Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Hari ini saya bakal kedatangan rombongan kecil. Keponakan (perempuan) beserta dua anaknya dan rencananya akan nginap semalam di rumah. Persiapan pun sudah saya lakukan. Mulai dari merapihkan kamar di lantai dua yang akan ditempati, makanan plus camilan, dan tentu saja ide hiburan yang sekiranya bikin mereka betah dan gak rewel selama di dalam rumah

Saya sudah lama banget tidak ketemu keponakan yang satu ini. Mungkin sudah lebih dari lima tahun. Masa pandemi dan kesibukannya lah yang membuat kami hanya sempat bertegur sapa lewat Whatsapp Group keluarga yang memang sengaja dibuat untuk menjaga silaturahim. Mendengar bahwa sekarang di Cikarang, kawasan tempat tinggal saya, ada salah satu mall terbesar se-Jawa Barat (AEON Deltamas), dia pun punya ide untuk tawaf di mall ini lalu bersengaja menginap di rumah saya.

Ide cemerlang. Daripada bolak-balik Cikarang – Tangerang (tempat dia tinggal), mending sekalian nginap kan? Kami jadi punya waktu banyak untuk berbincang, berbagi kabar, dan tentu saja mempererat hubungan kekerabatan. Ibunya adalah sepupu saya dari garis keturunan ibu. Saya dan ibunya sepupu seumuran. Jadi apa yang kami alami berada di generasi yang sama dan cukup akrab satu sama lain.

Keponakan saya ini punya dua anak. Yang sulung berusia sepuluh tahun sementara yang kecil tujuh tahun. Usia SD yang sedang lasak-lasaknya.

“Beeuuhh anak-anak sekarang loh Tan. Kayak kelebihan energi. Otak dan tangan tuh aktif banget,” ujarnya saat melihat anak-anak berebutan games on-hand, smartphone, dan berlarian di dalam rumah. “Aku tuh sudah mempraktekkan screen time. Tapi tetap aja susah ngebatasin waktunya. Apalagi sekarang kan sedang liburan sekolah.”

Saya menyambut keluhan ini dengan rangkaian tawa riang. Been there. Dengan selisih umur yang sama, kedua anak saya juga hiperaktif. Punya minat dan kegemaran yang sama, bermain games di PC, teriakan-teriakan keduanya sering kali memecah suasana rumah. Tentu saja itu saya batasi setelah mereka menginjak usia sekolah. Apalagi di hari-hari sekolah, mereka sudah sibuk dengan tugas, ulangan, dan segala macam kegiatan regular.

Menemukan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Dari apa yang disampaikan keponakan ini dan melihat apa yang beredar di media sosial, saya memahami bagaimana berat tantangan para orang tua terhadap generasi Z dan beberapa tahun setelahnya. Merekalah “penyambut” teknologi terbarukan. Lahir di abad ke-21, mereka adalah generasi pertama yang tumbuh dengan akses internet dan teknologi yang meloncat pesat. Bahkan anak balita saja, akrab dengan jaringan internet, mampu cepat beradaptasi, dan memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu untuk urusan kesenangan dari permainan atau untuk keperluan sekolah.

“Sekarang ya tinggal ngawasin aja sih Tan. Susah saya kalau harus begitu tegas membatasi screen time mereka.”

Saya sepakat dengan pendapat ini. Berdamai dan mencari celah yang bijak agar ada win-win solution antara orang tua dan anak-anak. Kita tak bisa tutup mata akan kemajuan zaman tapi juga harus tetap melakukan tugas pengawasan agar anak tidak salah kaprah. Menggunakan dan memanfaatkan teknologi demi banyak kebaikan, diambil manfaatnya, dan menghindari kemudaratan.

“Gimana gak seru Tan. Dulu di zaman saya, games tuh kudu beli di counter resmi. Datang ke tempat yang njual lalu install sendiri. Sekarang? Bertebaran yang gratisan. Apalagi games buat bocah-bocah cilik itu. Gak perlu nunggu punya PC atau laptop, pake HP aja bisa. Permainannya banyak bener pulak.”

Betul lagi. Saya sendiri sering banget dapat referensi games on line yang gratis dan seru. Lumayan untuk mengusir kejenuhan diantara banyak kegiatan rutin. Nyarinya yang gak ribet-ribet. Mainan sederhana aja. Sekedar untuk refreshing.

“Buat seumuran anak-anakku, selain kudu gampang, tampilan gamesnya juga kudu menarik Tan.”

Saya langsung disodorkan handphone yang sudah tersambung dengan Culinary Schools. Kids Food Games yang bisa dengan mudah diakses lewat instrumen PC atau gawai. Sudah beroperasi sejak 2007, jenama ini tampak menghadirkan rangkaian permainan on-line gratis khususnya yang berhubungan dengan makanan dan kegiatan masak memasak. Dan satu lagi yang penting adalah tidak diselingi oleh iklan. Penting banget loh ini. Kebayang kan lagi asyik main eeehh ada iklan nongol mengganggu.

Kategori dan jenis permainannya pun berlimpah ruah. Ada food education games (mengajak kita untuk berkenalan dengan makanan sehat dan makanan yang tidak baik untuk kesehatan), serving eaters (kegiatan menghidangkan makanan), other fun food themed games (permainan tematik), dan brain games (yang mengajak kita untuk lebih berpikir).

Saya langsung semangat berselancar. Nyobain banyak pilihan hingga akhirnya berjam-jam ngabisin waktu untuk main. Sang keponakan pun tertawa-tawa. Apalagi kemudian melihat di tahap awal, para cucu inilah yang ikut celamitan mengajarkan saya untuk bermain. Astaga!! Rencana menjelajah AEON pun akhirnya sempat terlupakan.

Diantara semua pilihan yang ada, saya akhirnya “kecanduan” memainkan tiga diantaranya. Fruit Matching, Donuts, dan Sweet Memory Games. Kesemuanya dengan topik mencocokkan. Tema paling sederhana yang memang cocok untuk anak-anak seusia balita atau SD. Permainan yang mengasah kemampuan mereka untuk meningkatkan level visual, kecepatan berpikir, dan kemampuan mengingat.

Kita bahas satu-satu ya.

Fruit Matching

Satu yang bikin saya menyukai permainan ini adalah warna yang tegas dan ukuran gambar buah-buahannya yang besar. Jadi mata gak micing-micing saat sedang bermain. Gambarnya juga lucu-lucu dengan setelan musik yang menggembirakan. Mainnya juga gampang banget lah. Tinggal mencocokkan tiga gambar buah yang sama dalam satu deret (ke atas, ke bawah, samping kanan atau samping kiri). Jika sudah sederet dengan sama gambar lalu buah-buahan itu pun akan hancur. Suara pecahnya itu seru banget. Menandakan bertambahnya poin kita.

Dalam beberapa langkah atau level, akan muncul gambar-gambar bonus yang bisa menghancurkan buah-buahan itu dalam sekali gerakan. Kalau sudah di situasi ini, suara pecah memecah itu bisa meningkatkan semangat kita untuk terus bermain. Serunya lagi semakin level kita naik, waktu yang diberikan untuk kita menyelesaikan permainan pun makin singkat. Kita ditantang untuk lebih cekatan, banyak konsentrasi, dan grecep mengambil keputusan.

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools
Visual awal saat membuka permainan Fruit Matching (kiri foto). Halaman pertama tentang petunjuk permainan (kanan foto)

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools
Halaman kedua tentang petunjuk permainan (kiri foto) dan medan permainan yang menampilkan banyak gambar buah (kanan foto)

Donuts

Konsepnya persis sama dengan Fruit Matching di atas. Tadinya saya ingin mencoba permainan lain tapi para bocah memaksa saya untuk membuka yang satu ini. Alasannya lucu. Karena gambar-gambar donatnya tergemas dengan warna gonjreng kesenangan mereka.

“Mirip donat yang suka kita beli,” begitu kata di bungsu.

Saya menahan tawa. Iya sih. Meski sebenarnya hanya beberapa saja. Selebihnya mungkin adalah peng-ejawantahan impian mereka. Warna gula-gula yang menyelerakan bagi anak-anak. Tapi tak apa. Seru juga kok.

Mari kita coba mainkan.

Setelah muncul halaman awal bergambar setengah lusin donat warna-warni, saya menekan tombol play. Kemudian muncul sederetan kotak berjumlah 25 (dua puluh lima). Kotak-kota dengan nomor-nomor tersebut menandakan level permainan kita. Warnanya akan berubah saat akan kita buka. Akan muncul tiga buah bintang apalagi level tersebut sudah kita selesaikan.

Nah bedanya antara Fruit Matching dan Donuts ini adalah tentang target pencapaian permainan. Di Donuts, level kita akan naik apabila kita berhasil melengkapi jumlah pencapaian yang bisa kita lihat sebelum mulai bermain. Misal donat warna coklat harus habis 12 (dua belas buah), warna biru 13 (tiga belas) buah, dan seterusnya. Itu juga ternyata ada batas waktunya. Jadi sang pemain harus jeli dan fokus pada target yang ditetapkan lebih dulu.

Jadi permainan Donuts ada materi ajarnya. Pemain diminta fokus dulu pada target pencapaian. Jika ini tercapai, level permainan pun akan naik secara otomatis. Ini tentu saja mengajarkan anak untuk fokus pada misi utama terlebih dahulu, teliti, dan taktis pastinya.

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools
Halaman awal Donuts games dan pilihan kotak-kotak level permainan

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Sweet Memory Games

Nah yang terakhir ini benar-benar menantang menurut saya. Tapi tingkat kesulitannya masih sesuailah untuk anak-anak. Seperti yang lain, karena Culinary Schools fokus pada Kids Food Games, gambar-gambar yang ditampilkan di sini adalah tentang makanan. Terutama jajanan yang disukai anak-anak seperti ice cream, cup cakes, kue coklat, permen, roti gulung, dan lain-lain.

Mainnya juga mudah. Mencocokkan gambar. Setiap gambar dibuat sepasang dan peletakannya diacak dalam posisi terbalik. Jadi harus kita klik satu persatu. Gambar akan terbuka lewat klik tersebut. Apabila tidak cocok atau gambarnya tidak sama, kartu akan kembali tertutup. Tapi jika kebalikannya, gambar makanan yang sudah sepasang tersebut akan tetap terbuka.

Jumlah kartunya akan semakin banyak saat level permainan meningkat. Nah kalau sudah sebanyak itu pemainan pastinya diminta untuk lebih fokus dan ingatan kita juga terasah. Mungkin ini kenapa salah satu kata yang digunakan untuk penamaan adalah “memory.” Cocok banget lah menurut saya sih. Permainan ini lebih kepada unsur ingatan. Menguji kekuatan ingatan. Dan ini bagus banget untuk mengasah konsentrasi anak. Mainnya kalau gak fokus, gak bakalan selesai-selesai ini sih.

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Culinary Schools. Kids Food Games yang Inspiratif

Saat para bocah sudah tertidur, saya menyempatkan diri menghabiskan waktu untuk ngobrol banyak dengan keponakan. Dengan tingkat pendidikan tinggi yang telah dia raih dan posisi pentingnya di perusahaan tempat dia bekerja sekarang, merintis karir jadi salah satu fokus hidupnya. Usianya masih 35 tahun. Rentang umur di masa keemasan seorang perempuan.

Dulu, saat dia usia 23 tahun dia memutuskan untuk menikah, saya sebenarnya cukup menyayangkan. Begitu pun ibunya. Kami berdua menggantungkan harapan agar dia fokus lebih dahulu pada karir. Bebas menikmati masa bujang seperti kami berdua. Apalagi saat itu dia baru saja (belum lama) bekerja kantoran dan berencana meneruskan pendidikan ke jenjang S2. Jadi saat dia mengabarkan dan memutuskan untuk menikah di usia muda, saya sempat datang dengan pertanyaan, “Are you sure? Is it really what you want?” Anak pintar ini mengangguk dengan penuh keyakinan.

Nyatanya dia berhasil menata hidupnya dengan baik. Kedua anaknya bertumbuh dengan sehat dengan suami yang baik, menghargai dirinya sebagai istri dan ibu dua orang anak, dan patut dibanggakan. Dia jarang sekali meminta nasihat ibunya dalam hal pengasuhan anak-anak. Di tengah kesibukan yang mendera, dia mampu mengambil banyak keputusan sendiri. Sungguh perempuan yang tangguh.

Sudut pandang dan pemikirannya juga terbuka. Dari apa yang dia ceritakan, dia cukup disiplin pada anak meski tidak terlalu ketat. Jika ibu-ibu seusianya banyak yang sangat ketat pada anak untuk beragam urusan, seperti asupan, lingkungan, dan hiburan, keponakan saya ini mempraktekkan ilmu tarik ulur. Jika ada orang tua yang takut akan keranjingan anak pada smartphone, dia tak gentar sedikit pun. Santai aja. Seperti di awal saya ceritakan. dia punya kebijakan ala dirinya sendiri. Khususnya untuk main games on-line. Mengawasi. Itu yang penting.

Setelah saya mengenal Culinary Schools, Kids Food Games yang sempat saya lihat dan coba, tampaknya tak ada sesuatu yang membahayakan bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Malah ada banyak manfaat yang bisa didapat sambil riang bermain. Kasusnya hanya pada pembatasan waktu dan screen time aja. Karena jika terlalu lama, akan berefek pada kesehatan mata dan tubuh. Bahkan mungkin si anak bisa kecanduan dan malas belajar. Di situlah kemudian peran orang tua dalam pengawasan harus dieratkan.

Saya sempat juga membuka beberapa permainan lain yang ada di Culinary Schools, selain ketiga di atas yang saya coba. Semua terlihat entertaining dan sesuai untuk usia anak-anak. Permainan pun disajikan dalam beberapa tingkat kesulitan yang mencabar anak untuk siap menghadapi tantangan. Inspiratif.

Bahkan untuk perempuan seusia saya yang pengen ikut-ikutan main games pun berasa banget kegembiraannya. Apalagi saat didera kebosanan dengan rutinitas. Boleh lah ya sekali-sekali main games on-line. Gak perlu yang sulit-sulit. Main Sweet Memory Games aja saya sudah seneng banget.

Yuk ikutan nyobain.

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

16 thoughts on “Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools”

  1. Anak-anak Gen Z dan Alpha, tuh memang cepet banget paham digital. Melalui logo dan fitur-fitur di HP udah langsung sat-set aja. Engga kayak kita, yang tertatih-tatih. Sepakat dengan keponakan Mbak Annie, jadinya tarik ulur deh menghadapi anak-anaknya dalam menggunakan HP.
    Udah engga bisa dilarang.
    BTW…aku pun udah nyobain tuh beberapa permainan di website Culinary Schools, gampang dan ada edukasi juga kok soal proses menyiapkan makanan.

    Reply
    • Bener banget Mbak Hani. Semakin ke sini, anak-anak tuh beda penanganannya dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka tuh lebih kritis dalam segala hal. Jadi memang harus mempraktekkan sistem pengasuhan dan komunikasi yang (sangat) berbeda di saat/zaman kita dulu.

  2. Mau coba ah Culinary Schools, karena gak hanya krucil, saya juga seneng main games untuk kids seperti ini

    Game seperti ini, untuk usia senior seperti saya, sangat menghibur tapi gak bikin addict

    dan tentu saja ketika main bareng keponakan2 tercinta, bisa gaming bareng sambil meningkatkan bonding

    Reply
    • Bener Mbak. Saya juga begitu. Games benar-benar untuk hiburan aja. Penyela di antara kebosanan dari rutinitas.

  3. Permainan yang mengesankan sih ini, karena anak-anak yang memainkannya bisa mengenal tentang dunia kuliner. Siapa tahu kan besarnya dia nanti bakalan berkecimpung di bidang kuliner

    Reply
    • Nah bisa jadi ya Fen. Dari pelan-pelan mengenal dunia kuliner lewat games, lama kelamaan bisa suka.

  4. Favorit aku nih. Games tentang makanan, mulai dari pengenalan bahan makanan, masak-masaknya, atau sekedar penyajian makanan. Aku masih sering memainkan games di culinary schools ini. Mana kita nggak perlu download aplikasinya pula tuh. Makin asyik. Nggak bikin berat ponsel. Paling ya karena sering screenshot gambar gamenya yang lucu-lucu. Hehehe….

    Reply
    • Itu dia Mbak Yuni. Tanpa download kita sudah bisa main. Gak perlu biaya. Semua gratis. Dan mainan yang ada menghibur banget. Tingkat kesulitannya pun cocok banget buat anak-anak. Konsepnya juga pas untuk seusia mereka.

  5. Permainan kuliner tidak hanya untuk anak perempuan. Saya tekankan itu pada anak saya sehingga dulu ia juga pernah main game semacam itu. Memasak, memotong dan memilih bahan makanan sampai bumbu. Termasuk alat masak dan kegunaan nya
    Saya jelaskan kalau memasak itu bukan untuk perempuan saja. Karena memasak adalah skill yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Apalagi anak saya selalu saya bawa kalau mendaki gunung. Artinya ia harus bisa survive di alam dengan bekal seminimal mungkin. Memasak sederhana saja ia harus bisa. Apalagi memasak dengan peralatan canggih.
    Soal enak atau tidak, itu relatif. Yg penting anak memiliki kemampuan dulu saja

    Reply
    • Setuju banget Teh Okti. Buktinya dunia F&B lebih banyak digeluti oleh lelaki. Sekolahnya juga mahal dan gak mudah loh Teh. Tapi jika tekun dan serius, profesi chef tuh menjanjikan banget. Kalau di hotel, strata ke-2 tertinggi setelah General Manager adalah Executive Chef. Daaann bener banget. Bisa masak yang ringan-ringan setidaknya bisa menolong di kala kepepet.

  6. Anak zaman sekarang punya banyak permainan yang nggak ada di masa kita kecil dulu, termasuk games di Culinary School ini. Sayang banget kalau ortunya nggak tau dan nggak ikut main game edukatif ini.

    Reply
    • Karena memang seseru itu juga ya Mbak. Membersamai anak dalam bermain bikin mereka juga tidak salah dalam memilih games yang sesuai untuk usia mereka.

  7. Gemeess amaatt liat warna warni di Culinary Schools.
    Seneng banget anak-anak bisa main games seseru iniii..
    Dan bener iih, anak gen alpha terutama.. mereka punya “dunia” mereka sendiri, lengkap dengan bahasa-bahasa uniknya.
    Aku jadi ikutan belajar nih..

    Reply
    • Hahahaha iya Len. Aku begitu pertama buka setiap permainan selalu terkesan dengan visualnya. Baik warna maupun bentuknya. Cocok banget untuk menyemarakkan hati dan kegembiraan anak-anak.

Leave a Comment