Keseruan yang Berawal dari Twitter
Film yang sudah saya tungguin. Pake banget!!
Bener-bener ditungguin karena membayangkan akan mendapatkan hiburan visual dan mendebarkan setelah sederetan cerita seru dengan judul yang sama, KKN di Desa Penari. Cerita yang ditulis secara estafet oleh akun Twitter @simpleM81378523 (@SimpleMan). Sempat viral pada 2019 (24 Juni 2019 – 25 Juli 2019) dan jadi sumber kehebohan publik hingga berbulan-bulan di beberapa platform social media. Rangkaian pengalaman pribadi sekelompok mahasiswa yang bukan hanya beredar di Twitter (500+ tweets) tapi juga dibagikan oleh banyak orang di Facebook.
Peristiwanya sendiri terjadi di akhir 2009 dengan 6 orang mahasiswa yang ingin melaksanakan Program Kerja KKN di desa terpencil di tengah hutan. Para mahasiswa tersebut adalah Nur, Widya, Ayu, Bima, Wahyu dan Anton (3 orang perempuan dan 3 orang laki-laki). Nama universitas (kampus) dan jurusan yang mereka ambil pun disamarkan demi menjaga kerahasiaan pribadi yang bertumpuk di dalamnya.
Saya sempat mengikuti rangkaian cuitan @SimpleMan setelah mendengarkan sederetan “keributan” diantara teman-teman penulis dan penggemar film-film thriller dan horor yang diproduksi oleh negara manapun. Penasaran dengan keseruan tersebut, saya pun jump-in ke akun Twitter yang dimaksud. Karena cuitan @SimpleMan sudah berjalan beberapa hari, saya pun berselancar mundur. Dan itu ternyata gampang banget karena banyak akun-akun pendukung yang me-retweet postingan @SimpleMan. Seru dan viral maksimal pokoknya.
Sebagai penggemar cerita dan film yang penuh ketegangan, hadirnya KKN di Desa Penari di bioskop mengiringi kebiasaan bertahun-tahun yang selalu terjadi di tanah air. Kebiasaan bahwa setiap Hari Raya Idul Fitri datang, para penggagas dunia sinema layar lebar pasti menyuguhkan banyak film sebagai sarana hiburan selama libur lebaran. Apalagi setelah lebih dari 2 tahun, bisnis bioskop sempat tercekat, ditutup total demi memutus penyebaran virus Covid-19. Jadi saat film KKN di Desa Penari hadir di berbagai jaringan bioskop, publik pun berbondong-bondong memenuhi fasilitas umum ini. Termasuk saya diantaranya.
BACA JUGA : Terpesona si MARLINA. Pembunuh Dalam Empat Babak
Antusiasme Publik
Tak ingin menunda waktu dan ingin turut merasakan masa-masa populernya KKN di Desa Penari, saya mengajak putri saya untuk menyaksikan film ini di CGV Living Plaza Jababeka. Tak mudah untuk mendapatkan tiketnya karena saat kami membeli via on-line, tiketnya rata-rata sudah sold-out beberapa hari sebelum filmnya diputar. 2 tiket yang kami dapatkan juga adalah beberapa sisa seats di studio 1 yang hampir penuh. Padahal saat itu film KKN di Desa Penari mendapatkan jatah prioritas jumlah studio dan waktu pemutaran selain film Doctor Strange.
Bener saja. Saat kami tiba di CGV, antrian untuk mencetak tiket dan pembelian makanan minuman sudah berderet rapi. Tapi untungnya kami punya sisa waktu yang cukup untuk itu termasuk ke toilet terlebih dahulu karena bakal melewat waktu nonton sekitar 2 jam yang menegangkan.
Mendapatkan tempat duduk di deretan teratas studio saya bisa menyaksikan setiap tempat duduk penuh terisi. Tak ada satupun tempat duduk yang tersisa. Termasuk deretan terdepan atau terbawah yang biasanya dihindari karena posisinya duduknya terlalu dekat ke layar dan kita nontonnya harus dangak. Pulang nonton dijamin sakit leher pokoknya.
Luar biasa antusiasme publiknya.
Apalagi disaat kami berada di lobby lounge studio dan kursi-kursi panjang tempat menunggu, sekumpulan calon penonton tampak menumpuk, mengobrol dan setia menghabiskan waktu hingga pintu studio dibuka. Hukum menjaga jarak pun tak dipraktekan kecuali disiplin mengenakan masker.
MD Pictures sendiri berani mengclaim bahwa dalam 6 hari penayangannya, KKN di Desa Penari, sudah mencatat 2.010.137 penonton. Jumlah yang resmi terhitung 2 hari sebelum saya ikut menjadi bagiannya. Angka ini dilengkapi dengan informasi bahwa pada saat hari pertama KKN di Desa Penari siap ditonton publik, ada sekitar 315.486 orang yang hadir di pemutaran perdana. Sebuah catatan yang menempatkan KKN di Desa Penari sebagai film di urutan ketiga tertinggi dalam sejarah jumlah penonton setelah DILAN 1991 (800.255 orang) dan MILEA: SUARA DARI DILAN (404.762).
BACA JUGA : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Karamnya Cinta Tak Bertepi Zainudin dan Hayati
Film Horor yang Sarat Pesan Moral
Film yang mulai tayang pada 30 April 2022 ini, menurut infonya, menelan biaya keseluruhan sekitar 15M. Ada juga yang menulis bahwa untuk biaya produksinya saja pihak MD PICTURES harus menggelontorkan biaya sekitar 1 Juta USD. Angka yang tentunya cukup mengesankan.
Beberapa berita on-line juga menyebutkan bahwa untuk menghidupkan beberapa adegan dan kesan menegangkan, pihak kreatif harus mendatangkan 110 ular, dimana 10 diantaranya berukuran besar. Termasuk diantaranya beberapa tempat dengan penampakan lapuk, termakan usia, diselimuti lumut disana-sini, tak terurus, yang bisa menjadi salah satu indikasi bagi orang awam bahwa tempat tersebut dihuni oleh makhluk ghaib. Rumah-rumah dengan dinding bambu, terkepung oleh hutan dan peletakan beberapa sesajen pun membangkitkan ambience horor dan mampu meninggalkan kesan bagaimana masyarakat sekitar masih sangat percaya dengan dunia kasat mata.
Sederetan kesan tak biasa tersebut semakin dilengkapi dengan kehadiran makam yang ditutup dengan kain hitam serta sebuah hutan yang disebut sebagai Tapak Tilas. Di hutan inilah hidup makhluk dedemit yang tinggal berdampingan dengan masyarakat desa dimana 6 orang mahasiswa itu tinggal.
Saat membicarakan soal tempat, banyak sekali dugaan-dugaan yang meluncur ke tengah publik. Ada yang percaya bahwa tempat kejadian adalah di Desa Jombang, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi. Sementara hutan yang dimaksudkan adalah Alas/Hutan Gumitir. Tapi hingga kini kepastian tentang tempat ini belum dinyatakan resmi oleh pihak manapun. Begitupun dengan mereka/mahasiswa yang mengalaminya langsung. Identitas mereka sepertinya masih tetap disembunyikan karena pada kenyataannya kejadian ini telah memakan korban jiwa. Tak satupun dari mahasiswa tersebut mau hadir dan menjadi saksi hidup dari pengalaman istimewa yang pernah mereka lalui.
BACA JUGA : MANGKUJIWO. Saat Manusia Memperebutkan Pengaruh dan Kekuasaan Duniawi
Tapi, meskipun ada yang harus kehilangan nyawa karena telah melanggar apa yang sudah dilarang, menurut saya, KKN di Desa Penari, efek thriller nya belum begitu mencekam. Saya tak merasa bergidik atau deg-degan karena menanti adegan yang tidak terduga. Namun, untuk skala film horor produksi domestik, KKN di Desa Penari termasuk salah satu hasil karya sinema horor yang patut untuk dihargai.
Film ini, menurut saya, meninggalkan banyak pesan moral yang bisa kita ambil. Khususnya adalah bagaimana kita harus menjaga sikap dan perilaku saat berada di rumah, lingkungan dan daerah orang lain. Seperti kata pepatah “Lain lubuk, lain ikannya”. Sebuah kalimat bijak yang mengajarkan dan mengingatkan kita bahwa setiap daerah memiliki adab, adat dan kebiasaan masing-masing. Setiap daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda dengan daerah yang lain. Jadi adalah pantas untuk kita camkan bahwa saat kita berada di tempat yang bukan daerah kita pribadi, hendaknya lah kita wajib memegang dan melaksanakan pepatah ini.
Usia awal 20-an memang penuh gejolak dan sarat dengan rasa penasaran pun jadi pemantik perkara. Sayangnya keenam mahasiswa yang menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai tugas akhir dari masa perkuliahan mereka di desa ini, tak bisa menahan diri akan nafsu pribadi. Seperti yang dilakukan oleh Ayu dan Bima. Mereka berhubungan badan justru di tempat yang dilarang. Hingga mengundang hadirnya sosok kasat mata untuk memberikan “pelajaran” kepada mereka berdua, hingga akhirnya harus meregang nyawa.
Keenamnya bahkan pernah diingatkan oleh Kepala Desa bahwa mereka tidak boleh masuk ke sebuah hutan yang dibatasi oleh sebuah tugu dan diberi pertanda janur melengkung dan sesajen berukuran besar. Tapi entah kenapa 4 diantara mereka dengan santainya terpancing godaan untuk masuk ke dalam hutan, melakukan hal terlarang (termasuk hubungan intim Ayu dan Bima), bahkan Widya sempat terjebak dalam sebuah ritual yang melibatkan beberapa dedemit dalam fisik manusia dan sang Badarawuhi yang menjadi sentral dari sosok penguasa desa dan hutan.
Jadi, jika ingin disimpulkan secara garis besar, semua kejadian di luar nalar tersebut berasal dari kealpaan para mahasiswa dalam menjaga tatakrama yang seharusnya mereka patuhi. Selain tentu saja karena pada dasarnya desa tersebut sudah terkurung oleh banyak hal yang memang tak wajar dari unsur logika manusia biasa, dan itu terwariskan dari waktu ke waktu.
BACA JUGA : Perempuan Tanah Jahanam. Sudahkah Kamu Mengenal Siapa Orangtua Mu?
Mengulas Peran Enam Pemain Utama
Seperti yang sudah disebutkan diatas, film KKN di Desa Penari ini, menghadirkan 6 pemeran utama (3 orang perempuan dan 3 orang laki-laki). Mereka adalah para mahasiswa dari universitas yang sama dan datang ke desa dalam rangka mengerjakan tugas akhir (program kerja) untuk skripsi yang menjadi syarat dari kelulusan mereka.
Mereka adalah Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Ahmad Megantara), Wahyu (Fajar Nugraha) dan Anton (Calvin Jeremy). Mereka didampingi oleh Kiki Narendra yang berperan sebagai Pak Prabu/Kepala Desa, Diding Boneng yang memainkan tokoh Mbah Buyut, salah seorang tetua atau orang pintar yang disegani dan memiliki ilmu hitam, Aulia Sarah yang berperan sebagai sang Badarawuhi (sang penari) dan Mbak Dok, seseorang nenek tua, jin/khodam pendamping Nur, yang diperankan oleh Dewi Sri.
Jika menyimak dari serangkaian tweets yang membanjiri media sosial, inti cerita dari KKN di Desa Penari ini menghadirkan 2 versi sudut pandang. Versi pertama adalah apa yang disampaikan dan dialami Nur. Sementara yang satu lagi adalah versi Widya. Tapi meski dari 2 sumber berbeda di Twitter, filmnya justru menghadirkan rangkaian kejadian mistis dari 6 orang mahasiswa tersebut diatas, yang memiliki garis merah cerita yang sama dan saling bertautan.
TENTANG NUR
Nur adalah satu-satunya mahasiswi perempuan berjilbab yang diperankan oleh Tissa Biani, aktris kelahiran 2002 yang sudah malang melintang di dunia perfilman nasional. Lewat wajah polos dan matanya yang bulat, Tissa sukses memerankan tokoh Nur yang pemikir, sangat memperhatikan teman-temannya, dan yakin pada kekuatan keimanan seseorang untuk menjaga orang tersebut.
Nur dalam film KKN di Desa Penari diceritakan memiliki “pendamping” atau khodam yang selalu mengikuti dan menjaganya kemana-mana. Jadi, tidak heran sejak dia turun dari mini bus yang mengantarkan rombongan mahasiswa ke titik terdekat menuju desa, Nur akan merasakan berat di pundak. Begitupun saat dia memasuki atau berada di tempat-tempat tertentu yang “berisikan” makhluk-makhluk istimewa seperti genderuwo yang tinggi dan bermata merah membara, dan tentu saja Badarawuhi si penguasa desa.
Jika sudah dalam kondisi itu Nur akan merasakan pundaknya seperti digandoli sesuatu yang sangat berat dan melelahkan. Khodam yang menjaga dan mengikutinya ini disebut Mbah Dok. Seorang nenek tua bungkuk dengan 2 bola mata yang putih pucat dan rambut putih diikat ke belakang serta selalu terlihat berantakan khas wanita yang sudah renta.
Mbah Buyut, seorang dukun ilmu hitam dari desa tetangga, yang menaruh curiga pada Nur, akhirnya menggunakan kopi untuk menguji apakah benar ada makhluk astral yang menyertai Nur. Ternyata benar. Lewat secangkir kopi yang diminum Nur kemudian Nur mengatakan bahwa kopi hitam tanpa gula tersebut manis, Mbah Buyut langsung mengangguk takzim. Terungkap sudah alasan mengapa Nur terlihat selalu “didekati” oleh banyak makhluk yang tak kasat mata. Makhluk yang jelas-jelas menolak kehadiran khodam dari luar desa yang ditakutkan bisa merusak atau mengganggu keberadaan lelembut di desa penari tersebut.
Kalau saya boleh menduga, rangkaian hal yang menimpa Nur, seperti tetiba kerasukan kemudian menari atau mendadak “menggurui” Widya lewat nasehat-nasehat yang panjang dan genderuwo yang mau menyerangnya, adalah salah satu dan tindakan Mbah Dok yang berusaha melindungi Nur dari serangan hal-hal ghaib tersebut.
Nur jugalah yang kemudian membongkar rahasia Bima dan Ayu, termasuk menemukan 2 barang berharga milik Sang Penari, Badarawuhi. Sosok siluman ular yang memang menjadi penguasa desa dan Alas Tapak Tilas yang berada berdampingan dengan desa. 2 barang tersebut adalah kain berwarna hijau dan gelang berukir ular. Tadinya kedua barang atau jimat ini ingin diberikan Bima kepada Widya lewat perantara Ayu. Tapi ternyata justru Ayu lah yang akhirnya harus terkena santetnya.
TENTANG WIDYA
Widya adalah sosok perempuan yang sering terlihat kosong pikirannya. Profil Widya dimainkan dengan apik oleh Adinda Thomas, seorang aktris kelahiran 1993.
Widya lah yang seringkali mengalami hal-hal mencekam, mendebarkan, dan sangat menantang. Adegan-adegan tersebut adalah saat mandi di ruang/rumah basuh yang sudah usang. Widya yang tampak berulangkali menyiram tubuhnya, disaat yang sama sosok Badarawuhi tampak berjalan pelan mendekatinya. Shoot saat kamera menampilkan langkah-langkah kaki Badarawuhi mendekat, menurut saya, adalah salah satu scene yang cukup mendebarkan. Penonton seolah-olah diajak untuk meneriakkan “Hei Widya, berhenti dong mandinya. Coba lihat ada siapa di depan kamu.” Dan saat teriakan itu berakhir dan Widya membuka mata, si Badarawuhi pun lenyap seketika.
Adegan lain yang menampilkan Widya dalam take yang mendebarkan adalah saat dia menari tanpa sadar, memegang ular besar, lalu saat dia dikelilingi lelembut dan menyaksikan Ayu menari dengan wajah tersiksa dan disaksikan oleh Badarawuhi. Kemudian saat dia menemani Wahyu membeli keperluan di kota lalu berhenti di satu pesta yang dihadiri oleh banyak orang. Widya dan Wahyu diundang untuk makan dan menghadiri pesta tersebut. Tapi Widya menjadi ketakutan saat melihat Badarawuhi menari dan disaksikan oleh sekian banyak orang yang mengaguminya. Mereka berduapun diijinkan membungkus hidangan yang ada. Tak disangka saat Wahyu ingin membagikan bungkusan tersebut, mendadak sebuah kepala monyet yang masih berdarah-darah tergelincir dari genggamannya.
Ada juga satu adegan yang menampilkan Widya mengeluarkan gumpalan rambut dari mulutnya. Yang kemudian dipastikan bahwa Widya sudah terkena teluh dan mengakibatkan dirinya sakit, harus berbaring selama kurang lebih 3 hari.
Adinda Thomas cukup berani untuk melakukan rangkaian adegan-adegan penuh ketegangan di atas. Salut untuk Adinda.
TENTANG AYU
Tokoh Ayu dikenalkan sebagai leader dari 5 orang temannya. Dia sudah hadir di scene awal saat bersama kakakknya menemui Pak Prabu untuk ijin melaksankan KKN di desa itu. Awalnya tampak gurat wajah segan dari Pak Prabu, tapi akhirnya ijin yang dia ajukan disetujui oleh sang kepala desa tersebut.
Ayu yang diperankan oleh Aghniny Haque diceritakan sebagai remaja yang berpikiran bebas, baik dari segi berpakaian maupun dalam bergaul. Setidaknya dengan sudut pandang inilah, Ayu yang memang naksir dengan Bima, berani melakukan persetubuhan dengan lelaki idamannya itu. Dia, entah sadar atau tidak, menjadi pemicu munculnya banyak raga kasat mata untuk menyerang dan menghantui dia dan teman-temannya.
Meski tidak secara konsisten “diserang” dan tersudut, Ayu akhirnya “dipinang” oleh Badarawuhi untuk menjadi penggantinya di hutan Tapak Tilas. Saya cukup terkesan dengan cara Ayu menari serta melihat ekspresinya saat harus bergoyang tanpa henti saat kaum lelembut mengadakan pesta di dalam hutan. Dengan menggunakan pakaian yang persis sama dengan Badarawuhi, Ayu terlihat menari diiringi gamelan dan suara sahut menyahut dari para lelembut yang mengelilinginya hingga dia berkeringat dan ekspresi tersiksa.
Sementara disaat yang sama, raga Ayu sedang terkapar, koma dengan raut wajah mengerikan, tapi tampak terengah-engah. Yang pasti, saat menelusur tindak tanduk Ayu, perempuan inilah yang cenderung berlaku tidak mengikuti tata krama dan larangan yang sudah diberikan.
Menurut thread yang disebarkan via Twitter, Ayu sempat dalam kondisi hidup segan mati tak mau hingga akhirnya wafat.
TENTANG BIMA
Entah mulai kapan Bima terselubungi oleh makhluk kasat mata. Saya baru ngeh Bima terlihat “berbeda” saat Wahyu dan Anton bercerita kepada Nur tentang Bima yang kelakuannya aneh. Anton bahkan menyebutkan bahwa Bima, setiap malam, terdengar seperti sedang berhubungan badan, mengeluarkan suara terengah-engah persis seperti orang yang sedang dimabuk asmara. Nur yang mendengar cerita tersebut langsung kaget dan mengajak Bima untuk berbicara berdua. Sayangnya setiap Nur menasehati, Bima tampak kesal dan malah terdengar membalas dengan omongan yang penuh emosi.
Ternyata Bima ini sudah berulangkali tanpa sadar masuk ke dalam hutan terlarang dan asik masyuk dengan Badarawuhi. Saat dilihat sosok Badarawuhi tetiba berubah menjadi ular yang sangat besar. Bima sendiri terlihat bersetubuh dengan tatapan kosong serta raga yang pasrah tanpa mampu melawan. Termasuk saat dia melakukan hal yang sama dengan Ayu.
Acting Ahmad Megantara sebagai Bima patut diacungi jempol karena banyak adegan yang mengharuskan dia terlibat dengan banyak ular. Pastinya gak gampang untuk tetap berwajah dan berekspresi datar sementara di sekelilingnya ada binatang melata yang siap meliuk-liuk dan mengelilingi dirinya. Sesuatu banget pastinya.
TENTANG WAHYU dan ANTON
Kedua lelaki ini dihadirkan sebagai “pemanis” dari cerita secara keseluruhan. Tapi biar pun sebagai pemanis,Fajar Nugraha yang berperan sebagai Wahyu dan Calvin Jeremy sebagai Anton, menghadirkan acting yang prima. Kepolosan mereka terkadang menghadirkan tawa bagi penonton tapi juga beberapa kali memberikan kengerian dengan jeritan serta ekspresi kaget.
Wahyu yang sempat berkendara (naik motor) menuju kota, pembeli perbekalan bersama Widya, sempat mendapatkan nasehat panjang dari seorang penjual cilok. Penjual yang sempat kaget saat mengetahui mereka KKN di sebuah desa di dalam hutan, sempat terlonjak dan menasehati mereka agar segera keluar dari desa karena sudah banyak kejadian yang tidak dimasuk akal terjadi di desa tersebut. Tapi Wahyu menanggapinya dengan ringan bahkan sempat bercanda.
Seperti yang diperkirakan, Wahyu dan Widya pun mengalami kejadian luar biasa, hingga akhirnya Wahyu terlonjak saat mengeluarkan bekal yang didapatnya saat mampir di sebuah pesta lelembut. Wahyu dan Anton yang seringkali melontarkan candaan-candaan kocak kepada teman-teman perempuannya akhirnya menyadari bahwa desa tempat mereka KKN sejatinya adalah tempat yang penuh dengan kejadian-kejadian saat misteri.
BACA JUGA : Kisah Tanah Jawa MERAPI. Petualangan Menjemput Seorang Teman di Dimensi Lain
Pendapat Pribadi Tentang KKN di Desa Penari
KKN di Desa Penari tentunya menghadirkan sebuah karya sinema anak bangsa yang menambah khazanah film-film horor yang nyatanya banyak digemari oleh publik tanah air. Berangkat dari sebuah kisah yang sudah lebih dahulu sangat populer dan dihadirkan lewat media sosial, tentunya membutuhkan effort luar biasa yang harus dilakukan oleh para sineas yang terlibat dalam produksi film ini. Ada beban tersendiri bagi MD PICTURES agar bisa memindahkan keseluruhan ide dan rangkaian kisah yang terurai lewat thread di Twitter menjadi sebuah suguhan visual berupa film. Masyarakat tentunya menginginkan agar apa yang sudah pernah tertanam di benak mereka bisa terejawantahkan dengan baik lewat film ini.
Bukan pekerjaan gampang pastinya. Memindahkan wujud sekitar 500++ thread di Twitter menjadi 2 jam lebih sedikit hiburan visual tak akan terwujud jika bukan di tangan para professionals.
Terlepas dari tanggapan plus minus dari berbagai penulis dan jurnalis dari berbagai media, KKN di Desa Penari, menurut saya, cukup menghibur untuk mengisi waktu-waktu libur lebaran dan membuahkan pundi-pundi lewat sinema layar lebar yang sempat lumpuh selama 2 tahun lebih akibat pandemi. Bahkan dari yang saya cek barusan, film ini masih banyak penontonnya dengan jumlah yang sudah melewati angka 2 juta lebih.
Semoga dengan kembali beroperasinya berbagai layanan menonton di seluruh daerah, mampu menyemangati banyak rumah produksi, para aktor dan aktris, serta berbagai lapisan yang bergerak dan bekerja di belakangnya, bersemangat untuk melahirkan banyak karya sinema berkualitas dalam waktu dekat.
Score saya untuk film KKN di Desa Penari adalah 8.5/10.
Pujian tinggi saya sampaikan kepada Tissa Biani dan Adinda Thomas atas kerja keras mereka dalam menghadirkan tokoh Nur dan Ayu yang setara dengan harapan para pembaca saat membayangkan tokoh mereka lewat Twitter.
Jaya terus sinema Indonesia!!
wih pembuatan film ini menelan biaya sampai 15 milyar, dan menghadirkan ratusan ular pula. Wajar lah ya dengan upaya maksimal begini, di sertai pencarian lokasi syuting yang mendekati gambaran di thread twitternya, bisa menarik minat banyak calon penonton untuk menyaksikan filmnya.
Bener juga kok memang, kan kita kenal di mana bumi berpijak, disitu langin dijunjung. Jadi kita memang mesti menghormati keyakinan/kebiasaan masyarakat di tempat baru yang kita datangi, walau mungkin kita nggak sepakat, janganlah menentangnya. Terima saja dalam diam
Iya Mbak. Totalitasnya cukup bagus. Kelihatan banget MD PICTURES mencoba menghadirkan desa yang persis sama dengan apa yang dilukiskan lewat Twitter. Cinematography dan pengambilan gambarnya juga bagus-bagus.
Awalnya saya biasa aja sama film ini, tapi jadi penasaran setelah banyak yang bilang bagus.
Kalau liat di tayangannya, menarik sih, cuman kekurangannya agak aneh di bagian logatnya hehehe :D
Salut sama Nur, logatnya mirip orang Jatim banget, padahal kalau ga salah dia bukan orang Jawa ya.
Saya setuju sih, di luar ceritanya benar atau enggak, pesan agar selalu sopan di manapun kita berada tuh penting banget.
Pemilihan latar film sebagai bagian pemantik horor film Indonesia yang unik dan skema adab saat berkunjung di wilayah negeri atau kampung lain pesannya.
Nah soal bahasa Jawa nih yg lupa saya bahas. Penggunaan bahasa Jawa Timur an ini mungkin maksudnya sebagai penegasan darimana para mahasiswa berasala dan dimana mereka KKN. Tapi sayangnya tidak total ditampilkan. Konsistensi penggunaan bahasa daerahnya kurang banget.
Kalau saya jadi sutradaranya, mungkin memutuskan akan menggunakan bahasa Jawa timur di 90% komunikasi atau pilihan lainnya adalah tidak sama sekali
Mbak Annie..lengkap sekali ulasan film KKN di Desa Penarinya. Detil dari segala sisi pula.
Yang jelas begitu film keluar terus angka penonton makin nambah saya acung jempol. Ikut bangga film Indonesia kembali lagi mampu merebut hati penontonnya. Berhadapan langsung dengan Doctor Strange pula. Keren!
Saya belum nonton, karena pulang mudik masih keliling lagi di sini.
Setuju, pesan moralnya yang mesti dimaknai, jaga tatakrama, lain lubuk lain ikannya, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung!
Bener banget Mbak Dian. Salut akan antusiasme publiknya. Terakhir yang saya dengar sih jumlah penonton sudah lewat dari 2 juta. Luar biasa. Doctor Strange, film jempolan, sampe bertekuk lutut. Seneng lihat penghargaan publik kepada sinema karya anak bangsa.
Setuju banget mba… KKN di Desa Penari, menurut saya, cukup menghibur Dan bikin berdebar2 seperti biasanya musik di film horor Indonesian yg bikin kita terkaget2 Dan bikin histeris juga
Saya Juga Suka sama akting nya Nur Tissa Biani.. setelah film ini kewajiban KKN ke desa2 mudah2an dihapus yakkk🤦
Naahh itu dia Mbak Utie. Setidaknya jika harus KKN di desa, pilih lah desa yang gak berada di tengah hutan begitu ya. Serem ih.
Hihihi gak tau kenapa saya gak suka film horor
Apalagi film Indonesia
Karena sangat berhubungan dengan keseharian kita takutnya malah jadi ketakutan hehehe
Hahahaha. Saya juga milih-milih filmnya Mbak. Gak semua juga saya suka. Apalagi yang alur ceritanya lebih menjurus atau mengeksploitasi seksualitas
Aku ngikutin cerita KKN Desa Penari ini saat di Twitter mbak
Seru, dan menengankan juga
Sudah lama yang menantikan cerita ini di film kan
Makanya saat film nya bisa ditonton, nggak heran ya antusiasme publik sangat besar
Aku belum sempat nonton, masih antri terus euy bioskopnya
Kehebohannya bersambung dari Twitter ya. Fenomenal banget cerita KKN DI DESA PENARI ini di 2019. Padahal kejadian aslinya sudah hampir 10 tahun berlalu. Diksi dari orang yang menyebarkan juga apik. Pembaca jadi terbawa dengan alur kisah yang disajikan
Aku masih ngeri-ngeri sedep nonton KKN Di desa Penari ini. Ada rasa takut. Pas baca threadnya aja, aku nggak baca sampek selesai kok. Karena nggak berani. Hehehe
Hihihihi padahal seru loh Mbak Yuni. Sinematografi filmnya juga kece
Aku juga baca threadnya sih di Twitter emang viral. Banget apalagi adikku sarjana seni tari jadi penasaran kan wah review nya menarik banget ya lihat posternya juga bikin penasaran pengen nonton juga
Poster-poster yang beredar menurut saya keren-keren Mbak. Salut untuk para kreator/ilustratornya. Saya malah pengen bisa bikin poster menegangkan seperti itu.
Wahhh.. ini film yang lagi hype banget.. aku belum sempat nonton. Pengen banget nonton, mau cari waktu yang pas deh.. semoga masih keburu. Rate-nya tinggi juga ya mbak, selain kaya akan pesan di dalam film ini katanya cinematography-nya juga kece banget.. duh ga sabar.
Yup banyak orang yang bilang cinematography nya keren. Saya setuju.
Yes, film indonesia terlaris saat ini.
Ulasan mbak Annie super lengkap dan detail sekali. Saya jadi penasaran pingin nonton. Dari seminggu lalu pingin nonton tapi belum ada kesempatan…
Makasih ya mbak… Selalu the best deh artikel di blog ini
Seneng ya Mas mengetahui film Indonesia berjaya di negeri sendiri. Padahal di saat yang sama film Doctor Strange juga sedang diputar.
Apresiasi buat film Indonesia yang terus bangkit…
Sejatinya memang kemana pun dan sedang berada di mana, kalau ada yang terlarang maka jangan dilakukan, karena pasti ada sebabnya.
Apalagi kalau sampai melanggar, jadinya malah bikin berabe sendiri juga ya.
Semoga melalui film ini jadi bahan pembelajaran untuk memerhatikan adab ya Bu Annie.
Setuju banget Fen. Adab dan akhlak harus didahulukan dimana pun kita berada.
aku belum nonton film ini karena sekarang lebih banyak waktu di rumah.. banyak webinar yuk hehe.. tapi abis baca tulisan yuk Annie yang detil aku jadi paham alur cerita film ini.
cuma nanti pengen luangin waktu sebelum film ini turun layar.
Nontonlah Ded. Worth watching film ini. Gek keburu turun pulok hahahaha
Viral seperti sejak pertama muncul di twitter, viral juga filmnya. Dulu sudah baca tuntas, dan takjub sewaktu muncul kabar akan difilmkan, ternyata sehebat itu daya tarik ceritanya. Angka yang fantastis 15M atau pun 1 juta USD itu untuk biaya produksi, tapi wajarlah jika pihak rumah produksi menggelontorkan sebanyak itu, karena dari kesuksesan versi twitternya sudah bisa diprediksi bakal sukses di film dan meraup banyak penonton maupun keuntungan.
Kalau aku pribadi karena ga berani nonton film horor, jadi film ini aku skip. Apalagi ada banyak ular ikut berperan di film, hewan yang paling kutakuti. Cukup tau aja dari cerita-cerita.
Bener Rien. MD PICTURES sepertinya totalitas menggarap film ini. Dan akhirnya terjawab ya. Dengan antusiasme penonton yang tinggi, setidaknya film KKN DI DESA PENARI sama fenomenalnya dengan thread yang ada di Twitter.
Sejujurnya aku takut nonton film horror, tapi asli penasaran banget pengen nonton ini jadinya. Apalagi dulu ngikutin ceritanya pas rame di sosmed huhu