Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Saya sedang berselancar di Instagram saat tetiba berhenti di satu akun bernama Akademi Penulis Buku @akademi.penulis.id. Di akun ini ada informasi pelatihan dengan topik Kreatif Menulis Novel Sejarah. Kelas level mahir untuk menghasilkan novel berdasarkan tokoh, peristiwa, kejadian atau budaya tentang sejarah. Mengajarkan ilmu dan ketrampilan yang belum banyak dikuasai oleh novelis. Kelas eksklusif disertai praktik dan review professional dari sang mentor.

Kelas berkualitas ini akan dibimbing oleh Donna Widjajanto. Salah seorang penulis yang melahirkan buku CLAVIS MUNDI bersama dengan Utama Prastha (Tommy), dan Helmy Yahya, yang berangkat dari riset dan penelitian yang dilakukan oleh Helmy Yahya dan Reinhard Tawas.

Duh saya langsung geregetan. Kudu ngikut ini sih. Setidaknya dengan bergabung di kelas yang satu ini, saya bisa menambah pengetahuan dan kemampuan dalam bidang menulis, khususnya dalam merancang, menyusun dan melahirkan sebuah novel dengan latar belakang sejarah. Satu lagi investasi jangka panjang yang harus ditabung. Mumpung ada kesempatan, waktu, kesehatan, niat kuat dan rezeki untuk menjadi bagian dari sebuah kelas menulis yang professional.

Ilmu Tentang Novel Sejarah

Keputusan saya untuk ikut menjadi bagian dari kelas ini ternyata tidak keliru karena banyak sekali insight baru yang bisa saya tabung sebagai ilmu pengetahuan dan keahlian sepanjang masa. Materinya berbobot dan berhasil disampaikan oleh Donna dengan sebaik mungkin.

Apa saja yang peserta dapatkan saat mengikuti kelas ini?

Sebelum mengurai tentang berbagai strategi kreatif merancang sebuah novel sejarah, setiap peserta workshop diberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai apa itu novel sejarah. Dari titik inilah kemudian lahir rangkaian pemikiran, area penulisan yang harus kita kuasai serta kebutuhan hakiki yang dibutuhkan untuk menulis sebuah novel sejarah.

Perhitungan waktu sejarah pun ada batasannya. Hitungan yang proporsional untuk menjadikan sesuatu atau seseorang itu pantas diganjar gelar ber-sejarah adalah setidaknya 30 (tiga puluh) tahun hingga 50 (lima puluh) tahun sebelum masa hidup kita, si penulis.

Tentang Riset

Selain rentang waktu yang ditetapkan menjadi salah satu acuan, untuk menjadikan novel sejarah ini “berisi”, penulis tentu saja harus melakukan serangkaian riset, menggali banyak fakta dari berbagai sumber informasi, sebagai pondasi kuat terbangunnya sebuah penjejakan serta mind-mapping dari sebuah buku berlatar belakang sejarah.

Riset yang dilakukan bisa berasal dari beberapa sumber. Seperti penggalian dokumentasi tertulis (kepustakaan) yang bisa dilakukan lewat buku atau informasi on-line yang sekarang banyak terbantukan dengan teknologi internet. Tentu saja dengan catatan bahwa bacaan yang kita dapatkan dari studi kepustakaan ini dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keabsahannya.

Bagi saya pribadi, yang lahir pada masa-masa order baru, dimana internet masih belum berkembang, saya kemungkinan besar akan lebih memilih buku atau booklet karya ilmiah dalam bentuk cetak sebagai riset awal. Jadi jikapun nantinya akan didukung oleh banyak sumber yang dipercaya lewat tautan daring, membaca buku dalam bentuk fisik, pastilah menjadi pilihan utama saya.

Ketahuan banget ya generasinya.

Bahkan hingga saat ini pun, untuk materi bacaan, saya tetap memilih buku cetak ketimbang e-book yang lebih sering melelahkan mata. Alasan pendukung dari pemilihan ini rasanya dipengaruhi juga oleh kualitas mata/pandangan yang tentunya tidak seprima saat usia masih muda.

Alternatif lain yang bisa dimasukkan dalam riset adalah bertemu dengan saksi hidup yang mengalami sendiri. Tentu saja dengan catatan bahwa mereka masih memiliki ingatan yang kuat tentang apa dan siapa yang sedang kita teliti. Bisa juga mewawancarai para ahli atau sejarawan yang sekiranya memahami dan menguasai banyak informasi tentang obyek yang sedang kita ulas.

Ketika materi tentang riset ini disampaikan oleh Donna, saya mendadak dejavu dan teringat akan masa-masa berjuang menulis karya ilmiah. Area akademis ini ternyata sangat membantu saya dalam meresapi apa yang Donna sampaikan tentang riset. Saya mendadak sangat bersyukur karena sempat dilatih untuk memahami dan melakukan berbagai jenis riset. Ilmu yang akhirnya (sangat) bermanfaat untuk bekerja di bidang lainnya.

Baca Juga : Membidani Lahirnya Buku Antologi Aku dan Masa Lalu Bersama Pondok Antologi Penulis Indonesia

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Berbagai Sumber Ide Untuk Novel Sejarah

Ide apa saja sih yang bisa kita ulas sebagai materi dari novel sejarah?

Ada 3 (tiga) pilihan terbaik untuk menjawab ini. Pilihan itu adalah tentang tokohnya, peristiwanya atau kebiasaan dan budaya tertentu yang pernah ada.

Menilik kepada buku Clavis Mundi yang ditulis oleh Donna, mengangkat siapa itu Enrique the Moluccas adalah sumber ide dari novel ini. Dia seorang tokoh yang dipercaya adalah legenda yang lahir di Maluku. Enrique lah yang menurut kepercayaan banyak orang, adalah orang pertama yang berhasil mengelilingi dunia. Meskipun sosok ini sempat di claim orang berbagai pihak, seperti Malaka dan Philipina, dari beberapa kali diskusi dengan para akademisi dan ahli sejarah kelahiran Maluku, Enrique diyakinkan berasal dari Tidore. Bumi Marijang yang telah 5 (lima) kali saya kunjungi. Rumah ke-3 yang sarat dengan mereka yang memiliki keramahan dan kebaikan hati yang luar biasa.

Adakah Perbedaan Saat Kita Menuliskan Novel Sejarah dengan Novel Non-Sejarah?

Tentu saja ada.

Meski standarisasi menulis novel sejarah secara garis besar sama dengan menulis novel biasa, novel dengan latar belakang sejarah memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan. Seperti : waktu/tanggal dan situasi saat peristiwa terjadi, personafikasi dari tokoh yang memang benar (pernah) ada, lalu kita wajib memperhatikan gaya hidup, gaya berpakaian, kebiasaan dan slang bahasa yang digunakan di masa itu.

Dibantu oleh rangkaian riset yang sudah dilakukan terlebih dahulu, kita kemudian bisa membangun plot yang mengkombinasikan catatan sejarah dengan kerangka fiksi. Menentukan plot pun harus urut sesuai dengan waktu kejadian. Sembari menemukan beberapa detail sejarah yang bisa kita masukkan ke dalam plot yang kita bangun, penulis harus jeli menghadirkan alur fiksi agar tidak berbenturan dengan sejarah itu sendiri. Berhati-hati pula saat memunculkan tokoh-tokoh pendukung serta situasi yang menjadi pelengkap di dalam novel sejarah yang kita lahirkan.

Saya sempat membuat catatan panjang saat pelatihan sampai di titik ini. Membuat tulisan dengan membangkitkan rincian tentang sejarah sesungguhnya melatih kita untuk berpikir dan menulis dengan lebih terarah. Terutama saat kita wajib memperhatikan rentang waktu, membangun dan memaparkan deskripsi dengan tingkat kesabaran yang tinggi serta rincian yang tepat dan akurat.

Satu lagi proses penting yang wajib dilakukan saat membuat novel dengan latar belakang sejarah adalah membuat Historical Notes. Secara harafiah, historical notes diterjemahkan sebagai catatan-catatan sejarah. Dan memang demikian adanya. Menyajikan sebuah sejarah, meskipun kemudian dibalut dengan fiksi, tentunya harus dengan tetap mempertahankan kenyataan dan bukti-bukti sejarah tetap berada di jalurnya. Mengurai sumber riset dan catatan-catatan penting yang menginspirasi apa yang kita tulis, bisa menjadi bagian dari historical notes. Ini bisa menjadi salah satu bukti nyata bahwa sumber ide buku kita, sejarah yang menjadi bagian dari buku, adalah hal yang benar sudah kita teliti kebenarannya.

Berlatih Secara Langsung

Menutup serangkaian pelatihan selama 2 (dua) hari. Semua peserta kemudian diajak untuk berlatih dengan membuat sebuah tulisan singkat dengan memanfaatkan ilmu yang sudah didapat. Tugas ini meliputi merancang ide, menentukan tokoh kemudian menutupnya dengan sinopsis plot.

Tugas ini dikirimkan kepada mentor untuk direview dan dikoreksi.

Saya sangat menyukai konsep berlatih secara langsung. Karena dengan melakukan praktik setelah pelatihan membuat ilmu yang sudah didapatkan secara teori bisa kita wujudkan. Setidaknya ini menjadi salah satu cara untuk membuktikan sejauh mana kita meresap dan memahami ilmu yang sudah diberikan oleh mentor.

Terimakasih Donna Widjajanto dan Akademi Penulis Indonesia. Menjadi bagian dari pelatihan Kreatif Merancang Novel Sejarah sudah membuka satu lagi wawasan skill menulis yang sangat berharga bagi karir saya sebagai seorang blogger dan penulis. Thanks a million untuk semua waktu yang tercurahkan. Semoga ilmu yang sudah didapatkan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para peserta dan pihak penyelenggara mendapatkan pahala berlipat ganda karena sudah berbagi ilmu yang sangat bernilai.

Baca Juga : Menyusur Plot Twist di Antologi Hujan & Air Mata

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Clavis Mundi. Legenda Enrique Maluku. Pengeliling Dunia Pertama

Selain pelajaran bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia), sejarah adalah mata pelajaran yang saya sukai. Bagi beberapa teman, sejarah sering menjadi momok karena membosankan dan mewajibkan murid menghafal sekian banyak tanggal, rangkaian peristiwa dan barisan tokoh yang berperan di dalam sejarah tersebut.

Tapi buat saya, sejarah punya daya tarik yang berbeda. Lewat pelajaran ini, saya banyak membaca banyak hal menarik yang terjadi di masa lalu. Terutama tentang banyak kisah yang bergesekan dengan perjuangan hidup seorang tokoh, pembebasan ideologi dan kepercayaan, budaya, politik dan banyak hal yang berhubungan dengan masa/publik dari masa ke masa.

Untuk ketiga mata pelajaran ini, nilai raport saya tak pernah kurang dari angka 9 (sembilan). Khususnya untuk mengarang (baca: menulis) yang selalu menjadi bagian dari ulangan. Baik itu untuk semesteran maupun untuk kenaikan kelas. Entah ya, pokoknya saya begitu menikmati waktu-waktu saat pelajaran bahasa dan sejarah ini. And you now what? Sebagai anak “IPS bangets” saya pun jatuh bangun menggapai nilai pelajaran eksakta. Prinsipnya saat itu adalah “asal tidak merah”.

Jadi saat saya bertemu buku sejarah atau berlatar belakang sejarah seperti Clavis Mundi ini, cus pun langsung semangat untuk memiliki dan membaca hingga ke halaman akhir. Dimana akhirnya dengan menggenggam buku inilah saya akhirnya terdorong untuk mengikuti pelatihan di atas tanpa ragu.

Tentang Makna Clavis Mundi

Clavis Mundi merujuk kepada arti Kunci Dunia.

Untuk memperkuat makna, di salah satu lembaran pembuka buku, dituliskan QUI LINGUAM MAGISTRI, TENET AD CLAVIS MUNDI. Kalimat yang artinya adalah DIA YANG MENGUASAI BAHASA, MEMEGANG KUNCI DUNIA.

Beginilah kira-kira apa yang kemudian disematkan sebagai judul buku. Sosok Enrique de Moluccas yang dikenal sebagai POLIGLOT, seorang yang mahir menggunakan banyak bahasa, diperkenalkan sebagai sosok “penguasa dunia” karena keahliannya tersebut.

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Baca Juga : Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Tokoh Enrique de Moluccas dan Serangkaian Kisah Perjalanan Armada de Moluccas

Di awal membaca buku, saya tergelitik dengan nama Enrique yang bernuansa Spanyol. Sementara di belakangnya tersemat de Moluccas untuk melengkapi namanya tersebut.

Belakangan, seiring dengan membuka halaman-halaman berikutnya saya menemukan bahwa nama ini adalah pemberian Fernao Magalhaes/Ferdinand Magelan yang membawa Enrique ke negaranya. Ferdinand jugalah yang menjanjikan kepada Enrique untuk kembali ke negri asalnya sembari mencatat sejarah dalam rangka membuktikan bahwa dunia itu bulat.

Enrique sendiri terlahir dengan nama Patsaranga dan lebih dikenal dengan sebutan atau panggilan Boy. Dia yatim piatu sedari kanak-kanak yang kemudian diasuh oleh paman dan bibinya di sebuah desa pesisir pantai. Enrique juga dibesarkan oleh Datuk Harun Abbas. Seorang pengelana yang memiliki pengetahuan luas dan seorang cerdik cendekia yang dihormati oleh banyak raja/sultan yang berada di nusantara.

Datuk Harun Abbas sangat menyayangi Enrique kecil. Beliau pun turut membesarkan Enrique dengan ilmu pengetahuan, nasihat-nasihat bijak lalu kemudian mengajaknya untuk ke Malaka. Bagi Enrique, Datuk Harun Abbas bukan hanya sekedar orang tua, tapi juga adalah guru kehidupan. Jadi ketika Datuk Harun Abbas wafat di atas kapal laut milik orang Siam dalam rute berlayar dari Palembang menuju Malaka, kenangan akan sosok lelaki ini sangat melekat di hati dan pikiran Enrique. Sebuah sarung tua, cincin, buku catatan pun akhirnya menjadi warisan yang terus dijaga oleh Enrique.

Setelah hidup seorang diri, Enrique kemudian kaya dengan pengalaman hidup.

Dia sempat bekerja sebagai centeng dan pembawa berita bagi Madamme Ching. Seorang perempuan Cina pemilik rumah Lotus Emas. Rumah dimana banyak informasi rahasia berputar, kesepakatan tersembunyi dan pelacuran terjadi. Madamme Ching nyatanya punya pengaruh yang cukup kuat dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah setempat. Setidaknya lewat beragam informasi telik sandi yang mampir ke telinga Madamme Ching, perempuan ini dipercaya memiliki berbagai data demi kejayaan kerajaan Malaka.

Ketika rumah Lotus emas runtuh terbakar dan Madamme Ching wafat, Enrique berkenalan dengan Ferdinand Magellan yang kala itu sedang mengikuti kapal Portugis yang hendak berdagang dengan Malaka. Akibat beberapa rangkaian pertempuran atau huru-hara, Enrique dan Ferdinand kemudian saling menyelematkan dan berhutang nyawa. Mereka pun dekat hingga Enrique diajak ke Portugis sebagai sahabat Ferdinand. Saudara senyawa.

Long story short, dengan mengikuti Ferdinand, Enrique kemudian banyak berkenalan dengan orang dari hampir seluruh penjuru dunia. Termasuk dengan Raja Carlos, raja muda dari Spanyol. Enrique jugalah yang kemudian mendorong Ferdinand untuk berjuang mendapatkan sponsor dari Raja Carlos dalam rangka membentuk tim pelayaran, mencari sumber rempah-rempah di terra incognita (tanah yang belum dikenali) yang mengacu kepada Maluku kepulauan.

Misi mendapatkan sponsor dari Raja Carlos ini berhasil. Ferdinand Magellan diberikan kepercayaan pemimpin sebuah misi pelayaran yang diberi nama ARMADA DE MOLUCCAS. Sebuah armada kapal laut yang berisikan 5 (lima) kapal besar dengan 3 (tiga) orang kapten berasal dari Portugis dan 2 (dua) orang kapten dari Spanyol. Kapal-kapal yang berangkat itu adalah TRINIDAD, ship leader dibawah kendali Ferdinand Magellan, SAN ANTONIO dipimpin oleh Joan de Cartagena, CONCEPTION dipimpin oleh Gaspar De Quesada, SANTIAGO dibawah pimpinan Joao Serrao, Duarte Barbosa plus Estavo Gomez dan VICTORIA dibawah kendali Luis Mendoza.

Meski berlayar dengan persiapan penuh, ternyata mencapai terra incognita lewat jalur barat, tidaklah segampang apa yang dikira. Ferdinand menghadapi banyak masalah selama dalam pelayaran. Pembangkangan anggota armada, perbedaan pendapat, keputus-asaan karena tak kunjung mencapai tempat yang direncanakan. Hingga akhirnya, Ferdinand Magellan diperdaya oleh Rajah Humabon untuk melawan pemberontak yang berada di Mangatang, Cebu, Philipina. Ferdinand Magellan pun putus nyawa dalam peperangan tersebut. Dipanah oleh Datu Lapu-Lapu. Kejadian ini terjadi pada 1521.

Armada pun tersisa 2 (dua) kapal yaitu Trinidad dan Victoria dan akhirnya benar-benar mencapai terra incognita, kepulauan rempah, yang kemudian dikenal sebagai Maluku. Rombongan ini sukses menuntaskan Armada de Moluccas di bawah kepemimpinan Juan Sebastian Elcano. Seorang pelaut ulung yang namanya terukir dalam sebuah tugu yang berada di Rum, Tidore, Maluku Utara. Sementara Enrique sendiri selamat kembali ke tanah kelahiran dengan pelayarannya sendiri.

Baca Juga : Kesultanan Tidore. Perjumpaan Budaya Moluku Kie Raha dan Bangsa Eropa Dalam Perspektif Historis

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Berbagai Tambahan Kosa Kata yang Saya Dapatkan dari Buku Clavis Mundi

“Buku adalah pengusung peradaban. Dengan membaca buku-buku, kita bisa berkomunikasi secara tidak langsung dengan pusat-pusat pengetahuan & peradaban manusia”

Rangkaian kata sarat makna ini terus menerus menjadi mercusuar bagi saya setiap kali membaca buku. Pepatah jitu yang bisa saya buktikan salah satunya dengan membaca buku Clavis Mundi.

Lewat Clavis Mundi, ada beberapa pengetahuan baru, yang melengkapi semua kekayaan ilmu yang sudah dan pernah saya miliki. Diantaranya adalah:

Erdapel. Yang dikenal dengan sebutan bola dunia. Sebuah bulatan yang menunjukkan berbagai daratan dan lautan yang menjadi peta dunia. Erdapel juga adalah wujud pembuktian bahwa dunia itu bulat.

Astrolabe. Segitiga besi untuk membantu mengukur jarak yang harus ditempuh kapal laut dan bagaimana memastikan bahwa kapal tidak sedang salah arah.

Kelasan. Nama asli dari pempek. Dulu sekali, pempek lebih dikenal dengan sebutan Kelasan.

Kartografer. Ahli pemetaan atau orang yang membuat peta.

Kasula. Vest terluar yang biasa digunakan olleh rohaniawan katholik.

Hosti. Roti sakramen yang biasanya diberikan oleh Romo saat misa di gereja.

Jejak-Jejak Penting Buku Clavis Mundi

Buku setebal 580 halaman yang dicetak oleh penerbit Cempaka Putih, terdiri atas 28 (dua puluh delapan Bab). Dibuka oleh Prakata dan Prolog, kemudian ditutup oleh Epilog, Historical Note dan diskripsi singkat dari ke-empat personal yang terlibat dalam melahirkan buku yang fenomal ini (Helmy Yahya, Reinhard Tawas, Utama Prastha & Donna Widjajanto).

Prakata

Selama lebih dari lima ratus tahun, dunia percaya bahwa orang pertama yang mengelilingi bumi aalah Ferdinand Magellan, seorang Portugis yang menjadi komandan ekspedisi Spanyol. Armada de Moluccas. Magellan membawa armada ini mencari Kepulauan Rempah yang terkenal pada tahun 1519-1522.

Tak banyak yang tahu, Magellan tak pernah menyelesaikan ekspedisi ini dan tak pernah mencapai Kepulauan Rempah. Dia tewas dalam pertempuran Mangatang di Cebu, hanya 692 mil laut dari Maluku.

Dalam perjalanan Armada de Moluccas, Magellan didampingi sahabat setianya, Enrique de Moluccas. Enrique bukan saja sahabat dan penerjemah yang andal bagi Magellan, tapi juga kunci ke Kepulauan Rempah, karena disanalah Enrique berasal.

Sepeninggal Magellan, Enrique kembali ke Maluku, dan dengan demikian menjadi orang pertama yang berhasil mengelilingi bumi lewat laut.

Berdasarkan riset dan penelitian mendalam, juga wawancara eksklusif dan temuan-temuan terbaru, novel ini akan mengeksplorasi sejarah Enrique de Moluccas yang selama ini tersembunyi. Mulai dari masa mudanya sebagai awak kapal, belajar berbagai bahasa secara otodidak dan menjadi penerjemah dan negosiator ulung, hingga menjadi orang kepercayaan Ferdinand Magellan, sang komandan Armada de Moluccas.

Historical Note

Menguatkan bukti bahwa buku Clavis Mundi memegang bukti-bukti dan jejak sejarah sebagai acuan, lewat bagian ini kita bisa mengetahui berbagai sumber yang digunakan tersebut.

Seperti misalnya salinan bahasa Inggris Relazione del Primo Viaggio Intorno al Mondo yang ditulis oleh Antonio Pigafetta (pertama dipublikasikan oleh sejarahwan Italia, Giovannie Batista Ramusio, circa 1550-1558). Sementara versi terjemahan bahasa Inggrisnya dikerjakan oleh James Alexander Robertson. Diterbitkan oleh The Arthur H. Clark Company, Cleveland, USA, 1906.

Selain itu ada juga catatan perjalanan berjudul Magellan’s Voyage Around The World, Three Contemporary Accounts : Antonio Pigafetta, Maximilian of Transylvania, Gaspar Correa, yang diedit oleh Charles E. Nowell, terbitan Northwestern University Press, Evanston, 1962.

Sumber pendukung lainnya adalah buku-buku yang memberi gambaran tentang perdagangan rempah seperti Suma Oriental karya Tome Pires (terjemahan bahasa Indonesia oleh penerbit Ombak, 2014) dan Sejarah Rempah karya Jack Turner (terjemahan bahasa Indonesia oleh penerbit Komunitas Bambu, 2019).

Masih banyak catatan-catatan penting yang kemudian menjadi sumber data penulisan. Seperti misalnya wawancara dengan kedelapan belas awak Victoria oleh Maximillanus Transylvanus (hasilnya terbit dengan judul De Moluccis Insulis, 1522). Dari wawancara ini profil Enrique pun semakin terangkat. Selain disebut sebagai Enrique de Moluccas, dia juga dikenal dengan sebutan Enrique el Negro (Enrique si Kulit Hitam) dan Enrique Lingus D’Argento (Enrique si Lidah Perak).

Perlu juga saya sebutkan bahwa ahli sejarah kelautan Spanyol, Martin Fernandez de Navarette, dalam bukunya yang berjudul Collection de Los Viajes y Discubrimientos por mar los espanoles desde fines del sieglo XV (1837) juga menyebut bahwa Enrique adalah orang Maluku. Dan fakta ini kemudian diperkuat dengan hadirnya film animasi La Primera Vuelta al Mundo yang dibesut oleh Jose Antonio Vittoria dan Garbine Losada. Film yang dibuat dalam rangka perayaan 500 tahun ekspedisi Magellan.

Baca Juga : Tidore Dalam Balutan Sejarah. Kesultanan Tidore

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Saya dan Clavis Mundi

Saya tak ingin memungkiri bahwa Clavis Mundi adalah salah satu buku terbaik, karya anak bangsa, di 2022. Saya pun merasakan kebanggaan menjadi salah seorang dari ratusan pembaca yang begitu terkesan dengan setiap lembar yang tersaji di dalam buku ini.

Meskipun tebal, buku ini hadir dengan cover yang atraktif dan mewakili pengangkatan tokoh Enrique de Moluccas, font yang apik dan readable juga pengerjaan fisik buku yang mudah dan nyaman untuk dibuka dan direntangkan.

Yang pasti Clavis Mundi melahirkan banyak diskusi antara saya, Donna Widjajanto, Utama Prastha dan banyak putra daerah Tidore untuk membahas buku ini lebih dalam lagi. Dalam satu kesempatan, kami pun mengadakan tukar pendapat, mengulik rangkaian diksi dan melahirkan satu kesamaan asumsi bahwa ternyata ada seorang putra Maluku (khususnya Tidore) yang namanya wajib disejajarkan dengan para pelaut dunia. Enrique de Moluccas dan Clavis Mundi telah menyatukan kami sebagai sekelompok anak bangsa yang bangga dengan sejarah yang sudah terukir indah.

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Indonesian Author & Book Reviewer | annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

45 thoughts on “Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar Dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi”

  1. Merancang Novel Sejarah bukanlah hal yang mudah ya, Mb Annie. Butuh totalitas dalam riset utamanya berkaitan dengan latar dan kehidupan orang-orang pada era sejarah yang akan di angkat. pendalaman karakter tokoh juga menjadi hal penting yang perlu dapat perhatian. Salut sama mereka yang menghasilkan karya Novel Sejarah.

    Reply
    • Betul banget Mas Sugi. Risetnya sendiri akan makan waktu berbulan-bulan bahkan mungkin tahunan. Mencari sumber riset pun gak boleh sembarangan. Harus yang benar-benar sahih dan bisa dipertanggungjawabkan ketepatannya.

  2. Wow saya suka banget novel sejarah

    dulu, kalo hunting di Gramedia, pasti yang dibeli pertama kali nov el sejarah
    kebawa sampai sekarang, lihat drama (Cina/Korea) pun pilih yang berlatar belakang sejarah
    Karena butuh riset lengkap dan lumayan panjang sebelum menyusun fiksinya
    Sehingga baik pembaca (novel) maupun penonton (drama) bisa larut ke dalam alur ceritanya

    Reply
    • Makanya kita sama-sama suka drama Saeguk ya Mbak. Meski bagian sejarahnya sekelumit, tapi paling tidak masa/era yang diangkat wajib ditampilkan seperti apa yang sekiranya ada saat itu. Bisa terlihat dari pakaian atau rumah-rumah dan budaya lain yang ada di dalamnya.

  3. Beberapa bulan lalu saya mengikuti sebuah kelas edit naskah yang salah satu pematerinya adalah Mbak Donna Widjajanto. Dari situ saya follow akun IGnya. Dari situ pula saya mulai mengenal Clavis Mundi. Penasaran banget sama novel ini. Betul kata Mbak Annie, sejarah bagi banyak orang (termasuk saya) adalah pelajaran yang membosankan. Tapi entah mengapa, saya tertarik banget sama buku ini. Makin tertarik setelah baca artikel keren ini. Fixed! Clavis Mundi is my wishlist minggu ini…

    Reply
    • Yok Mas. Worth having and reading banget buku ini. Kalau saya sih nyaman dengan alur ceritanya. Apalagi tokoh Enrique ini sesungguhnya pernah saya bicarakan/diskusikan dengan akademisi dan penggiat budaya dari Maluku Utara. Setelah membaca buku ini, koneksi antara penulis dan teman-teman ini menjadi tersambung.

  4. uwowwww, bukunya udah tebal, isinya juga uwow banget :D
    Menurut saya, merancang novel sejarah itu luar biasa sih ya, hanya orang-orang yang super yang bisa lakukan.
    Ada begitu banyak hal yang harus dilakukan sebelum menuliskan hal-hal berbau sejarah, ditambah harus jadi sebuah cerita novel menarik pulak.

    Reply
    • Bener banget Mbak Rey. Risetnya aja bisa berbulan-bulan bahkan tahunan. Jadi memang digarap dengan serius dan diolah dengan hati-hati.

  5. Novel sejarah daku suka, karena effortnya itu luar biasa dalam menulisnya. Kudu sama dengan tahun sebenarnya kejadian, atau bukti sejarahnya. Selain itu juga karena biasanya ramuan dalam bentuk kisah, racikan penulisnya tuh mantaps. Walau novel clavis Mundi belum daku baca. Pernah ya baca novel sejarah lainnya

    Reply
    • Yup bener banget Fen. Meski akan dibaur dengan sisi fiksi, fakta-fakta sejarah yang melengkapi plot cerita tetap harus sejalan dengan apa yang tertuang di dalam sejarah. Risetnya pun butuh penanganan yang tidak sedikit. Begitupun saat menggali bukti-bukti pendukung.

  6. Asyik, Mbak Annie barusan ikut kelas penulisan novel sejarah..ditunggu buku terbarunya, ya Mbak..
    Btw, beneran baru tahu ada putra Tidore yang namanya wajib disejajarkan dengan pelaut ternama dunia.
    Aku jadi penasaran baca bukunya…aseli keren ini

    Reply
    • Alhamdulillah Mbak Dian. Dari kelas Kreatif Merancang Novel Sejarah yang barusan saya ikuti dan pelatihan langsungnya, saya jadi bertaburan ide-ide di dalam kepala. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa melahirkan novel dengan latar belakang sejarah ini.

      Iya Mbak. Setelah berdiskusi dengan beberapa pengamat budaya dan akademisi asal Maluku Utara, semua sepakat bahwa tokoh Enrique de Moluccas ini adalah salah seorang anak daerah yang lahir di Tidore. Ada beberapa bukti tertulis yang menguatkan hal ini. Dan itu benar-benar satu kenyataan yang membanggakan.

  7. Msayaallaah bu Annie totalitas sekali dalam kegiatan menulis ini. Saya yang masih lebih muda kalah jauh semangatnya.
    Menulis blog aja butuh efort apalagi menulis sejarah, harus banyak riset supaya hasilnya kredibel.
    Smenagat terus bu Annie, ditunggu hasil karyanya….

    Reply
    • Alhamdulillah Kak Suci. Selama diberikan kesehatan, kesempatan dan semangat, saya ingin terus belajar, menambah pengetahuan dan keahlian agar skill menulis saya juga makin berisi dan berkualitas. Ayok Kak Suci semangat juga ya. Tulisan-tulisan Kak Suci juga apik-apik dan menyenangkan untuk dibaca.

  8. Novel sejarah itu aku pikir berat karena kayak baca buku sejarah. Tapi ternyata enggak loh. Karena tetap ada unsur fiksi di dalamnya. Kagum sama penulis yang bisa nulis novel sejarah karena risetnya pasti lama dan dalam.

    Reply
    • Iya Mbak. Buku CLAVIS MUNDI ini juga FAKSI. Gabungan antara fakta dan fiksi. Tapi karena sisi faktanya diambil dari sejarah, jadi perlu adanya riset yang kuat.

  9. Bikin novel sejarah memang lebih sulit ya Mbak, apalagi harus bikin riset juga yang mendalam. biar hasilnya juga makin bagus. Sepertinya bakal jadi novel yang menarik nih, apalagi bisa diskusi dengan pakarnya langsung

    Reply
    • Bener banget Mbak Ila. Berangkat dari riset dan fakta-fakta sejarah, buku novel dengan latar belakang sejarah punya nilai tersendiri.

  10. Bener banget ya kak klo ikut kelas ini menulis profesional dpt investasi jangka panjang yang .ditabung. Mumpung ada kesempatan, waktu, kese

    Apalg kalau semuanya.mendukung hrus belajar banyl.klo menulis novel.sejarah

    Reply
  11. Kak Annie..
    Aku jadi punya mimpi bisa menonton drama Indonesia yang based on novel sejarah. Karena penulis zaman sekarang rasanya sudah jarang sekali memerhatikan timeline waktu, karakter hingga kesesuaian sejarah agar lebih mudah menghapal tokoh sejarah pahlawan Indonesia.

    Reply
    • Kabarnya sih Clavis Mundi ini akan diangkat ke layar lebar. Ada pembicaraan ke arah sana. Dah kebayang akan apiknya. Ada sentuhan laut, darat, berbagai belahan dunia dan tokoh-tokoh dengan karakter kuat. Dibikin drama juga pasti seru ya. Gak perlu terlalu banyak episode nya. Yang penting plot ceritanya teratur, terarah dan fokus.

    • Ka Annie pasti gak sabar menanti tayangnya Clavis Mundi.
      Aku salut banget, ka Annie bacaannya, mashaAllaa~
      Karena yang namanya novel dan tontonan sejarah kudu ditonton dengan penuh konsentrasi. Aku kalau review drama atau film based on sejarah gini tuh bisa lama banget nulisnya. Karena pingin dapet faktanya dan menyesuaikan dengan setting serta kisah yang diceritakan di novel atau film tersebut.

  12. Mendalam banget berarti risetnya ya kak. Apalagi perhitungan waktu sejarah pun ada batasannya. Hitungan yang proporsional untuk menjadikan sesuatu atau seseorang itu pantas diganjar gelar ber-sejarah.

    Reply
  13. Menulis buku/ novel sejarah, butuh effort khusus sih menurut saya, gak bs sembarangan jg, karna ini sejarah lho jgn sampe alur nya keluar dr sejarah asli nya, mk nya d butuh kan riset yg akurat yg bs makan waktu lama. Penasaran sih sm isi nya, next semoga ada kesempatan buat membacanya langsung .

    Reply
  14. Saya juga lebih suka buku cetak fisik dibanding ebook, selain lebih enak baca secara lngsung juga bisa sekalian nambah koleksi buku.

    Nulis novel sepertinya effornya lebih gede ya, Bu. (pastinya dong, Ci….)
    Terlebih untuk tulisan fiski nampaknya jauh lebih susah karena harus pinter berimajinasi dan menuangkan ke dalam tulisan.
    Tapi mungkin sama susahnya kalau nulis novel sejarah karena kudu riset yang bener. Ngga mungkin kita nulis sejarah asal-asalan ya, Bu.
    Salah informasi selain menyesatkan, khawatir ada tuntutan di belakang hari.

    Saya belum bisa nih kalau disuruh nulis buku solo apalagi novel.
    Nulis artikel aja butuh waktu lama, hikss….
    Tapi semoga minat baca ngga pernah hilang

    Reply
    • Nulis buku yang tematik, terutama berlatar belakang sejarah, perjuangannya memang gak mudah. Riset dan mind mappingnya jauh lebih rumit ketimbang novel biasa. Tapi saya yakin, dengan skill yang Suci miliki, Suci bisa loh melakukan itu. Yakin saya.

  15. Aku pernah denger Ferdinand Magelan tapi baru di tulisan ini aku ngeh kalo agak ironis perjalanan beliau karena keburu tewas padahal gak lama lagi akan sampai di tujuan. Tentang bukunya sendiri, aku pernah denger. Dan aku lupa antara Yuk Annie yang rekomendasiin atau mbak Fe Angka, yang pernah nulis di blognya juga pasca diwawancara sama Helmy Yahya.

    Sayang buku ini belum muncul di goodreads. Mau kepoin jadinya agak susah. Beruntunglah mereka yang penasaran sama buku ini dan googling trus “kesasar” diblog ayuk ini, karena dibandingkan ulasan di goodreads, ulasan di blog jauh lebih memperkaya sebab banyak info grafisnya.

    Reply
    • Sayangnyo buku ini terbit setelah rangkaian kunjungan ke Tidore yo Yan. Seandainyo terbit sebelum kito ke Tidore, hakul yakin bakal ado SGD untuk bahas ini di pas kedatangan kito. Pernah satu waktu ado diskusi di WAG yg menghadirkan banyak pecinta sejarah Tidore, wah itu pengalaman luar biasa bagi aku. Ternyata dari tugu yang ado di deket pelabuhan Rum itu, ado cerito panjang tentang Ferdinan Magelan.

  16. Saya setuju yang bikin mahir itu ialah banyak praktik. Apalagi novel sejarah, berdasarkan bukti dan fakta, gak bisa asal menulis ya …
    Ilmunya saya ikut menyerap juga nih. Secara sering menulis juga kalau gak pakai aturan ya tetap berantakan. Hehe …

    Reply
    • Practice makes perfect. Ala bisa karena biasa. Saya meyakini banget moto seperti ini. Kita akan lebih terampil saat ketrampilan tersebut diasah. Begitupun dengan ilmu pengetahuan. Semakin kita sering membaca, niscaya ilmu itu akan semakin melekat kepada kita.

  17. Salah satu penulis yang patut diacungin jempol adalah yang menulis novel sejarah. Bagi saya hal ini luar biasa, karena risetnya juga nggak bsia sembarangan.
    Btw, keren nih keterangan review bukunya, nggak dikejar waktu.
    Saya pernah sekali diminta kerja sama review buku.
    Udahlah gratis, mintanya cepat pulak, akhirnya nggak bisa maksimal :D

    Reply
    • Setuju Mbak Rey. Saya sedang ngalamin nih. Bikin novel fiksi dengan sedikit sentuhan sejarah. Dan ini musti hati-hati meski hanya berupa karya fiksi. Tak terbayangkan jika benar-benar pure sejarah yang pasti nulisnya bisa tahunan.

      Nulis review atau ulasan memang harus pelan-pelan. Baca dengan sepenuh hati dan konsentrasi baru setelah itu bikin strong points yang akan diangkat dalam ulasan.

  18. Menulis novel sejarah dibutuhkan skill tingkat tinggi nih menurut saya, Bu… Riset dan ketelitian sangat diperlukan agar hasilnya juga tidak mengecewakan. APalagi sejarah itu kan fakta ya.

    Reply
    • Ternyata menulis novel sejarah dan non sejarah itu berbeda ya Mbak. Saya pikir selama ini sama saja, ternyata novel sejarah lebih rumit dan memerlukan teknik berbeda seperti harus riset dan hal lainnya yang harus diperhatikan. Biasanya saya membaca yang non sejarah, tapi sekarang jadi tertarik ingin mencoba membaca novel sejarah juga 💕

  19. Bikin novel sejarah risetnya itu wuaaahh riweh deh, bisa makan tahunan juga ya.
    Pernah waktu itu ikut workshop sama penulis novel sejarah, jadi dia menggabungkan romansa fiksi dengan sejarah jaman Soekarno, dan itu aja lumayan juga risetnya

    Reply
  20. Kelas yang sangat keren, Mbak. Karena menulis novel sejarah itu tidak mudah. butuh waktu dan tenaga, terutama risetnya. Dan karena Mbak Annie memilih era waktu orde baru, maka memang harus banyak ke perpustakaan untuk mengali lebih banyak data-data. Dan kalau di Jakarta, salah satunya ke perpustakaan Nasional di Balai kota.

    Reply
  21. Duh pembahasan berat ini mbak, saya mesti pelan-pelan membacanya.
    Saya selalu kagum dengan para penulis kisah/novel dengan latar belakang sejarah, karena sanggup perangkai cerita yang membuat saya betah membaca, padahal setting jamannya jauh sebelum penulis itu lahir. Itu artinya, dia sudah membaca banyak sekali literatur tentang jaman itu. Dan ternyata ada batasan tahunnya, hingga disebut novel sejarah ya, 30-50 tahun sebelum penulis lahir.

    Reply
    • Bener banget Mbak Nanik. Selesai kelas dengan Donna ini, saya jadi lebih paham akan aturan baku yang tak boleh dilanggar saat kita akan menulis sebuah karya sastra dengan latar belakang sejarah. Ada berbagai sudut penting yang tak boleh melenceng dan benar-benar dibangun berdasarkan riset yang akurat. Tapi justru di situlah tantangannya.

  22. investasi ilmu itu penting banget ya Kak Annie. Apalagi klo menulis novel sejarah, yang tentu harus dilakukan by riset. kalo gak, ya bisa mengacaukan esensi dari sejarah penting yang hendak kita tulis. Bagi saya pribadi juga e-book itu agak menyulitkan mata saat membacanya. Apalagi klo baca buku yang ratusan halaman.

    Reply
    • Sepakat kita Mbak Desi. Esensi dari sejarah itu sendiri gak boleh kita permainkan. Harus fix and real. Saya juga baca e-book tuh gak betah. Masih senang dengan bau buku baru, bikin catatan, coretan, penanda, yang semuanya hanya bisa dilakukan kalau bukunya adalah buku cetak/fisik.

  23. Saya juga suka novel sejarah Mbak, seperti Quo Vadis dan Ronggeng Dukuh Paruk

    pembaca seolah dibawa masuk ke dunia nyata puluhan tahun silam

    mungkin itu pula yang menyebabkan saya lebih suka drama Korea genre sageuk dan drama Cina tema wuxia

    kisah mereka terasa lebih indah dibanding drama modern

    mungkin karena banyaknya misteri di sana ^^

    Reply
    • Waaahh seide nih sama saya. Saeguk dan film-film saat Joseon berkuasa dengan berbagai intriknya tuh menarik untuk disimak ya Mbak. Sementara Wuxia tuh keren dengan outfit, dandanannya. Bikin film tuh lebih keren secara visual.

  24. Aku juga suka membaca buku yang berbau sejarah. Menurutku keren banget penulis yang punya karya novel sejarah. Karena menulis tentang sejarah dibutuhkan riset yang lebih mendalam dari pada buku lain. Harus lebih teliti serta cermat menyusun berbagai fakta sejarah.
    Walau novel sejarah biasanya lebih tebal (banget) dibandingkan novel lainnya tapi lumayan betah bacanya. Walau butuh waktu lebih lama bacanya, tapi cukup menyenangkan untukku.

    Reply

Leave a Comment