Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk

Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
berpose dulu sebelum makan belepotan. saya dan keluarga minus si sulung

Asik, Seru dan Belepotan!!

Makan siang bareng keluarga di acara ulang tahun adik ipar saya. Acara tahunan yang selalu jadi alasan untuk ngumpul meski tahun ini terpaksa meninggalkan anak sulung saya yang kedatangan tamu di rumah. Tapi meskipun dalam formasi tak utuh, acaranya tetap seru dong. Karena setelah keringatan, kepanasan, kecapekan dan keseruan mengelilingi PANTJORAN PANTAI INDAH KAPUK, kami akhirnya menutup serangkaian acara jalan-jalan dengan makan kesiangan lezat berkesan di CUT THE CRAB yang juga masih berlokasi di kawasan yang sama.

BACA JUGA : JAMBULUWUK Thamrin Jakarta. Staycation di Tengah Kerisauan Pandemi

Berangkat ke Pantai Indah Kapuk

Langit cerah dan terik saat kami meninggalkan kawasan Kelapa Gading. Sesuai kesepakatan dari rumah, kami memutuskan untuk menjawab rasa penasaran yang sudah berbulan-bulan akan sebuah tempat yang sudah berkali-kali saya lihat di media sosial. Foto-fotonya sarat soft-selling dan sentuhan estetika, bertaburan di Instagram. Semua bikin saya terjebak dalam rasa penasaran yang dalam dan meminta untuk segera dijawab.

Berlebihan? Enggak lah. Sebagai seorang travel blogger (baca: tukang ngukur jalan), berada di tempat seperti ini tentunya jadi kesempatan yang tak boleh terlewatkan. Apalagi menurut cerita salah seorang teman yang juga adalah seorang selebgram, Pantai Indah Kapuk, khususnya area Pantjoran, sarat dengan spot-spot foto yang istagenic. Wah wah ini sih kudu diniatkan pokoknya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Adik ipar saya yang berulang tahun hari itu, sepakat untuk menjelajah Pantai Indah Kapuk, tempat yang dimaksud di atas. Saya pun langsung semangat 45. Apalagi Pantai Indah Kapuk ini sesungguhnya tak jauh dari Kelapa Gading. Sama-sama berada di bagian utara DKI Jakarta. Berkendara melewati tol Lingkar Dalam menuju bandara Soekarno-Hatta lalu keluar di exit Kamal. Gampang banget. Dan memang segampang itu.

Keluar dari Kamal ini kita akan langsung terhubung dengan Pantai Indah Kapuk yang bertetangga dengan PLUIT dan MUARA KARANG. Area tempat saya tinggal saat SD dan belajar di perguruan tinggi. Bahkan sempat juga tinggal di kawasan Cengkareng yang masih bertetangga dekat dengan Kamal. Jadi no nyasar-nyasar.

Memasuki jalan utama Pantai Indah Kapuk, saya langsung larut dengan kemegahan yang terhidang di depan mata. Saya pun meminta suami untuk melambatkan laju kendaraan karena ingin menandai banyak tempat di deretan ruko terdepan, jalan utama, untuk meraih Pantjoran.

Sesuai dugaan, nuansa Tiongkok begitu kental terbentang. Apalagi di salah satu area khusus ada sederetan bangunan megah dan dominan yang mengingatkan saya akan SHANGHAI dan NANNING. Dua kota yang sudah beberapa kali saya kunjungi dalam rangka perjalanan bisnis dan pameran perhiasan. Bangunan-bangunan tersebut adalah milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang kemanusiaan seperti pendidikan, pelestarian lingkungan, kesehatan publik dan lain-lain yang berpusat di Hualien, Taiwan.

Tulisan khusus tentang PANTJORAN Pantai Indah Kapuk akan saya buat terpisah ya.

BACA JUGA : Bubur Ayam AL-AZHAR JABABEKA. Belasan Tahun Menjamu Sarapan Warga Cikarang Dengan Kelezatannya

Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
SAYA DI DEPAN SALAH SATU BANGUNAN MEGAH MILIK YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA

Bertamu ke Cut The Crab

Layaknya bertamu ke sebuah kawasan dengan etnis tertentu, sebagian besar asupan tentunya mengikuti selera sebagian besar warga yang berada di sekitarnya. Jadi, menu non-halal pun akan dengan sangat mudah ditemukan di Pantai Indah Kapuk. Termasuk di Pantjoran, tempat wisata yang kami tuju. Ada beberapa outlet yang menuliskan no pork no lard. Tapi terus terang saya masih ragu karena kriteria halal bukan hanya tentang tidak ber-babi atau ber-minyak babi. Namun juga tentang cara pengolahan yang sesuai dengan syariat agama yang saya percayai. Pemikiran ini yang memutuskan saya untuk tidak mengkonsumsi makanan apapun kecuali minuman.

Untuk menuntaskan dahaga karena terik dan panasnya udara selama di Pantjoran, bergelas-gelas minuman dinginpun meluncur di tenggorokan. Sementara untuk makan besar, kami sepakat untuk mencoba salah satu restoran yang berada di Ruko Garden House. Kawasan bisnis dan entertainment yang berjajar di jalan utama sebelum mencapai kawasan Pantjoran.

Jadi, setelah selesai berwisata menikmati destinasi yang kental dengan nuansa negara tirai bambu, kendaraan pun kami arahkan kembali ke titik pertama datang.

Awalnya, saya dan keluarga (terutama saya) memutuskan untuk bersantap di THE GARDEN. Tapi alhamdulillah berkat salah seorang front liner yang bertugas menerima tamu, saya diinformasikan bahwa restoran ini banyak menyajikan makanan non-halal plus berbotol-botol minuman keras. Meskipun ada juga makanan yang aman untuk kaum muslim tapi pengolahan masakannya ada di satu dapur. Apresiasi tinggi saya sampaikan ke manajemen The Garden atas keterbukaan dan kepeduliannya. Terimakasih.

Dalam kondisi sangat lapar karena sudah pkl. 14:00 wib dan tak ingin berpindah ke kawasan lain serta repot mencari parkir, saya memutuskan untuk berjalan kaki menelusuri Ruko Garden House. Keberuntungan ternyata mampir. Tak lebih dari 100 meter dari The Garden, saya menemukan Cut The Crab dengan fasad yang sangat menarik perhatian. Gambar kepiting merah yang menjadi logo dari restoran ini langsung terlihat dari kejauhan. Saya yang dulu sempat bersantap di salah satu cabang mereka di Jakarta Selatan pun langsung mengajak keluarga untuk menuntaskan rasa lapar yang sudah tak tertahankan disini.

Rukonya sendiri cukup besar dengan 2 lantai. Kami duduk di lantai dasar dengan bagian depan yang diperuntukkan bagi pelayanan minuman dan meja kerja kasir. Lalu ada beberapa meja kayu dengan ukuran yang pas untuk 4 orang pengunjung. Di bagian paling ujung ada wastafel untuk mencuci tangan serta toilet kecil. Interior dalam ruang yang sesederhana itu.

Layaknya restoran seafood, dekorasi seluruh ruangan didominasi dengan gambar-gambar binatang laut, nuansa pantai, pernak-pernik kegiatan memantai, lalu ada potongan-potongan kayu berbentuk kepiting yang disusun rapi di dinding dalam berbagai warna. Cakep banget untuk dijadikan latar belakang foto. Setidaknya penampakan bentuk kepiting-kepiting ini langsung mengingatkan kita akan Cut The Crab.

BACA JUGA : Jelajah Rasa dan Kenyamanan di Resto Bumi Aki Puncak

Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
fasad cut the crab pik. gambar kepiting merahnya begitu atraktif sebagai identitas
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
dinding dengan berbagai ukiran kayu berbentuk kepiting dalam berbagai warna yang ada di lantai dasar. atraktif dan seru untuk dijadikan latar belakang foto

Ragam Menu yang Ditawarkan Cut The Crab

Sebuah buku menu dilaminating dan berukuran jumbo diletakkan di hadapan kami sesaat setelah duduk di meja paling depan. Pilihan jenis seafood yang ditawarkan ternyata bejibun banyak dan jenisnya. Semua menarik, bikin ngiler dan dah kebayang enaknya. Beneran bikin bingung.

Gak cuma jenis seafood nya yang tumpah ruah tapi juga macam saus yang akan dicampurkan ke dalam semua bahan pesanan kita. Pilihan-pilihan saus yang dipesan itu adalah VERSI ORIGINAL dengan rasa caramel, sweet and sour lemon, sweet, asian favorite, salty, cheesy, lemon twist dan garlic butter. Lalu ada VERSI ASIAN & INDONESIA yang juga berderet seru untuk dipilih. Diantaranya adalah soy chilli, black pepper, japanese curry, sumatera secret, java tastic, kalimantan chilli, sulawesi green chilli dan papua chilli. Semua bisa dihindangkan dengan 3 versi yaitu not spicy (tidak peda), medium dan hot (terpedas).

Setelah berembug dengan cepat. Maklum dah lapar pake banget. Saya dan keluarga akhirnya memilih PRAWN COMBO yang berisikan udang, jamur, sosis, kerang hijau, jagung, brokoli, wortel dan ubi. Lalu sebagai tambahan kami memesan BOILED GIANT TIGER PRAWN (udang windu rebus), DOUBLE JAVA CRAB, MUSHROOM FRIED, tambahan JAGUNG REBUS, KENTANG GORENG dan STEAMED RICE. Sementara untuk minuman pesanan kami adalah ICED LEMON TEA, MILO FLOAT, dan bergelas-gelas teh tawar hangat.

Untuk saus nya kami memutuskan untuk mencoba GARLIC BUTTER dengan serving option tidak pedas. Keputusan yang tepat agar bisa menikmati semua sajian tanpa harus keringetan karena dengan yang tidak pedas aja semua terasa asik, seru dan belepotan.

Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
PESANAN PERTAMA. prawn combo, double java crab, kentang goreng DAN 4 BUNGKUS NASI. SETELAH INI KAMI NAMBAH JAGUNG REBUS, UDANG DAN JAMUR GORENG BERBUMBU
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
celemek kertas putih yang wajib dikenakan saat makan. dari celemek ini saya jadi tahu bahwa cut the crab sudah beroperasi sejak 2012. mereka memiliki outlet di jakarta seperti di senopati, pik (tempat kami dine-in saat itu), kelapa gading, mangga besar, kebon jeruk, bekasi dan depok. mereka juga ada yogyakarta, malang, jember dan bali

Tak lebih dari 15 menit kemudian seorang petugas dan dengan alas kertas makan kecoklatan dengan ukuran sangat besar diletakkan untuk menutup seluruh meja. Diapun membagikan celemek kertas putih yang berlogo Cut The Crab sekaligus berbagai informasi tentang cabang-cabang restoran yang mereka miliki. Sebuah keluarga kecil yang duduk di dekat kami sempat nyeletuk.

“Oh, gak pake piring ya Mas?” Saya sempat tergelak. Pertanyaan sama saat saya pertama kali mengunjungi Cut The Crab.

Tapi mungkin ini adalah kunjungan pertama mereka. Bagi first visitors cara ini mungkin tidak umum. Tapi sesungguhnya justru efisien dan efektif serta hemat biaya. Apalagi untuk mengakomodir kuantitas hidangan yang besar dan butuh tempat yang luas. Setidaknya banyak hal yang dapat dikurangi dengan menggunakan alas kertas ini. Contohnya seperti cepatnya waktu untuk bebersih meja setelah makan. Tidak butuh tenaga dan waktu khusus untuk membasuh peralatan makan plus tentu saja tenaga untuk mencuci peralatan makan. Ini aja sudah hemat air dan liquid soap untuk cuci piring.

Untuk yang makan pun adaeksplorasi mengambil makanan terasa lebih asik dan seru. Meskipun sebenarnya bisa belepotan kesana kemari. Tapi begitulah seni makan dengan tangan ya.

Rasanya gimana? Duh jangan ditanya deh. Enaknya kebangetan. Apalagi untuk publik yang mengidolakan sajian seafood dengan pengalaman berwisata kuliner yang penuh kenangan. Untuk kumpul keluarga dengan konsep makan keroyokan, Cut The Crab pantas untuk dapat 10 jempol.

Hanya satu yang sempat saya sayangkan. Seharusnya kami meminta saus yang berbeda untuk main course nya supaya bisa merasakan sensasi rasa yang berbeda. Sementara di saat itu, saya hanya memesan garlic butter saja. Perlu dicatat nih untuk kunjungan berikutnya.

Memesan nasi, buat saya, kurang begitu pas. Apalagi mengingat bahwa karbohidrat yang pas itu lebih asik ke jagung rebus dan lalu ada ubi rebus yang dicampurkan bersamaan dengan makanan utama. Kentang gorengnya juga asik sih. Gorengnya garing dan berbumbu. Nasinya terlalu benyek buat skala selera saya. Kelihatan kecil tapi sesungguhnya padat.

Semua rangkaian pesanan, saya dan keluarga menghabiskan dana sekitar Rp 781.500,- dengan tambahan 10% PPn. Jadi totalnya adalah Rp 859.650,-. Cost terbesar adalah pada Double Java Crab senilai Rp 260.000,-/porsi. Pricy? Tentu. Apalagi jika kita membandingkannya dengan warung-warung seafood dengan konsep tenda atau warung sederhana. Tapi it’s still worth having. Karena kualitas materi yang segar, bumbu yang berlimpah dan kaya rasa, kualitas pelayanan dan pengalaman makan yang jarang, setara dengan apa yang kami dapat. Sekali dalam setahun? Kenapa enggak.

BACA JUGA : KFC Naughty By Nature. Asupan Cepat Saji yang Berkualitas, Berkuantitas dan Berkelas di Senopati Jakarta

Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
double java crab yang enak tak terkira. sesuai dengan harga yang ditawarkan

Kesan Pribadi Akan Cut The Crab

Walaupun saya sudah 2 kali dine-in di Cut The Crab, mendatangi cabang mereka yang di Pantai Indah Kapuk tetap aja menghadirkan pengalaman berwisata kuliner yang berbeda. Apalagi semua pesanan kami gak ada yang gagal rasa. Semuanya enak sesuai harapan. Sajiannya fresh dengan saus yang mantul banget. Tidak pelit bumbu dan kaya rasa. Sausnya dinikmati dengan jagung rebus aja sudah enak. Menambah selera makan yang asilnya dan pada awalnya sudah sangat menyelerakan secara visual.

Saya juga suka suasana di dalam resto. Dekorasinya cukup dan tidak berlebihan. Tapi tetap mempertahankan ciri-ciri sebuah resto hidangan laut. Layanannya cepat serta responsif. Meskipun saya lihat petugasnya hanya beberapa.

Ada beberapa hal yang saya ingin Cut The Crab tingkatkan.

Pertama adalah tentang buku menu. Tampilannya seperti warung pinggir jalan. Seharusnya, dengan sekelas resto seperti mereka, Cut The Crab bisa menggunakan jasa food photographer professional dan menyajikan foto-foto indah tersebut di sebuah buku dengan sentuhan estetika yang cantik.

Kedua adalah pendingin ruangan yang lebih nyaman lagi. Kebayang jika tetamu yang memesan makanan super pedas lalu keringetan, wah bakal kegerahan banget itu. Berlembar-lembar tissue pastinya akan terbuang untuk mengusap keringat yang muncul berlebihan karena kepedasan.

Ketiga adalah berani mengusulkan jenis asupan dan saus yang banyak digemari publik. Hal seperti ini tuh bakal membantu banget untuk mereka yang datang pertama kali. Apalagi mengingat Cut The Crab punya sederetan opsi yang terus terang bikin kita mikir dulu saking banyaknya.

Untuk harga, I have no complaint at all. Pernah membantu teman dalam membangun bisnis kuliner yang tematik, keputusan menentukan harga tuh butuh pertimbangan yang berendeng, bererot dan riset yang bukan hanya sehari. Proses yang tentu saja menjadi salah satu penentu apakah kehadiran bisnis ini bisa berjalan lancar. Termasuk urusan menentukan target market yang tepat dan sesuai dengan visi misi didirikannya resto.

Kenyataan lainnya adalah Cut The Crab memiliki sumber pemasok yang bukan hanya ada di Jakarta saja, tapi juga berasal dari luar daerah, seperti Kepiting Raja Ampat yang berasal dari Papua. Kondisi yang membuat Cut The Crab harus memikirkan biaya transportasi dari daerah asal menuju dapur mereka. Dan ini bukan perkara sepele. Sebab sesuai janji yang mereka tulis di dalam buku menu, semua sajian dihadirkan fresh, untuk memanjakan lidah tetamu. Jadi butuh packaging yang memang khusus disediakan untuk menjaga kesegaran setiap bahan masakan.

Balik lagi? Kenapa enggak. Tapi yang pasti saya ingin mengunjungi cabang yang berbeda agar mendapatkan view dalam resto yang berbeda.

All the best luck untuk Cut The Crab. Semoga semakin eksis dan berjaya di dunia kuliner khusus seafood.

Kapan dong ngundang food blogger and photographer seperti saya untuk menjelajah pengalaman memotret buat buku menunya?

Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
area dine-in di lantai dasar
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
salah satu sudut yang penuh dengan dekorasi laut
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
saya dan cut the crab
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
saya dan celemek kertas cut the crab
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk
metty, adik saya yang berulangtahun hari itu. makasih untuk traktirannya
Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

36 thoughts on “Asik dan Seru Tapi Belepotan di Cut The Crab Pantai Indah Kapuk”

  1. Waah itu udangnya, waaah itu kerangnya dan bumbunya bikin ngiler. Tempat makannya kelihatan cukup nyaman dan adem ya mbk. Jadi makan hidangan panas-panas dan belepotan kayaknya ngga bikin kegerahan. Duuuh jadi pingin makan seafood…

    Reply
    • Udangnya memang spesial. Saya sampai nambah lagi. Dengan bumbu saus yang kami pesan, kesegaran udangnya jadi tambah berasa. Cocok banget.

  2. Saya mungkin juga akan nanya “oh enggak pakai piring ya, Mas?” ke waiter-nya saat pertama makan di Cut The Crab..kwkwk. Pernah makan sama teman-teman di resto serupa masih pakai piring soalnya. Tapi benar, praktis kalau begini. Sayang suami saya alergi seafood jadi kalau jajan beginian cuma bisa sama teman atau saudara.
    Kalau harga sih sepadan…memang sekian standarnya ya, apalagi kalau asik dan seru baik menu maupun layanannya

    Reply
    • Hahahaha iya Mbak. Saya waktu pertama kali makan di Cut The Crab juga surprise banget. Tapi malah asik jadinya. Karena gak ribet sama peralatan makan. Petugasnya juga mudah membersihkan.

  3. Mba Annie tanggung jawab nih jadi ngiler ngeliat crab-nya😃
    Jujurly saya salut sama front liner The Garden, meski dia bisa aja diam dan dapat tamu, tapi Insya Allah dengan jujurnya itu datengin banyak berkah ke dia dan tempatnya bekerja. Sakitt👍👍

    Reply
    • Hahahahaha. Kepitingnya memang menggoda banget. Dicampur dengan saus yang saya pesan, rasa enaknya jadi semakin sempurna. Gak mengecewakan pokoknya.

      Bener Mbak. Alhamdulillah kejujuran masih ada di bisnis kuliner ya. Respect banget sama staff nya The Garden. Saya sampai mengucapkan terimakasih berulangkali.

  4. Suka banget liat foto-foto Mba Annie, selalu keren dan kece banget posenya dengan outfit yang kece pula :D
    Saya kok malah ngiler liat kerangnya ya Mba, kayaknya enak tuh.
    Kalau kepitingnya tenggelam dalam lautan kuah hahaha.
    Membayangkan makan pedas, tapi ruangan nggak terlalu dingin, waaooo luar biasa tuh keringatnya hahaha :D

    Reply
    • Ih bener banget. Kerang hijau nya juga top kesegarannya. Dicampur dengan saus yang saya pesan, enaknya lebih-lebih deh.

  5. aduh crabnya, auto krucuk krucuk perut padahal baru saja diisi chicken cheese dinner rolls

    udah lama saya pingin banget sea food yang segar untuk dimasak tom yum

    apalagi ini dibumbui dengan pekat dan lezat
    pastinya yummyyyy…..

    Reply
    • Kalau seafood sepertinya unsur pertama adalah kesegaran bahannya ya Mbak. Apalagi saat dilengkapi dengan bumbu saus yang kaya rasa, beeuuhhh kelezatannya pasti bikin kita lupa daratan inget lautan hahahaha.

  6. Logo Cut The Crab lucu banget. Bagian capitnya terbaca CTC (Cut The Crab) hehehehe. Paragraf pertama sempat bikin saya agak sedih. Karena teringat almarhum papah. Biasanya papah nih yang suka semangat ajak kumpul keluarga kalau ada yang ulang tahun. Trus, suka minta tolong ke saya buat pilihin resto.

    Papah udah gak ada, belum kumpul gini lagi. Ya keburu pandemi juga, sih. Jadi pengen juga deh ke CTC bareng keluarga. Apalagi kalau cara penyajiannya seperti itu memang saya akan lebih nyaman bersama keluarga daripada dengan teman.

    Reply
    • Alfatihah untuk almarhum Papa ya Mbak Myra. Semoga beliau sudah tenang berada di sisi Allah SWT.

      Semoga suatu saat Mbak Myra dan keluarga bisa juga merasakan kelezatan hidangan seafood di CTC ya Mbak. Menyenangkan banget makan disini. Terutama sajiannya lezat dan kaya rasa.

  7. Hai kak Annie suka deh dengan comment yang ditulis Cut The Crab tidak pernah gagal rasa. Ini benar-benar review yang membuat pembaca semangat untuk suatu hari mencoba. Tapi memang mantaps sih pembahasannya.
    Aku membayangkan makan sea food kepiting dengan berbagai jenis toping. makannya bersama anggota keluarga pasti seru. Disana pesan menunya berbagai rasa sehingga bisa dicobain semua. Interiornya juga keren loh

    Reply
    • Tempat yang cocok untuk bersantap dengan keluarga pokoknya Kak. Seafood segar dengan bumbu yang kaya rasa. Makannya juga seseruan gitu. Recommended banget deh.

  8. Siapa sih yang nggak doyan sama crab. Aku doyan banget. Nengok cara penyajian di cut the crab kok ya menggoda banget. Asli sih. Meski belepotan ya pasti seneng dan puas banget sih makannya. Iya nggak Kak? Hehehe

    Reply
    • Hahahaha bener banget Mbak Yuni. Belepotannya itu yang bikin seru. Apalagi sajiannya seenak itu. Komplit sudah senengnya.

  9. Makan kepiting emmag ga bisa jaga image. Hehehe
    Waktu saya masih ikut majikan di HK dan Taiwan, mereka kan suka sekali tuh sama kepiting dll. Meski sekelas pejabat sekalipun, saat makan kepiting dll, sama aja seperti saya, belepotan dan pakai tangan doang hehehe

    Reply
    • Hahahaha iya ya Teh. Justru disitulah seni dan serunya makan kepiting. Aaahh saya jadi pengen balik lagi

  10. Kalau 10 jempol berati endess banget ya mba bumbunya Juga kelihan kental gitu pasti Lebih gurih ya…

    Next mau Juga ke Cut The Crab klo pas travellingan ke PIK ,, lumayan jauh sih dari rumah

    Reply
    • Bener Mbak Utie. Bumbunya tuh jagoan banget pokoknya. Pengen beli tapi lupa nanya boleh apa enggak. Seandainya bisa kan bisa dilanjutkan di rumah hahaha.

  11. Wiiiihh, kepiting dan seafood kuliner paporit aku bangeett
    Aduhai, sausnya tuh siap membuai lidah ya Mbaa
    Mupeng dah, mupeengg.
    Enak nih klo makan seru2an ama besties di sono

    Reply
  12. Masakan yang disajikan fresh gitu emang cenderung lama masaknya ya, mbak annie. Eee tapi kalau sudah terhidang aduhaaaaay lezatoz lah, ueeeeenak pake banget. Terbayar sudah dengan menunggu lamanya

    Reply
    • Agree. Worth waiting and worth having. Harganya pun setara dengan kualitasnya. Recommended pokoknya

  13. Wah Bu Annie ketemu tuan Crab hehe..
    Alhamdulillah bertemu dengan resto yang halal dan menenangkan ya. Jadinya santap pun dengan lahap. Apalagi itu hidangannya melihat udang 🍤 sesuatu banget. Soalnya daku lebih demen udang hihi.

    Reply
  14. Hmmm seafoodnya bikin ngiler nihh, rasanya pasti mantap banget ya mbak! Apalagi tempatnya desainnya cantik banget, elegan gitu! Bikin makan makin nikmat.

    Reply
  15. Kesan pertama liat tempatnya ihhh lucu bangeeet, seniat itu bikin ornamen kepiting hihi. Aku juga merasa wajar sih kepiting tuh emang gak murah, apalagi kalo segar. Pernah liat cara nangkap kepiting hidup dari alam liar penuh perjuangan, tapi gak ada bohong rasanya pasti lebih manis dan enak. Kebayang blepotannya mbak Ani sampe pake celemek, pasti super nikmat ya. Duh jadi ngilerrr

    Reply
    • Alhamdulilah super nikmat Mbak Lia. Setara lah dengan expense yang harus dikeluarkan. Salah satu resto seafood yang bisa saya rekomendasikan pastinya.

  16. Wah baca rincian menu dan rasanya jadi lafarr saya, kebayang kelezatannya semoga ada buka cabang di Tangerang Selatan ya ..btw itu celemek makannya bisa dibawa pulang ga bu Annie? lucu banget bentuk dan motifnya.. dan unik ya konsep makannya ga pakai piring seru nih kalau ada kumpul keluarga besar ..

    Reply
    • Kapan pas main ke PIK kudu mampir kesini Fit. Dari Tangerang lumayan deket sebenarnya. Ngambil jalur tol yang menuju airport tapi ambil jalur ke arah Kamal. Hahahaha nah itu, kalo diminta pasti boleh keknya tuh hahaha.

    • Ini lokasinya di Ruko Garden House Bu Sumi. Deretan ruko terdepan saat kita mulai masuk kawasan PIK

Leave a Comment