkat soal persahabatan di mana usia para tokohnya udah gak muda lagi.
    Soalnya kerap kali kalo film yang udah² alias yang udah oernah fenni tonton hehe, menceritakan persahabatan, tokohnya itu masih remaja atau usia 30-40an.

    Reply
  14. Berkarya sampai di ujung usia. Dan tema filmnya juga … duh, menyentuh banget. Terus terang aku sering kepikiran, kalau udah sepuh seperti mereka, masih punya teman atau tidak ya?

    Reply
    • Nah itu dia Mbak. Kebayang ya seandainya bisa ada temen hingga usia lanjut. Ada temen ngobrol yang pas. Apalagi kalau seumuran. Banyak kesamaan pengalaman yang bisa dibagi bareng.

  15. Begitu baca ada Michael Douglas, saya langsung niat banget mau nonton. Secara saya mengidolakan aktor ini sejak remaja. Sejak saya menonton The Jackal di tahun 97 kalo ga salah. Tunggu bagian kedua season 4 film Emily in Paris tayang dulu di Netflix, baru saya langganan lagi. Ga mau rugi banget. Hehehe…
    BTW, yg menarik dari Hollywood salah satunya selalu ada film dengan tokoh utama aktor2 usia lanjut. Beda banget dengan di Indonesia. Aktor2 lanjut usia umumnya hanya berperan sebagai pemeran pembantu yang melengkapi cerita.

    Reply
    • Michael Douglas emang aktor gaek yang laris manis juga ya. Banyak film-filmnya yang bermutu dan menghadirkan alur cerita yang berkualitas. Saya juga suka film-film dia.

  16. aku nonton ini 2x emang selucu sengakak itu, sarkas banget karena related dg faktanya cuma memang di akhir season agak kurang ya karena pandemi dan beliau pemeran Norman tyt meninggal dunia, salute to Douglas..

    Reply
    • Becandaan sarkas yang justru bikin kita melek. Chemistry antara Sandy dan Norman pun terbangun dengan baik sepanjang mereka habiskan waktu berdua. Naahh saya juga baru ngeh kalau produksinya sempat terhenti saat ada pandemi. Tapi Michael Douglas konsisten untuk meneruskan. Semoga deh ada seasons selanjutnya.

Leave a Comment