3 weeks ago
Makan Enak di Warnas Etek Pontianak

Pernah gak punya pengalaman makan di sebuah warnas (warung nasi) dengan menu serba rumahan hingga meninggalkan kesan yang begitu membekas?

Kalau saya sih pernah. Gak cuma sekali malah. Tapi kalau tentang warnas yang jauh dari rumah sampai beribu kilometer jaraknya dan meninggalkan kesan tak terlupakan, saya bisa cerita tentang Warnas Etek yang ada di kota Pontianak.

Nemu sendiri? Enggak. Saya singgah ke Warnas Etek atas referensi seorang teman blogger yang memang tinggal di Pontianak. Dia juga yang menemani saya berkelana dan menjelajah Pontianak dan sekitarnya hingga mengginjakkan kaki di Singkawang. Salah satu kota kecil yang ditempuh dalam 4-5 jam perjalanan darat dari Pontianak.

Makan Enak di Warnas Etek Pontianak
Ramesan rendang, bakwan goreng, dan gulai jengkol ala Warnas Etek di piring Rizky

Warnas Etek ini jika saya amati berada di tengah-tengah perumahan yang cukup sibuk. Jalan di depannya hanya ada 2 lajur dan sibuk banget. Pokoknya sepanjang saya makan di ruangan depan, suara motor meraung-raung dan pedal gas serta rem mobil itu masih sering terdengar.

“Nanti kalau saya susah cari parkir, Ibu masuk aja duluan ya,” begitu pesan Rizky, sahabat blogger ini, saat kendaraan kami sudah mendekati lokasi Warnas Etek.

“Susah parkir ya Ky?” tanya saya penasaran. Pertanyaan ini kemudian dijawab dengan uraian tentang posisi warnas yang persis di pinggir jalan dan tidak punya space khusus untuk parkir mobil.

Tapi ternyata situasi telah berubah. Warnas Etek sudah menyewa atau bahkan mungkin sudah membeli lahan kosong yang berada di seberang jalan. Lahan seluas sekitar 250m2 itu disediakan khusus untuk tamu mereka. Meski belakangan saya lihat masih banyak kendaraan yang terpaksa parkir di bahu jalan, setidaknya ada sekitar 5-6 unit mobil bisa masuk di dalam lahan.

Aman menyeberang, saya kemudian menemukan Warnas Etek sudah padat merayap. Ada antrian mengular yang sebagian besar adalah mereka yang ingin membungkus atau beberapa ojek on-line yang melayani pengambilan pesanan makanan. Situasi pun terlihat semriweh. Ada tim khusus yang melayani pengambilan makanan lalu membungkus. Ada beberapa orang yang melayani tamu makan di tempat. Lalu 2 orang lelaki yang mengontrol stok sajian (nasi dan lauk-pauknya). Tapi hanya ada seorang petugas yang jadi kasir. Kebayang kan di mana titik sesungguhnya situasi pelayanan jadi melambat dan orang-orang menumpuk?

Saya sempat tertahan tanpa bisa melakukan apa pun. Barisan yang saya kira tadinya adalah antrian, ternyata bukan. Orang-orang di belakang saya sibuk dan bebas memesan lalu mendapatkan pelayanan. Tanpa memperdulikan saya yang mendadak merasa tidak berada di negeri sendiri.

Tapi akhirnya ada seorang mas-mas ganteng yang tersenyum ke arah saya sembari bertanya dengan nada ramah, “Makan di sini Bu?” Saya mengangguk tanpa suara. Masih kemerungsung pada diri sendiri, akhirnya saya hanya menunjuk lauk yang saya mau kemudian duduk setelah apa yang saya inginkan sudah berwujud di dalam piring. Ada kepala ikan tongkol yang sudah dibakar tapi tetap dikasih kuah gulai, sambal kentang dan udang (yang pedesnya nauzubillah), dengan nasi seporsi penuh.

Serangkaian hidangan yang sungguh mengintimidasi. Secara. Dengan porsi yang segitu hebohnya hakul yakin gak mampu saya habiskan. Ya salaaammm. Harusnya mesan 1/2 porsi aja yak.

Rizky kemudian datang dan ngobrol dengan salah seorang petugas. Pesanan bapak beranak satu ini lumayan menarik. Ayam gulai, rendang yang juga digulai, bakwan sayur, dan sepiring sayur daun pepaya yang lembut, tidak pahit, mudah dikunyah, dan enak maksimal.

Saya menunggu Rizky menuntaskan pesanan minuman dingin kami berdua baru setelah itu makan bareng. Tak lama seorang petugas mengantarkan semangkok sambal tomat. Tadinya saya pengen nyoba tapi nawaitu menghabiskan apa yang sudah saya pesan, menahan diri saya untuk tidak nyendok sambal ini.

Sebagai anak Sumatera yang sedari kecil bersentuhan dengan kuliner serba ikan, gulai kepala ikannya bikin nagih. Awalnya saya agak underestimate dengan ikan tongkol ini karena memang hampir tak pernah makan ikan jenis ini. Daging ikannya terlalu berserat buat saya. Tapi ternyata Warnas Etek berhasil mengolah dagingnya jadi begitu lembut dengan bumbu yang sangat meresap hingga ke tulang. Jadi saya nyaris tak berhenti nyoel agar daging di setiap selipan dan sisinya saya habiskan total.

Lauk/sambal kentang dicampur udang dan petenya juga yahud. Terasa fresh meski buat saya kepedasan. Saya sibuk menghembuskan nafas berkali-kali karena lidah terasa terbakar. Bukan tak enak tapi sungguh tingkat kepedasannya bikin hidung saya meler dan segelas penuh es teh tawar amblas tak bersisa.

Tadi sebelum mulai makan, saya sempat tergoda banget dengan gulai “daging kancing” yang dipilih Rizky. Kuah gulainya terlihat begitu menyelimuti lauknya dengan sempurna. Saya mengambil satu dan ya ampun enaknya tak terkatakan. Mendadak saya menyesal dan tergoda untuk memesan gulai jengkol ini. Tapi manalah mungkin mampu saya habiskan kan?

Sebenarnya semua gulai yang ada tuh sama semua kuahnya. Cuma beda di lauk/jenis proteinnya saja. Di kuah gulai inilah sesungguhnya kekuatan dari sekian hidangan yang saya dan Rizky nikmati.

Tadi, di kotak kaca yang membatasi antara area makan dan pelayanan, ada banyak pilihan lauk lainnya yang diolah dengan bumbu lain atau sekedar dibakar. Ayam, jenis ikan yang lain, tahu, tempe, aneka sayuran, gorengan, dan lain-lain. Sistemnya langsung pesan di tempat bukan ala hidangan seperti yang bisa kita dapatkan saat bersantap di warung padang.

Makan Enak di Warnas Etek Pontianak
Gulai kepala tongkol yang saya nikmati hari itu di Warnas Etek Pontianak. Kepala ikannya terlihat sempat dibakar dulu sebelum akhirnya digabungkan dengan kuah gulai yang begitu kaya rasa dan berlimpah rempah
Makan Enak di Warnas Etek Pontianak
Piring nasi saya dengan sambal kentang, udang, dan pete. Pedasnya nampol di lidah.

Saya menutup serangkaian acara makan enak di Warnas Etek ini dengan memesan segelas penuh Teh Botol dingin (pakai es). Lidah saya masih terasa terbakar oleh sambal hingga bermenit-menit kemudian.

Melihat saya yang terus meniup-niupkan udara sembari memonyongkkan bibir, Rizky terlihat senyum-senyum penuh arti. Saya menanggapinya dengan tertawa dan sebuah pengakuan bahwa sejatinya saya tuh sama sekali tak kuat dengan masakan pedas. Jika pun ingin menyelipkan sambal diantara lauk, saya hanya mengambil sedikit dan menaruh kecap manis untuk meredam pedasnya. Tapi melihat lauk potongan kentang, udang, dan pete tadi visualnya begitu menggoda, saya tak tahan untuk memesan seporsi.

Yang pasti tak ada satu pun pilihan asupan saya dan Rizky yang gagal rasa. Semua menggugah selera dengan rasa dan bumbu yang tak mengecewakan sama sekali. Nasinya pun dimasak dengan kematangan yang pas dan mudah dikunyah. Tidak kelembutan tapi juga tidak terlalu pera (keras). Jadi jika kita tuangkan kuah gulai itu ke seluruh nasi sekalipun, nikmatnya hidangan tetap akan (sangat) memanjakan rasa.

Warnas Etek di Pontianak ini sepertinya punya banyak pelanggan. Hingga saya hendak beranjak pulang, pembelinya masih terus berdatangan.

Setelah beberapa jenak mengamati keseluruhan warung yang ternyata di sisi belakang ada ruang makan yang cukup besar, saya jadi paham mengapa publik lebih memilih membungkus daripada makan di tempat. Yang cukup representatif untuk duduk, menunggu, dan makan, dengan cahaya yang cukup, ya adalah di area di mana saya bersantap itu. Meski sesungguhnya hanya beberapa langkah dari area pelayanan yang sibuk, setidaknya saya tidak makan dalam kondisi gelap-gelapan. Atau setidaknya lebih terang dari sisi belakang.

Ada beberapa masukan yang ingin saya sampaikan untuk Warnas Etek.

Pertama adalah tentang seragam petugas. Menurut saya ini penting. Beberapa kali mendatangi rumah makan, meski sederhana sekalipun, sang pemilik tempat mewajibkan para pegawai untuk mengenakan seragam. Bukan hanya sudut estetika serta kerapihannya, tapi juga tentang branding dan “wajah” tempat yang kita kunjungi. Saya sendiri menjadi orang yang cukup “terjebak” dengan tidak adanya seragam ini. Saya tidak mengenali dan membedakan mana petugas dan mana tamu.

Kedua adalah tentang penerangan ruangan. Penghematan memang perlu dilakukan saat ongkos operasional terus menerus naik. Tapi layaknya sebuah rumah makan, penerangan adalah salah satu esensi penting. Warnas Etek sudah “membiarkan” sisi depan warung tanpa dinding pembatas. Harapannya adalah tidak ada hal yang menghalangi agar cahaya matahari bisa masuk dengan sempurna. Tapi mereka lupa bahwa matahari tidak selalu hadir tiap hari. Khususnya untuk beberapa sisi ruangan yang jaraknya jauh dari pintu masuk.

Ketiga dan yang paling penting adalah soal kebersihan. Seenak apapun masakan yang dihidangkan, sepopuler apapun tempat tersebut, atau secepat atau seberagam apapun layanan yang diberikan, KEBERSIHAN tetap menduduki peringkat teratas. Saya rasa semua pasti setuju. Apalagi jika berada di pihak pelanggan. Panjang jika ingin membahas masalah yang satu ini. Tapi saya yakin tidak ada seorangpun yang tidak paham akan betapa pentingnnya urusan kebersihan untuk sebuah layanan dan atau jasa usaha kuliner.

Dari kesemua cerita yang kemudian saya rangkum ala saya sendiri, saya jadi paham mengapa banyak konsumen lebih memilih membungkus ketimbang makan di tempat. Dan ini tentunya menjadi selling point dari Warnas Etek Pontianak.

Ingin makan enak ala masakan rumahan di Pontianak? Kuy lah datang ke Warnas Etek yang berada di kawasan Sungai Jawi. Pastikan datang tidak di jam-jam sibuk ya. Biar gak lelah ngantri.

Makan Enak di Warnas Etek Pontianak
Tampak depan Warnas Etek Pontianak yang saya foto dari seberang jalan

20 Comments Leave a Reply

    • Apalagi kalau masaknya dengan kuah santan yang kental ya. Nasi bisa nambah-nambah tuh.

  1. Saya baru tahu singkatan warnas ini, Mbak yang ternyata Warung Nasi hehehe. Tapi memang dari foto saja, ituj menunya sudah sangat mengugah selera makan, Mbak. termasuk semur jengkolnya hehehe. Terus piring keramiknya bagus.

    • Jengkol dengan kuah santan kental seperti itu tuh memang penuh godaan Mas. Nasi bisa nambah-nambah terus pastinya hahahaha.

  2. Selalu membuat mata terbelalak terpesona oleh indahnya fotografi Mbak Annie Nugraha. Sukses selalu mbak dalam membuat dunia maya semakin positif dengan konten-konten memukai Mbak Annie yang tiba-tiba udah di Pontianak aja.

  3. Ikan asam pedasnyo keliatan fresh nian, pasti nendang di lidah! Ditambah suasana di Warnas Etek juga keliatan nyaman, pas buat santai-santai sambil ngobrol seru. Ku lihat yuk Annie sering bolak-balik Ponti.

  4. Mbak Annie posting yang bikin mulut mupeng nih 🤩, gulai jengkol lagi aaihh ngeces deh. Kalau makan lauk itu pakai tangan mertua jalan lewat belakang gak kelihatan tuh wkwkwkw

    • Saya juga ngiler berat lihat gulai jengkol yang diambil teman saya. Sayangnya yang sudah di piring sendiri dah banyak banget. Itu pun setengah mati ngabisinnya hahahaha.

  5. penasaran dengan gulai kepala tongkolnya

    selama ini cuma nyobain daging ikan tongkol dan gak tau kepalanya juga bisa dibikin masakan

    Daaannnnn jengkol , serta petainya menggoda banget :D

    • Saya juga baru kali itu makan lauk kepala tongkol hahahaha. Masih kalah dengan kepala kakap atau kepala ikan mas dan rahang tuna menurut saya.

  6. Kok pas dituliskan oleh Bu Annie bahwa menu makanannya gak ada yang gagal rasa, jadilah makin membuat saya mupeng. Apalagi ada gulainya, dari gulai ikan sama gulai jengkol pula ya wah wah. Meski kayaknya gak kuku sih sama sambalnya yang pedas hehe.

    • Kita tuh terbiasa banget makan lauk bersantan ya. Apalagi jika dilengkapi dengan bumbu yang gak pelit. Maksimal rasanya.

  7. Saya sering secara seringnya juga kalau makannya kan di warung nasi, bukan sekelas restaurant, hehehe…
    Kebetulan warna nya menyajikan menu rumahan semua
    Jadi langganan dan ketagiygjtu deh kalau kebetulan gak masak

    • Solutif banget ya Teh kalau jajan di warnas itu. Apalagi kek cewek “banci dapur” seperti saya hahahaha. Tinggal beli dan pasti disukai orang rumah. Praktis.

  8. Setuju. Rumah makan tuh memang harus identik dengan kebersihan. Karena ada beragam orang yang mungkin mampir ke sana. Banyak orang yang seleranya bergantung juga pada tempat yang bersih.

  9. Wah..ini sungguh menggoda menu Warnas Etek Pontianak ya..
    Setuju dengan Mba Annie, harusnya karyawan warung tuh berseragam, pakai kaos samaan gitu, atau pakai atribut tertentu. Biar pembeli enggak rancu, yang mana pelayan yang mana tamu. Terus masalah kebersihan, sayang banget sudah mantap rasanya, tapi kebersihan kurang terjaga…mending bungkus saja

    • Apalagi pas warung dalam suasana huru-hara ya Mbak. Buat orang yang baru pertama kali datang, pastinya bingung mau mencari petugas. Urusan kebersihan menurut saya HUKUMNYA WAJIB. Makanya saya menduga banyak yang membungkus karena faktor ini.

  10. Seperti rumah makan padang ya mbak, kalai liat penampilan kedainya, jenis masakannya, sama nama ‘Etek’. Etek itu bahasa Padang artinya om atau paklik dalam bahasa Jawa hehe. Aku mendadak ngeces liat kancing levisnya mba. Gede banget, pasti legit wkwkw

  11. Kebersihan tempat makan memang penting, karena ini juga jadi faktor tamu berdatangan. Btw, ada semur jengkol/gulai jengkolnya enak tuh di Warnas Etek , makanan favorite forever.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.

Don't Miss

Mengecap Lezatnya Sop dan Bubur Ikan di Resto Ahian Pontianak

Mengecap Lezatnya Sop dan Bubur Ikan di Resto Ahian Pontianak

Anda penggemar sajian ikan dan ingin mengecap lezatnya olahan salah satu sumber
Menikmati Es Krim Angi yang Tersohor di Kota Pontianak

Menikmati Es Krim Angi yang Tersohor di Kota Pontianak

Saat pertama kali dijemput oleh Rizky, blogger Pontianak, yang menemani saya jalan-jalan