Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini

Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini

Pulang dari Puncak, Cipanas, lewat Jonggol adalah jalur alternatif buat kembali ke Cikarang. Apalagi jika memutuskan untuk kembali di jam-jam tanggung seperti setelah makan siang. Jalannya memang berliku-liku dan masih banyak yang belum mulus. Tapi setidaknya kami bisa menghindari macet yang selalu eksis mulai dari rumah, sepanjang jalan puncak raya, tol Jagorawi hingga akhirnya ketemu tol Cikampek. Karena jarak tempuhnya lama dan dipastikan bikin lambung kudu diisi, kali ini kami mencoba salah satu restoran yang ada di Cariu. Area penghubung sebelum kami mencapai kawasan Serang, Cikarang dan sekitarnya, hingga sampai ke rumah.

Tapi ternyata niat ini tak mudah untuk diwujudkan. Karena masih dalam periode libur lebaran, banyak rumah makan yang tutup. Jangankan resto besar, warung-warung kecil pun tertutup rapat. Sepanjang perjalanan yang memang relatif masih sepi, akhirnya menjebak kami pada rasa lapar yang berkelanjutan. Sempat berhenti di sebuah masjid dengan harapan pedagang gerobak atau sepedaan pada jualan. Eeehh mereka juga gak ada. Ya ampun.

Ya iya lah yaaaa. Kan sedang pada lebaran. Mosok mau jualan terus tanpa libur.

Setelah menembus kemacetan di beberapa titik yang tidak diduga sebelumnya, akhirnya kami menyempatkan mampir ke mini market yang cukup besar dan ada di jalan yang kami lewati. Yah setidaknya ada kopi, minuman dingin, dan beberapa camilan yang bisa mengganjal perut untuk sementara. Tak ada menu yang lengkap di sana karena stoknya memang sedang tidak tersedia. Bahkan ada beberapa materi dagangan yang habis di rak. Mungkin karena distribusi sedang tidak berjalan sebagaimana mestinya karena libur panjang.

Jadilah sepanjang jalan kami hanya bisa bersabar hingga menemukan tempat untuk menuntaskan rasa lapar yang mulai menohok.

Baca Juga : Menikmati Masakan Padang Berkelas di Rumah Makan Pagi Sore Cisaura Bogor

Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini
Mie kremes sambal bawang ala Sambal Bakar Cariu (Rp15.000,00)

Bertemu Sambal Bakar Cariu

Setelah melewati beberapa titik kemacetan di persimpangan yang tak ada lampu lalu lintasnya, saya mendadak melihat sebuah kawasan kecil yang padat dengan parkiran. Ternyata di sini ada beberapa warung fast food lokal, jajanan ayam goreng, gerobakan bakso, dan sebuah resto dengan signage lumayan besar di pinggir jalan. Sebagai promosi mereka juga memasang baliho kain yang ukurannya cukup besar dan begitu gampang terlihat dari kejauhan.

Di baliho ini selain terpampang nama jenama Sambal Bakar Cariu juga terlihat foto-foto masakan yang mereka tawarkan. Melihat dari cat dinding yang masih begitu bersih, saya berasumsi bahwa resto ini belum lama beroperasi. Dan benar saja. Beberapa bunga papan ucapan selamat masih berdiri dengan baik di area kedatangan.

Saat melangkah masuk, counter penerimaan tamu sedang kosong, tidak ada petugas. Suami memutuskan untuk mencari tempat duduk dahulu baru melapor setelah melihat petugas kembali ke tempatnya. Di area ini, selain ruang pencatatan, kita juga bisa melihat sebuah spanduk kain yang lumayan besar dan berisikan banyak informasi tentang sajian yang bisa kita pesan. Persis seperti buku menu yang terbuka lebar. Jadi begitu kita datang, kita bisa mendangak dan membaca susunan pilihan masakan yang Sambal Bakar Cariu tawarkan lengkap dengan foto-fotonya.

Sembari menunggu saya menebarkan pandangan sembari berkeliling dan memotret.

Resto ini tidak begitu luas tapi area duduknya lumayan banyak. Ada beberapa di dekat counter. Baik dengan posisi duduk di kursi atau lesehan. Lalu ada banyak opsi tempat makan di bagian belakang. Di sana tersedia ruangan semi terbuka yang cukup luas dan sepertinya memang dipersiapkan untuk mereka para kaum hisab. Lalu ada area khusus untuk karaoke. Disediakan sound system dengan TV layar lebar. Sayangnya tempat karaoke ini dibiarkan terbuka. Menyatu dengan tempat makan di bagian belakang counter. Jadi kalau ada yang nyanyi-nyanyi di sana, seantero tamu harus ikhlas ikut mendengarkan.

Dekorasi ruangannya pun lumayan menarik. Khususnya di area makan lesehan. Ada wall paper yang menghadirkan gambar sebuah bangunan ala Eropa dengan sebuah kapal wisata di atas sungai. Kalau lihat dari bentuk kapalnya sih ini sepertinya di Amsterdam, Belanda, atau sungai Siene di kota Paris, Perancis. Ada juga gambar bata expose yang memberikan sentuhan suasana yang berbeda. Lalu ada gambar cabe besar-besar yang dipasang dalam sebuah frame dan dekorasi tanaman artificial. Cukuplah untuk sekedar pepotoan dan meninggalkan jejak di tempat ini.

Manajemen Sambal Bakar Cariu sepertinya tak ingin melewatkan jejak-jejak promosi kekinian dengan menyediakan beberapa sudut foto yang cantik. Cukuplah menurut saya dengan apa yang sudah ada. Setidaknya dengan interior design yang mereka miliki ada beberapa hasil jepretan yang cantik untuk dihadirkan di media sosial.

Baca Juga : Nongkrong Asyik di JABARANO Kuda Lumping, Laswi, Bandung

Pilihan Pesanan yang Pedas dan Menyelerakan

Sesuai dengan penamaan yang diusung, sebagian besar pilihan menu adalah dengan sambal sebagai pelengkap. Cocok dengan selera suami dan anak-anak. Saya juga suka sebenarnya. Tapi harus dengan level kepedasan terbawah. Lidah dan lambung sepertinya belum bisa menampung efek “kejamnya” cabe. Namun setidaknya jika disuruh memilih, saya lebih baik merasakan kepedasan daripada kemanisan. Dari pengalaman ini, setiap makan di restoran, saya selalu memesan agar sambalnya dihidangkan terpisah saja.

Setelah bolak balik melihat lembaran menu yang dibawakan ke meja tempat kami duduk, akhirnya kami memesan Telur Gimbal Sambal Bawang (Rp20.000,00), Mie Kremes Sambal Bawang (Rp15.000,00), Pete Goreng Sambal Ijo (Rp15.000,00), Tumis Kangkung (Rp15.000,00), Iga Bakar dua porsi (Rp110.000,00), nasi putih dua porsi (Rp12.000,00), dan teh tawar enam gelas (Rp30.000,00). Semua jika totalkan menjadi Rp217.000,00). Lumayan murah untuk makan ber-empat. Bahkan menurut saya cukup murah karena ada dua menu daging di sana.

Untuk rasa semua oke banget. Gak ada yang gagal di lidah dan selera saya, suami, dan anak-anak. Telur gimbalnya gak kalah dengan yang ditawarkan di rumah makan padang, mie kremes dibuat dengan kematangan yang pas, pete goreng sambal ijonya menyelerakan, tumis kangkungnya kremes-kremes, dan iga bakarnya kaya rasa, juicy, dan lembut saat dikunyah. Kadar kematangannya juga pas. Kualitas sangat layak yang biasa saya nikmati saat beranjangsana ke rumah makan serba barbeque.

Pelayanannya juga lumayan sigap dan cepat. Waktu menunggu tidak terlalu lama. Petugas yang melayani juga cekatan dan ramah dengan gembira saat mengucapkan “selamat menikmati” setelah semua pesanan terhidang lengkapn di meja. Menyenangkan sih menurut saya. Hal kecil tapi cukup berarti buat konsumen.

Dari keseluruhan isu soal hidangan, saya cuma berharap agar pihak Sambal Bakar Cariu menaruh lembaran alas di setiap wadah yang terbuat dari gerabah bakar itu. Setidaknya dengan memberikan alas kertas makan atau potongan daun pisang, masakan yang berada di atasnya terlihat lebih higienis dan cantik untuk difoto. Apalagi beberapa diantaranya mengandung minyak. Plating mungkin hanya pelengkap. Tapi jangan lupa plating ciamik jugalah yang bisa membangkitkan selera makan konsumen. Bedalah ya makanan yang ditata cantik dengan yang hanya sekedar ditaruh. Apalagi ini kan sekelas resto. Bukan pedagang emperan, menggunakan tenda, atau abang-abang gerobakan.

Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini
Telur gimbal sambal bawang ala Sambal Bakar Cariu (Rp20.000,00)

Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini
Tumis kangkung ala Sambal Bakar Cariu (Rp15.000,00)

Baca Juga : Memanjakan Lidah dengan Kuliner Khas Manado di Dabu Dabu Lemong

Pulang dengan Hati Riang

Di awal kedatangan tadi, saya tidak berharap banyak. Perut yang harus segera diisi lebih jadi prioritas ketimbang memikirkan soal rasa yang akan dinikmati. Melihat rangkaian menunya juga saya, suami, dan anak-anak cukup gembira. Banyak diantaranya yang memang pas dengan selera. Apalagi yang harus dicari di saat sudah kelaparan dan posisi kami masih jauh dari rumah.

Ternyata akhirnya malah dapat kejutan. Masakannya enak dan harganya sudah sangat bersahabat. Si sulung tadinya pengen nambah Mie Kremes Sambal Bawangnya, tapi melihat tamu semakin banyak dengan situasi riuh rendah yang tercipta, sudah terbayangkan pesanannya bakal (terlalu) lama untuk ditunggu. Jadi saya mengusulkan dia untuk beli camilan berat di sebuah mini market yang berada persis di depan resto ini. Setidaknya kembali membeli air putih dingin untuk dinikmati selama sisa perjalanan.

Selain masukan tentang plating di atas, hal lain yang sepertinya wajib diperhatikan kembali adalah soal kebersihan toilet. Sepertinya tidak ada petugas khusus yang menangani masalah ini. Konsumen pun sepertinya bukan tipe yang begitu peduli pada kepentingan bersama di ruang publik. Hingga hal kecil seperti membuang tissue bekas pakai ke dalam kotak sampah aja sepertinya segan. Lantai toilet jadi berantakan tak keruan. Apalagi jumlah toiletnya terbatas. Wah kerasa banget ya ketidaknyamanannya.

Saya tidak tahu kapan akan melewati jalur ini kembali. Karena sejak ibu sudah wafat di pertengahan April 2024 yang lalu, saya tidak punya alasan kuat untuk kembali ke rumah di Cipanas, sesering dahulu. Apalagi untuk mencapai area Puncak dan Cipanas butuh perjuangan kesabaran transportasi yang tidak sedikit. Tapi saya berharap bisa mampir lagi jika waktunya ada. Tentu saja dengan kondisi yang lebih melegakan, tidak terburu-buru, dan terjebak kelaparan. Makan dengan suasana lebih santai rasanya bakal lebih mengesankan.

Yang pasti, resto Sambal Bakar Cariu cocok banget untuk mereka yang doyan hidangan serba sambal yang menggoyang lidah dan membangkitkan selera.

Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini

Baca Juga : ARASSO. Halal AYCE Korean Barbeque Ter-worth It di Bandung

Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini
Wall paper yang terpasang di area makan lesehan di Sambal Bakar Cariu

Baca Juga : Bakmi Roxy. Bakmi Legendaris di Cikini Jakarta

Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini
Deretan menu yang terpasang di area depan resto Sambal Bakar Cariu. Kita jadi gak repot-repot buka buku menu.

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

23 thoughts on “Sambal Bakar Cariu. Yang Doyan Sambal Musti Makan di Sini”

  1. Saya langsung ngikik pas Mbak Annie belum berjumpa penjual makanan. Mereka pasti akan kompat menjawab, “Kita lagi lebaran, Kakak…!” hahaha.
    Tapi dari makanan, memang masih sesuai, Mbak. Hanya 2 porsi iga bakar yang memang mahal. Suasananya asyik. Saya suka pajangan cabe besar itu. Bikin selera makan membara hahaha.

    Reply
    • Hahahaha iya Mas. Itu pas H+1 Idul Fitri. Kebanyakan pedagang memang masih pada liburan.

      Iya. Print fotonya bagus. Clear and clean. Dimodifikasi dengan ornamen sedikit, fotonya jadi lebih menarik. Cocoklah untuk hiasan dinding resto.

  2. Menilik harganya, untuk berempat ada menu dagingnya, murahlah ini. Mana rasanya oke pula.
    Saya setuju mestinya ada alas daun di bawah makanan biar higienis, cantik dan estetik.
    Btw, sama dengan Mas Bambang saya juga suka lihat gambar cabe di dindingnya…pas benar dengan tema makanannya
    Noted, kalau lagi lewat jalur ini bisa dicoba nih Sambal Bakar Cariu

    Reply
    • Bener Mbak Dian. Awalnya, jujur, saya underestimate. Apalagi lihat bagian dalam resto yang terkesan biasa saja. Tapi alhamdulillah sajiannya enak-enak. Sentuhan pedasnya juga mendominasi. Kudu ada di setiap sajian. Tapi asiknya dengan beragam pilihan. Jadi bisa disesuaikan dengan selera kita.

      Kali-kali lagi menjelajah ke kawasan Cariu Mbak. Mampir deh. Cobain Sambal Bakar Cariu ini.

  3. lihat menunya saya pikir warung makan seadanya
    Gak taunya menu kekinian dengan tampilan tempat makan yang instagramable
    jadi pingin nyoba mie kremes yang bikin si sulung pengen nambah

    oh iya Mbak Annie, saya tadi browsing nyari letak cikarang
    Ternyata ibukotanya Bekasi, hehehe kirain ibukotanya Bekasi ya Bekasi
    Keterlaluan ya saya, kudet berat

    Reply
    • Awalnya saya pikir juga biasa aja Mbak. Eeehh ternyata lumayan banget. Harganya juga ramah di dompet. Gak merusak mata pencaharian.

      Delta Mas Cikarang yang lebih tepat disebut sebagai ibu kotanya Cikarang. Di sana juga ada perkantoran pemerintah, gedung DPRD Kabupaten Bekasi, dan kantor Bupati Bekasi. Jadi Bekasi sendiri ada dua Mbak. Kota Bekasi atau Kabupaten Bekasi. Nah saya tinggal di Kabupatennya Mbak. Di Cikarang Selatan yang lokasinya dekat dengan Delta Mas.

  4. Mbak Annie suka yang pedes-pedes, ya? Hihihi, apapun makanannya, foto Mbak Annie pasti bikin ngiler duluan. Ohya, Jonggol kaya apa ya sekarang, dah lama banget ga lewat Jonggol.

    Reply
    • Kurang begitu suka pedes Mas Adi karena lambung saya gak kuat. Tapi saya lebih suka kepedesan daripada kemanisan. Sudah terlalu manis soalnya Mas Adi #awasmuntah hahahaha.

  5. Loh…kenapa wallpappernya Belanda yak…hehe…ada tulip-tulipnya.
    Tapi yawdalah yang penting hidangannya enak banget. Buat sekeluarga mayanlah, apalagi masih suasana abis Lebaran banget…
    Aku tertarik tuh dengan Telur Gimbal Sambal Bawang-nya. Iga Bakar-nya mungkin mirip sama Iga Bakar Pak Jangkung di Bandung kah?
    Soal plating, di Iga Bakar Pak Jangkung yaaa langsung aja gitu di atas piring gerabah…

    Reply
    • Nah itu Mbak hahahaha. Saya membayangkan wall paper itu gambar nuansa nusantara aja. Rasanya lebih pas.

      Telur gimbalnya saya suka banget Mbak. Bikinnya gak kekeringan. Dicoel dengan sambal bawang mantab betul. Saya loh penasaran dengan Iga Bakar Pak Jangkung di Bandung. Pernah lewat tapi ternyata gak dapat parkir. Jadilah batal dengan hormat. Memang iga bakar di sana enak banget ya Mbak? Saya lihat di IG nya selalu rame betul.

  6. Aduh, semoga soal toilet itu jadi perhatian serius manajemen Sambal Bakar Cariu. Spot instagramable memang menarik untuk kunjungan pertama, tapi toilet yang bersih menjadi daya tarik untuk berkunjung lagi di lain kesempatan.

    Reply
    • Bener banget Mbak. Salah satu identifikasi tentang kebersihan suatu tempat (termasuk rumah) adalah toiletnya. Apalagi untuk tempat umum yang digunakan oleh publik. Harus ekstra memperhatikan ini.

  7. Itu telur gimbal, kok ya bikin kepengen, hehe.
    Alhamdulillah-nya Bu Annie tidak menyertakan foto pete goreng sambal ijo, kalau nggak kan Fenni tambah kepengen huhu. Pete oh Pete hehe

    Walaupun sesuatu ya menuju ke sana, tetapi adanya rekomen Sambal Bakar Cariu ini bikin gak galau buat nyari hidangan nikmat

    Reply
  8. Seperti menemukan oase di padang apsir ya Bu, kok pas banget tempatnya ga ramai dan menu terbatas karena habis dipesan. Harganya juga lumayan murah menurut saya. Apa itu masih harga promosi, Bu?

    Reply
  9. Unik banget Mie kremes sambal bawang ala Sambal Bakar Cariu jadi kepo kaya apa rasanya pasti wangi dibakar pakr tembikar begitu yaa

    Diatas semuanya buatku telur gimbal dengan sambel bawang plus kol goreng adalah suhunya disantap sama nasi pulen anget wkwkwk
    Huwaghhh laverrr

    Reply
    • Ada yang kurang Fa. Ikan asin hahahaha. Dinikmati sama terong goreng juga rasanya pas. Astaga. Mendadak lapar berat.

  10. Unik yaa, ka Anniee.. ada wallpapernya estetik gituu..
    Tapi memang kalau lagi peak-season begitu, rasanya pegawainya uda terlalu lelah dengan melayani pengunjung. Ditambah lagi tidak ada petugas khusus untuk kebersihan kamar mandi. Jadi sebaiknya memang, sama-sama tepa slira buat saling jaga fasilitas umum.
    Aku langsung laffaarr liat menunyaa.. trutama telur gimbal.
    Ayeeey~~

    Tapi ya, ka Annie.. aku pernah ke Cibubur via Puncak ini, ada beberapa jalan yang bisa dipilih.
    Memang jadi makan waktu dan BBM, dan emm, kondisi aspalnya yang ga ramah di kendaraan juga. Tapi lumayan ga macet-macetan. Huhuhu, suka ngantuk banget kalo kena macet yaa.. sampek bosen mau ngapain lagi inii teh..

    Reply
    • Butuh kesadaran semua untuk urusan kebersihan itu ya Len. Tamu pun harus mau mendisplinkan diri agar petugas gak kewalahan. Apalagi pas tamu-tamunya berlimpah ruah.

      Iya memang ada tol ke Cibubur. Aku dah pernah nyobain. Tapi dari rumah ku itu harus melewati Jl. Raya Puncak dulu, masuk tol Jagorawi, baru nanti ketemu tol Cibubur. Dan itu sepanjang jalan totally macet. Padat di sepanjang akhir pekan. Sekarang malah tol dari Cibubur tersambung ke Cibitung, tapi tetap aja harus melewati jalur yang aku sebutkan barusan. Energy consuming banget pokoknya.

  11. Restoran dengan tema sambal bakar kayaknya lagi banyaaak dj mana2 ya mba. Ini di cempaka putih lagi ada persiapan restoran baru sambal bakar juga. Blm buka sih. Dan aku ga sabar mau ngerasain.. Krn beberapa temen yg udh coba, walaupun beda nama restoran, tp rata2 bilang enak 👍. Apalgi aku kan penggemar pedas garis keras 🤣.

    Sayang sih kalo toilet kotor yaa.. Ini juga penting buatku. Gampang jijian soalnya. Kalo udh jorok banget, aku prefer tahan aja deh drpd maksain fi toilet itu

    Reply
    • Karena pada dasarnya orang kita tuh doyan yang pedes-pedes ya Fan. Kalo sudah suka sama sambelnya, biasanya pasti pada balik lagi. Yang pasti biar bibir sampe jontor, kehadiran sambal selalu jadi jagoan hahahaha.

      Nah soal toilet emang kudu diseriusin loh menurutku. Karena salah satu kenyamanan berkuliner tuh ada di situ.

  12. Adikku penggila sambal nih. Pasti dia suka banget ke tempat juaranya sambal kayak gini. Aku mah level setengah. Menunya juga banyak ya. Jadi bisa puas makannya

    Reply

Leave a Comment