Tidak mudah melanggengkan usaha selama puluhan tahun. Apalagi di tengah persaingan yang ketat dan tetap memenuhi selera pasar. Tapi Bopet Mini, resto padang legendaris di kawasan Bendungan Hilir Jakarta sudah menjawab tantangan itu. Beroperasi sejak 1982 di sebuah tempat sempit di satu sisi Pasar Benhil, Bopet Mini kini sudah memiliki gedung sendiri, masih di kawasan yang sama
Foto-foto dan catatan tentang Bopet Mini tuh sebenarnya sudah lama banget tersimpan di laptop. Sudah hampir berkarat barangkali karena laptop sendiri sudah berganti berulang kali. Saking lamanya, saya bahkan sudah bolak-balik ke tempat ini dalam beberapa bulan, bahkan mungkin tahunan dan baru ngeh kalau rencana menuliskannya di blog sudah tertunda-tunda. Astaga. Kemana aja coba.
Tapi baiklah. Seperti apa yang dikatakan sebuah pepatah, “Better late than never” saya pun bergegas memilah, memilih, dan meng-edit banyak foto, lalu membolak-balik rangkaian catatan kecil yang sempat saya buat jauh-jauh hari sebelumnya. Mulai dari ngajak Fuli (teman dari Bali) dan makan bersama Dewi, pas buka puasa bersama Dewi setelah menghadiri pameran, datang dengan suami saat siang-siang di Ramadan untuk beli lauk dan camilan berbuka, ngajak anak-anak makan siang bersama, dan yang terakhir adalah saat saya bersengaja datang untuk membeli kentang kacang pedas yang sempat bikin saya ketagihan berbulan-bulan.
Nah tuh. Panjang kali lebar banget ceritanya ya.
Sekarang, hari ini, saya sudah menetapkan niat dan hati untuk menuliskannya. Tentang Bopet Mini. Resto padang legendaris di Bendungan Hilir Jakarta yang sudah menemani jelajah rasa ala Sumatera Barat dalam sekian tahun lamanya.
Resto Padang Nyempil dengan Kondisi Seadanya
Saat pertama kali mengenal Bopet Mini, resto ini sudah populer di kalangan teman-teman pejajan. Terutama para penggemar nasi padang yang bertebaran di mana pun kita berada. Lokasi Bopet Mini berada di jalan besar Bendungan Hilir atau yang lebih dikenal dengan nama Benhil. Sejajar dengan sebuah pasar tradisional yang cukup ramai peminat dan sibuk tanpa mengenal waktu.
Benhil adalah salah satu lokasi strategis yang terhubung dengan kawasan perkantoran di Jl. Jend. Sudirman dan sekitarnya. Dulu banget, di seputaran Bendungan Hilir masih banyak rumah penduduk. Terutama di jalan utamanya di mana Bopet Mini berada. Rumah-rumah ini masih dipergunakan sebagai tempat tinggal pribadi yang kemudian, dalam beberapa tahun kedepannya, berubah drastis menjadi tempat jajan yang padat, apartemen dan rumah-rumah yang disewakan. Kawasan kos dengan harga selangit. Karena ya itu. Lokasinya beneran jadi penyanggah kawasan perkantoran dengan gedung-gedung menjulang.
Yang masih bertahan, sejauh dalam ingatan saya adalah kios-kios jajanan dengan struktur kayu, sebuah masjid kecil, usaha photo copy dan percetakan mini serta pasar itu tadi. Tokonya kecil-kecil atau berukuran sedang dengan fasilitas parkir yang mepet banget. Bahkan bisa berlapis-lapis, memadati jalan raya, hingga sering menyebabkan kemacetan yang lumayan parah.
Bopet Mini sendiri, saat pertama saya berkunjung (di awal tahun 90-an), masih berupa resto yang “nebeng” di lantai dua sebuah toko. Terpampang spanduk besar berwarna kuning yang bertuliskan Bopet Mini sebagai penanda. Di salah satu sisinya, ada pintu masuk dengan lorong yang panjang dan sebuah tangga curam yang menghubungkan jalan itu dengan lantai dua. Sebagai petunjuk arah, di lantai bawah ada sebuah kotak kaca besar yang menyediakan camilan khas Sumatera Barat plus sate padang beserta lontongnya. Di sana juga ada beberapa meja dan kursi untuk para tetamu makan jika enggan melangkah ke lantai dua.
Tangga menuju lantai dua itu cukup curam dan sempit menurut saya. Jadi kudu ekstra hati-hati melangkah, apalagi saat berpapasan dengan tamu yang berbeda arah dan banyak tetesan air atau minyak di pijakan tangga tersebut. Saya sendiri pernah terpeleset dan menyebabkan banyak ibu-ibu spontan berteriak kencang melihat saya ndlongsor bergelimpangan. Wuiihhh hebon sureboh pokoknya. Gegara itu kaki saya sempat keseleo dan memar dalam beberapa waktu.
Nah di lantai dua inilah tempat makan utama. Di salah satu sisi ada meja hidang lengkap dengan pilihan segala macam lauk, space kecil untuk kasir, lalu bilik khusus untuk memproses pesanan minuman. Gak ada AC. Hanya kipas angin. Lalu ada juga teras luar dengan beberapa meja untuk para ahli hisab.
Benar-benar nyempil dan tampil seadanya. Persis seperti warung-warung makan yang ada di sepanjang jalur pantura.
Tapi herannya, kala itu, Bopet Mini tak pernah sepi pengunjung. Khususnya di jam-jam makan. Di luar waktu itu juga ada aja tamunya. Bahkan kegiatan membungkus juga berlimpah.
Sewaktu kantor pertama saya masih sekitar 500 meter dari Bopet Mini, saya dan teman-teman sering kejar-kejaran dengan waktu. Saat makan siang antrinya panjang nauzubillah. Dan karena waktu istirahat cuma satu jam, kami makannya kudu ngebut. Pulang pergi banjir keringat. Badan bau matahari pulak (astaga). Akhirnya, agar lebih efisien dan efektif, kami sering minta tolong pelayan kantor untuk ke Bopet Mini, mbungkus, dan makan di ruang kerja. Selayaknya naspad bungkus, nasinya membumbung. Jatah kuli. Persis porsi makan nasi seharian buat saya.
Kunjungan regular saya ke Bopet Mini kemudian terhenti karena saya pindah kerja ke kawasan Kuningan (Jl. H.R. Rasuna Said) lalu berpindah lagi ke Cikarang. Kesibukan dan jarak akhirnya memutus kesempatan saya bertamu ke Bopet Mini.
Menyambangi Kios yang Baru
Saya kembali beranjangsana ke Bopet Mini saat si sulung kerja di Jakarta. Kantornya tak jauh dari resto Padang legendaris ini. Kos si bungsu di area Slipi juga sesungguhnya tidak begitu jauh. Yah paling hanya sekitar 6-8km saja. Jadilah di satu waktu, saat saya dan suami mengajak mereka makan siang bersama di akhir pekan, saya langsung terpikirkan tentang Bopet Mini.
“Apa bedanya dengan warung nasi padang yang lain?” protes si bungsu waktu tahu akan diajak makan naspad. “Bosan ah. Hampir tiap hari Adek makan naspad di dekat kos,” ujarnya lagi sembari mencucu.
“Ini warung naspad legendaris Dek. Sudah ada zaman Bunda awal-awal kerja loh,” balas saya sembari mengacungkan jempol.
Berbeda dengan adiknya, si sulung lebih melunak. Terbiasa berhemat karena gaji masih pas-pasan, dia malah merasa beruntung karena bisa makan banyak. Apalagi warung padang selalu hadir dengan lauk berlimpah ruah dengan banyak pilihan yang sebagian besar disukai si sulung.
Tapi kali ini saya dibuat terkejut. Lah kok restonya sudah gak ada?
Usut punya usut, setelah bertanya ke tukang parkir, Bopet Mini ternyata sudah pindah lokasi tapi masih di kawasan yang sama. Letaknya berjarak hanya sekitar 200-300 meter saja dari outlet yang lama. Jika dulu persis di pinggir jalan Benhil, sekarang masuk ke jalan di belakangnya yang bersisian dengan Pasar Benhil yang sudah direnovasi. Tukang parkir mengusulkan agar saya jalan kaki saja dan tidak memindahkan parkiran mobil.
Dan saya dibuat surprise.
Bopet Mini sekarang punya gedung sendiri. Gedungnya kecil memanjang. Fasad bangunannya berwarna abu-abu dengan signage nama Bopet Mini yang terlihat menjulang dan menempel di bodi gedung.
Seperti halnya di zaman lampau, kesibukan langsung terlihat begitu saya mendekat ke pintu masuk di lantai terbawah. Riuh rendah dengan proses pemilihan menu langsung, mencari tempat duduk yang terbatas dan diletakkan padat bersisian. Lalu ada lantai dua dan lantai tiga dengan kondisi yang sama. Di setiap lantai ada sajian berjejer untuk kita pilih termasuk memesan minuman. Ada rak khusus untuk camilan kering dan sejumlah meja yang diletakkan hampir menempel satu sama lain. Jadi kalau kita ngobrol dengan suara keras sedikit aja, satu ruangan bisa ikut jadi pendengar.
Rangkaian Perubahan di dalam Imajinasi Saya
Jujurly, saat melangkah ke kios yang baru, apalagi dengan gedung milik sendiri, banyak harapan yang menggelayut di pundak saya. Diantaranya adalah lahan parkir yang lebih luas, ruang makan yang lebih lega, kebersihan yang lebih mumpuni, dan menurunnya kepadatan yang memberikan efek signifikan pada kenyamanan. Namun sayangnya, Bopet Mini tetap ingin mempertahankan situasi dan kondisi kios mereka seperti di tempat yang lama.
Jadi saat masuk dalam atmosphere yang tak jauh berbeda, saya cukup kaget. Tapi mungkin itulah situasi dan kondisi yang membuat Bopet Mini dikenang publik. Ruangan dengan luas terbatas, meja dan kursi berhimpitan, dengan suasana berisik layaknya sedang berada di Pasar Atas Bukit Tinggi.
Untuk kualitas masakan, menurut saya, seimbang dengan warung nasi padang lainnya. Semua sama enaknya. Yang sedikit berbeda adalah sayur rebung gulai. Jika di warung naspad lain sayur pengiring nasi adalah daun singkong, nah di Bopet Mini kita akan bertemu dengan sayur rebung gulai ini.
Keistimewaan lain dari Bopet Mini adalah Bubur Kampiun. Bubur khas Sumatera Barat yang merupakan campuran ketan, bubur sumsum, candil, kolak pisang, pacar cina, kacang ijo, dan srikaya. Semuanya menyatu dengan kuah santan encer dengan nuansa creamy. Saya pernah mencoba tapi sepertinya kurang cocok karena manisnya luar binasa. Buat saya yang sudah manis ini sepertinya bakal tambah moleg jika makan yang manis-manis. Ye kan?
Selain dua jajanan di atas, Bopet Mini selalu siap dengan menu beragam lainnya seperti sate, lontong padang, ketupat sayur, martabak, ketan srikaya, serabi dan lupis khas Minang. Dan ini jadi semakin lengkap saat masa Ramadan tiba. Semua jajanan asin dan manis lengkap terhidang sekitar pkl. 15:00 wib. Bahkan saking banyaknya pilihan, saya jadi suka bingung sendiri. Mata pengen beli semuanya tapi lambung ternyata tak mampu menghabiskan.
Nah, untuk rangkaian sajian, Bopet Mini tidak merubah apapun. Termasuk aneka snack seperti potongan tipis kentang pedas yang dicampur dengan gorengan kacang tanah, keripik sanjai, keripik jangek, karak kaliang, dan masih banyak lagi. Saya sempat tergila-gila dengan kentang goreng pedesnya. Ada kali berbulan-bulan, setiap ke Jakarta, saya bersengaja mampir untuk membeli snack yang bikin saya doyan makan tersebut. Terakhir kali mencoba beli ternyata selalu kehabisan. Menurut info kasir, sang pembuat keripik kentang itu sedang dalam kondisi sakit dan tidak sempat produksi bungkusan baru.
Terlepas dari urusan sajian yang enaknya tak terbantahkan, saya sejatinya punya imajinasi lebih atas tempat yang baru. Setidaknya dining area terasa lebih lega dengan komposisi furniture yang lebih teratur, tidak berdesak-desakan, dan penataan ruang yang membuat pengunjung tidak seperti di dalam pasar. Gak musti mewah secara visual dengan ornamen ruangan yang wah, tapi setidaknya pengunjung bisa tarik nafas lah ya. Apalagi kan minim pendingin ruangan. Kan enak ya, duduk, makan, tanpa harus risau orang lalu lalang dengan badan nyaris menempel pada kita. Punya bonus waktu untuk ngobrol santai juga bakal lebih ok. Jadi kita gak diperhatikan orang yang melihat kita belum beranjak meski sajian di piring sudah tandas.
Karena sejatinya makan di restoran, sebesar apa pun ukuran ruangannya, sepopuler apa pun namanya, soal kenyamanan adalah salah satu faktor maha penting selain kualitas masakannya.
Setuju kan?
Setuju…makan di luar, selain mencari kuliner yang enak dan pas di lidah, juga mencari kenyamanan. Hum…Sate Padangnya terlihat enak banget. Aku kalau ke rumah makan Padang gitu senengnya Tunjang sih. Kadang dapet tunjangnya banyak, kenyel-kenyel, kadang dapet tulangnya ya gede. Haha…
Akhirnya gimana komen anak-anak? Apakah akan mengulang ke Bopet Mini Resto?
Iya Mbak Hani. Sesek rasanya ada di dalam resto yang orang di dalamnya berhimpit-himpitan. Senggol-senggolan ngalahin makan di pasar Cihapit hahahaha. Tapi tamunya loh buanyak terus. Berlimpah ruah. Apa karena ruangan sempit ya jadinya terkesan penuh?
Iiihhh saya juga seneng sama tunjang Mbak. Terutama bagian uratnya. Padang Merdeka tuh yang tunjangnya top markotob.
Anak-anak saya punya pendapat yang sama. Restonya terlalu sempit. Makan jadi terburu-buru karena gak nyaman. Kalo ngebungkus sih okeh.
Baca perjuangan Mbak Annie ke Bopet Mini jadi inget RM Padang Malah Dicobo Bandung
Beda perjuangannya sih, di sini mau makannya yang ribet banget
kalo Bubur Kampiun ada di RM Sari Bundo jalan Merak (belakang telkom) bandung, dulu RM Sari Bundo juga ada di jalan LL RE Martadinata (sekarang tutup)
sayang bubur ini cuma ada setiap bulan Ramadan aja
Hayuk Mbak Annie, kalo kebetulan bulan puasa di Bandung, bandingin bubur kampinnya Bopet Mini dengan Sari Bundo
Dulu anak saya kuliah di Telkom Univ Mbak. Seinget saya kita pernah makan di RM Sari Bundo. Enak memang. Saya nyicipin rendangnya. Mantab betul.
Oh pernah denger nih dan nonton review dari konten kreator kuliner. Rumah Makan Padang Bopet Mini jadi salah satu tempat yg legendaris dan katanya rebung gulai jadi salah satu ciri khas selain bubur kampiun. Sempet penasaran aoalagi setelah baca artikel mba Annie jadi pingin sesekali ketempatnya
Iya Mbak. Banyak banget food vlogger dan youtuber yang shooting di sini. Memang legenda sih dan masakannya enak serta beragam.
SEtiap akhir pekan, saya sekeluarga menyempatkan makan bareng di luar. Selalu riuh saat pilih resto… anak-anak lebih suka makanan kekinian macam sushi, katsu dll, sdangkan yang tua-tua maunya yang masakan traisional termasuk masakan Padang.
Sayangnya Bopet Mini belum buka cabang di Surabaya, ya… Coba kalau ada cabang di Surabaya, aku langsung cuss ke sana. APalagi ada aneka jajanan tradisional. Itu aku banget mbak… selera nusantara ku langsung membara lihat foto2 apik Mbak Annie…
Kebiasaan saya juga itu Mas. Tapi semenjak anak-anak hidup mandiri di Jakarta, kegiatan makan di weekend sering terlewatkan. Anak-anak dewasa sudah punya agenda masing2. Jadi memang saat anak2 serumah dan masih sekolah, family time memang harus sering2 diadakan ya.
Kita hidup di zaman jajan pasar adalah satu2nya kudapan yang bisa dinikmati. Jadi saat ketemu jajan pasar, rasanya seperti kembali ke kegembiraan menikmati aneka kuliner saat masih kecil ya.
SEtiap akhir pekan, saya sekeluarga menyempatkan makan bareng di luar. Selalu riuh saat pilih resto… anak-anak lebih suka makanan kekinian macam sushi, katsu dll, sdangkan yang tua-tua maunya yang masakan tradisional termasuk masakan Padang.
Sayangnya Bopet Mini belum buka cabang di Surabaya, ya… Coba kalau ada cabang di Surabaya, aku langsung cuss ke sana. APalagi ada aneka jajanan tradisional. Itu aku banget mbak… selera nusantara ku langsung membara lihat foto2 apik Mbak Annie…
Namanyapun bubur kampiun beneran juara dah kata aku mah..
Ga bisa melewatkan campuran ketan, bubur sumsum, candil, kolak pisang, pacar cina, kacang ijo, dan srikaya. Beuhhh… nikmat manalagi yang kau dustakan hehe…
Apalagi kalo nyobain bubur kampiunnya di resto padang legendaris kaya bopet mini.. aghhh kayanya aku bakalan susah move on hahaha
Bandung ada bopet mini ga sih?
Dan masih jarang RM Padang yang menyediakan Bubur Kampiun. Mungkin karena penggemarnya tidak/belum banyak ya. Keknya Bopet Mini cuma punya satu aja. Dan itu di Jakarta. Kapan2 pas ke Jakarta jangan lupa mampir Za. Posisinya di tengah2 kota banget. Area Sudirman. Dekat dengan JCC dan sentra kegiatan ibu kota.
Gak ragu buat makan di Bopet Mini nih..
Unik namanya, ka Annie. Apakah ada filosofinya?
Aku sebenernya cukup seneng kalo Bopet Mini mempertahankan ambiance-nya.
Karena seringkali tamu ngerasa takut kalau rumah makannya terlalu wah.. hehehe, apa ini cuma aku?
Kalo sederhana begini, kek ngelangkahin kakinya juga enteng sii..
hehehe, apalagi menunya lengkap. Bubur Kampiun ini lezaattt… dan aku suka tuh…kak Annie.. kueh warna pink yang dikasi kuah santan. Namanya apa kalau di Jekarda?
Kalau di Surabaya namanya Petulo.
((ngileerrr…))
Karena Petulo ini punya kenangan tersendiri buatku. Mengingatkanku sama zaman SD yang selalu dibeliin jajan Petulo sama Ibuk.
Duluuu. sampek bosen dan bilang “Gak maauu”.
Tapi sekarang, uda jarang banget yang bikin jajanan warna warni dari tepung beras ini..
Nah sejarah nama nih aku belum dapat kepastian. Tapi saat pertama berdiri Bopet Mini ini ada di dalam pasar Benhil. Hanya kios kecil yang dulunya menjual kue2 ala Minang aja. Hingga akhirnya menjual nasi dan lauk-pauk,
Hahahahaha kalo aku jujurly lebih seneng tempat yang lega. Jadi bernafasnya enak enggak sesempitan sama tamu-tamu yang lain. Apalagi meja diletakkan terlalu mepet satu sama lain. Tapi sepertinya memang para tamu cuek aja hahahaha meski aku dah sesek.
Setuju mba. Hrsnya memang dengan menempati bangunan baru, bisa lebih luas dan nyaman ruangannya. Nostalgia utk kondisi lama mending di lokasi yg lama aja. Tp cabang baru hrs lebih bagus. Aku juga prefer begitu.
Lupa deh Ama rasa makanan di bopet mini. Aku pernah kesana, tapi saking ramenya, ga jadi makan. Trus datang lagi tp malah cobain bubur. Aku blm ngerasain aneka menu berat di sana. Masih penasaran sih. Suami yg udah berkali2 Krn kantor dia daerah blok m. Kdg suka main ke benhil utk makan siang
Naaahh tos dulu Fan. Bagusnya dengan gedung baru, penataannya juga baru. Lebih rapi dan proporsional untuk para tamu bergerak dan para petugas mengantar serta membersihkan tempat. Kalau terlalu rapat, sesek rasanya. Makanya aku gak bisa motret dengan leluasa di dalam rumah makan.
Soal rasa sih setara/sama lah dengan RM Padang lainnya. Preferensi kita untuk masakan padang biasanya juga sudah standard.
Kadang memang kalau ingin makanan lama yang pernah langganan, kita ingin citarasa yang ajeg tapi kenyamanan mengikuti zaman. Memang ga semua begitu, tapi saya bisa memahami bagaimana perasaan Mbak Annie.
Saya yang belum kenal jadi terwow-wow kalau baca penjelasan seberapa legend dan foto menunya.