Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
beri aku cerita yang tak biasa
cinta bukan hanya sekedar, namun harus berujar memiliki pijar

Pesan via WA berdenting di gawai saya. Tampak nama Widyanti Wulandari (Widya), Ketua Umum komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis (IIDN) muncul di layar.

Saya langsung semangat membaca. Isinya sungguh menggugah. Widya mengundang saya untuk menjadi bagian dari project buku antologi yang sedang diinisiasi oleh komunitas ini. Saya pun langsung meng-iya-kan tanpa ragu.

Bergabung dan melahirkan sebuah karya tulis bersama IIDN adalah salah satu rencana dari kegiatan literasi saya di 2022. Dan ini adalah langkah perdana saya untuk menjadi bagian dari impian tersebut.

Writing Project baru ini, seperti yang disampaikan Widya, akan dibimbing oleh seorang penulis spesialis budaya, Kirana Kejora, yang saya kagumi dengan banyak karya tulis yang sudah membahana dan menyentuh keindahan sudut nusantara. Beliau juga memimpin dan mengkoordinir sebuah komunitas besar yang membawahi tiga sub-komunitas Elang yaitu Elang Merah, Elang Putih dan Elang Biru.

Saya sendiri bergabung di tim Elang Biru yang dikoordinir oleh IIDN.

Sekilas Tentang Elang Biru

Berada di bawah bendera dan rumah inti yaitu ELANG NUSWANTARA, Elang Biru yang diprakarsai oleh IIDN ini beranggotakan sekitar 27 (dua puluh tujuh) orang penulis. Yang jika saya perhatikan sebagian besar adalah blogger dan mereka yang memang aktif menulis. Bahkan banyak diantaranya sudah melahirkan buku solo ataupun antologi, baik bersama IIDN maupun dengan komunitas menulis lainnya.

Mendadak saya menyadari betapa bersyukurnya saya bisa memiliki kesempatan untuk mengenal dan bergabung as a big writing team dengan mereka semua.

I am so very lucky indeed.

Ke-27 penulis ini adalah : Widyanti Wulandari, Fuatuttaqwiyah El-Adiba, Fitria Rahma, Holy Gat Mellisa, Ariasetia, Pratiwi R.S, Sri Rahayu, Avi Ramadhani, Rahmi C. Mangi, Julia Pasca, Anastasia S. Wastuti, Discalusi Florentina, Ana Ruhana Salamah, Dawiah, Laili Rahmawati, Wiwi Haryanti Kusno, Irma Hardiani, Ika Damayanti, Istiati Jebres, Yokbet Taswa, Tyas Ary, Widyaningsih, Upi Jamil, Novarty, Annie Nugraha, Liza Kusuma Dewi, dan Agustina Purwantini.

Sebagian besar, bahkan semua penulis ini, belum pernah saya jumpai saat itu. Kami lebih banyak berkomunikasi lewat WA, khususnya membahas tentang masalah tekhnis dalam rangka persiapan kelahiran buku keroyokan kami. Dalam beberapa waktu juga kami mengadakan temu on-line lewat zoom meeting. Kesempatan emas yang dimanfaatkan untuk mendengarkan banyak suntikan semangat dari Kirana Kejora sebagai mentor dan Widya sebagai kepala suku IIDN.

Saya merasakan intensitas dan antusiasme untuk menulis setelah rangkaian pertemuan tersebut. So much clues and pointed directions untuk menemukan dan memutuskan materi apa yang sekiranya pas/cocok dengan tema budaya yang sudah dipilih oleh IIDN. Tentu saja agar hal ini sejalan dengan langkah-langkah sama yang telah diputuskan untuk Elang Merah dan Elang Putih.

Setelah mengikuti serangkaian briefing, saya kemudian mengetahui bahwa tema budaya fiksi atau non-fiksi yang diangkat menghubungkan kita dengan sebuah kisah cinta yang terpatri indah di rangkaian hidup kita. Fix!! Saya memantabkan diri, tanpa ragu, untuk menjadi bagian dari sejarah lahirnya buku antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa. Judul yang begitu menggugah rasa dan menyajikan makna indah yang berbeda.

I am definitely so so so excited.

Pun di beberapa waktu, saat kami kembali mengadakan zoom meeting dengan kedua saudara Elang dalam rangka persiapan grand launching dari lahirnya ketiga buku dari kakak beradik Elang, saya kembali menemukan bertubi-tubi gairah yang tak terbendung.

Saya merasa sudah berada di satu tempat yang tepat, dengan orang-orang yang juga tepat, dan sebuah wadah yang sesuai dengan apa yang saya impikan di dunia literasi.

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Pasukan elang biru yang hadir pada saat launching buku di perpustakaan nasional di jakarta

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Saya dengan latar belakang standing banner untuk event peluncuran 3 buku prosa budaya dari elang nuswantara. Menerbangkan karya. Membuanakan jiwa dengan berkekasih tanpa ketaksaan

Puta Dino Untuk Buku Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa

“Menjaga warisan budaya adalah amanah dari semesta. Tak semua dipanggil dan tak semua merasa terpanggil. Maka dari itu, berbahagialah jiwa-jiwa yang mengemban tugas mulia karena sejatinya perjalanan mengenal, memahami, dan memaknai peninggalan masa lampau adalah perjalanan ke dalam diri. Makin paham kita akan hakikat diri, makin bermakna keberadaan kita di dunia ini.” (Widyanti Wulandari untuk Beri Aku Cerita yang Tak Biasa)

Saya terpekur pada paragraph pertama yang dituliskan Widya pada lembaran Prakata. Couldn’t agree more. Widya sudah membuka rangkaian cerpen yang ditulis oleh 27 orang pasukan Elang Biru ini dengan sebuah rangkaian kalimat yang saya yakin, sudah mewakili asa, mimpi dan harapan siapa pun yang menuliskan beberapa bahkan banyak hal tentang budaya.

Untuk saya, seorang blogger dan penulis Indonesia, menjadi bagian dari sejarah lahirnya buku antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa, sesungguhnya adalah wujud nyata dari cinta saya akan budaya yang ada di tanah air tercinta. Melalui butiran kata, barisan kalimat yang saya uraikan untuk cerpen Semburat Cinta untuk Puta Dino, di halaman 287, saya berharap bahwa tulisan ini akan menjadi bagian dari jejak langkah sejarah itu sendiri.

Inilah waktu yang tepat bagi saya untuk membuktikan diri bahwa saya mampu dan memiliki keinginan kuat untuk meninggalkan legacy yang singularis, spesifik membahas tentang budaya, lalu mewujudkannya dalam sebuah buku antologi.

Mengapa saya memilih Puta Dino?

Jawabannya cukup sederhana. Karena Puta Dino menyimpan rangkaian bukti sejarah budaya yang pantas dicatat sebagai pengetahuan yang berharga.

Menuliskan tentang wastra asli Tidore yang sempat punah selama 100 tahun ini, bukan hanya membuktikan pada dunia bahwa saya mencintai tenun, tapi juga meninggalkan berlimpah jejak bermakna untuk dibaca oleh siapa pun sepanjang masa. Hari ini, besok, minggu depan, bulan depan, bahkan bertahun-tahun yang akan datang.

Mengenal Tidore sejak 2017, saya mulai menyadari bahwa salah satu kotamadya yang berada di Maluku Utara ini menyimpan ribuan jejak historical yang selayaknya diketahui oleh lebih banyak orang. Dan dari serangkaian enam kunjungan ke Bumi Marjiang di tahun-tahun berikutnya, cinta saya untuk Tidore semakin menumpuk. Tidore mendadak menjadi rumah ketiga saya setelah tanah kelahiran (Palembang) dan rumah pensiun (Bali). Dari yang dulunya hanya mengenal lewat pelajaran sejarah hingga akhirnya semesta mengizinkan saya menginjakkan kaki, menginap berhari-hari, minum airnya orang Tidore hingga bisa mengenal banyak sekali cendekiawan yang kaya akan pengetahuan.

Masih terpatri dalam ingatan, di tahun itu (2017), saya dan beberapa blogger pemenang lomba menulis yang bertemakan TIDORE UNTUK INDONESIA disambut layaknya saudara sedarah, baik oleh Kesultanan Tidore maupun oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal di sana. Saya dan teman-teman menghadiri serangkaian acara dalam rangka memperingati Ulang Tahun ke-909 negeri seribu masjid ini.

Begitu banyak sajian budaya dan tempat-tempat indah yang saya dan para blogger nikmati selama menjadi tamu istimewa di sana. Hingga akhirnya melahirkan banyak tulisan sarat makna yang tentu saja menjadi khasanah kebanggaan yang memorable dan mengusung banyak pesan tentang indahnya Tidore.

Semua kenangan terbaik tersebut kemudian disempurnakan dengan lahirnya kembali kekayaan wastra yang begitu terpatri di hati saya. Berkat sebuah buku ilmiah yang dibuat oleh Tim Peneliti dari Universitas Indonesia dan Anitawati, sang pencetus lahirnya Puta Dino Kayangan, terbitlah sebuah ide untuk membuat cerpen sederhana yang menceritakan tentang bagaimana seorang diaspora Tidore, lewat rangkaian obrolan dengan seorang putra daerah, mengangkat kembali Puta Dino kepada dunia.

Cerpen ini juga menegaskan bahwa meskipun seorang diaspora berada dan tinggal jauh dari tanah kelahirannya, cintanya akan tempat dimana garis keturunannya berada, tak pernah lekang dimakan waktu.

Inilah yang akhirnya mengilhami saya untuk menulis tentang Puta Dino sebagai topik dari tulisan untuk buku antologi Berikan Aku Cerita yang Tak Biasa.

Jika teman-teman ingin mendapatkan mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang Puta Dino, silahkan mengakses tautan yang saya sediakan di bawah ini ya. Kedua link berikut ini memang saya susun beranjak dari naskah penelitian dan juga beberapa info yang selayaknya diangkat untuk eksistensi Puta Dino.

Baca Juga : Revitalisasi Puta Dino. Tenun Tidore yang Telah Punah

Baca Juga : Puta Dino Kayangan. Membidani Lahirnya Kembali Kain Tenun Tidore yang Sempat Punah

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Liputan dari harian Disway untuk tiga buku dari Elang Nuswantara

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Liputan khusus harian Disway untuk buku karya pasukan elang biru

Review Singkat Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa

Hadirnya saya dan 26 penulis lainnya, sudah sedemikian cantiknya diatur oleh semesta. Kami yang berada di beberapa kota di Indonesia, nyatanya bisa berkumpul dalam satu wadah dan seakan berada di ruangan kerja yang sama. Jarak bahkan tak mampu menghalangi niat kami untuk menyatu dalam sebuah buku yang memberi warna berbeda bagi dunia literasi di Indonesia.

Terima kasih juga untuk teknologi yang memungkinkan segalanya terjadi. Prasarana modern dan terbarukan yang semakin memudahkan lancarnya para penulis dan IIDN dalam setiap langkah usaha untuk menghadirkan antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa ini kepada publik.

Buku yang diterbitkan oleh Wonderland Publisher ini, menghadirkan 28 cerpen yang mengulas tentang beragam materi, termasuk satu cerpen berjudul Totopong Hanjuang Kakek yang ditulis oleh Kirana Kejora dan Hedy Rahadian. Semua dihadirkan dengan begitu bernas, berisi, hingga mampu meninggalkan kesan tertentu ketika kita membaca lembar demi lembar, cerpen demi cerpen. Semua sangat bernilai tanpa terkecuali.

Untuk saya pribadi, buku antologi ini sudah memberikan banyak insight baru, khususnya pengetahuan tentang budaya yang ada di berbagai daerah di Indonesia.

Tulisan karya Rahmi C. Mangi (Rahmi) yang berjudul Mappasikarawa Ati contohnya.

Cerpen ini bukan hanya menghayutkan rasa akan cinta yang terbangun antara sepasang muda mudi, Andi Muhammad Ridwan Nyompa (Ridwan) dan Andi Tenrigangka Makkulau (Tenri). Tapi juga lika-liku, seluk-beluk dan cara mereka untuk mewujudkan penyatuan cinta mengikuti adat yang berlaku, adat Bugis. Puluhan kata dan kalimat harus saya tandai agar dapat saya pahami. Termasuk diantaranya membaca cerpen ini lebih dari satu kali.

Karena terus terang, saya nyaris buta untuk urusan adat istiadat Sulawesi Selatan. Jadi ketika bertemu dengan tulisan Rahmi, saya menemukan antusiasme yang menggelegak sudut pengetahuan saya.

Semua saya lakukan agar kekayaan budaya tentang prosesi pernikahan adat Bugis yang dituliskan oleh Rahmi, bisa saya pahami dengan baik. Banyak kosa kata baru yang kemudian menjadi bagian dari kamus ilmu saya.

Makna singkat tentang gegar budaya saya dapatkan dari tulisan Upi Jamil yang berjudul Rantau.

Cerpen karya Upi Jamil ini mengajak kita untuk kembali mengingat tentang rangkaian kata bijak yang berbunyi “dimana kaki kita dipijak disitulah langit itu dijunjung”. Kita hidup sesuai dengan aturan dan kebijakan yang berlaku di tempat itu. Dan ini ternyata tidak segampang apa yang kita pikirkan. Terutama jika, seseorang itu belum pernah menjelajah atau hidup di luar tanah kelahirannya.

Inilah yang dialami oleh seorang Ibu dari tiga orang anak asli Sunda yang kemudian harus merantau ke Bengkalis mengikuti suami. Gegar budaya dan tak terbiasa jauh dari keluarga, membuatnya hidup bagai berdiri di atas jarum. Tapi akhirnya, berkat bantuan orang lain dan belajar memasak/membuat lempuk durian khas Riau, dia pun perlahan mulai menemukan kegiatan bermanfaat yang berhasil mewarnai hidupnya.

Mendadak saya teringat dengan konsep penerimaan dan keikhlasan. Dua hal yang mengajak kita untuk menempatkan diri kita sendiri sebagai orang yang bertanggungjawab atas apa yang kita pikirkan dan kita lakukan.

Pengetahuan yang baru untuk saya di dalam buku antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa ini juga saya temukan lewat tulisan Fuatuttaqwiyah El-adiba yang mengurai tentang Mayam.

Cerpen ini membahas tentang apa dan bagaimana adat istiadat melamar yang ada di Aceh. Besarnya Mayam (hantaran lamaran) tergantung dari permintaan keluarga sang gadis. Makin tinggi strata ekonomi, kedudukan, dan pendidikan, maka makin tinggi pulak lah Mayamnya. Dan 1 Mayam itu setara dengan 3 atau 3.3 gram emas. Mayam juga dianggap sebagai simbol penghargaan dan penghormatan bagi perempuan Aceh sekaligus bentuk kesungguhan dari seorang pria terhadap gadis yang dipinangnya.

Dilema inilah yang dihadapi oleh Fatimah yang akan dinikahi oleh Jati. Penetapan Mayam yang ditentukan oleh keluarga Fatimah, membuat Jati, si pria sederhana berpikir keras. Permintaan 30 Mayam, bukanlah hal mudah bagi Jati. Dan itu sudah merupakan keputusan bulat keluarga karena Mayam terendah yang pernah keluarga Fatimah terima adalah 30. Bahkan kakaknya Fatimah menerima 40 Mayam saat menikah.

Alih-alih khawatir bahwa Jati akan meninggalkannya karena perkara Mayam yang mahal, Fatimah malah mendapatkan kejutan yang manis. Jati malah mempersembahkan 50 Mayam yang setara dengan 165 gram emas. Itupun dibawa bersamaan dengan 17 talam tertutup seuhap (kain penutup motif Aceh) sebagai seserahan.

Ini baru 3 tulisan loh. Masih ada 24 karya literasi lainnya yang berlimpah cerita sarat budaya yang patut disimak.

Rangkaian tulisan yang sangat bernilai dan hadir di antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa selengkapnya adalah:

  • Dari Taneyan Lanjang Menuju Wageningen | Widyanti Wulandari
  • Mayam | Fuatuttaqwiyah El-adiba
  • Rumaha Khayalan Widi | Fitria Rahma
  • Keraguan Kinanthi | Holy Gat Mellisa
  • Cerita Kita | Ariasetia
  • Mutiara Borneo | Pratiwi R.S
  • Asmara Getuk dan Parpol di Kota Budaya | Sri Rahayu
  • Bancakan | Avi Ramadhani
  • Mappasikarawa Ati | Rahmi C. Mangi
  • Pitutur Dakon | Julis Pasca
  • Restu Semesta | Anastasia S. Wastuti
  • Terbang Meraih Impian | Discalusi Florentina
  • Terjebak Romansa | Ana Ruhana Salamah
  • Undangan Mappettuada | Dawiah
  • Membersamaimu di Tumpeng Sewu | Laili Rahmawati
  • Ada Cinta Dalam Sepiring Sego Megono | Wiwi Haryanti Kusno
  • Aku, Tuhan dan Semesta | Iram Hardiani
  • Cerita Bengkung Tari | Ika Damayanti
  • Cinta yang Senyap | Istiati Jebres
  • Cinta yang Tertunda Terhalang Yana & Mar | Yokbet Taswa
  • Merindu Dalam Sunyi | Tyas Ary
  • Senandung Rindu Untuk Mas Yanu | Widyaningsih
  • Rantau | Upi Jamil
  • Riuh Randai Sematkan Kau Kembali | Novarty
  • Semburat Cinta Untuk Puta Dino | Annie Nugraha
  • Kidung Asmoro | Liza Kusuma Dewi
  • Lagi Lagi Kesrimpet Bibit | Agustina Purwantini

Lalu apa lagi yang membuat buku antologi ini istimewa?

Tentu saja karena keberagamannya. Layaknya perbedaan sidik jari, setiap penulis memiliki gaya bertutur yang khas dengan identifikasi masing-masing. Tidak ada yang sama. Setiap dari kami memiliki ciri khas pribadi yang berbeda satu dengan lainnya. Jadi saat saya menamatkan 312 halaman artikel di buku antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa, saya menikmati waktu-waktu berharga karena telah membaca sebuah karya literasi yang patut diperhitungkan dan dibanggakan di tanah air.

Baca Juga : Membumikan Diri Lewat Semeleh. The Journey of Self Love, Gratitude and Acceptance

Peluncuran 3 Buku Prosa Budaya dari Elang Nuswantara

Kebanggaan saya bergabung sebagai salah seorang anggota Elang Biru menjadi semakin bergolak saat tahu bahwa buku-buku para Elang, yang hampir serentak diterbitkan oleh Elang Nuswantara ini, akan diluncurkan secara resmi dalam sebuah perayaan megah di Auditorium Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berada di Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat.

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa

Baca Juga : Yatra & Madhyaantar. Kecintaan Hakiki Atas India Dari Seorang Pengelana

Sesaat setelah mengetahui berita ini, saya girang luar biasa. Bangga tak terkira. Pertama, inilah kali perdana buku saya bersama IIDN kelahirannya akan disambut oleh banyak orang. Kedua, ini juga adalah pengalaman pertama saya mengikuti dan menjadi bagian dari tim jempolan, si Elang Biru, yang kelahiran bukunya diadakan di sebuah tempat yang istimewa seperti Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Mewujudkan semangat women empowering, jenama perhiasan saya, FIBI Jewelry, menyatakan ikut sebagai salah satu sponsor dari acara yang diadakan pada Minggu, ,21 Agustus 2022 bersama dengan sponsor yang lain seperti Pocari Sweat, Gramedia, dan lain-lain.

Event ini menghadirkan buku antologi MUSTIKUS KASIH dari Elang Merah, PESAN YANG BELUM SAMPAI dari Elang Putih dan tentu saya BERI AKU CERITA YANG TAK BIASA dari Elang Biru yang merupakan bagian dari ELANG NUSWANTARA. Ketiga buku antologi prosa budaya dihadirkan di hadapan para tamu yang meliputi beberapa pejabat pemerintah, penulis nasional, blogger, pejabat Perpustakaan Nasional, budayawan dan seniman. Tagline MENERBANGKAN KARYA, MEMBUANAKAN JIWA DENGAN BERKEKASIH TANPA KETAKSAAN dihadirkan dan terus menerus digaungkan sebagai slogan kebersamaan dari ketiga Elang.

Acara yang disuguhkan juga sangat bervariatif dan berkelas seperti presentasi buku dan monolog dari setiap Elang, puisi Elang Nuswantara, wawancara eksklusif oleh Kirana Kejora dengan setiap PIC dari setiap Elang, serta berbagai hiburan yang konsepnya dibuat, dirancang dan ditampilkan oleh semua Elang. Tentu saja dengan tidak melupakan sambutan dan bahasan tentang dunia kepenulisan dari beberapa tamu penting yang berkenan hadir di acara ini.

Slot waktu yang disediakan untuk setiap Elang tampil di panggung, menjadikan rangkaian acara ini semakin semarak. Saya dan beberapa teman di Elang Biru, sehari sebelumnya berkumpul dan merancang presentasi unik untuk menghadirkan sebuah mini pentas seni. Kami bersepakat menyanyikan sebuah lagu daerah Yamko Rambe Yamko, tembang Jawa yang dengan indah dialunkan oleh Flo, pembacaan beberapa esensi dari artikel yang kami tuliskan dan menutup rangkaian penampilan on stage tersebut dengan sebuah video yang menampilkan buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa lewat sebuah layar lebar yang berada di panggung.

Menyempurnakan penampilan ini, kami semua berseragam kaos biru dengan cetak sablon dari cover buku di bagian depan. Mengenakan bawahan kain nusantara, dan menyampirkan syal atau pashmina dengan nuansa touch of red.

Cetar banget pokoknya.

Saya lagi-lagi merasa sangat bersyukur karena sudah memutuskan untuk ikut secara aktif pada event launching buku ini. Saya bisa bertemu beberapa rekan Elang Biru secara langsung dan sang mentor Kirana Kejora. Menyaksikan sebuah penyelenggaraan launching buku yang begitu mengesankan dan menorehkan ribuan cerita yang for sure tak akan terlupakan di sepanjang hidup saya.

Terima kasih Kirana Kejora, komunitas IIDN dan seluruh pejuang literasi di buku Ber Aku Cerita yang Tak Biasa, Elang Biru, Elang Merah dan Elang Putih, dimana pun kalian berada. Menjadi bagian dari keseluruhan jejak mulai dari diskusi awal, naskah disusun, finishing buku, hingga acara launching, adalah memorable paths yang super duper outstanding.

Terima kasih Allah SWT. Terima kasih semesta.

By the way, di balik semua pencapaian lewat buku antologi ini, saya ingin sekali memiliki perencanaan yang lebih matang agar ngeblog bisa lebih baik lagi di 2023. Banyak skill yang harus saya kembangkan sembari lebih rajin membaca supaya pengetahuan lebih luas dengan penguasaan diksi yang lebih sempurna lagi. Semangat tentang hal seperti ini, serta beberapa tulisan tentang ulasan lifestyle, bisa teman-teman simak lewat blog Sunglow Mama.

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Sebagian dari para tetamu yang hadir di acara peluncuran 3 buku prosa budaya di Perpustakaan Nasional Indonesia

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Elang Biru on stage
Presentasi buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Sesi obrolan Kirana Kejora dan ketiga PIC dari Elang Merah (Mia), Elang Biru (Widya) dan Elang Putih (Sridaningsih)
Obrolan santai tapi serius yang mengorek cerita perjalanan lahirnya masing-masing buku

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Serunya menyanyikan lagu Yamko Rambe Yamko

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Beragam esensi dari beberapa tulisan yang hadir di buku antologi “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Beragam esensi dari beberapa tulisan yang hadir di buku antologi “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”

Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Saya bersama beberapa teman panitia dari tim Elang Merah

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

62 thoughts on “Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”

  1. Bravo! Mbak Annie ini salah satu bloger kalau nge-review buku, hmmmmm gak boleh ditinggalkan begitu saja! Lengkap pakai banget apalagi diksinya yang bikin aku semangat untuk belajar.

    Baca tulisan, lalu mulai mikir kira-kira itu apa artinya, buka google deh daaaaaaan Aha! Jiwa pembelajarku bergentayangan kalau lagi baca tulisan Mbak Annie

    Reply
    • Makasih banyak untuk complimentnya Julia. Semoga tulisan ini membawa berkah dan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

  2. senangnyaaaa….

    terbit lagi satu buku antologi, selamat yaaaa….

    Tulisan-tulisan Mbak Annie bagus dan lengkap

    tanpa antologi bisa menerbitkan buku sendiri yang isinya postingan Mbak Annie di blog

    Reply
    • Alhamdulillah Mbak. Dengan terus rajin mewujudkan banyak tulisan, semoga semakin mendorong diri sendiri untuk rajin berkarya di dunia literasi.

  3. Dari judul-judul cerpen di buku Antologi beri Aku cerita yang Tak Biasa ini saja, saya sudah dapat banyak kata/istilah baru, dan saya yakin akan mendapatkan lebih banyak lagi pengetahuan baru setelah membaca secara lengkap isinya.

    Acara peluncurannya juga keren, di kemas sedemikian rupa sehingga para penulisnya memiliki kesempatan untuk tampil ke panggung.

    Reply
    • Alhamdulillah Mbak Nanik. Saya merasakan sebuah kebersamaan yang luar biasa saat berada di komunitas ini. Semangat untuk menulis dan menghasilkan karya tulis jadi semakin membara. Semoga bisa menular ke teman-teman lain yang ingin mewujudkan karya tulisnya dalam sebuah buku.

  4. Cerpen mengenai gimana proses melamar gadis Aceh ini menarik ya. Karena sejatinya seorang pemuda akan selalu berusaha memuliakan wanita pilihannya. Jadi, nggak ada yang mustahil. Meski terlihat nggak mungkin untuk mewujudkannya.

    Ah. Bahkan membaca ulasannya saja membuatku baper.

    Reply
    • Bener banget Mbak Yuni. Dari tulisan berjudul MAYAM ini saya jadi belajar soal budaya lamaran di Aceh. Pengetahuan yang sangat berharga.

    • Alhamdulillah. Makasih sekali untuk complimentnya ya. Semoga menginspirasi banyak penulis untuk melahirkan karya yang tematik, unik dan berharga untuk dunia literasi di tanah air.

  5. Luar biasa sekali buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.
    Selain kumpulan dari penulis yang luar biasa, juga membawa kisah yang tak biasa.
    Aku sangat-sangat berharap bisa divisualisasikan dalam bentuk film pendek untuk masing-masing chapter.
    Karena itu adalah bentuk pendekatan budaya bagi generasi alpha.

    Reply
    • MashaAllah. Ide yang apik banget Lendy. Saya sendiri sekarang mencoba membuat novel berlatarbelakang sejarah, tapi tetap dikerjakan menjadi sebuah karya fiksi. Doakan ya.

    • Selalu mendoakan yang terbaik untuk sahabat-sahabat penulis dan blogger, kak Annie agar karyanya bisa dinikmati dengan lebih luas sehingga menginspirasi dan sekaligus memantik ide cemerlang bagi penulis lainnya untuk berkarya juga.

      Bangga banget bisa menjadi bagian dari buku antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.
      Cocok dengan imej kak Annie serta idealisme yang selama ini dituangkan ke blog yang cantik ini.

  6. Pengen baca semuanya itu pasti. Mengintip bocorannya disini udah bikin penasaran.
    Selamat ya Ibu dan semuanya. Kalian keren. Tetap produktif dan selalu menghasilkan karya
    Semoga banyak perempuan lain yang semakin terinspirasi…

    Reply
    • Aamiin YRA. Semoga buku ini bisa menjadi inspirasi banyak penulis untuk mewujudkan tulisan dalam sebuah karya buku.

    • Setuju Teh Okti,
      Menginspirasi siapa saja yang membaca, khususnya untuk sesama perempuan.
      Karena membuat cerita dan menerbitkannya menjadi sebuah buku adalah kerja keras yg luar biasa

  7. Selamat Mba ^^ Sungguh keren banget sih ini. Baca ulasannya jadi makin penasaran dengan keseluruhan isi bukunya. Lebih-lebih ini mengangkat tentang budaya nusantara. Salah satu genre yang saya suka.
    Sekali lagi selamat atas lahirnya karya terbaik ini ^^

    Reply
    • Terimakasih Mbak Cindi. Semoga buku ini bisa mendorong para penulis Indonesia untuk giat berkarya dan mewujudkan tulisannya dalam sebuah buku. Tema budaya sesungguhnya lah tema yang sangat berharga. Apalagi kita memiliki banyak sekali budaya yang patut diangkat dan dituliskan dalam sebuah buku.

  8. Barakallahu Bu Annie untuk antologinya ini.
    Semoga buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa ini, dapat memberikan inspirasi dan suasana baru bagi pembaca.
    Apalagi ditulis oleh para wanita hebat yang dedikasi kepada dunia kepenulisan sangat aktif.

    Reply
  9. Selamat Mba Annie sudah terbit lagi antologi budaya Beri Aku Cerita yang Tak Biasa. Nggak mudah memang menuliskan cerita yang berbalut budaya. Cerpen-cerpen karya penulis lain juga sangat menarik kalau baca judulnya. Yang familiar di saya sih Bancakan Mba Annie. Mudah-mudahan bukunya laris manis ya

    Reply
    • Aamiin YRA. Betul banget Lia. Gak mudah untuk mengurai sisi budaya sebagai materi tulisan. Tapi alhamdulillah, yang tadinya terasa berat akhirnya bisa hadir juga. Semoga bisa menginspirasi banyak penulis untuk melakukan hal yang sama

  10. Aaa selamat mba Annie, keren banget deh, launching antologinya juga langsung di Perpusnas ya. Setelah baca review singkat di atas terkait buku antologinya, saya jadi penasaran mau baca langsung. Apalagi temanya beri aku cerita yang tak biasa.

    Reply
    • Alhamdulillah. Terimakasih banyak untuk compliment. Semoga saya semakin semangat untuk ikut serta dalam buku-buku antologi lainnya.

  11. Buku dan acara yang cetar! Selamat Mbak Annie, dari judulnya saja sudah dalam maknanya ‘Beri Aku Cerita yang Tak Biasa’..terus baca deretan penulis dan intip sedikit beberapa kisahnya, wah, asli proyek keren ini. Kalian hebat!
    Apalagi, Mba Annie nulis soal Puta Dino, yang sudah pernah dikenalkan di blognya, pas banget terasa nulis dari hati mengingat memahami banyak tentang budaya terutama wastra Nusantara. Sukses untuk buku dan karya-karya selanjutnya ya!

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga suatu saat saya bisa satu buku dengan Mbak Dian. Melahirkan karya literasi yang akan dikenang sepanjang masa.

  12. barokAllah mbaaaa😆💯
    aku ngikutin bangettt IG storynya iidn da n mb Widyanti
    merindiiinggg bgt
    semangatnya menguaarrr kerasa bgt positive vibes nyaaaa

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga di hari mendatang akan banyak buku-buku budaya lainnya yang lahir ke dunia literasi tanah air.

    • InshaAllah Mbak Maria. Jika berada di tempat yang kaya akan kegiatan seni, kita juga jadi terdorong untuk tetap berkarya. Semoga Allah SWT mengijinkan dan mengabulkan permohonan saya.

  13. Aku jatuh cinta sama rangkaian diksinya Mba Annie. Sukses buat betah. Termasuk mengajak belajar merangkai kalimat manis yang enak sekali kalau di read a loud.

    Buku dari Elang Biru ini sungguh dalam sekali maknanya. Kapan hari aku sempat juga dapat kesempatan untuk mengenalkannya lewat salah satu blogpost-ku, Mba.

    Senang dengan kelahiran buku ini. Mengenalkan betapa kayanya budaya di tanah air kita tercinta. Kaya.

    Mba, teruslah berkarya.

    Reply
    • Terimakasih banyak untuk complimentnya Kak Acha. InshaAllah masih terus belajar menjadi penulis yang lebih baik dari hari ke hari.

      Betul banget. Buku ini menunjukkan bagaimana budaya tanah air itu begitu kaya dan beragam. 27 tulisan menampilkan bahasan budaya yang berbeda-beda. Takjub saat bacanya.

      Aamiin YRA. InshaAllah akan terus berkarya dan menulis hingga akhir hayat. Semoga Allah SWT ijinkan.

  14. Elang Biru, Elang, Putih, Elang Merah. Pikiranku otomatis terbang ke perguruan silat. Hehehe….
    Selamat atau launching antologinya, Mbak. Apresiasi khusus dariku untuk orang-orang yang sering bepergian ke banyak tempat dan mau menuliskannya. Karena banyak orang sepertiku yang terkendala untuk pergi ke mana-mana :))

    Reply
    • Hahahaha iya ya. Penamaannya seperti perguruan dengan satu guru yang sama hahahaha. Terimakasih untuk complimentnya Mbak Retno. Kadang juga meski sudah bepergian, waktu menuliskannya bisa diundur-undur. Bisa sampe bulanan juga itu.

  15. Beruntung sekali bisa bersama ornag-ornag yang memiliki komitmen dalam dunia literasi. Apalagi dibimbing langsung sama Kak Kirana Kejora, sebuah kesempatan emas ini. Terus bareng Kak Widya juga, ahh…mantab sekali ini, menulis sekaligus mendapat ilmu ini

    Reply
    • Alhamdulillah. Semua yang terlibat mendapatkan kenang-kenangan yang tidak akan terlupakan.

  16. Suka banget saya kalo lihat wanita2 hebat seperti kak Annie Nugraha ini. Dengan perkumpulan penulis di Elang Nuswantara, semakin membangkitkan literasi di Indonesia. Salut dengan penulis2nya, karya hebatnya mudah2an bisa bermanfaat untuk sesama.

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga komunitas Elang Nuswantara dan IIDN (Ibu Ibu Doyan Nulis) semakin produktif melahirkan buku yang menginspirasi

  17. Aku suka dengan judulnya. Beri Aku Cerita yang Tak Biasa. Yakin nih pasti ceritanya keren-keren. Anyway, Congrats ya, Kak.

    Reply
  18. Keren sekali mammi annie…
    Jadi penulis itu suatu kebanggaan kalo larya kita terus melahirkan karya yang manfaat bagi banyak orang. Ikut seneng bacanya saat buku-buku antologinya diluncurkan resmi di Jakarta..

    Di Auditorium Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang pastinya menambah prestisi buju keren ini…
    Selamat untuk semua pasukan alias anggota elang biru..
    Sudah cantik-cantik keren-keren pula barisan penulis perempuan ini 😍

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga buku antologi ini membawa manfaat bagi publik dan perkembangan dunia literasi tanah air.

      Bener banget Reza. Bisa launching di Perpustakaan Nasional adalah suatu kebanggaan dan catatan sejarah pribadi yang tak akan terlupakan sepanjang hayat.

  19. Udah punya salah satu bukunya. Suka sama tulisan2nya memberikan wawasan dan informasi baru khususnya tentang budaya di Indonesia yang beragam. jadi di 2023 ini ada proyek buku apa lagi mbak? :D

    Reply
  20. Benar sekali mbak Anie
    Buku antologi ini memang memberikan cerita yang tidak biasa
    Sangat enak menikmati semua cerita yang ada di buku ini, sambil menyelami beragam budaya yang ada di nusantara

    Reply
  21. Masyallaah, kereen…
    Lihat ibu/perempuan naik panggung gitu saya suka merinding dan sering terharu dan ikut bangga.
    Selamat bu Annie, nambah lagi koleksi buku antologinya, ya.
    Semoga suatu saat, nama saya jadi salah satu penulis di satu buku. Aaamiin…
    Harus banyak belajar dari sosok Bu Annie yang selalu produktif. Keren, ah!

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga buku ini menginspirasi banyak orang untuk konsisten terlibat di dunia literasi.
      Pondok Antologi Penulis Indonesia menerima teman-teman blogger yang mau ikutan dalam buku antologi. Boleh hubungi saya langsung untuk koordinasi ya.

  22. Wow….takjub, keren banget nih kak Annie dalam berkarya. Memang untuk membuat sebuah buku antologi dibutuhkan semangat dan konsistensi. Nah ke-2nya ini belum aku miliki kak, Baru keinginan saja. Btw untuk membuat buku ini berapalama waktunya kak? ada kendala gak sih, tiba-tiba mood hilang. Tipsnya dong kak biar konsisten menulis

    Reply
    • Bener Kak Dennise. Menerbitkan buku butuh konsentrasi, konsistensi dan keinginan kuat untuk bekerjasama dalam menerbitkan buku. Dan karena melibatkan banyak orang, buku antologi butuh komitmen yang kuat satu sama lain.

      Antologi dalam prosesnya, biasanya butuh waktu 3-4 bulan. Ada koordinasi yang melekat di sana. Termasuk diantaranya, seringnya, ada yang terpaksa ngulur waktu menyerahkan naskah. Kalau proses di penerbit sih biasanya cukup cepat. Kuncinya adalah komitmen Kak Dennise. Jika punya komitmen yang kuat, inshaAllah semua akan berjalan lancar.

  23. Selamat yaa, Mba Annie atas terbitnya buku antologi beri aku cerita yang tak biasa ini
    Salut sama Mba yang selalu produktif, aktif menulis di blog, jalan-jalan dan masih pula menerbitkan buku. Mba Annie keren!

    Reply
    • Makasih untuk complimentnya Mbak Ira. Semoga buku ini membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya

  24. Wihh keren ya IIDN menggunakan para ibu-ibu doyan nulis untuk menghasilkan sebuah karya buku yang pasti sangat menarik untuk dibaca apalagi akan dimasukkan ke perpustakaan. Semoga tulisan mbak Annie dalam antaloginya bisa bermanfaat bagi banyak orang yang membaca yaa☺️☺️

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga kedepannya IIDN bisa kembali melahirkan buku-buku yang berkualitas dan sarat makna.

  25. Pasti menyenangkan ya membaca buku ini, bisa mempelajari banyak budaya di Indonesia hanya dalam satu buku saja.
    Apalagi bisa bertemu dengan sesama penulisnya saat acara peluncuran bukunya

    Reply
    • Banget Mbak Nanik. Menjadi bagian dari buku ini adalah salah satu pencapaian yang sangat saya idamkan. Semoga kedepannya, bersama IIDN, bisa menerbitkan buku antologi yang lain.

  26. Saya suka banget baca review budaya nusantara dan ketemu buku ini pasti menulis dari sisi yang berbeda. Keren banget Bu Annie bisa jadi bagian dari buku ini . Tetap semangat berkarya dan menulis ya bu ditunggu tulisan terbaik lainnya.

    Reply

Leave a Comment