
Matahari tampaknya lagi semangat bersinar saat rombongan umrah yang saya ikuti sudah bersiap dan berkumpul di lantai dasar Hotel Ansar Almadinah Madinah. Hari ini, saya dan suami, ketiga ipar perempuan saya serta sekitar 30an orang lainnya, bersiap untuk melakukan beberapa kunjungan di sela-sela kegiatan ibadah di tanah suci. Selepas sarapan yang heavy (nasi, daging-dagingan, secuil sayur) di hotel, sebuah bis besar sudah menunggu untuk mengantarkan rombongan ke tiga destinasi wisata yang cukup populer di Madinah. Tempat-tempat yang dimaksudkan adalah Masjid Qubah, Aryaf Taibah (kebun kurma), dan Hira Cultural District (Musium dan Gua Hira). Sejatinya akan mampir juga di tempat pembuatan Qur’an. Tapi sayangnya tempat ini tutup di saat kami hendak berkunjung.
Saya begitu antusias untuk berwisata sejenak karena saat itu kondisi fisik mulai membaik setelah sempat panas tinggi/meriang dengan pusing yang tak tertahankan di hari-hari awal tiba di Madinah. Sepertinya hal ini disebabkan karena lambatnya adaptasi tubuh dengan suhu udara yang sangat ekstrem di salah kota yang diagungkan oleh umat muslim saat ini. Terbiasa dengan 30an derajat Celcius di tanah air fisik terasa tercabar dan “dipaksa” berhadapan dengan angka 45an. Titik suhu udara yang menghadirkan angin panas yang begitu menampar kulit, khususnya kulit wajah. Meski sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin mengikuti arahan atau manasik umrah beberapa hari sebelum berangkat, nyatanya fisik di usia menjelang lansia ini nih harus mengalah juga. Tepar tak berdaya.
Ketiga tempat yang disebutkan di atas akan saya buatkan artikelnya terpisah. Biar gak terlalu panjang dan ngebosenin saat teman-teman membacanya. Jadi kali ini saya menulis tentang kebun kurmanya dulu ya.
Yuk, lanjut membacanya.
Kebun Luas di Hamparan Tanah Kering
Selepas mengunjungi Masjid Qubah, masjid pertama yang didirikan oleh Rasullulah SAW, bis pun melaju menuju Aryaf Taibah yang berjarak sekitar 5km dari pusat kota Madinah. Duduk di kursi sisi pinggir, bersebelahan dengan kaca, saya melihat puluhan bis-bis besar terparkir berjejer di halaman masjid. Beberapa diantaranya mulai bergerak dan mencari celah untuk keluar dari parkiran yang penuh bukan kepalang. Sementara di jalur yang sama berjejer banyak bis seukuran yang sibuk masuk untuk mencari parkir. Bis yang saya tumpangi sempat tidak bisa bergerak sama sekali karena ada beberapa kendaraan kecil yang menutup jalur keluar masuk yang tidak terlalu besar itu.
Saya mendadak khawatir. Tentunya tidak mudah bagi supir untuk nyetir diantara sekian banyak kendaraan yang juga sama membutuhkan perjuangan agar mereka bisa masuk dan keluar dengan aman.
Intermezzo. Kejadian parkir bererot ini mengingatkan saya akan memori puluhan tahun yang lalu. Saat itu saya jadi penumpang bis dalam rangka karyawisata dengan sebuah jenama kurir yang cukup terkenal. Saat itu bis yang saya naiki posisi parkirnya menutupi jalan bis yang lain. Nasibnya. Supir bisnya sedang ke toilet sementara bis yang mau keluar itu sudah gak sabar dan supirnya terlihat marah-marah. Di dalam bis hanya ada saya dan empat wanita lainnya yang kebingungan. Maklum waktu itu belum ada HP. Dan jikapun ada, gak mungkin lah kita tahu no HP nya si supir kan. Dasarnya nekad, akhirnya saya yang nyetir dan memindahkan bis tersebut ke posisi yang memungkinkan agar bis yang tertutupi bisa keluar (waktu itu mesin bis dalam keadaan menyala). Tentu saja dengan bantuan kenek supir bis yang minta segera keluar itu. Ampun dah. Kok ya nekad bener yak. Tapi menurut saya, saat itu, apa yang saya lakukan adalah solusi yang paling tepat. Alhamdulillah toh aman-aman aja. Silahkan ngakak saudara-saudara.
Mari kita teruskan cerita tentang Aryaf Taibah.
Tak sampai 20 menit kemudian, setelah melewati jalan-jalan lebar dan tanah serta gurun yang luas membentang di setiap sisi jalan, bis memasuki satu area khusus dengan banyak pohon kurma yang tumbuh subur diantaranya. Pohon dengan batang kokoh dan dedaunan tebal memanjang. Di batang itu sendiri ada dahan-dahan terpotong pendek. Bentuknya mirip dengan tanaman kepala sawit yang sering kita lihat di lahan-lahan perkebunan luas seperti di Kalimantan. Seiring dengan tumbuhnya buah, tahap demi tahap dahannya dipotong kemudian merambat ke atas waktu demi waktu. Terus meninggi mengikuti susunan dahan yang sudah terpotong tadi.
Saya sempat terjebak dalam kekaguman dan sebuah ingatan lama. Meski dulu sempat melihat pohon kurma saat berumrah di usia awal 20an, baru kali ini saya mengamati pohon kurma dengan lebih dekat dan rinci lagi. Tetiba menyadari betapa Allah Swt sudah mengatur sedemikian rupa agar di tengah tanah tandus nan kering bisa tumbuh beberapa tanaman yang memang kuat menghadapi suhu yang tinggi seperti di jazirah Arab ini. Batang-batang kokoh tersebut seakan menunjukkan bahwa tanaman seperti pohon kurma ini tegak dengan kokohnya di tengah gurun tandus. Tanah istimewa yang nyaris tanpa hamparan hijau dan sulitnya mendapat air sebagai modal untuk tumbuh kembang seperti alam mentakdirkannya.
Netra saya pun terpaku pada sajian yang terhidang di luar kaca jendela.
Sepanjang perjalanan memasuki kebun ini tampak dinding-dinding tinggi yang membatasi area perkebunan. Mungkin maksudnya untuk menahan hempasan angin yang membawa debu atau pasir. Semua tentunya demi menjaga dan menjamin kenyamanan para pengunjung.
Bis yang saya naiki kemudian mulai melambat karena ternyata harus bertemu lagi dengan puluhan kendaraan sama, berbodi besar, 45 seats yang membawa rombongan umrah lainnya. Luar biasa. Tapi alhamdulillah parkiran di Aryaf Taibah ini ada yang mengatur sehingga mobil tinggi besar ini terposisikan dengan baik dan bisa berlalu lalang tanpa hambatan.
Melangkah turun dan beberapa detik menginjakkan kaki di Aryaf Taibah, lagi-lagi kekaguman mampir berkelebat di dalam hati.
Persis di samping bis rombongan saya terparkir, langsung terlihat hamparan puluhan pohon kurma yang jangkung-jangkung di sebuah tanah lapang yang luas. Ukurannya yang tinggi menjulang melindungi banyak bangku berangka besi yang berukuran besar dengan dudukan empuk yang tebal. Kemudian ada beberapa pondokan yang ukuran, bentuk, dan warnanya seragam. Pondokan ini menjual berbagai ice cream, camilan, minuman segar, teh, dan kopi. Bahkan jika saya tidak salah lihat, ada yang juga menawarkan aneka makanan berat khas timur tengah.
Situasi hiruk pikuk langsung terasa beberapa langkah setelah saya turun dari bis. Persis seperti pasar pagi yang baru buka. Rombongan dari bis yang lain pun terlihat menyebar di hampir setiap sudut. Masing-masing kelompok menggunakan seragam dan tanda pengenal sebagai penanda rombongan. Sepertinya halnya kami yang sepakat mengenakan baju serba hitam.
Di salah satu sisi tampak sekitar lima outlet yang mulai disemuti pengunjung. Outlet ini ada yang menjual winyak wangi (akhirnya saya beli sebotol kecil), ada yang menjual camilan, souvenir, aneka sajadah, dan berbagai benda oleh-oleh lainnya. Semua, baik pembeli maupun penjual, tampak riuh rendah berbicara, ngobrol serta percakapan seru dalam bahasa Indonesia. Mendadak saya merasa bukan sedang berada di Madinah. Dari menguping terdengar proses tawar menawar yang cukup alot. Maklum. Kalo yang belanja emak-emak, gak puas rasanya kalo gak menawar kan?
Sebelum masuk ke toko resmi milik Aryaf Taibah, saya melihat kerumunan orang yang cukup masif dan berdesak-desakan. Ribut berdegung. Ada apa ya? Ternyata oh ternyata, di sini ada penjual bakso lengkap dengan pilihan condiment yang berlimpah. Tampaknya ini jadi pengobat rindu akan tanah air sehingga sangat diserbu oleh pengunjung. Sempat tertarik saat melihat seorang bapak makan dengan lahapnya. Beliau terlihat sangat menikmati kuah bakso berwarna merah yang menggoda rasa dengan kuah yang masih mengepulkan asap. Tapi saya, si bukan penyuka rebutan, memutuskan untuk mengalihkan perhatian dan masuk ke sebuah ruangan besar, rumah toko milik Aryaf Taibah.



Mencoba Kurma Organik Di Aryaf Taibah
Sejuknya pendingin ruangan menyambut kedatangan saya ke rumah toko ini. Ternyata di dalam sini, serbuan pengunjung sama hebohnya dengan di luar tadi. Teriakan-teriakan kecil petugas jaga menawarkan banyak dagangan menambah riuh rendah suasana. Kata-kata “murah” “ayo beli” “barang bagus” diucapkan dengan lancarnya oleh para petugas tersebut. Sementara para tamu yang jumlahnya puluhan tersebut tampak sibuk memilah dan memilih sekian banyak produk yang ditawarkan Aryaf Taibah.
Beberapa kali, bahkan sering saya dengar kata “Jokowi” diucapkan oleh petugas. Awalnya saya sempat bingung. Tapi ternyata kata/nama presiden ke-7 Republik Indonesia ini mewakili informasi bahwa para pengunjung dapat melakukan transaksi dalam mata uang Rupiah. Jadi yang uang SAR nya terbatas, bisa dengan mudah berbelanja seperti di tanah air.
Saya menebarkan pandangan ke seluruh sisi ruang yang kira-kira seluas 200m2 ini.
Di sisi dinding saya melihat banyak produk permen, coklat, kue yang berpadu dengan kurma sebagai salah satu bahan dasarnya. Kudapan-kudapan ini tersaji dalam berbagai jenama dan packaging yang sangat menarik. Meskipun tidak sebanyak di Abraj Supermarket yang belakangan saya temui di Clock Tower Mekkah, setidaknya bisa menjadi opsi bagi penggemar aneka snack yang berpadupadan dengan kurma. Semua serba kurma pokoknya.
Lalu di salah satu sudut ada pula sajadah karpet yang tebal-tebal dan tampak nyaman untuk diduduki. Warnanya pun beragam. Pengen beli sebenarnya, tapi jadwal umrah kami masih panjang saat itu. Jadi saya berusaha menahan diri untuk tidak berbelanja banyak terlebih dahulu agar tidak tersiksa dengan bawaan dan koper yang sesak oleh belanjaan.
Selesai menebarkan pandangan ke sisi dinding, bagian tengah rumah toko ini yang sesungguhnya adalah magnet dari Aryaf Taibah. Di sini terhampar banyak sekali pilihan kurma dalam berbagai jenis. Tapi yang paling banyak adalah kurma Ajwa yang menjadi dagangan serta sajian utama dari kebun ini. Kurma yang pertama kali dibudidayakan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena itulah kurma ini disebut sebagai kurma nabi dan adalah jenis terbaik dari varietas kurma. Dari yang saya baca di berbagai tautan media sosial Aryaf Taibah, semua pohon kurma di tempat mereka dikembangkan secara organik tanpa sentuhan bahan kimia.
Memanjakan para pelanggan, Aryaf Taibah menyediakan produk sampel yang berderet panjang sehingga memungkinkan kita mencoba kurma organik yang ingin kita beli sepuasnya. Sementara yang siap dibeli sudah dibungkus plastik, siap kita angkat dalam berat atau quantity dan harga tertentu.
Saya tak melewatkan kesempatan ini. Satu persatu kurma yang bisa dicoba itu saya nikmati. Saya genggam di tangan kanan sembari berkeliling. Sungguh satu kenikmatan yang tak terperi mengingat bahwa jarang sekali kita menemukan tempat seperti ini di tanah air. Pilihan berlimpah dengan tempat berjualan yang khusus. Tak terhitung sudah berapa buah kurma dalam berbagai jenis yang meluncur nikmat ke mulut saya. Sampai akhirnya pilihan terakhir jatuh pada kurma Ruthab yang visualnya mirip sekali dengan anggur hijau.
Kurma Ruthab jarang sekali bisa saya nikmati kecuali pada Ramadan dan Idul Fitri. Padahal saya suka sekali karena dagingnya krenyes-krenyes dengan tingkat rasa manis yang tidak berlebihan. Rasanya bahkan cenderung kecut pada saat pertama kali saya coba. Sesuai info dari petugas, kurma yang saya ambil masih sangat muda dan rasa kecutnya akan berkurang setelah tiga hari disimpan. Dengan berat sekitar 1kg, kurma Ruthab tersebut saya beli di harga SAR 35 (sekitar Rp147.000,00. Reasonable and affordable sih menurut saya. Apalagi dengan kualitas prima yang ditawarkan oleh Aryaf Taibah ini.
Baca Juga : Merabuk Jiwa di Cafe Moment, Mekkah, Saudi Arabia


Sekilas Tentang Aryaf Taibah dan Manfaat Kurma
Agenda mengunjungi kebun kurma memang sudah saya baca sewaktu menghadiri manasik umrah di salah satu hotel di kota Bekasi. Tapi saya tidak tahu persis kebun kurma mana yang akan jadi destinasi rombongan umrah kami. Tapi di sela waktu kosong yang saya miliki sebelum berangkat, saya menemukan nama Aryaf Taibah di beberapa artikel yang sempat ditulis oleh beberapa orang jamaah umrah yang pernah mengunjungi tempat ini atau travel agent yang menyediakan jasa haji & umrah. Tak menyangka bahwa akhirnya saya menginjakkan kaki di kebun yang berada di Saad Bin Banjir milik seorang pengusaha asal Malaysia ini.
Jadi ketika melihat pohon-pohon kurma yang tinggi dengan bangku-bangku besi dan dudukan besar-besar berwarna-warni itu, ingatan saya langsung tertuju kepada Aryaf Taibah. Dan itu semakin diyakinkan saat di satu tempat saya melihat tulisan dan standing banner berukuran besar bertuliskan Aryaf Taibah dengan logo yang sederhana bergambar pohon kurma. MashaAllah.
Beberapa kali menelusur tautan resmi mereka, www.aryaftaibah.com dan akun IG @aryaftaibah, saya melihat bagaimana ladang kurma ini giat mensosialisasikan keberadaan mereka kepada dunia. Diantaranya adalah tentang kurma Ajwa yang mereka kembangkan secara organik dengan kualitas premium, bagaimana mereka selalu mengedepankan kualitas, berbagai produk kurma yang mereka jual, fasilitas yang tersedia di ladang mereka, berbagai ayat suci Qur’an yang menceritakan tentang banyak manfaat kurma, dan masih banyak lainnya. Semuanya informatif dan bermanfaat. Kegiatan promosi dibarengi dengan berbagi ilmu yang pantas untuk kita ketahui.
Baca Juga : Menyusur Kehidupan Bersahaja Masyarakat Pesisir di Belakang Padang, Kepulauan Riau


Postingan yang saya sukai adalah tentang tahap perkembangan dan anatomi buah kurma yang baru ini saya ketahui, serta rincian tentang manfaat yang bisa kita dapatkan saat mengkonsumsi kurma. Banyak diantaranya cocok untuk perempuan seusia saya, misalnya membantu sistem pencernaan, memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, mencegah bakteria usus, mencegah penyakit jantung & diabetes, dan yang juga penting adalah membantu menurunkan berat badan. Woaahh, benar-benar paket komplit keuntungan saat kita rutin mengkonsumsi kurma.
Dari media sosial mereka juga, saya melihat berbagai kegiatan kebersamaan yang dilakukan oleh banyak tamu yang datang khususnya di malam hari. Para tetamu ini mengadakan mukbang (makan bersama dalam kuantitas yang besar), sembari menikmati keindahan langit Madinah yang cantik di bawah pepohonan kurma dan lighting cantik yang sudah diatur begitu apiknya oleh Aryaf Taibah. Duduk di atas karpet indah, menikmati makanan khas timur tengah, mendadak membangkitkan keinginan saya untuk melakukan hal yang sama. Seandainya punya waktu luang yang banyak dan berlebih, melakukan hal yang sama seperti mereka tentunya bisa jadi salah satu kegiatan kunjungan yang merabuk jiwa. Apalagi jika momen-momen berharga itu bisa kita rasakan bersama keluarga dan orang-orang terdekat. Nikmat dunia yang tak ada banding pastinya.
Saat bis yang saya tumpangi bergerak menuju Hira Cultural District, serangkaian doa terpatri di dalam hati. Semoga Allah Swt berkenan memberikan rezeki kesehatan, finansial, dan kesempatan bagi saya untuk berada di Aryaf Taibah kembali bersama suami dan kedua anak kami. InshaAllah.




Hahaha, kocak sekali yang insiden bus. Tapi kalau memang bisa menyetir, minimal sudah ada basic-nya ya.
Yhaaa bakso jadi pengobat rindu jamaah Indonesia. Apakah makanan di sana citarasanya jauh berbeda dengan kuliner nusantara, mbak?
Memang ekstrim suhu di Arab Saudi. Pas panas banget, pas dingin ya dingin banget. Sehat-sehat terus mbak Annie sekeluarga biar bisa jalan-jalan terus.
Hahahahaha. Salah satu kejadian nekat dan terkonyol yang saya lakukan selama hidup hahahaha.
Bener banget Gi. Antara panas dan dingin tuh benar-benar ekstrem. Tapi menurut teman-teman yang berumrah di dua musim ini, lebih nyaman di musim dingin. Karena saking dinginnya, tulang-tulang terasa remuk. Tapi saya tetap akan coba, inshaAllah, ke tanah suci saat musim dingin karena saya memang pada dasarnya lebih suka kedinginan daripada kepanasan.
Senangnya bisa berkunjung ke Mekkah dan Madinah ya Bu.. Sambil menunaikan ibadah Umroh ya bu.. Mengunjungi kebun kurma pasti seru banget nih, karena bisa memetik langsung dan makan dari pohonnya ya Bu.
Masya Allah rame banget ya mbak yang belanja kurma dan aneka oleh-oleh. Semoga aku juga dimudahkan dan dilancarkan rezekinya suatu hari nanti supaya bisa Umroh ke Madinah
Aamiin YRA. Semoga Allah Swt mengabulkan doa Mbak Diah.
Wah jauh banget mainnya Mbak Annie. Keren banget. Suasana di sana teduh dan nyaman ya apalagi ditemanni kurma organik yang pastinya hmmmmm….. lezat!
Masya Allah, begitu banyak Kebesaran Allah yang dapat diamati langsung dari sebatang pohon kurma ya mba.
Ditambah lagi manfaat kurma bagi kesehatan tubuh, apalagi kurma organik premium yg langsung dicoba di Aryah Taibah Madinah.
Btw, sopir bis yg dipindahin parkirnya pasti mengucapkan terima kasih dan salut banget waktu dulu itu ya mba.
Cewek yg bisa nyetir aja masih jarang, ini malah sukses mindahin parkir bis dengan aman.
Betul banget Mbak Salma. Melihat hamparan kurma yang siap dicoba dan dibeli itu, saya langsung terkagum-kagum. Apalagi semua yang ditawarkan, sebagian besar berasal dari kebun mereka sendiri. MashaAllah. Benar-benar mengagumkan.
Hahahahaha. Supir bis nya malah kebingungan Mbak. Ternyata beliau ke toilet dan murus-murus karena salah makan. Makanya dia lama “hilang” nya hahahaha.
BarokAllah mba Annie
baca artikel ini sambil tak henti2nya saya brrsholawat. semogaaa Allah undang kita semuaaa bs ibadah d tanah suci
maturnuwuuun
Aamiin Yaa Rabbalalaamiin. Semoga kita dilimpahkan banyak rezeki untuk beribadah di rumah Allah Swt.
Selalu merasa haru membaca atau mendengarkan cerita teman atau saudara yang pulang dari tanah suci. Membaca cerita bunda annie ini, jadi teringat cerita papa saya saat mencoba kurma juga, karena boleh coba gratis, papa nyobain kurmanya enggak dengan porsi normal. Akhirnya hukum Allah di tanah suci segera terasa, papa seperti merasa melihat terus biji kurma, kemudian papa mendatangi penjual kurma tadi dan membeli kurma dari beliau.
Saya juga mengalami satu/serangkaian “kejadian istimewa” saat berada di tanah suci. Saat itu kunjung pertama di 1993. Berada di tanah suci bersama kedua orang tua.
Saat saya sujud di depan Qa’bah, entah kenapa selalu terasa seperti ada yang menginjak kepala saya. Padahal kan gak mungkin. Lah semua orang lagi khusuk salat. Setelah tahalul, memotong rambut sebagai penutup rangkaian umrah/haji, saya ngobrol dengan Ustaz pembimbing. Beliau menjelaskan bahwa ini mungkin terjadi karena saya sering melawan orang tua dan beliau mengusulkan kepada saya agar segera meminta maaf kepada mereka. Alhamdulillah setelah itu, salat saya lancar tanpa gangguan, Allah Swt memang selalu bisa “mengingatkan” kita melalui caraNya ya Li.
Masyaallaah, seneng ya bu beribadah disana
Mamak saya sekali umroh ketagihan. Katanya mau nabung lagi untuk umroh lagi
Pulang darisana tambah gemuk padahal makanannya jarang ada yang cocok.
Cuma kurma, emang ngga pernah doyan meski makan di daerah asalnya, hehee, emaaak.
Ibadah tenang bangeet…
Semoga saya ikut terpanggil bisa kesana, aamiin…
Naahh sama dengan saya berarti Ci. Saya juga kurang cocok dengan masakan per-daging-an dengan kuah-kuah kental dan heavy seperti yang dihidangkan oleh orang2 Arab. Baru nelen sedikit aja langsung neg bukan kepalang. Jadi selama umrah saya lebih banyak makan salad, roti dan buah2an aja. Jikapun terlalu lapar saya biasanya beli makanan ringan aja.
Aamiin YRA. Semoga diperjalanan berikutnya, Suci bisa menemani Mamak ber-umrah ya. InshaAllah Allah Swt kabulkan.
Masya Allah, ceritanya bagus sekali, Mbak. Apalagi cara Mbak Annie bertutur sangat story telling, jadi saya seakan ikut menyusuri kebun kurma di sana. Alhamdulillah bisa melihat langsung dan merasakan kurma di sana ya, Mbak. semoga nanti saya pun bisa ke sana. Aamin…
Alhamdulillah Mbak Bambang. Seneng banget bisa menghabiskan waktu di Aryaf Taiban ini. Meski tidak lama tapi saya jadi bertambah ilmunya dengan kurma Najwa dan bagaimana lingkungan fisik sebuah kebun/ladang kurma.
senang bacanya …
karena ngobrolin tentang makanan, hehehe
Ternyata Arab saudi concern terhadap perubahan iklim dan dampaknya
Selain kurma organik, konon mereka juga menyiapkan kota yang ramah lingkungan (rendah karbon dll)
Bener Mbak. Kita yang menikmati kurmanya juga jadi merasa safe and sound. Sudahlah merasakan manfaat kurmanya sendiri eeehh disupport dengan plus poin yang didapat dari olahan organik. Valuable sekali.
Ya ampun mbak Annie, bisa jadi supir bus dadakan gitu. Ancer-ancernya kan beda…Tapi top lah…
Lengkap banget artikel tentang kurma ini. Memang manfaat kurma banyak banget yah… Inget, temenku survivor breast CA, tiap hari jus kurma, krn engga bisa makan.
Kayaknya aku juga pernah deh ke Aryaf Taibah ini, lupa, terakhir thn 2015. Ya ke mana lagi, pasti ya semua di bawa ke sini yah. Inget pas interiornya itu. Bawa keranjang pilih-pilih…
Kurma ruthab mah jarang nemu, walaupun Ramadhan. Sekarang ini, cocoknya kurma Tunisia, krn engga terlalu manis.
Hahahahahaha, Saya juga sampe sekarang suka takjub sendiri. Kok ya nekad banget mindahin parkiran bis 45seats yang besar banget itu. Ampun dah. Tapi mungkin karena si kenek juga tampaknya yakin, terpecahkanlah masalah itu hahahaha.
Kalau yang dari saya dengar sih, Aryaf Taibah ini memang jadi langganan jamaah haji dan umrah asal Indonesia. Pas saya datang juga ada lebih kali 10 bis yang parkir. Kebun jadi padat dengan pengunjung di dalam (rumah toko) maupun di halaman. Sebenarnya masih banyak lagi Mbak Hani kebun kurma di Madinah. Tapi Aryaf Taibah itu dekat dengan Masjid Qubah. Jadi buat waktu kunjungan tidak terlalu lama di waktu transportasinya.
sepertinya sensasi mencoba kurma secara langsung memang lebih afdolnya pas sekalian umroh ya Bu Annie.
apalagi kurma organik seperti itu, bakalan punya kesan yang berbeda lagi.
Masya Allah, semoga Fenni dan keluarga bisa beribadah ke baitullah.
Ya Allah, Mba Annie, saya beneran ketawa itu sama intermezzonya jadi sopir bus :-D
Anyway, kurma ruthob-nya masyaAllah seger banget Mba penampakannya, kebayang krenyes-krenyesnya pas dikunyah, dulu pas masa-masa jadi pejuang garis dua selalu berburu ruthob ini..
Hahahahaha. Saya pun setelahnya suka gak habis pikir. Ko ya nekad bener ya. Tapi sepertinya saya terdorong bukan cuma karena nekad tapi karena gak kuat dengar supir bis yang terhalangi marah-marah. Sementara yang tinggal di dalam bis cuma 4orang emak2 yang lagi leyeh2 nungguin supir dan peserta wisata lainnya yang sedang ke luar.
Bener Mbak Cindi. Ngeliat ijonya yang seger dengan daging yang tebal bikin saya naksir sama kurma Ruthab nya. Dan ternyata memang seenak itu. Sehari makannya bisa 7-9 butir. Jarang sekali saya temui di sini.
Ramenyaaa, mashaAllaa~
Senang melihat orang yang sama tujuan sedang memilih-milih makanan Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa salam. Semoga mendapatkan keberkahan dengan mengkonsumsi apa yang dimakan beliau.
Aga merinding waktu ka Annie cerita nyetir bis.
Jadi inget Cha Tae hyun oppa di drama Moving yang jadi supir bis. Kayanya kudu strong karena stirnya besar.
Saya juga terkisap saat masuk ke dalam ruangan toko. Melihat puluhan orang antusias mencoba dan membeli beragam jenis kurma di sana. Seandainya saya dapat jatah bagasi yang lebih dari 30kg, pasti saya semangat beli berkilo-kilo. Semuanya enak banget, Apalagi setelah tahu kalau kurma di Aryaf Taibah ini diolah secara organik. MashaAllah.
Hahahaha. Emang. Apalagi saat itu bis kan belum power steering dan setirnya memang gede banget. Kalau dipikir-pikir saya kok nekad betul ya hahahaha.