Today: Dec 04, 2024

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu
1 year ago

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Daniel menjemput saya di hotel Mercure tepat pukul 08:00 wib sesuai janji. Sejujurnya badan masih terasa lelah karena penerbangan yang sempat delayed berjam-jam sehari sebelumnya dan udara panas yang terasa menguras tubuh selama dalam perjalanan.

Drowning gitu loh. Seandainya ada timbangan tubuh, sepertinya berat badan saya mungkin sudah turun setidaknya 1kg karena keringat berlebihan (lebay).

Tapi mengingat bahwa saya akan mengunjungi salah satu cagar budaya bersejarah milik provinsi Bengkulu, semangat untuk menjelajah mengalahkan semua keengganan tersebut di atas. Kaki langsung terasa ringan karena membayangkan akan mengunjungi beberapa destinasi wisata di salah satu kota kecil yang dulu pernah saya kunjungi saat balita, lebih dari 50 tahun yang lalu.

Saya bergegas dan memutuskan untuk berdiskusi sembari berkenalan lebih jauh dengan Daniel. Kami akhirnya mampir di warung kopi yang tak jauh dari hotel. Ngobrol banyak sembari ngopi tentang agenda atau rute wisata yang akan saya jalani dalam dua hari kedepan. Keakraban kami langsung terbangun yang saya yakin tercetus dari panjangnya repetan (baca: keceriwisan) saya yang memang bak burung nuri yang puas makan kroto. Salah satu pakan burung yang kabarnya bisa membuat si pemakan jadi rajin berkicau.

Baiklah. Sesuai dengan kesepakatan, tempat pertama yang akan saya hampiri adalah Benteng (Fort) Marlborough yang letaknya tak jauh dari hotel atau hanya sekitar 10 sampai 15 menit berkendara.

Baca Juga : Dua Malam Bertandang di Hotel Mercure Bengkulu

Benteng Marlborough dengan Rangkaian Sejarah yang Menyertainya

Saya tiba di area parkiran benteng Marlborough tanpa kesulitan apapun. Selain mobil Daniel, di sana sudah terparkir banyak sekali mobil berplat BG. Wah rombongan dari Palembang ini sih. Mendadak saya merasa pulang kampung karena setelah itu saya mendengarkan bahasa tempat kelahiran saya tersebut bergema di sepanjang saya melangkah.

Di lahan parkir ini tampak berderet pedagang minuman dan makanan kecil yang sungguh menggoda. Terutama beragam minuman dingin yang tampak solutif untuk cuaca panas di hari itu. Menjaga keteraturan lahan di bagian depan benteng, para pedagang ini hanya diperkenankan berada di area parkir luar saja. Good idea. Supaya lahan benteng tidak kotor pastinya.

Saya melangkah ke sebuah jalan terbuka yang sedikit menanjak.

Saya mengikuti sebuah antrian kecil saat membayar tiket masuk senilai Rp5.000,00/orang. Sebelum mencapai si penjaga meja tiket, saya melewati sebuah halaman luas yang sangat tertata. Di satu sisi ada monumen yang cukup besar yang menyatakan bahwa Benteng Marlborough menjadi satu situs berharga yang diurus oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Ada juga tempat duduk permanen yang terbuat dari semen dan berada di bawah sebuah pohon yang besar. Nyaman sekali untuk berteduh.

Di area depan ini juga ada sebuah jembatan kayu dengan pinggiran besi dan sebuah galian/galangan air berukuran lebar yang dalam benak saya dulunya adalah sebuah parit yang cukup dalam dan menjadi perantara antara ujung jembatan dengan pintu gerbang besar benteng yang terlihat sangat tebal dan kokoh.

Saya terpaku pada pujian yang tak terwakilkan oleh kata-kata. Kemegahan dan keindahan benteng bahkan sudah bisa saya rasakan di bagian luar ini.

Menurut ceritanya, jembatan kayu ini dulu bisa diangkat. Satu kondisi yang memang biasa terjadi atau ada serta sengaja dibangun di sebuah benteng pertahanan. Kegunaan tentu saja agar kedatangan musuh dapat dihalau atau dihambat. Pernah kan melihat hal serupa pada serial film/drama kolosal Eropa?

Pintu gerbangnya pun kokoh luar biasa. Susunan kayu tebal terpasung diantara dinding tebal yang mengiringi jalan masuk. Di sisi kiri setelah gerbang masuk ada sebuah prasasti tinggi besar terbuat dari batu hitam yang penuh dengan ukiran. Warnanya pekat gelap seirama dengan batu pijakan di pintu masuk tersebut. Konsep penjagaan maksimal sangat begitu terasa saat saya menginjakkan kaki di area ini. Begitupun dengan prasasti yang diletakkan di sini. Kesan bahwa fungsi maksimal dari sebuah benteng sebagai alat pertahanan menerbitkan kekaguman yang tak hilang di benak saya hingga saat ini.

Baca Juga : Menyesap Merdunya Deburan Ombak di Pantai Sungai Suci Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Melangkah masuk, netra langsung dihidangkan dengan sebuah lahan luas yang terjaga oleh berbagai dinding tebal. Dari tempat saya berdiri, di sisi kanan dan kiri adalah dua buah bangunan besar dengan beberapa ruangan yang ada di dalamnya. Kedua tampak saling bersambung dengan dinding yang menurut catatannya setebal 1.8m. Ada ruang tahanan, gudang senjata, kantor, dan jalan tembus menuju beberapa titik penting yang ada di luar benteng. Dari berbagai referensi dan atau tulisan tentang Benteng Marlborough saya juga sempat membaca bahwa benteng ini dulu pernah dijadikan tempat tinggal bagi para pejabat Inggris yang sedang bertugas di Bengkulu. Tentu saja dengan perhitungan bahwa, dalam kondisi huru-hara dan proses pendudukan (baca: penjajahan) para pejabat ini tentunya lebih aman tinggal di benteng yang terjaga ketimbang di rumah-rumah.

Saya menyempatkan diri masuk ke gedung di bagian kanan. Di sini saya menemukan beberapa frame acrilic yang cukup besar. Frame ini berisikan informasi sejarah benteng dalam beberapa fase. Mulai dari pembangunan hingga akhirnya menjadi cagar budaya wisata Bengkulu. Saya kemudian bertemu dengan satu sudut yang menceritakan tentang keberadaan Bung Karno saat beliau diasingkan ke Bengkulu pada periode 1938 hingga 1942. Bahkan di ruangan ini dibuatkan patung beliau yang sedang berbincang dengan seseorang dengan sebuah meja kerja di dekat mereka. Saya melihat sudut ini sebagai sebuah memori bahwa meskipun saat itu Bung Karno diasingkan, beliau tetap bergerilya menanamkan keyakinannya akan perjuangan rakyat Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan, hak konstitusi yang sempat direnggut oleh rangkaian penjajah. Termasuk Inggris yang sempat menduduki negara kita selama kurang lebih 4-5tahun.

Saya merinding membayangkan hal tersebut. Hingga akhirnya memutuskan untuk tidak menyusur ruang berkelok-kelok di bawah tanah, yang mengantarkan pengunjung untuk melihat beberapa ruangan tahanan bersama para pengunjung lainnya.

Saya memutuskan untuk melangkah keluar bangunan dan kembali menikmati udara luar ruang.

Di tengah seluruh bangunan benteng yang bentuknya mirip fisik kura-kura ini, ada sebuah halaman luas dengan rumput gajah, beberapa tempat duduk semen, meriam yang sudah dicat hitam legam, dan bangunan-bangunan lainnya. Terlihat juga beberapa anak tangga yang memungkinkan kita untuk melihat situasi di luar benteng. Saya sempat menaiki dua diantaranya. Salah satunya adalah yang menghadap ke Samudera Hindia Belanda dengan Pantai Tapak Padri yang menghubungkan benteng dengan samudera. Di sini terpasang sebuah meriam besar berwarna hitam yang tentunya berfungsi sebagai alat perang. Sudut benteng dengan lahan menjorok yang disebut sebagai bastion ini biasanya memang diisi atau dipenuhi oleh senjata perang atau setidaknya alat pertahanan dari serangan musuh.

Ada satu lagi bastion dengan bentuk yang lebih lebar dan luas. Posisinya persis di atas pintu masuk yang saya lewati tadi. Saya mendadak membayangkan situasi saat musuh datang dari arah berlawanan (sisi daratan). Dengan tebal dinding luar sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 8.65 meter, arti harafiah benteng benar-benar dapat kita rasakan dan buktikan di sisi ini.

Dengan total luas area 44.000 m2, Benteng Marlborough tercatat sebagai benteng terbesar yang dibangun oleh Inggris di asia tenggara. Masa pembangunannya juga tidak sebentar, 1714 hingga 1719. Saya juga membaca bahwa sesungguh benteng ini dibangun oleh East India Company (EIC), kongsi dagang Inggris di Asia Tenggara pada masa kepemimpinan gubernur Joseph Collet. Penamaannya sendiri diilhami oleh seorang jendral Inggris yang sangat terkenal yaitu John Churcill, yang dijuluki sebagai The First Duke of Marlborough, yang hidup di awal abad ke-17.

Adakah hubungannya dengan salah satu produk rokok, Marlboro, dari jenama Philip Morris? Nah kurang tahu kalau itu.

Yang pasti, dalam catatan sejarah, Benteng Marlborough sempat dibakar oleh penduduk pada saat peralihan kolonisasi Inggris ke pendudukan Hindia Belanda yang mencoba kembali menguasai tanah air, hingga kemudian berpindah ke tangan Jepang yang melanjutkan penguasaan tersebut. “Saudara” dari timur jauh ini kemudian menduduki Bengkulu yang dikenal dengan nama lainnya yaitu Bencoolen. Jepang di dalam catatan sejarahnya mengambil rempah-rempah, salah satu kekayaan alam Bengkulu, hingga akhirnya mereka kukut-kukut beranjak saat kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di 1945. Jadi Benteng Marlborough adalah warisan dan saksi dari generasi ke generasi, negara ke negara, pendudukan demi pendudukan, atas tanah Bengkulu.

Baca Juga : Berbelanja Oleh Oleh di Cita Rasa Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Terpaku Pada Kekaguman

Di tengah gencarnya sinar mentari yang tampak di siang hari itu, saya duduk di bastion depan lalu menghadap ke arah dalam benteng. Dari visual yang dinikmati saat itu, saya membayangkan sebuah tempat yang rapat dijaga oleh banyak anggota pasukan bersenjata yang siap di berbagai sudut benteng yang berukuran 240 x 170 meter ini. Beberapa bahkan mungkin banyak diantara petugas, baik bangsa asing atau rakyat jelata (yang jaman penjajah sering diperlakukan sebagai budak), sibuk memindahkan berbagai rempah-rempah yang mereka dapatkan dari tanah Bengkulu kemudian disimpan di salah satu tempat/ruangan yang ada di dalam Benteng Marlborough.

Dari berbagai catatan dan atau referensi tentang Bengkulu, saya mencatat bahwa tanah yang dulu merupakan bagian dari Sumatera Selatan ini, kaya akan Lada. Salah satu jenis rempah yang kemudian ingin dikuasai oleh para penjajah. Begitupun yang banyak terjadi di berbagai daerah lain di tanah air. Maluku misalnya. Cengkeh dan pala berkualitas tinggi yang tumbuh subur di sana, menjadi rebutan dari banyak negara, terutama Eropa, yang kemudian mencengkram kekuasaan mereka di Maluku. Spanyol dan Portugis contohnya. Mereka rela berlayar ribuan kilometer hanya untuk mencapai Maluku. Menguasai sekian banyak rempah-rempah untuk dibawa kembali ke tanah air mereka. Nyatanya tidak hanya berdagang, mereka juga sempat membangun benteng-benteng pertahanan sebagai validasi dari kekuasaan mereka.

Perjalanan saya ke Tidore, Maluku Utara, dalam lima kali kesempatan, menyisakan guratan di pikiran yang begitu mencecar saat saya berada di benteng Marlborough. Konsep dan tata bangunan benteng tentunya akan sama. Tapi benteng Marlborough ini jauh lebih besar dan luas ketimbang benteng Torre dan benteng Tahula yang ada di Tidore. Kalau tidak salah hitung, dalam perkiraan ukuran, benteng Marlborough empat bahkan lima kali lipat luasnya ketimbang dua benteng milik Spanyol dan Portugis yang sekarang masih berdiri tegak di Tidore.

Saya benar-benar terpaku pada kekaguman.

Sebuah cagar budaya tentunya menyimpan banyak kenangan. Tak ubahnya bagai sebuah buku lama yang harus tetap dipelihara agar bisa dibaca berulangkali. Masa demi masa. Tahun demi tahun. Untuk ini saya menyampaikan salut dan pujian untuk Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi, yang telah dengan serius menjaga eksistensi benteng Marlborough. Benteng kokoh, megah, dan indah ini sangat terawat, bersih, dan nyaman untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan dari kota Bengkulu.

Kekaguman itu tetap bersarang di hati saat saya keluar dari benteng. Menggenggam sebotol besar air mineral yang dijual oleh pedagang yang terlihat saat saya datang tadi, saya kembali menyempatkan diri berdiri di samping signage besar yang menuliskan identitas dari cagar budaya ini. Dari tempat saya berfoto ini tampak sebuah gerbang megah dengan sentuhan rancang bangun tiongkok. Gerbang yang menyatakan bahwa di sekitar benteng ini adalah kawasan pecinan. Ingin rasanya menjelajah kawasan ini tapi tampaknya jejak-jejaknya sudah tergerus oleh masa. Yang terlihat hanya beberapa bangunan tua berdinding kayu yang kemudian dicat warna-warni sebagai pemikat mata.

Sembari melangkah ke mobil, saya mengucap syukur tak terkira pada Allah Swt dan semesta yang sudah memberikan rezeki dan kesempatan agar saya bisa menginjakkan kaki di benteng Marlborough Bengkulu. Menjadi penyaksi jejak sejarah dan cagar budaya yang memorable tak terbantahkan.

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

Menjelajah Keindahan dan Kemegahan Benteng Marlborough Bengkulu

32 Comments Leave a Reply

  1. Berarti kalau mau mencari lada kualitas bagus bisa ke sana ya Bu, dan sesuatu memang Nusantara kita ini karena kaya akan rempah-rempah sehingga wajar aja jaman dulu banyak bangsa asing yang datang, khususnya ke sana ya.

    • Kita dulu memang kaya akan rempah-rempah. Jadi gak heran banyak negara-negara di Eropa berlomba menguasai tanah air kita.

  2. Sewaktu baca judulnya, auto teringat gua belanda di Dago/Baandung Utara

    setelah baca dan melihar foto-fotonya, wah ini mah terawat

    sementara gua Belanda nampaknya terlantar

    padahal bisa banget jadi destinasi wisata yang bermanfaat ya?

    • Gak terurus malah jadi tempat bersarangnya dedemit yo Mbak. Vibesnya jadi menyeramkan. Padahal mah kalau dirawat, gua Belanda itu cukup menarik untuk dikunjungi.

  3. Benteng Marlborough, walau sudah berusia ratusan tahun, namun masih kokoh berdiri dan memang seharusnya dirawat dengan baik ya, karena merupakan saksi sejarah pendudukan asing di Bengkulu.

    Saya beberapa kali ke Bengkulu malah belum pernah masuk ke area benteng Marlborough ini mbak, cuma lewat saja

    • Bangunan-bangunan dulu yang struktur nya Eropa, memang terkenal kuat ya Mbak Nanik. Apalagi jika menggunakan plester dan bahan-bahan bangunan yang memang sengaja diimpor dari sana. Kalau Mbak Nanik pernah ke Fatahillah, di area Kota, Jakarta Pusat, bisa deh nikmati megahnya bangunan jaman kolonial. Tapi kalau di Fatahillah, VOC yang pertama menguasainya.

      Menurutku sih bagus Mbak benteng Marlborough ini. Kapan kembali ke Bengkulu, kudu masuk Mbak Nanik.

    • Oh kurang lebih ke KoTu ya Bu? Bisa terbayangkan dan kudu semangat nih buat menjaga juga melestarikannya.

      Destinasi yang asik buat dikunjungi.

      Yuk kak Nanik kita otw ke sana, apa barengan kitaahhh wkwkwk

  4. Adakah hubungannya dengan salah satu produk rokok, Marlboro, dari jenama Philip Morris? Nah kurang tahu kalau itu.

    hahahah, aku dari dulu penasaraaaannn bgt ttg ini mba.
    dulu aku pernah main k bengkulu, ya wkt aku kerja di philip morris ntuh 🤓 tapi aku ga sempat main k sini…dan orang2 kantor jg ga ada yg crita soal hikayat benteng termasyhur ini

    • Hahahahaha. Secara kalau dari ucapan keduanya mirip ya Nur.

      Yah sayang banget. Padahal lokasi bentengnya juga di tengah kota itu. Dekat pantai Tapak Paderi yang sering dikunjungi publik saat sunset.

  5. arsitektur belanda (atau VOC?) di Hindia Belanda selalu sama ya. Melihat foto-foto di atas saya teringat benteng sejenis di Makassar, Benteng Rotterdam. Persis sama. “Pagar” tinggi mengelilingi kawasan benteng, lalu mekanisme one-gate, dengan beberapa gedung kantor di dalam benteng tersebut.

    • Kalo benteng Marlborough ini pekerjaannya Inggris Mas. Yang membangun itu namanya East India Company (EIC), kontak/organisasi dagang yang setara dengan VOC milik Belanda. Tapi memang konsep utama bentengnya sama ya Mas. Saya juga sudah lihat yang di kota Makassar. Serupa memang.

  6. Terawat sekali Benteng Marlborough Bengkulu yaa, ka Annie.
    Aku salut.. Meski kesannya “seram”nya masih ada dan pastinya juga menjadi saksi bisu sejarah ((yang bikin merinding)), tapi karena di masa kini telah dilengkapi informasi berupa tulisan, maka jalan-jalan ke Benteng Marlborough Bengkulu bisa sekaligus menjadi ajang mengenal sejarah.

    Sekarang aku baru paham, ka Annie..
    Mengapa tokoh sebesar bung Karno atau Bung Hatta dan banyak penggerak kemerdekaan lainnya yang diasingkan ke wilayah INdonesia tertentu. Karena dengan memenjarakan mereka aja gak cukup yaa.. Kudu membuang sejauh mungkin seperti ini…

    • Betul. Bentengnya bersih dan kelihatan terawat sekali. Saya gak nengokin basement kantong-kantong tahanan. Karena memang rada sensitif dengan tempat-tempat seperti itu. Merinding lah pokoknya hahahaha.

      Habis ini saya mau nulis tentang rumah pembuangan Soekarno di Bengkulu ini. Lagi ngumpulin referensi dulu supaya bisa “berisi” tulisannya.

      BTW, beliau pernah dibuang ke Banda di Indonesia bagian timur. Lebih jauh ketimbang Bengkulu. Di sana tempatnya lebih bikin merinding kalau lihat dari foto-foto dan liputan dari beberapa blogger yang pernah ke sana.

    • Nah, yang ke Banda ini jadi bikin penasaran.

      Btw, ka Annie punya “indera keenam” kah?
      Suamiku juga sensitif kalo ke tempat tempat museum begini, maka jarang banget dan kalo sama anak-anak, suka dipinggirin ke tempat lain yang menurut beliau “lebih” aman.

      Aku gak ada perasaan apa-apa.
      Tapi tetep kudu banyak berdoa yaa, ka Annie.

      Salut sama Benteng Marlborough Bengkulu.
      Yang masih berdiri kokoh. Ini bis ajadi salah satu contoh komposisi bahan untuk bangunan yang kuat nih..

      Oh iya, apakah rempah-rempah zaman dulu yang disukai penjajah itu kualitasnya masih sama seperti rempah-rempah sekarang?
      Penasaran sama ini… hihi, gak apa-apa kalo ka Annie gak jawab. Ini kaya kepikiran teruuss… Sejak kemarin tau hasil hutan dan pegang sendiri, rasanya jadi paham kenapa penjajah sangat menyukai Indonesia.

    • Betul Lendy. Agak repot memang jadi orang sensitif. Gak semua tempat, khususnya, museum dan peninggalan2 sejarah yang bisa saya telusuri. Salah satu tempat yang gagal saya “gapai” adalah Museum Fatahillah. Energinya terlalu kuat di sana. Jadi mending melipir atau melihat dari sisi luar aja.

      Dari beberapa referensi yang saya baca, kualitas rempah2 di jaman dulu jauh lebih bagus. Karena memang disokong dengan kondisi alam yang juga lebih bagus. Udara juga lebih sehat karena minim polusi. Masih belum banyak terpangkas oleh bangunan dan kendaraan bermotor yang sedikit banyak berpengaruh pada kondisi udara.

  7. Wah ternyata dibangun Inggris, kukira tadi Belanda. Untuk kawasan seluas itu, biaya masuknya murah banget! Sayang dulu saat ke Bengkulu beberapa kali cuma antara hotel dan kantor. Gak ada kesempatan sama sekali buat eksplorasi tempat wisata, hiks.

    Pas liat di salah satu foto yang di kejauhan kelihatan laut, keingat benteng Tahula juga. Kebayang kalau Tahula segede Marlborough ini, bakalan wow banget karena dibangun di atas bukit ^^

    Bismillah, nanti ada kesempatan ke Bengkulu sih ya wajib mampir ke sini. Kakak ipar udah ngajakin, mumpung dia masih dinas di Lubuk Linggau. Sekalian ntar nambah-nambahin plat kendaraan BG di area parkir benteng hwhwhw

    • Nah langsung cepat diwujudkan Yan. Selain benteng Marlborough ini, ado beberapo destinasi wisata alam yang bagus di Bengkulu. Aku la nuliske beberapo di blog ini. Yang belum sempat aku explore nian tuh tentang kuliner. Masih harus digali lagi. Tapi mungkin karena kebanyakan dunia kuliner di Bengkulu menyerupai apo yang ado di Palembang, jadi aku sempat kehilangan arah.

  8. Saya sangat suka dengan bangunan bersejarah Mbak. Termasuk benteng. Makanya kalau saya ke suatu kota dan ada benteng, saya pasti mampir. Selain keindahan bangunannya juga sejarahnya.
    Dan benteng Marlborough ini juga bagus dan penuh sejarah. Termasuk episode diasingkan presiden Soekarno di sana. Nah saya penasaran dengan siapa beliau berbincang ya, Mbak? Hehehe.
    Semoga bisa ke sana dan menyaksikan langsung benteng Marlborough secara langsung.

    • Sama Mas. Dan sejarah pun harus ada yang menuliskannya. Dari segi blogger, ulasan kita tentunya dengan sentuhan yang berbeda. Tapi dengan tetap menghadirkan beberapa fakta tentang tempat yang bersangkutan kepada publik.

      Naaahh saya terlewat memotret dan membaca keterangan/informasi yang diletakkan di dekat patung tersebut. Biasanya saya selalu melakukan itu sebagai sumber informasi. Duuhhh saat itu kok terlewatkan ya.

  9. Lantainya aja kelihatan bersih ya, Bu. Meski bukan keramik tapi terawat banget.
    Sering baca ulasan mengenai bangunan ini, Sebagai penyuka bangunan cagar b udaya,
    ada keinginan tersendiri pingin melihat langsung. Tapi Bengkulu rasanya masih jadi destinasi ke sekian.
    Belum ada dinas kantor ke sana dan kalo pergi sendiri kok ya tiketnya mahaal, hihii.

    Btw, itu waktu motoin dari atas effor bangeet dan potograpernya. Hasilnya kereeen.
    Tapi foto-foto bu Annie selalu keren, sih.
    Cuci mata liat galeri foto

    • Semoga suatu saat ada rezeki bisa ke Bengkulu ya Ci. Cagar budaya Benteng Marlborough ini salah satu destinasi wisata budaya dan sejarah yang wajib banget dikunjungi. Apalagi letaknya gampang di raih. Ada di tengah-tengah kota.

      Ho oh. Setiap traveling saya selalu mencari tour guide yang bukan cuma tahu tentang banyak tempat tapi juga bisa diarahkan untuk memotret. Khususnya yang ada saya di dalam frame. Alhamdulillah sejauh ini berhasil dengan baik.

  10. Curiga liputannya bagus karena kepiawaian Mbak Annie dalam memilih angle dan memotret, hehehe

    keren mbak

    saya jadi pengen ke sini kalo berkesempatan ke Bengkulu,

    karena gak semua orang menyukai kunjungan seperti ini

    • MashaAllah. Terimakasih untuk complimentnya Mbak Maria. Semoga apa yang sudah ditulis berikut foto-fotonya bisa menjadi manfaat bagi para pembaca.

  11. Wowww, ternyata Benteng Marlborough di Bengkulu ini jadi benteng terbesar di Asia Tenggara, selain itu juga cantik lebih-lebih sekarang terawat juga. Pengunjung yang datang juga nyaman entah untuk refreshing atau history walking tour ya Mba?
    Bayangin deretan penjual jajan atau makanan minuman di area parkir hahaha, saya juga selalu suka beli jajan di area parkir atau pinggir jalan lebih-lebih kalau pergi ke luar kota apalagi kota yang luar pulau gitu. Pasti ada yang unik, ada yang beda dan itu menyenangkan sekali :-D

    • Sayangnya pas saya datang tour guide benteng sedang tidak di tempat. Biasanya saya suka dan selalu menggunakan jasa mereka agar bisa mendapatkan pengetahuan yang pas tentang satu tempat bersejarah.

      IIhhh bener banget Mbak Cindi hahahahaha. Sering ada kue-kue khas daerah yang bikin kita penasaran untuk mencoba.

  12. Saya mbathin, pantes kok gedhe buanget ternyaya salah satu benteng terbesar Inggris, bahkan terbesar di Asia Tenggara. Mantap banget nih, harus dijaga dan dirawat agar bisa menghasilkan keuntungan untuk negara dan masyarakat.

  13. Benteng Fort Malborough masih sangat terlihat kemegahannya, apalagi dengan ciri khas bangunan lama, benar-benar memiliki nilai tersendiri secaea keindahan. Belum lagi nilai sejarah di bangunan yang ada di atas lahan seluas 44.000 meter persegi ini. Peninggalan sejarah seperti ini harus dilestarikan denganbaik.

  14. Bengkulu juga tak kalah bagus destinasi wisata sejarahnya ya Bu… Apalagi kalau destinasi ke Benteng gitu, kita bisa menambah wawasan tentang sejarah Indonesia. Peninggalan sejarah Indonesia memang selayaknya dilestarikan

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.

Don't Miss

Berkunjung ke Rumah Fatmawati Sang Penjahit Bendera Pusaka

Berkunjung ke Rumah Fatmawati Sang Penjahit Bendera Pusaka

Saya baru saja selesai berkunjung ke rumah pengasingan Soekarno, saat kemudian memutuskan
Menginap Semalam di Hotel Santika Bengkulu

Menginap Semalam di Hotel Santika Bengkulu

Ini adalah hari ketiga saya berada di Bengkulu. Sebuah provinsi kecil yang