DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam

DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
discovering uzbekistan | book’s front cover
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam

Mengenal Rahma Ahmad dan Buku Discovering Uzbekistan

Buku ini sempat saya lirik postingannya di media sosial beberapa teman travel blogger. Dari caption yang saya baca, sebagian besar dari mereka begitu terkesan pada keberanian penulis menjelajah Uzbekistan sendirian selama 10 hari. Pendapat ini tentunya muncul bukan tanpa alasan. Karena negara pecahan Uni Soviet, yang sebagian besar namanya berakhiran stan, sudah rahasia umum, memiliki sifat rada kaku dalam sistem birokrasi bahkan melekat hingga raut wajah dan ekspresinya. Mungkin karena memang karakter atau sudah garis keturunannya ya. Kalau lihat di film-film laga atau foto-foto yang beredar, kelihatan banget raut wajah orang Rusia yang tegas dan kaku. Gak ada ramah-ramahnya.

Tapi itu baru tampilan fisik aja ya. Seperti kata pepatah, don’t judge the book by it’s cover. Karena nyatanya, setelah saya baca buku ini, Rahma Ahmad (Rahma), sang penulis, selamat sejahtera, aman sentosa, tanpa cerita-cerita seram layaknya film mafioso Rusia yang pernah kita tonton.

Rahma sempat saya hubungi beberapa waktu setelah saya memutuskan untuk membuat review buku ini. Mantan jurnalis yang sudah mengunjungi 27 provinsi di Indonesia dan 41 negara di dunia ini ramah menyambut sapaan saya. Alhamdulillah. Meskipun sebelumnya kami tidak saling kenal, saya merasakan energi dan semangat seorang pejalan yang belakangan masuk dalam daftar penulis favorit saya. Apalagi setelah saya menyempatkan diri berseluncur ke laman blog nya, www.jilbabpackpacker.com. Duh, benar-benar tumpukan kisah perjalanan yang bikin mupeng maksimal. Menemukan sumur refreshing setelah sekian lama kaki dan tubuh tertambat di dalam rumah.

Mengetahui bahwa Rahma memiliki latar belakang ilmu rancang bangun, tak heran kalau Rahma telah melahirkan berbagai buku-buku dengan tema desain interior dan arsitektur. Diantaranya adalah “Eksplorasi Arsitektur Nusantara” di 2014, “Bedroom Style” di 2010, “30 Ragam Inspirasi Batu Alam” di 2009, “30 Ide Seputar Rumah” juga di 2009 dan beberapa buku lainnya. Wah produktif banget ya. Tapi memang kalau kita membuat tulisan/buku yang lahir dari skill yang kita kuasai atau latar belakang pendidikan yang membesarkan kita, biasanya isi dari tulisan/buku tersebut berkualitas dan sangat rinci.

Buku “Discovering Uzbekistan” sendiri adalah buku traveling ke-2 Rahma setelah buku “Rp 3 juta Keliling China Utara” yang terbit di 2013. Dengan 135 lembar cerita, saya sudah jatuh cinta pada buku ini sejak melihat front cover nya. Warna dan ilustrasinya menarik dan cantik. Font yang digunakan pun jelas dan mudah untuk dibaca. Terutama buat saya yang matanya sudah “segala ada”. Mulai dari minus, plus, silinder dan lain-lain. You name it lah hahaha. Dan karena masih dibawah 200 lembar, megangnya juga nyaman dengan ukuran yang ringan untuk dibawa kemana-mana.

Buku terbitan Laksana ini terdiri atas 4 bagian. Dimana setiap bagian adalah beragam kisah tentang 4 kota terkenal di Uzbekistan yaitu Tashkent, Samarkand, Bukhara dan Khiva. Di setiap kota Rahma menghadirkan berbagai cerita yang apik tentang beberapa tempat bersejarah dan hal-hal menarik lainnya yang patut kita simak. Negeri yang disebut-sebut sangat indah oleh Ibnu Batutah dalam Rihlah, buku memoar yang sangat populer dan terkenal seantero dunia.

Tapi satu hal pasti dan sudah saya dapatkan dari buku ini adalah ilmu pengetahuan, khususnya rangkaian peninggalan sejarah yang masih tersisa, masih bisa kita nikmati, dan tentu saja kita kagumi. Buat saya si penggemar sejarah, ketemu buku ini bagaikan mendapatkan insight baru yang menghibur hati dan menambah wawasan. Jadi saat selesai membaca, banyak sekali catatan-catatan kecil yang ingin saya bagikan kembali kepada para pembaca blog saya.

baca juga : Yatra & Madhyaantar. kecintaan hakiki atas india dari seorang pengelana
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam

Berbagai Jejak Sejarah yang Mengagumkan

METRO atau jaringan kereta api yang menjadi sarana transportasi publik

Metro milik Tashkent adalah sarana transportasi yang tertua di Asia Tengah. Dibuka sejak 1977 oleh jawatan kereta api milik Uni Soviet, prasarana umum ini masih bisa dinikmati hingga sekarang. Penduduk Taskent sangat bangga dengan Metro yang mereka miliki karena seluruh stasiun metro didesain dengan sangat apik, eye-catchy dan tentu saja fenomenal. Selain ada sentuhan galeri lukisan, metro di Tashkent tentunya dikerjakan dengan craftmanship yang bernilai tinggi.

Salah satu contoh yang disebutkan oleh Rahma ada stasiun Alisher Navoi. Sesuai dengan apa yang diungkapkan, saat masuk ke stasiun ini kita serasa berada di dalam masjid era Byzantinum yang megah. Di ruangan antar peron, terbentang deretan kolom marmer menopang langit-langit berbentuk kubah yang dihias dengan lukisan geometris berwarna turquoise-perak. Saat saya membaca uraian ini, saya harus membacanya 3 kali sembari mencari foto stasiun ini agar mendapatkan pemikiran yang tepat. Kekaguman tanpa henti pun menaungi saya saat menyatukan antara diskripsi yang disampaikan Rahma dengan beberapa foto indahnya Alisher Navoi.

Satu keindahan level tinggi yang Sang Pencipta berikan kepada manusia lewat akal budi dan kemampuan untuk mengembangkan bakat seni yang sudah diturunkan.

baca juga : korea wanderer. sebuah perjalanan untuk kembali pulang
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
KEINDAHAN DAN KEMEGAHAN ALISHER NAVOI METRO STATION | PHOTO SOURCE : CANVA PRO

HAST IMAM LIBRARY

Meski ulasan tentang tempat ini hanya terdiri dari 2 lembar. Saya begitu menikmati setiap kalimat yang terurai disana yang berhasil menggugah keyakinan serta keimanan saya.

Di tempat ini, dalam sebuah lemari kaca, tersimpan manuskrip al-Quran yang ditulis di atas kulit rusa. Ukuran dan tulisan tangannya besar sementara di tengah-tengahnya ada noda kecoklatan memanjang. Noda yang dipercaya adalah noda darah Ustman bin Affan yang ditusuk oleh musuh beliau saat sedang membaca al-Quran. Peristiwa tragis yang terjadi pada sekitar abad 7 Masehi.

Jika kita membaca sejarah Islam di masa lampau. Ustman bin Affan, adalah orang kaya, sahabat Nabi yang menjadi khalifah ketiga. Namanya tak bisa dipisahkan dari mushaf al-Quran karena dijaman beliaulah standar pembukuan al-Quran dilakukan. Beliau juga lah yang menyatukan lembaran-lembaran wahyu yang ditulis oleh sahabat Nabi dan sudah dikumpulkan terlebih dahulu oleh Umar bin Khattab dan Abu Bakar. Beranjak dari sini, Ustman bin Affan kemudian menuliskannya kembali ke dalam sebuah mushaf utuh. Mushaf hasil tulisan beliau inilah yang kemudian dibuat rangkap dan dikirimkan ke beberapa wilayah yang ada dalam kekuasaan Islam dan satu mushaf disimpan oleh Ustman untuk digunakan sehari-hari. Mushaf inilah yang saat ini berada di Tashkent.

Pada proses penulisannya dan penggandaannya, al-Quran dikerjakan dengan sangat teliti dan hati-hati. Dicek berulangkali dan berlapis-lapis untuk memastikan bahwa semua yang ditulis tidak berbeda dengan apa yang sudah diwahyukan oleh Nabi. Setelah mushaf tulisan Ustman ini jadi, semua mushaf lama pun dimusnahkan tanpa sisa. Itulah sebabnya al-Quran di dunia ini dari dulu hingga kini tidak berubah isinya. Dan jika kita hubungkan dengan keadaan masa kini, terus melahirkan mereka yang hafal al-Quran (Hafidz Quran) adalah salah satu cara agar isi al-Quran tetap asli dan terawat selamanya.

TIMUR LENK atau amir temur

Saya baru mengenal dan tertarik untuk menelusuri Timur Lenk setelah membaca buku ini.

Patungnya yang sedang menunggang kuda, berdiri dengan gagahnya di sebuah taman besar yang berada di jantung kota Tashkent, tepatnya di Amir Temur Square yang berada tak jauh dari Uzbekistan Hotel. Timur Lenk terlihat memakai Jubah yang tampak melambai seakan tertiup angin. Tangan kanannya diangkat ke atas, seakan mengajak orang lain untuk ikut bergerak bersamanya.

Dari visual yang kita dapat dari patung ini kita akan langsung paham bahwa yang bersangkutan adala seseorang yang punya nama besar di Tahskent dan tentu saja untuk Uzbekistan. Timur Lenk nyatanya adalah seorang pemimpin agung yang menguasai Asia tengah. Pendiri kekaisaran Temurid. Namanya pun begitu melegenda hingga patungnya ada dimana-mana.

Timur ternyata adalah ahli perang dan berhasil memimpin pasukannya menguasai dan menduduki berbagai belahan dunia hingga mampu mendirikan kerajaannya sendiri, mulai dari Persia hingga India. Saya mendadak merinding saat menggali informasi lebih jauh tentang tokoh yang satu ini dari berbagai sumber. Tidak ada yang bisa dikatakan “hebat” saat seseorang atau negara lain yang berambisi menguasai orang/negara lain saat dia menghabisi nyawa manusia bebas. Tapi selalu ada sejarah yang bisa kita tilik disana. Termasuk salah satunya adalah Timur Lenk ini.

ULUGH BEG

Ulugh Beg adalah salah seorang pemimpin Uzbekistan dan ahli astronomi yang memprakarsai pembangunan madrasa di abad ke-15. Ulugh Beg adalah cucu dari Timur Lenk yang lahir pada 1394 dengan nama kecil Mirza Mohammad Taregh bin Shahrukh. Meski sempat menjadi penguasa, ia lebih mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan ketimbang ekspansi wilayah, sehingga bala tentara Ulugh Beg kerap mengalami kekalahan di medan perang.

Kekuasaan dan nyawanya kemudian direnggut oleh anaknya sendiri, meski lewat tangan orang lain.

Sisa kejayaan dan hasil karya Ulugh Beg sebagai seorang berilmu tinggi adalah dengan berdirinya Ulugh Beg Observatory atau Gurkhani Zij yang berada di Samarkand. Lewat rangkaian sejarah yang ditulis untuk beliau, saya baru paham bahwa penemuan-penemuan Ulugh Beg sudah jauh lebih dulu ada/diakui sebelum teori Galileo Galilei, Copernicus dan sederet nama astronom barat lainnya, muncul di muka bumi.

Jauh sebelum Copernicus lahir, Ulugh Beg sudah menemukan teori bahwa bumi berevolusi setahun lamanya yakni 365 hari, 6 jam, 10 menit dan 8 detik. Sementara teori revolusi bumi yang kemudian kita pakai sekarang adalah 365 hari, 6 jam, 9 menit dan 9,6 detik.

Dengan peralatan sederhana, Ulugh Beg juga berhasil mengukur lingkar bumi. Hasilnya adalah 24.835 mil. Hanya meleset sedikit dari hasil pengukuran modern yaitu 24.906 mil.

Di beberapa literatur juga disebutkan bahwa Ulugh Beg berhasil menyusun katalog bintang yang masih dipergunakan hingga saat ini. Zij-i-Sultani, begitu katalog itu diberi nama. Katalog ini disebut-sebut sebagai salah satu kalatog bintang yang lengkap jika dibandingkan dengan yang sudah dibuat oleh Ptelomy, astronom asal Yunani yang hidup di jaman Alexander The Great.

Uzbekistan juga membangun sebuah observatorium untuk mengenang jasa-jasa dan prestasi hebat dari seorang Ulugh Beg. Bahkan seorang astronom barat, Kevin Krisciunas dalam tulisannya yang berjudul The Legacy of Ulugh Beg, mengungkapkan bahwa observatorium di Samarkand ini adalah observatorium termegah di dunia yang didirikan pada 1424, lima puluh tahun sebelum Copernicus lahir di dunia.

DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
ULUGH BEG STATUE DI SAMARKAND | PHOTO SOURCE : MINDOFAHITCHHIKER.COM

MAQBARA

Kata Maqbara digunakan untuk menyebutkan makam berkubah, megah, khusus untuk para bangsawan dan Raja. Makam ini memliki mozaik dengan warna-warna yang mewah tak terkira.

Salah satunya ada Shah-i-Zinda, sebuah makam kuno yang sudah berdiri sejak 9 abad yang lalu. Disini terbaring Shirin Beka Oka (adik perempuan Timur Lenk) dan Qutsam bin Ibnu Abbas (sepupu Nabi). Sebuah makam dengan tempat tertinggi yang disebut juga Garden of Paradise. Maqbara milik Qutsam lebih megah dan besar dibandingkan dengan maqbara milik yang lain. Mozaiknya pun lebih indah, penuh warna dan detail. Nisannya juga tidak polos dan diberi pagar kayu.

Shah-i-Zinda sendiri sebenarnya adalah gelar yang diberikan kepada Qutsam bin Ibnu Abbas yang berarti raja yang selalu hidup.

baca juga : tetangga kok gitu. Kisah dinamika hidup bertetangga yang penuh warna dalam sebuah buku

IBNU SINA atau AVICENNA

Saya punya seorang teman bernama Avicenna yang biasa saya panggil Avis. Tidak menyangka bahwa nama ini adalah sebutan lain dari Ibnu Sina, seorang bapak kedokteran dan filsuf hebat asal Afhsona, sebuah kampung kecil di pinggiran Bukhara. Uzbekistan membuatkan Museum Afhsona yang didedikasikan untuk Avicenna karena memang beliau lahir disana.

Ibnu Sina melahirkan buku al-Qanun fi at-Tibb atau yang lebih dikenal dengan nama The Canon of Medicine. Buku ini adalah salah satu ensiklopedia terlengkap di dunia kedokteran dan masih dipakai sebagai rujukan hingga saat ini. Selain di bidang kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai penemu aromaterapi modern. Beliau menggunakan minyak atsiri/essence, yang sering digunakan sebagai bibit minyak wangi dan memprosesnya hingga menghasilkan uap yang wangi. Uap inilah yang kemudian dijadikan sebagai media pengobatan. Rahma, termasuk saya, yang tadinya mengira bahwa fragrance essence lahir dan diciptakan di Perancis, jadi tahu bahwa jauh sebelum itu pemanfaatan essence sudah dilakukan oleh Ibnu Sina.

Sebagai orang yang pernah bergelut di bidang fragrance, saya jadi terpaku saat membuka halaman 83 dari buku ini.

Selain hal-hal tersebut di atas, Ibnu Sina dan gurunya, Ar Razi, juga dianggap sebagai orang yang memperkenalkan disinfektan. Kala itu, Ibnu Sina selalu membasuh tangan dan peralatan kedokterannya dengan Etanol. Hal yang dianggap tak masuk akal pada masa itu, tetapi akhirnya dipraktikkan di seluruh dunia setelah bertahun-tahun kemudian.

Ibnu Sina jugalah yang mengemukakan teori kalau penyakit itu bisa juga berasal dari pikiran. Karena itu, sering kali dalam pengobatannya, Ibnu Sina menggunakan pendekatan pikiran dan ketenangan jiwa. Quote berikut tentunya sudah berbicara banyak tentang pemikiran yang telah disampaikan beliau.

DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam

MUHAMMAD IBN MUSA AL-KHWARIZM

Beliau adalah ahli matematika penemu ilmu aljabar, angka no dan teori algoritma. Maestro matematika yang lahir di Khiva pada 780M, saat khalifah Harun al-Rasyid menguasai kekhalifahan Islam. Beliau melahirkan buku Hisab al-Jabr w’al-Muqabala. Buku yang kemudian mendasari sebuah cabang di dalam ilmu matematika yang dikenal dengan nama Aljabar, yang diambil dari nama tengah dari buku ini.

Buku ini sangat terkenal sehingga kemudian diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan dipergunakan oleh para pendidik bara di sekolah-sekolah mereka.

Satu lagi menurut saya istimewa tentang al-Khwarizm adalah bahwa dia penemu simbol angka nol (0) yang kini digunakan di aksara Latin yang kala itu belum ada.

baca juga : menikmati hujan ilmu wewangian di rumah atsiri indonesia bersama e3trip
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
kompleks po i kalyan bukhara | gerbangnya tampak seperti hard cover kitab suci
photo source : rahma ahmad

Hal-hal Seru Lainnya yang Bisa Kita Baca

Selain membicarakan banyak jejak-jejak kemegahan peradaban Islam di Uzbekistan, Rahma juga mengajak kita untuk menikmati berbagai keseruan yang dia alami.

Seperti misalnya perbedaan pengertian antara akhiran teen or ty untuk akhiran angka. Seperti perkara sepele ya. Tapi sesungguhnya ini cukup jadi masalah saat bertransaksi keuangan kalau pengucapan dan komunikasinya gak nyambung. Apalagi terjadi atau saat kita berada di negara yang bisa dipastikan jarang bisa berbahasa Inggris dengan baik. Dari pengalaman saya menggembara, saya selalu menunjukkan angka kesepakatan lewat kalkulator yang ada di handphone. Lalu mengajukan jempol atau mengatakan oke sebagai pertanda “ketemunya” pemahaman antara saya dan pihak kedua.

Lalu ada juga kejadian terperangkap di dalam kompartemen kereta bersama seorang kakek tua. Apalagi ketika itu lorong di depan kompartemen jarang dilewati oleh publik atau penumpang yang lain. Serunya lagi komunikasi antara Rahma dan si Bapak menggunakan bahasa ibu masing-masing. Sama-sama gak ngerti dong. Ya iyalah.

Tapi itu seru loh. Secara ya saya pernah mengalaminya sendiri. Meski bukan di dalam kompartemen tapi di stand saat saya sedang pameran di Nanning, China. Si Ibu ngoceh gak jelas. Khas gaya seseorang yang ngotot nawar produk yang mau dibeli. Nyerocos aja tanpa titik. Karena mati gaya, akhirnya omongan si ibu saya ladeni. Tapi ya gitu, dalam bahasa Indonesia dong. Emang situ aja yang bisa bikin kepala orang lain pening.

Uzbekistan ternyata termasuk negara Asia Tengah yang kaya dengan buah-buahan. Dan salah satu buah yang banyak dijumpai adalah ceri. Buah yang menjadi salah satu komoditas unggulan di negara ini. Setiap tahunnya, Uzbekistan mempu menghasilkan lebih dari 100.000 ton ceri yang 30% nya diekspor ke berbagai negara di dunia. Kondisi ini menjadikan Uzbekistan termasuk kedalam 10 negara penghasil ceri terbanyak di dunia.

Ada 1 lagi cerita istimewa yang saya baca di buku ini. Satu kejadian dimana mantan presiden RI ke-1 Soekarno punya permintaan khusus kepada pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushschev, yang ketika itu menginginkan Soekarno berkunjung ke negaranya di 1961. Soekarno ingin agar Khrushchev menemukan makam Imam Bukhari dan membangunkan makam yang megah untuk beliau terlebih dahulu, sebelum meng-iya-kan undangan Khruschev. Tidak ada catatan resmi soal ini tapi banyak dipercaya oleh para pemuka agama di Samarkand. Singkat cerita akhirnya permintaan ini benar-benar terwujud. Makam sang perawi hadits dan telah merawikan ribuan haditz shalih bagi umat muslim telah dibangun dan berada sekitar 25 km dari Samarkand.

Di bagian akhir dari rangkaian kisah perjalanan ini ditutup dengan rangkaian tips berkunjung ke Uzbekistan. Satu info yang membahagiakan adalah bahwa pemegang paspor Indonesia tidak memerlukan visa jika hendak berkunjung ke Uzbekistan. Visa ini berlaku selama 30 hari. Lumayanlah. Cukup lama juga itu. Jadi langsung cus aja saat dana, waktu dan akomodasinya sudah siap mengijinkan kita berangkat.

Bicara soal akomodasi, jangan pusing karena Rahma menyebutkan beberapa hostel atau hotel yang bisa jadi pertimbangan kita untuk menginap. Info tentang kendaraan atau transportasi untuk mencapai beberapa tempat juga diulas dengan sangat lugas. Termasuk juga apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan selama berada di satu tempat.

DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
JUMA MOSQUE KHIVA | UKIRAN KAYU YANG CANTIK DAN TELITI
photo source : rahma ahmad
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
registan square samarkand | satu sisi keindahan yang wajib kita nikmati
photo source : rahma ahmad
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
penjual ceri di salah satu sudut pasar di khiva
photo source : rahma ahmad
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam

Personal Review

Sebagai seorang pejalan, membaca buku tentang serangkaian pengalaman pribadi adalah salah satu kesempatan yang tidak akan saya lewatkan. Terutama jika buku itu mengulas tentang tempat, negara atau kota yang sama sekali belum saya kunjungi. Ada bongkahan rasa berbeda yang bisa saya dapatkan ketimbang membaca hal yang sama dari sebuah brosur yang kalimat-kalimatnya lebih mirip katalog data.

Rahma, menurut saya, sudah berhasil menggandeng para pembaca, untuk memahami Uzbekistan dari sudut mata dan penilaian pribadinya. Bagi orang lain mungkin solo traveling itu not enjoyable enough karena semua harus diputuskan sendiri. Dan jika tidak ahli serta teliti, segala ongkos seperti transport dan penginapan, bakal berat untuk ditanggung sendiri. Satu lagi adalah akan repot menabung foto-foto pribadi yang ada kitanya di dalam foto itu. Bisa sih pakai tripot atau meminta bantuan orang lain untuk memotretkan. Tapi rejeki mendapatkan foto-foto ciamik tuh bakal susah. Been there before lah. Jadi untuk traveling solo yang perlu disiapkan pertama kali adalah mentalitas, penerimaan apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan serta tidak memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. Sama satu lagi, left some necessary information to someone for urgent or un-expected matters.

Satu lagi yang ingin saya tambahkan adalah soal foto-foto. Satu kondisi yang bagai sebilah mata pisau. Jika ditampilkan satu persatu dengan resolusi yang clear, sharp dan jernih, biaya “tampil” untuk di buku jadi nambah. Berbeda kasusnya jika dibuat kolase seperti buku ini. Biaya per lembarnya akan lebih murah. Kalau saya di posisi yang sama dengan Rahma, pastinya akan bingung juga hahaha. Tapi jujur rasanya kurang puas kalo melihat hasil jepretan sendiri terlihat mini similikiti dengan tulisan keterangan yang juga bikin manusia seuzur saya memicingkan mata berulang kali.

Apart from those above, buku Discovering Uzbekistan, Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam, masih menyimpan banyak perihal yang jauh lebih menarik dari apa yang sempat saya tulis di atas. Karena itu, buku ini sangat layak untuk dimiliki dan dibaca oleh semua kalangan, segala usia, utamanya untuk mereka yang punya rencana, ingin menggapai dan menjelajah Uzbekistan.

Asik kan kalau kita menginjakkan kaki di satu tempat tapi sudah punya contekan terlebih dahulu?

DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam
back cover buku yang jika direntangkan bersama dengan front cover, akan menjadi satu ilustrasi pemandangan yang indah
DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam

Catatan Tambahan : Beberapa foto yang saya tampilkan di blog ini adalah hasil jepretan dan milik dari Rahma Ahmad. Rangkaian foto yang bikin saya tambah ngiler ingin menggapai Uzbekistan. Terimakasih Rahma untuk perkenannya berbagi keindahan Uzbekistan lewat lensa kameranya.

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

30 thoughts on “DISCOVERING UZBEKISTAN. Sebuah Rangkaian Kisah Petualangan dan Perjalanan Seorang Diri Menyusuri Negeri 1001 Malam”

    • Iyo Ded. Mun dak perlu ngurus visa nih mantab nian. Pacak berangkat kapan bae. Yang penting tiket di tangan dan sudah reservasi hostel. Peh yok kapan-kapan kito ngelilingi banyak negara bekas jajahan Rusia. Aku be yang pernah ke Serbia dan Yugoslavia, rasonyo seneng nian.

    • Yang aku tulis baru sebagian bae Yan. Banyak fakta-fakta perjalanan lain yang sangat menarik tentang Uzbekistan. Aku jugo jadi pengen nian sampe sini karena free visa untuk sebulan. Aaahhh semoga aku jugo ado rejeki dana, kesempatan dan umur untuk sampe kesini.

  1. hwiiiiih ngiler. perjalanan mengunjungi negeri orang, berkenalan dengan budayanya, lengkap dengan sejarahnya..masih menjadi. belum kelakoni. entah apakah semesta akan memberikan kesempatan. tapi saya selalu menikmati tulisan-tulisan perjalanan orang.

    termasuk juga cara pencatatan mbak annie, aku suka. takjub bisa menulis dengan demikian detail dan teliti. ini masih jadi pembelajaranku untuk nulis di blog. kebiasaan nulis hard news.

    Reply
    • Iya Mbak Dhenok. Membaca buku itu kita seperti dijejali banyak pengetahuan yang bermanfaat buat kita serta pengalaman seorang perempuan menjelajah Uzbekistan sendiri.

      Makasih untuk complimentnya Mbak Dhenok. Semoga tulisan saya bisa membawa manfaat bagi para pembacanya.

  2. Kirain Mbak Annie yang udah ke Uzbekistan, ternyata Mbak Rahma Ahmad

    sangat inspiring ya Mbak?

    sebetulnya kita semua bisa, dimulai dengan traveling tipis-tipis

    kemudian memperluas lingkaran traveling pelan-pelan hingga akhirnya jelajahnya meluas ke keliling dunia

    Reply
    • Semoga suatu saat saya juga bisa kesana Mbak Maria. Turut merasakan megahnya jejak peradaban Islam yang ada disana.

    • Aamiin YRA. Pengen banget sampai ke negara ini dan menyaksikan sendiri jejak-jejak peninggalan sejarah dan peradaban Islam di masa lampau.

      Oya? Wah seru pasti bersuamikan orang Turki.

  3. Baca buku tentang perjalanan begini, bikin mupeng pengen berkunjung ke negara atau kota yang diceritakan. Termasuk buku discovering Uzbeskistan ini. Oh ya, btw aku kok auto fokus dengan foto penjual ceri, pakaian di pakai perempuan disana mirip banget ma daster kebanggaan ibu-ibu Indonesia ya mbak.

    Reply
    • Ah sama kalau gitu kita Mbak Dyah. Kok kebetulan ya saya juga sedang menyusun rencana mengatur program perjalanan ke negara-negara pecahan Rusia. Termasuk salah satunya Uzbekistan ini. Berawal dari mimpi inshaAllah bisa jika Allah SWT berkenan.

      Hahahaha iya Mbak. Jadi inget emak-emak jualan di pasar ya.

  4. Koleksi bukuku di rumah kebanyakan ttg perjalanan seperti ini. Selalu suka membaca kisah perjalanan berdasarkan pengalaman penulis sendiri. Apalagi kalo gaya penulisannya bagus berasa ikut jalan2 bersamanya.
    Aku mau punya buku ini juga, mbk… beserta 1 buku perjalanan dia yg lain.
    Cuss… cari.
    Makasi mbk, udh ngereview jadi tau ada buku bagus begini…
    Daan auto buka webnya mbk Rahma juga 😊

    Reply
    • Kalau dari pengalaman pribadi banyak sisi-sisi cerita yang melibatkan hati ya. Jadi mbacanya itu terasa sekali. Di rumah saya juga banyak buku-buku traveling seperti ini Mbak Uchi. One of the best in my private library.

      Cus Mbak Uchi beli bukunya. Worth reading banget ini.

  5. Mba Rahma ini keren banget, menjelajah Uzbekistan sendirian selama 10 hari. PEREMPUAN. Ini yang bikin salut.

    Ternyata bukan buku pertama, udah banyak buku2 bagus karyanya diterbitkan sebelumnya ya Mba Annie. Saya jadi penasaran, mantan jurnalis media mana beliau ini? Jurnalis cetak kah, atau televisi? Sekali lagi, keren banget.

    Ponakan saya namanya Avicenna, Mba Annie. Panggilannya Cenna. Hehehe. Dan ternyata pas sekarang udah masuk pesantren, dia juga bercita-cita menjadi dokter. Semoga cita-citanya kelak tercapai.

    Reply
    • Sama dengan Mutia ya. Mantan jurnalis juga. Background nya sama nih. Makanya kalau nulis artikel tuh sudah paham banget dengan aturan-aturan dasarnya.

      Nah itu dia Mut. Solo traveling tuh gak gampang. Itu menurut saya. Tapi kalau sudah biasa mungkin ceritanya berbeda ya.

      MashaAllah. Iya. Saya juga baru tahu arti dari Avicenna. Luar biasa.

  6. Aku kenal Mbak Rahma Ahmad saat sama-sama menghadiri sebuah event blogger di Jakarta. Sebelumnya pernah baca juga catatan perjalanannya di blog. Memang nih, banyakan kemana-mana sendiri kalau traveling, karena Beliau masih single juga. Dan setiap ceritanya itu dalam dan detil banget, khas pokoknya…
    Baca review Mbak Annie (dan ada teman lain yang mereview) kok makin mupeng baca bukunya akutuu. Di bagian ga perlu visa dan cuz ada dana langsung terbang aja yang paling menarik hati hihi. Semoga ada rezekinya:)

    Reply
    • Ah ok.

      Setelah baca buku ini saya juga surfing ke blognya. Many things to read. Menyenangkan. Terutama artikel tentang perjalanan ke berbagai tempat.

      Free visa tuh asik ya. Serasa gak ada border di depan.

  7. wah menjelajah Uzbekistan sendiri selama 10 hari? wah pasti seru dan banyak cerita yang menarik ya mbak
    apalagi yang nulis ini emang traveller , pasti jadi catatan perjalanan yang menarik untuk dibaca

    Reply
  8. Buku nya kak Rahma ini pasti mengasikkan buat dikulik. Apalagi buat yang ingin pergi atau ingin lebih kenal dekat dengan Uzbekistan, bisa jadi referensi juga.

    Reply
  9. Aku agak gagal fokus sama Masjid Kalyan Bukhara, dulu sering banget aku liat di koleksi fotografi dunia oh.. ternyata di Uzbekistan. Cukup menarik karena warna kubah Masjid Kalyan juga designnya yang menandakan seni arsitektur Persia.

    Reply
  10. Keren, kak Rahma yang perjalanannya ke Uzbekistan menjadi sebuah buku yang memberikan pengalaman seru pada pembaca. Mna Annie me-review bukunya juga keren banget, bikin penasaran mengulik daerah Uzbekista.n dan jejak peradaban di sana.

    Reply
    • Terimakasih untuk complimentnya. Semoga dengan review yang saya hadirkan, bisa menggiring banyak pembaca untuk lebih mengenal Rahma Ahmad dan buku Discovering Uzbekistan.

  11. Selalu suka dengan kisah Ibnu Sina, seorang proklamator di bidang kedokteran, karena jasanya saat itu bisa terpakai hingga hari ini. Btw, etanol itu mirip2 alkohol ya kak, sampai sekarang memang benar bisa diajdikan disinfektan.

    Reply
    • Pribadi yang mengagumkan ya Mas Wahid. Rangkaian penemuannya itu fenomenal dan long-lasting yet memorable. Luar biasalah pokoknya.

      Yup kalau tidak salah memang begitu Mas Wahid. Etanol adalah keluarga pembersih dengan kandungan alkohol

Leave a Comment