Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Rampung menikmati sarapan yang umami dan mengenyangkan di resto Cafe de Venus milik Planet Holiday Hotel & Residence, saya kembali ke kamar lebih dahulu sebelum akhirnya turun ke lobby untuk bertemu dengan Bams.

Baca juga : Dua Malam Pindah Tidur ke Planet Holiday Hotel & Residence Batam

I was so very excited.

Setelah 2 hari berkomunikasi dengan Bams sebelum keberangkatan, saya mendapatkan kesan bahwa acara jalan-jalan bersama bapak 5 orang anak ini bakal seru. Lewat whatsapp, Bams banyak bercerita tentang kondisi Batam yang terbaru. Tentang banyak perubahan yang sudah dilakukan oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), juga bagaimana Batam melakukan berbagai pembangunan infrastruktur. Semua dilakukan untuk menjadikan kota Bandar Dunia Madani, julukan untuk kota Batam, sebagai “jendela dan wajah” tanah air di hadapan 2 negara tetangga, Malaysia dan Singapura.

Bams pun banyak menanyakan tentang apa yang menjadi minat saya atau tempat seperti apa yang ingin saya kunjungi. Saya terus terang saat itu belum punya ide karena kedatangan saya ke Batam saat itu adalah kali kedua setelah puluhan tahun. Mengorek informasi lewat google pun sudah saya lakukan. Tapi justru akhirnya bingung sendiri. Semua artikel yang saya baca menyebutkan banyak sekali tempat sebagai destinasi wisata wajib kunjung. Waduh. Kalau mau didatangi semua, waktunya tidak akan cukup ya.

Mengurai kebingungan, saya dan Bams akhirnya memutuskan untuk melanjutkan percakapan via dunia maya dengan bertemu langsung di lobby Planet Holiday Hotel & Residence, tempat dimana saya dan suami menginap.

Baca Juga : Dua Malam Pindah Tidur ke Planet Holiday Hotel & Residence Batam

Menjejakkan Kaki di Museum Batam Raja Ali Haji

Saya dan Bams menyambung obrolan tentang Batam dalam perjalanan. Saya tekun mendengarkan setiap penjelasan Bams dengan minat yang meletup-letup. Apalagi kemudian Bams menyebutkan beberapa tempat yang sekiranya bagus untuk dipotret, sangat layak untuk dituliskan serta meninggalkan kesan yang tidak sedikit. Dan agar rute perjalanan selama 3 hari efektif, Bams terlebih dahulu mengajak saya untuk ke Museum Batam Raja Ali Haji yang berada di Dataran Engku Putri, Batam Centre, pusat pemerintahan kota Batam.

Wah semangat saya langsung melonjak. Mengunjungi museum, apalagi yang menampilkan jejak sejarah sebuah tempat, adalah salah satu kegiatan wisata yang paling saya gemari.

Melewati beberapa bangunan milik BP Batam dan sebuah taman bundar di salah satu pertigaan, Bams memarkirkan kendaraan di sebuah lahan terbuka. Saya melihat tanah lapang yang sangat luas seperti layaknya alun-alun kota dengan beberapa bangunan milik BP Batam, serta fasilitas umum dan fasilitas sosial yang berada di sekelilingnya.

Langit biru cerah dan awan putih berarak tampak menyambut kedatangan saya dan memastikan bahwa foto-foto yang akan saya jepret akan tampil maksimal.

Melihat bangunan berkubah dengan 2 menara tinggi dan tiang-tiang putih, saya awalnya menduga bahwa Museum Batam Raja Ali Haji adalah masjid dengan perpaduan arsitektur antara kubah sebagai identitas khusus masjid dan atap rumah yang bersentuhan dengan budaya Melayu. Tapi saat mengamati fasad dan sebuah signage besar di salah satu sisi terdepan, saya baru ngeh kalau tempat yang sedang saya lihat ini adalah Museum Batam Raja Ali Haji yang akan saya telusuri.

Sebuah tempat yang menyimpan jejak sejarah peradaban Batam dimulai dari era kerajaan Riau Lingga, penjajahan Belanda, Temenggung Abdul Jamal, dan keberadaan/kehadiran Jepang hingga Indonesia merdeka. Lalu ada beberapa bukti sejarah saat pemerintahan otorita Batam, kepemimpinan B.J Habibie, kota administratif, Khazanah Melayu, hingga akhirnya pembangunan infrastuktur serta kondisi kekinian.

Dugaan saya tidak keliru 100%, bangunan ini dulunya, pada 2014, sengaja didirikan dalam rangka gelaran astaka MTQ Nasional yang kemudian dialihfungsikan sebagai museum. Tempat penyimpan rangkaian sejarah kota Batam ini kemudian dibuka pada 18 Desember 2020, bertepatan dengan perayaan ulang tahun kota Batam ke-191.

Dikelola oleh Unsur Pelaksana Tekhnis (UPT) dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) kota Batam, Museum Batam Raja Ali Haji patut berbangga hati karena memiliki 7 orang Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) yang kompeten sebagai ahli cagar budaya pratama kota Batam. Satu kondisi yang tentunya menjamin bahwa Museum Batam Raja Ali Haji dikelola oleh para profesional di bidangnya.

It’s indeed so impressive dan something to be proud of.

Sejenak saya menikmati belasan menit waktu untuk mengamati museum ini dari satu titik yang cukup mengagumkan.

Bangunannya melebar dengan lingkungan yang bersih dan terawat. Di salah satu sisi depan fasad ada undakan anak tangga. Tempat inilah yang kemudian menjadikan Museum Batam Raja Ali Haji ini sangat menarik untuk direkam dalam lensa kamera. Dari titik strategis di rangkaian tangga, kita bisa memotret pintu masuk di titik tengah bangunan dengan latar belakang langit biru yang indah. Satu spot foto yang mengingatkan saya akan Istana Maimoon yang ada di kota Medan.

Baca juga : Istana Maimun. Jejak Kejayaan Kesultanan Deli di Kota Medan

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji
Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Melangkah masuk saya melihat banyak foto tentang kegiatan Museum Batam Raja Ali Haji di tahun-tahun terakhir, foto lawas hitam putih dari Raja Ali Haji yang namanya disematkan pada museum. Ada juga beberapa artefak yang dimiliki pada era Riau Lingga serta replika atau miniatur dari sebuah kapal laut yang tampak begitu gagah dan menampilkan kejayaan nusantara di bidang maritim. Di salah satu sudut saya juga bertemu dengan beberapa orang staff museum yang bertugas melayani pengisian buku tamu dan mengatur arus pengunjung.

Saat saya masuk, ada beberapa rombongan anak-anak sekolah yang sedang field educational trip. Mereka terlihat ramai berceloteh dan geliat bergerak dibimbing oleh pihak museum dan guru masing-masing. Mencatat, mendengarkan dengan sesama lalu memotret di berbagai sudut museum. Dulu, saat masih SD, saya senang banget dengan kegiatan sekolah seperti ini. Mendapatkan ilmu sambil rekreasi, bermain, belajar di luar sekolah, tidak hanya duduk di kelas aja.

Mata saya tak lepas dari kegembiraan dan kehebohan yang mereka ciptakan. Ramainya celotehan mereka justru menunjukkan geliat kehidupan dan suasana museum. Bukankah ini juga menandakan bahwa generasi muda seperti mereka memang seharusnya menjadi bagian dari jejak sejarah itu sendiri? Jika ya, berarti ini pertanda baik. Geliat kegiatan generasi muda untuk tetap peduli pada museum, tentunya adalah pertanda baik bahwa kita, setidaknya institusi pendidikan, tetap menjadikan museum sebagai sarana mendapatkan ilmu pengetahuan.

Menilik Isi Dalam Museum Raja Ali Haji

Di area penerimaan tamu ini, gedung kemudian di bagi 2 dengan 2 pintu. Dari arah saya masuk tadi, Bams mengajak saya untuk menuju ke arah kiri terlebih dahulu. Sisi awal dari rangkaian sejarah kota Batam yang akan saya saksikan.

Di ruangan pertama atau terdepan ini kita disambut oleh lukisan berukuran besar dari Raja Isa Ibni Raja Ali Marhum Pulau Bayan Yang Dipertuan Muda V atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Nong Isa atau Raja Isa. Berdasarkan Arsip Riouw di Arsip Nasional Jakarta menyebutkan bahwa Raja Isa juga pernah diberikan kuasa memegang perintah atas Nongsa dan rantau sekitarnya dibawah perintah Sultan dan Yang Dipertuan Muda Riau.

Ada juga yang menyebutkan bahwa Raja Isa adalah orang pertama yang dipercaya pemerintah Belanda untuk memimpin Pulau Batam serta menerima mandat Sultan Abdul Rahma Muazzam Syah dari Kesultanan Lingga untuk memerintah kawasan Nongsa dan sekitarnya pada 18 Desember 1829.

Di ruangan yang sama, Museum Raja Ali Haji juga menampilkan replika Cogan. Besi berbentuk seperti daun dengan sebuah pegangan yang cukup tebal di bagian bawahnya ini adalah regalia atau simbol kebesaran Kerajaan Riau Lingga, Johor, Pahang. Kerajaan Riau Lingga mencakup wilayah yang kini menjadi Kepulauan Riau termasuk Batam. Cogan adalah sebuah tombak simbol kebesaran kerajaan yang diwarisi hingga 1913. Pada kedua belah bagian sisi Cogan terdapat ukiran, tulisan timbul dalam lambang huruf arab menggunakan bahasa Melayu (Arab Melayu).

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Satu yang menarik dan menjadi perhatian saya saat berada di Museum Batam Raja Ali Haji adalah sebuah cerobong asap dan bukti produksi dari Batam Brick Works yang adalah usaha bahan bangunan, khususnya batu bata, dan telah ada di Batam sejak 1896. Usaha yang dimiliki dan didirikan oleh Raja Ali Kelana bersama seorang pengusaha kaya raya asal Singapore, Ong Sam Liong. Lokasi usahanya sendiri berada di Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji.

Menurut beberapa catatan yang saya baca, usaha ini sangat populer dan jaya pada jamannya. Apalagi mengingat di masa-masa itu, usaha ini mampu memproduksi sekitar 30.000 unit batu bata per hari nya. Bahkan nama Batam sendiri menjadi terkenal karena Batam Brick Works menyematkan kata BATAM di setiap lembar produk.

Museum Batam Raja Ali Haji bersama Disbudpar Kota Batam akhirnya bersepakat untuk menggali peninggal usaha ini yang ternyata hanya tersisa cerobong asap dan beberapa buah finish-product yang mulai terkikis saja. Agar penemuan situs cagar budaya ini akhirnya diputuskan untuk dibawa ke Museum Batam Raja Ali Haji sebagai salah satu jejak sejarah geliat industri kota Batam dan menambah koleksi dari museum ini sendiri.

Baca Juga : Hotel Santika Batam. Akomodasi Bintang Tiga Berkualitas di Kota Batam

Yuk kita lanjutkan penelusuran.

Penjajahan Belanda selama 3.5 abad tentunya sangat membekas di hati kita, rakyat Indonesia. Hitungan masa yang tidak sedikit dan tentunya meninggalkan jejak di banyak tempat, termasuk untuk Batam.

Tidak banyak foto yang bisa dihadirkan di masa penjajahan Belanda ini karena memang teknologi photography belum begitu populer pada masa itu. Yang tertinggal biasanya adalah runtuhan bangunan, bangunan yang masih utuh seperti yang kita lihat di Kota Tua Jakarta, atau beberapa alat perang yang dahulu digunakan oleh Belanda untuk mempertahankan kedudukan mereka di tanah air.

Untuk Museum Raja Ali Haji sendiri ada satu koleksi meriam yang menjadi saksi bisu akan masa itu. Meriam ini dibawa dari Pulau Buluh, Belakang Padang, yang dahulu adalah ibukota Kecamatan Batam pada dekade 80-an. Selama 40 tahun berada di Belakang Padang, meriam tetap terjaga dengan baik. Hingga akhirnya dipengunjung 2020 masyarakat Belakang Padang menyerahkan meriam ini sebagai koleksi dari Museum Raja Ali Haji.

Melanjutkan langkah menyusuri berbagai peninggalan kuno di dalam museum, saya melihat berbagai jenis keramik yang dipercaya adalah produksi kerjaan Ming. Ada yang masih terlihat utuh tapi ada juga yang sudah terpecah. Semua indah tak terkira. Saya mendadak ingat food photography yang sedang saya dalami. Sepertinya bakal cantik banget jika menggunakan perangkat wadah seperti ini. Saya juga membayangkan betapa di jaman dahulu itu seni pembuatan keramik, ukiran dan lukisannya sudah begitu bernilai seni tinggi. Jadi harus kita akui bahwa peradaban di beberapa abad yang lalu sudah mengenalkan kemampuan manusia dalam menciptakan karya seni yang bernilai tinggi.

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Bersama dengan beberapa artefak keramik ini, saya juga melihat banyak foto, bukti keberadaan Jepang di Batam. Tepatnya di Sembulang, Kecamatan Galang. Tempat ini dikenal dengan nama Minamisebo atau Tugu Jepang. Dibangun pada 23 Agustus 1981 oleh Rempang Friendship Association (RFA), saya melihat banyak foto bagaimana orang-orang Jepang yang berada di tempat ini bersosialisasi baik dengan penduduk setempat.

RFA sendiri adalah lembaga non-profit Jepang yang dibentuk oleh warga Jepang untuk mengenang serdadu mereka yang tewas saat menungggu kepulangan ke tanah air. Waktu-waktu krusial dimana negara yang kerapa dipanggil sebagai Saudara Tua itu bertekuk lutut pada sekutu. Dalam sebuah tembok monumen terpampang juga foto dan nama-nama eks tentara Jepang yang pernah singgah dan menetap di Sembulang. Tercatat bahwa dari 112.708 orang tentara ada 128 orang yang wafat saat menunggu kepulangan.

Saya tertegun melihat foto-foto hitam putih yang banyak berbicara tentang sisi kemanusiaan. Apalagi saat membaca rangkaian tulisan yang tertera di bawah foto-foto tersebut. Duh, hati langsung mengharu biru. Hidup di tempat yang sangat jauh dari kampung halaman, tentunya meninggalkan kenangan yang sangat terpatri di hati.

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Selesai menyaksikan untaian sejarah tentang masa lalu, berabad-abad yang lalu, saya melangkahkan kaki ke era/masa kemerdekaan yang ditampilkan oleh Museum Batam Raja Ali Haji.

Selain seonggok sepeda kumbang yang menjadi salah satu moda transportasi, kita dapat melihat rangkaian foto-foto keadaan kota Batam saat Indonesia merdeka. Terlihat bagaimana geliat pembangunan dimulai disana-sini dengan hadirnya banyak pemuda, generasi penerus bangsa saat itu, yang mulai berpartisipasi aktif dalam teknologi, keilmuan hingga pembangunan fisik, mengisi fase kemerdekaan.

Terlihat juga kondisi alam kota Batam yang masih didominasi oleh hutan-hutan dan tanah-tanah lapang yang siap untuk diolah. Museum Batam Raja Ali Haji juga menyajikan foto-foto dimana saat itu berbagai jenis alat transportasi yang digunakan oleh publik. Saya tersenyum melihat sedan mini Toyota yang dulu pernah menjadi koleksi Ayah dari salah seorang teman dekat semasa kecil. Berlatar belakang sekolah teknik mesin, beliau sangat rapi menjaga koleksi mobil lamanya. Salah satunya ya sedan Toyota itu.

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Saya merasakan girah yang istimewa saat tiba dan menyaksikan jejak pertinggal semasa Batam dipimpin oleh Bapak B.J Habibie. Mantan presiden Indonesia ke-3, mantan Menristek di era Presiden Soeharto yang saat itu juga bertindak sebagai pemimpin kantor Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (Otorita Batam) yang didirikan pada 26 Oktober 1971. Kantor yang menjadi cikal bakal keberadaan Badan Pengusahaan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Batam Indonesia Free Zone Authority) atau BP Batam yang saat ini mengelola Batam.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasa beliau, Musem Batam Raja Ali Haji juga menampilkan laptop dan ponsel pertama Bapak B.J Habibie serta surat pengangkatan dan penugasan beliau sebagai pemimpin Otorita Batam. Semua benda ini tentunya bernilai historis sekaligus emosional, khususnya bagi keluarga beliau. Masa 10 tahun (1978-1988) pastinya sarat akan kenangan. Apalagi di era itu Batam mengalami kemajuan pesat. Bapak B.J Habibie berhasil meletakkan dasar pembangunan Batam dan menjadikan kota terbesar di kepulauan Riau ini sebagai sentral perdagangan, jasa alih kapal dan pariwisata. Yang saya ingat adalah Batam menjadi salah satu pelabuhan transit ekspor impor dari dan ke Indonesia selain tentu saja Singapura.

Mengagumi beliau yang sangat humble, kaya nilai akademis, bagi saya pribadi, Bapak B.J Habibie adalah salah seorang contoh bagi generasi muda Indonesia. Cari dan raihlah pendidikan setinggi mungkin dimanapun lalu bangunlah negara dengan sebaik-baiknya. Seorang teknokrat sejati yang sangat mencintai keluarga. Bahkan untuk mengenang memori sejarah kasih sayang beliau kepada Ibu Ainun, beberapa sineas Indonesia menampikan profil tersebut lewat film. Dan produk sinema ini mendapatkan apresiasi luar biasa dari publik tanah air.

Tabik untuk Bapak B.J Habibie yang sekarang terbaring damai di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Semoga beliau sudah berkumpul bahagia kembali dengan sang belahan jiwa, serta husnul khotimah. Aamiin Yaa Rabbalalaamiin.

Yuk sekarang kita berpindah ke sisi budaya yang terwakilkan oleh fase Khazanah Melayu.

Koleksi Museum Batam Raja Ali Haji melengkapi seluruh tampilan dengan beberapa koleksi budaya di bidang musik Melayu, seperti Erhu, alat musik yang sekilas visualnya seperti Rebab, alat musik yang dimainkan dengan cara digesek. Ada juga beberapa alat musik tradisional yang sering dipakai dan terkenal di kalangan masyarakat Melayu seperti Kompang, Marwas, Gendang, dan Akordeon.

Kemudian ada Nafitri, salah satu alat musik tradisional melayu. Pada jaman-jaman kerajaan, Nafitri merupakan satu alat yang penting untuk digunakan pada acara penobatan raja selain sebagai alat musik di istana. Bentuknya seperti terompet dengan ujung pipih bulat dan terbuat dari bahan kuningan. Pada kerajaan melayu dulu, alat pusaka seperti Nafitri, Gendang, Sirih Esar dan Cogan merupakan lambang negara atau yang biasa disebut dengan Regelia Kerajaan. Tanpa adanya alat-alat tersebut, penobatan seorang raja tidak dapat disahkan.

Selain budaya di bidang musik, Museum Batam Raja Ali Haji juga menyajikan berbagai koleksi pakaian adat Melayu seperti berbagai jenis tanjak, tudung mantu, dan baju kurung yang biasa digunakan oleh para ibu Melayu. Ada juga Topeng Makyong yang merupakan warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh ras Melayu.

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Usai menikmati rangkaian sejarah masa lampu hingga penguasaan kota Batam dibawah institusi Otorita Batam pimpinan Bapak B.J Habibie, para pengunjung kemudian diajak untuk melihat geliat pembangunan kota Batam dalam setidaknya 20 tahun terakhir.

Proses pembangunan yang sangat luar biasa. Meliputi banyak pendirian bangunan, tempat ibadah dan jalanan yang lebar. Bahkan untuk jalanan ini, perluasannya masih terlihat di hampir setiap jalan yang saya lewati saat berkendara. Saya mendadak membayangkan jalanan yang lega seperti yang pernah saya lihat di Nanning, salah satu kabupaten di China. Di kota ini, saya juga merasakan banyak sekali jalanan 4-5 lajur yang luas tak terkira. Fasum yang terlihat sangat memperdulikan kepentingan publik khususnya kenyamanan dalam bertransportasi.

Membicarakan soal perluasan jalan umum ini, Bams menceritakan kepada saya tentang Simpang Jam. Sebuah jam angka berbentuk bulat berwarna putih. Nama Simpang Jam masih membekas meski lokasi sudah berganti nama menjadi Fly Over Laluan Madani. Simpang Jam sendiri terkenal di era 2000-an. Dulunya kawasan ini hanya berupa persimpangan yang ditandai dengan tugu jam. Tugu yang diwakilkan oleh jam yang berwarna putih itu tadi.

Pada saat proses pembangunan fly over, para pekerja memindahkan/mengangkat jam putih ini dan sempat diletakkan di sembarang tempat, tanpa ada yang peduli. Hingga entah bagaimana ceritanya, jam putih ini diambil oleh seseorang (katanya adalah salah seorang pekerja) yang bekerja di Batam lalu kembali ke kota asalnya tinggal di Kalimantan. Berkat pencarian dan pendekatan pribadi, akhirnya Simpang Jam bisa kembali ke Batam dan menjadi salah satu koleksi penting di Museum Batam Raja Ali Haji.

Baca Juga : Jangan Lupa Nongkrong Asyik di Di Sini Saat Berada di Kota Batam

Kesan Pribadi untuk Museum Batam Raja Ali Haji

Sebagai pejalan, penulis dan penyuka sejarah, Museum Batam Raja Ali Haji adalah salah satu destinasi wisata yang sangat saya sukai. Banyak pemahaman dan ilmu pengetahuan yang saya dapatkan, khususnya tentang sejarah kota Batam. Dengan usia 192 (saat saya menulis artikel ini), kota Batam menjadi salah satu daerah otorita khusus yang sangat dibanggakan oleh NKRI. Bertetangga dengan Singapore dan Malaysia, saya yakin bahwa pesatnya pembangunan yang terus dilakukan oleh BP Batam, adalah salah satu wujud dan usaha cerdas Singapore van Riouwarchipel, sebutan lain untuk kota Batam, sebagai wajah keindahan bumi pertiwi.

Berlokasi di Batam Centre yang sarat dengan fasilitas sosial dan fasilitas umum, Museum Batam Raja Ali Haji, adalah satu dari sekian banyak destinasi wisata dalam kota yang bisa dan mudah untuk dicapai. Lokasinya yang berdampingan dengan Batam Centre Port (Pelabuhan Batam Centre), Museum Batam Raja Ali Haji juga bisa menyambut wisatawan yang datang dari Harbour Front Singapore, pelabuhan Stulang Laut serta Pasir Gudang di Johor Baru.

Menilik akun Instagram @museumbatam_rah, saya melihat berbagai kegiatan positif yang dilakukan oleh pihak museum untuk mengajak publik mencintai wisata edukasi dan sejarah sama seperti berada di berbagai jenis wisata lainnya. Museum ini kerap mengadakan perlombaan-perlombaan seperti fotografi, interpretasi gurindam, cipta puisi, cipta lagu melayu, vlog dan beragam acara-acara resmi seni dan budaya yang dikelola oleh pemerintahan setempat.

Beginilah seharusnya fungsi dan manfaat dari sebuah tempat yang sarat ilmu dan pengetahuan.

Untuk sebuah museum yang pastinya akan terus berkembang kedepannya, di gedung yang sekarang mungkin tidak akan cukup. Area museum selayaknya dibuat lebih luas lagi agar Museum Batam Raja Ali Haji bisa menampung banyak koleksi dan jejak sejarah yang akan lahir/muncul di masa yang akan datang. Saat saya datang, ada 1/3 lahan yang belum terisi dan tertata dengan baik. Asumsi saya sih, tempat yang masih kosong ini dipersiapkan untuk berbagai koleksi yang sedang dipersiapkan oleh pihak manajemen.

Saya juga berharap agar di setiap sudut display atau diorama dipasang lebih banyak lagi lampu-lampu dan pengharum ruangan. Karena ruangan yang berada di basement, di bawah tanah, seperti di Museum Batam Raja Ali Haji ini, tentunya butuh saluran dan ventilasi udara yang lancar, aman dan nyaman. Siapkan juga beberapa ruang basuh atau toilet yang bersih agar para pengunjung tidak mengalami kesulitan saat ingin buang hajat selama berada di dalam museum.

Buatlah juga kantin sederhana tapi bersih yang bisa melepas dahaga dan lapar para pengunjung. Atau malah sebuah cafe dengan vibes kekinian untuk ngopi dan berbincang-bincang bagi tamu-tamu yang berkenan menghabiskan waktu lebih banyak di museum. Tentu saja lokasinya tidak menyebabkan sisi dalam museum menjadi terlalu padat. Di dekat tangga yang menghadap ke jalan raya, sepertinya bisa jadi pilihan.

Sebelum menyudahi kunjungan, saya menyempatkan diri berfoto di beberapa selasar dan sisi luar museum. Serangkaian foto memorable yang tentunya menjadi bukti otentik bahwa saya pernah berada di Museum Batam Raja Ali Haji. Salah satu dari sekian ratus museum tematik dan membanggakan yang dimiliki oleh Indonesia.

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

46 thoughts on “Menyaksikan Jejak Sejarah Batam di Museum Batam Raja Ali Haji”

  1. Hal-hal yang paling saya suka dari setiap tulisan Bu Annie ini adalah, foto bagus-bagus semuanya dan ceritanya detail sekali. Berasa ikut kesana…

    Dari fasadnya terlihat luas dan megah tapi ternyata menurut Bu Annie masih kurang luas ya. Tapi setuju sama saran-sarannya. Museum harus lebih kekinian supaya imaje membosankan itu tergantikan.

    Reply
    • Makasih untuk complimentnya Kak Suci.

      Yup bener banget Kak Suci. Agar museum menjadi tempat yang lebih mengasikkan bagi generasi milenial, kita harus mampu menghadirkan museum mengikuti kesukaan kekinian. Layout dan pengaturan tempatnya juga dibuat menarik agar tak ada kesan membosankan saat kita berada di dalamnya. Tentu saja tanpa meninggalkan kearifan lokal, kehormatan atas makna museum itu sendiri.

  2. Saya juga paling suka serita sejarah Mba Annie, dan kalau jalan-jalan memang lebih suka kalau ke wisata museum, apalagi ajak anak-anak kan, memperkaya ilmu pengetahuan anak juga ya.
    Dan semoga one day bisa ke Batam, dan wajib kunjungi Museum Batam Raja Ali Haji ini, keren banget deh, apalagi liat foto Mba Annie emang selalu kece :)

    Reply
    • Aamiin YRA. SEmoga suatu saat Mbak Rey dan keluarga bisa liburan ke Batam dan mengunjungi Museum Batam Raja Ali Haji yang kaya dengan jejak sejarah. Makasih juga untuk complimentnya Mbak Rey.

    • Wajib Mbak. Museum ini menurut saya bagus manajemen dan kepengurusannya. Mereka membuat flows yang apik dengan beragam artefak dan informasi sahih yang dibutuhkan bagi sebuah museum

  3. Saya baru tau kalau alm. BJ Habibie ternyata punya sejarah tersendiri dengan Batam. Saya pikir, semasa hidupnya jabatan almarhum hanya sebagai Menristek yang kemudian menjadi Presiden.

    Indah banget bangunan museumnya. Di bagian dalam juga banyak yang menarik. Salah satu destinasi yang wajib dikunjungin saat ke Batam

    Reply
    • Iya Mbak Myra. Di masa beliau menjadi Menristek, Bapak Soeharto, Presiden RI ke-2, memberikan amanah untuk memimpin Batam secara khusus. Di museum ini kita bisa temukan sebuah surat penugasan dari negara/pemerintah di masa itu. Inilah bukti jejak sejarah bagaimana Bapak B.J. Habibie menjadi orang nomor satu di Badan Otorita Batam. Catatan penting yang wajib diingat oleh kita, khususnya bagi generasi penerus bangsa.

  4. Seperti biasa, kalo baca tulisan Mbak Annie, rasanya ikut jalan-jalan ke sana deh. Dan foto-fotonya selalu bikin gagal fokus, cakep-cakep sih.

    Btw, megah banget ya museumnya. Kalo gak baca tulisan di kubah utamanya, pasti ngiranya ini masjid. Isinya, wow. Aku jadi keinget anak ketigaku kalo lihat museum megah begini. Dia sangat suka dengan museum. Aamiin, semoga nanti kesampaian bisa ke Batam, dan mampir di museum ini. Anak ketigaku kayaknya bakalan nangis kegirangan. :D

    Reply
    • Makasih untuk complimentnya Mbak Nia. Kebetulan saya suka motret dan memilih untuk menghadirkan berbagai foto sebagai pelengkap dari tulisan/artikel saya. Semoga dengan begitu, setiap tulisan traveling saya, bisa dinikmati maksimal oleh semua pembaca.

      Aamiin YRA. Semoga Mbak Nia dan keluarga nanti bisa ke Batam dan mengunjungi Museum Batam Raja Ali Haji.

  5. Kusuka.. apalagi yang pas foto memang topi backgroundnya museum, cakep itu efek bokehnya 🤩.
    Senang melihat dalamnya museum ini yang terawat dan apik. Sehingga bisa jadi itinerary nih pas jalan² ke Batam

    Reply
  6. Keramik peninggalan jaman dinasti Ming itu terkenal indah dan sangat tersohor dalam sejarah. Senang bisa melihat langsung keindahan di museum Ali Haji Batam ini.
    Membaca sejarah selalu menyenangkan buat saya. Ibarat dongeng dengan segala ketertarikan yang dimilikinya dan saya pendengar setia dongeng itu…

    Reply
    • Sama dengan saya Mbak Dian. Kebetulan saya juga penyuka sejarah. Jadi saat diajak ke museum, saya gak akan pernah menolak.

  7. Belum lama di perpustakaan Nasional dibacakan gurindam 12 karya raja Ali haji ternyata di Batam ada museumnya ya keren auto mupeng oengan lihat museumnya juga😄

    Reply
    • MashaAllah. Pengalaman yang menyenangkan banget itu ya Mbak. Sebagai anak Sumatera, Gurindam Duabelas sudah saya kenal sejak masih kecil. Bahkan saya sempat diajarkan tariannya dan membacakannya saat ada festival pembacaan puisi di sekolah saya dulu.

  8. Keren banget museumnya, mb Annie. Bisa belajar sejarah dan wisata religi juga ya. Jadi inget Masjid MAJT di Semarang juga ada museumnya, jadi sekalian bisa mampir liat koleksinya.

    Reply
  9. Wisata ke tempat yang bersejarah memang meninggalkan kesan mendalam ya. Jadi makin pintar Kita. Btw pengen banget nih ke Batam. Kapan ya bisa ke sana?

    Reply
  10. Senangnya kalau baca tulisan Mbak Annie ini serasa dibawa jalan-jalan, heheheee. Semoga suatu saat bisa berkunjung ke sana juga.

    Reply
    • Aamiin YRA. Semoga suatu saat Mbak Annisa bisa menginjakkan kaki di Batam dan berkunjung ke museum ini ya.

  11. Iya ya, bangunannya emang kayak Masjid. Makin ke bawah lihat foto-fotonya, saya jadi teringat dulu pernah melewati bangunan ini saat ada tugas ke Batam. Tapi nggak ngeh kalau ini adalah bangunan museum.

    Bersih, rapi, tertata dengan baik ya. Dan banyak sekali informasi yang bisa didapatkan di museum ini, cocok sebagai tujuan wisata edukasi. Semoga dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak museum untuk mengenalkan museum ini, keberadaannya makin dikenal bukan hanya oleh masyarakat Batam tapi juga di luar Batam. Jadinya kalau pas ke Batam, bisa jadi tujuan yang patut di datangi juga, bukan cuma ke Nagoya aja.

    Reply
    • Sempatkan berkunjung ke museum ini saat bisa kembali ke Batam ya Mbak. Lokasinya di tengah kota. Aksesnya pun nyaman. Saya beruntung diajak oleh salah seorang tour guide yang sangat berpengalaman dan selalu update akan wisata Batam.

  12. Masya Allah..museumnya cantik ih, terawat, senang lihatnya. Kita yang berkunjung pun jadinya nyaman, menyusuri detail museum, belajar banyak tentang sejarah daerah di sana. Semoga museum-museum lain di mana saja pun terawat seperti museum ini.

    Reply
    • Agree Mbak Andy. Harapan saya semoga museum ini bisa lebih diperluas lagi agar dapat menampung lebih banyak jejak sejarah kedepannya.

  13. Waaa bagus bagus banget fotonya, museumnya bagus ya. Tadi disebutkan ada kegiatan field educational trip, yg pasti anak sekolahan happy banget sih kalau museumnya bagus dan gak bikin boring

    Reply
    • Berkat terjaga kelestariannya, maka makin asik deh ke museumnya. Cuss kak kita agendakan hehe. Karena datang langsung ke lokasi pasti banyak wawasan yang didapat, yang penting pas di sana jaga kebersihan tentunya

  14. Suka banget dengan foto-fotonya yang kece :D
    Btw, kalau Batam, yang paling berkesan di pengetahuan saya adalah masanya BJ Habibie, di mana kota tersebut bagai disihir jadi lebih keren dan modern di berbagai bidang

    Reply
    • Agree Mbak Rey. Batam memiliki masa keemasan saat berada di bawah kepemimpinan BJ Habibie (alm). Beliaulah cikal bakal pemerintahan lokal khusus yang membangkitkan value dari Batam sebagai wajah Indonesia di hadapan negara-negara Asia, Asean, atau setidaknya dua negara tetangga (Singapore dan Malaysia).

  15. Indahnyaaaa…….
    Museum Batam Raja Ali Haji dan latar belakangnya emang indah atau kepiawaian Mbak Annie membidik angle yang keren, hehehhe……..keduanya mungkin ya?

    Baca tulisan Mbak Annie, saya jadi ingat lagi kalo BJ Habibie pernah menjadi pemimpin Otorita Batam.
    salah satu langkah sukses beliau selain pembuktian mendesain dan menciptakan industri pesawat terbang

    Reply
  16. Kukira aku saja yang mengira bahwa Museum Batam Raja Ali Haji itu masjid karena kubah-kubah putihnya yang khas bangunan masjid tapi emang ternyata itu bangunan masjid yang beralih fungsi jadi Museum Batam Raja Ali Haji setelah diadakan MTQ..

    Kalo melihat foto-foto jepretan Mommy Annie aku berasa lagi virtual traveling..
    Selalu bagus semua angle kameranya bisa menangkap sempurna keindahan pemandangannya.

    Reply
  17. Megah banget ya Museum Raja Ali Haji di Batam. Masjidnya Keren. Bersejarah banget ya Museum ini. Luas juga museumnya, kebayang butuh waktu lumayan lama buat jalan dan mengelilingi Museum Raja Ali Haji ini. Fotonya pakai kamera apa Mba? Hasil fotonya jernih.

    Reply
  18. Saya ke Batam saat kuliah..duh berapa abad yang lalu, minggu ini suami dinas ke Batam, mau ikut ga jadi karena anak jawalnya ujian , belum rezeki mendatangi Bata yang makin molek aja kini.
    Museumnya berasa bukan museum dari luar, foto-foto Mbak Annie dan ceritanya, berasa ikutan tur keliling museumnya….Kereeen!
    Museum Batam Raja Ali Haji beneran tempat yang pas dikunjungi untuk tahu jejak sejarah Batam ini

    Reply
    • Yah timingnya gak pas ya Mbak Dian. Semoga bakal ada jadwal ke Batam lain kali. Kudu ngekor pokoknya hahaha

Leave a Comment