The Medium. Film Horor Supranatural yang Sangat Menegangkan

Ada di satu waktu, saat gabut dan galau mau nonton film apa, saya membuka sebuah akun Youtube. Akun yang berisi tentang informasi atau referensi film dan drama dari berbagai negara. Salah satu kontennya adalah daftar film horor yang diproduksi selama 2021 dan (sangat) seru plus direferensikan untuk ditonton publik.

Saya sering banget loh terbantu dengan konten-konten seperti ini kalo lagi mentok pengen nonton apa. Pencarian jadi lebih singkat dan terarah. Karena biasanya akun yang satu ini, selalu jitu informasinya. Selera tontonannya kebetulan pula pas dengan apa yang saya perlukan. Apalagi setelah tahu bahwa beliau juga penggemar film horor, thriller, hard action dan yang sejenisnya.

Ulasannya juga sangat rinci. Gak sekedar bilang “bagus” atau “jelek” tapi juga sering memberikan insight baru tentang bagaimana mengulas sebuah karya sinema dengan baik, informatif, mendidik dan berkualitas.

Dari sinilah saya kemudian tahu tentang film The Medium. Film horor supranatural yang sangat menegangkan. Film yang juga meraih box office di Thailand di tahun yang sama dan mendapatkan banyak pujian dari banyak kritikus film.

Mantab banget kan ya?

Baca Juga : Belajar Menjaga Tatakrama dari film KKN di Desa Penari

The Medium. Film Dari Sutradara Bertangan Midas

Sebelum memutuskan untuk nonton The Medium, saya melakukan riset kecil-kecilan. Penasaran maksimal kenapa kok si youtuber ini pujiannya selangit. Bahkan dia sampai memberikan rating 8.5 untuk The Medium. Angka yang menurut saya masuk dalam skala istimewa.

Saya pun langsung googling dan membaca beberapa tulisan yang membahas tentang The Medium. Mulai dari Wikipedia hingga beberapa artikel menarik yang ditulis oleh banyak media on-line dalam dan luar negeri. Ternyata tak lama setelah beredar di bioskop, banyak sekali tautan-tautan yang membahas soal film The Medium. Referensinya berlimpah ruah. Minim koreksi atau ketidaknyamanan.

Poin terpenting dari semua ulasan yang ada adalah bahwa The Medium lahir dari sentuhan dua sutradara bertangan midas. Dua pengarah peran yang sudah punya nama di dunia perfilm-an berskala dunia. Khususnya film-film garis keras dan bikin bulu kuduk merinding. Mereka adalah Banjong Pisanthanakun (Banjong) yang berasal dari Thailand dan Na Hong-ji (Hong-ji) dari Korea Selatan.

Saya sudah menonton karya-karya sinema dua sutradara ini. Seperti Shutter dan Peemak karya Banjong dan The Wailing karya Hong-ji. Ketiganya dapat pujian dan mencetak keuntungan besar di negara masing-masing. Tapi yang paling berkesan buat saya adalah The Wailing. Film horor supranatural yang mengupas tema shamanisme yang masih dijadikan tuntunan masyarakat dalam memecahkan banyak masalah. Film dengan banyak adegan “menggigit” dan ngilu hati.

The Medium sendiri, juga mengangkat tema tentang shamanisme yang sama dengan The Wailing. Hanya saja penyajian ceritanya berbeda. Jika The Wailing dihadirkan dengan rekaman film biasa, sementara The Medium direkam seperti mockumentary. Jenis film atau acara televisi yang menggambarkan peristiwa fiksi tetapi disajikan secara dokumenter.

Jejak mockumentary ini bisa kita lihat lewat wawancara dengan tokoh perempuan bernama Nim, seorang shaman perempuan yang mewariskan profesi tersebut secara turun temurun. Lalu ada juga potongan wawancara dengan beberapa tokoh yang ada di dalam film ini, termasuk Mink si pemeran utama.

Bahkan hingga film mencapai klimaks dan berakhir, film dibuat seolah apa yang ditampilkan adalah rekaman pribadi atau sekelompok orang yang mengikuti keseluruhan peristiwa yang terjadi pada Mink. Para perekam juga terceritakan menjadi korban, ikut menyaksikan dan mengalami peristiwa mistik. Para perekam film juga diceritakan mati sehingga potongan film terakhir pun diambil dari kamera yang jatuh.

Selain sentuhan tangan midas Banjong dan Hong-ji, pujian tinggi juga diberikan kepada Narilya Gulmongkolpech/Yada yang berperan sebagai Mink dan Sawanee Utoomma yang memainkan tokoh Nim, tantenya Mink yang mewariskan peran turun-temurun sebagai salah seorang Shaman di desa Isan. Sebuah desa yang benar-benar eksis di Thailand.

The Medium sendiri mencapai box office di Korea dan mendapatkan penghargaan bergengsi pada event International Bucheon atau Bucheon Choice Award.

Baca Juga : Menyaksikan Kisah Suram Perjalanan Hidup Alvin Russell di The Devil All The Time

The Medium. Film Horor Supranatural yang Sangat Menegangkan
Patung dewa Bayan yang disembah oleh masyarakat di desa Isan, Thailand

Shamanisme dan Shaman

Di bagian awal film diputar, Nim sang shaman dominan ditampilkan. Ada rangkaian wawancara dengan Nim. Alasan dia berada di Isan adalah “menerima” warisan sebagai Shaman yang adalah takdir turun temurun dari garis keluarganya. Kemudian kita ditunjukkan juga bagaimana Nim melaksanakan fungsinya sebagai seorang Shaman. Seperti apa kegiatan dia sebagai seorang Shaman. Termasuk penokohan seorang dewa bernama Bayan.

Patung Bayan sendiri diletakkan masyarakat Isan di satu tempat tertentu. Di dalam sebuah hutan kecil, terjaga oleh alam. Patung itu dibuat dalam kondisi duduk dengan ukuran yang cukup besar. Masyarakat setempat sering melakukan ritual atau doa bersama di depan patung dewa Bayan. Tujuannya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah dalam rangka mengobati orang sakit atau dalam rangka menyampaikan permintaan tertentu.

Apa sih sebenarnya Shamanisme dan Shaman itu?

Shamanisme adalah ajaran yang meyakini bahwa roh dapat menyusup ke dalam manusia yang disebut sebagai Shaman.

Shamanisme juga didefinisikan sebagai suatu praktik yang melibatkan seorang praktisi (seorang shaman) mencapai perubahan kondisi kesabaran dalam rangka untuk merasakan dan berinteraksi dengan dunia arwah serta menyalurkan energi transendental (hal-hal yang bertentangan dengan dunia material dan penjelasan ilmiah) tersebut ke dunia nyata.

Shamanisme di Thailand sendiri adalah keyakinan pra-Budha yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Hingga saat ini tetap diakui sebagai aliran kepercayaan. Wilayah yang diyakini masih kental dengan kepercayaan ini adalah Isan, daerah timur laut Thailand, dimana The Medium dibuat.

Gelar shaman ini diberikan kepada dukun/tukang sihir yang akan kehilangan kesadaran untuk berinteraksi dengan arwah. Mereka ini berbeda dengan manusia kebanyakan. Mereka adalah orang terpilih yang memiliki kekuatan supranatural. Gelar atau profesi Shaman juga biasanya diwariskan turun temurun.

Baca Juga : Terpesona si Marlina. Pembunuh Dalam Empat Babak

Slow Burning Horor Supranatural

Mink dan ibunya, Noi, tidak percaya akan adanya shaman dan shamanisme ini. Mereka menganut agama Kristen dan rajin beribadah di gereja. Dan karena Noi tidak menerima warisan sebagai seorang shaman, tugas itu kemudian diberikan kepada Nim, adik perempuan Noi.

Ada beberapa shoot wawancara dengan Mink yang memperlihatkan bahwa gadis ini menolak keberadaan shamanisme dan shaman di desanya. Menurut Mink, Bibi nya itu orang yang aneh dengan bahasa tubuh dan suara-suara yang juga sama anehnya. Tapi alih-alih mentertawakan bibinya yang sering membaca mantra di sebuah ruangan yang penuh dengan benda klenik dan sajen serta bertingkah ajaib, Mink malah akhirnya kerasukan.

Masuknya roh kedalam badan Mink ini berproses. Tapi langsung ditandai oleh Nim.

Mulai dari titik Mink kerasukan inilah, The Medium menghadirkan slow burning horor supranatural yang bikin kita merinding. Teror demi teror ditampilkan sehingga tanpa kita sadari jiwa kita terasuk, terbakar oleh kengerian yang dihadirkan tanpa jeda. Film pun menampilkan rasa takut yang perlahan menyiksa pikiran.

Tingkah polah Mink perlahan berubah. Sering bengong, rambut acak-acak dan mata yang menghitam. Mink juga dikeluarkan dari pekerjaannya karena tidak konsen dalam bekerja. Dia sempat terekam CCTV melakukan hubungan seksual dengan beberapa pria di ruangan kantor. Di tempat umum pun dia bertingkah aneh. Seperti memarahi dan memukul anak kecil yang sedang main bersamanya.

Saat ditanya Mink seperti tidak mengerti. Dia semakin stres dan tertekan hingga sempat memotong nadinya dan berusaha bunuh diri di dalam kamar mandi.

Ada satu fase dimana kesurupan yang dialami Mink mencapai puncaknya. Dan itu menurut saya adalah salah satu klimaks yang sangat menggetarkan dan dihadirkan sutradara di tengah-tengah film sedang berlangsung.

Mink yang tubuh dan jiwanya sedang dikuasai oleh roh tersebut bermalam-malam bertingkah aneh di dalam rumah. Peristiwa ini direkam lewat kamera CCTV yang dipasang di beberapa sudut rumah. Tampak disana Mink berjalan seperti anjing dengan mata terbalut warna hitam. Bergidik lihatnya.

Dia mengacak-acak barang di rumah, membongkar kulkas dan makan daging mentah yang ada di dalam lemari pendingin itu. Mink merangkak kesana kemari di dalam rumah bahkan kencing di atas sebuah rak kecil. Yang paling keji adalah dia mencekik anjing pudel putih kesayangannya, lalu mencelupkan binatang lucu itu kedalam sebuah panci besar dengan air mendidih di dalamnya.

Teror Mink pun bersambung menjadi semakin brutal saat dia mengincar keponakannya yang masih bayi, lalu membunuh satu persatu anggota keluarganya dan mereka yang terlibat dalam pendokumentasian film.

Noi, Ibu Mink, langsung menghubungi warga setempat untuk membebaskan Mink dari kesurupan. Disepakati akhirnya akan diadakan ritual di satu tempat (yang tampak seperti goa). Ritual ini menghadirkan Noi sebagai medium dengan beberapa lelaki berbaju putih, dimana salah seorang diantaranya juga adalah dukun.

Ternyata kekuatan roh yang bersemayam di dalam tubuh Mink sangat kuat dan sudah tak terkendali.

Roh tersebut kemudian menyebar dan merasuki semua lelaki berbaju putih tersebut. Mereka dibunuh satu persatu, membunuh orang yang berada di sekitarnya, bahkan banyak diantaranya membunuh dirinya sendiri. Ada yang dengan membenturkan kepalanya ke dinding berulangkali, menusuk dada dengan pisau dan terjun ke jurang.

Kengerian mencapai puncaknya. Terutama saat Mink turut hadir di area ritual tersebut.

Baca Juga : Mangkujiwo. Saat Manusia Memperebutkan Pengaruh dan Kekuasaan Duniawi

The Medium. Film Horor Supranatural yang Sangat Menegangkan
Mink yang sedang kesurupan di dalam rumah

The Medium. Film Horor Supranatural yang Sangat Menegangkan
Mink saat berusaha diobati oleh Nim, bibinya

The Medium di Mata Saya

Sebagai seorang penggemar film dan drama bergenre horor dan thriller, The Medium, film horor supranatural yang menegangkan ini pantas masuk dalam deretan produk sinema yang seru untuk ditonton. Kengerian dan rangkaian teror yang dibangun, sangat urut atau runut ditampilkan. Plot nya sangat tertata sehingga cara berpikir kita pun pelan-pelan terbawa pada setiap situasi yang diciptakan. Mulai dari Mink masih dalam keadaan normal, kemasukan roh, tetiba berubah, hingga kesurupan secara ekstrem.

Gerakan tubuh, tatapan sinis, mimik melepeh dan merendahkan serta raut wajah Mink pun tersampaikan secara detail. Yada, pemeran Mink, yang katanya adalah aktris pendatang baru, ternyata cukup mumpuni untuk memainkan karakter seorang gadis yang sedang kesurupan.

Dia mampu membangkitkan kengerian, terutama saat ketegangan mencapai puncaknya. Yada menggunakan kaki dan tangannya, berjalan seperti anjing, sembari beberapa kali menggerak-gerakkan kepalanya kesana-kemari. Rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai, berantakan/kusut dan terkadang menutupi wajahnya, menjadikan Yada bisa tampil maksimal.

Make up pada wajah Yada yang tidak berlebihan, membuat tampilan orang kerasukan tidak dilebih-lebihkan. Malah lebih terlihat natural.

Kok tahu?

Tahu dong. Karena saya pernah punya pengalaman melihat orang kesurupan. Dan itu visualnya mirip banget dengan apa yang terjadi pada Mink. Terutama saat erangan, lengkingan dengan jari-jari yang merenggang sembari menatap sinis siapapun yang sedang beradu pandang.

Skor saya untuk The Medium adalah 9.5/10.

Nilai tertinggi saya berikan untuk cerita yang intense, fokus pada satu konflik dan tentu saja karena premis yang sangat kuat. Kerja bareng dua orang sineas hebat tentunya menjadi nilai plus yang tak boleh diragukan.

The Medium. Film Horor Supranatural yang Sangat Menegangkan
Klimaks film Medium. sebuah ritual di dalam satu tempat (seperti gua di dalam hutan) yang kemudian berakhir dengan rangkaian adegan yang sangat menegangkan

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

29 thoughts on “The Medium. Film Horor Supranatural yang Sangat Menegangkan”

    • Ceritanya sangat menarik Mbak Dian. Meskipun saya sudah beberapa kali nonton film horor dengan tema yang sama, The Medium ini punya sudut kengerian yang berbeda. Mencekam dari awal hingga akhir.

  1. Jadi penasaran, karena review-nya Mbak Annie bagus banget

    kalo saya, patokan penilaian di mydramalist, komunitas penonton drama/film asia

    di mydramalist nilainya hanya 7,4

    Bikin saya tambah penasaran

    Reply
    • Cus nonton Mbak Maria. Menurut saya sih nilainya bisa lebih dari 7.4 karena intensitas kengeriannya tersaji rapi, runut dari awal hingga akhir.

  2. Udah nonton saya Mba, gegara dulu pas masih awal-awal banyak yang review katanya ngerinya susah dicerna.
    Karena penasaran, saya nontonlah.
    Tapi ya gitu, mungkin karena udah ada ekspektasi luar biasa di benak saya, jadinya pas nonton itu udah nunggu banget kengerian yang dimaksud.

    Dan sampai terakhir kok ya menurut saya biasa saja, hahaha.
    Maksudnya ngeri tapi ya nggak ada bedanya sama film horor lainnya.

    Mungkin juga, ketika remaja, saya suka baca buku kali ya, beberapa buku yang saya baca temanya horor mirip gini, ada kayak cerita kutukan gitu, di mana akhirnya sulit melepaskan diri dari kutukan gitu

    Reply
    • Hihihihi memang skala kengerian seseorang bisa beda-beda. Kalau Mbak Rey menganggap levelnya biasa, ada juga yang cuma sanggup nonton setengah jalan hahahaha. Tapi film ini keseruannya dapet banget menurut saya. Setara dengan The Wailing, film tentang shamanisme yang dibuat oleh sutradara yang sama.

  3. huwaghh genre nya tidak ramah bintang satu buat aku yang takutan hihi..
    bacanya full ga dilewat mana ini masih jam 2 pagi huhu…
    ratenya tinggi sekali pasti mami Annie sangat menikmati filmnya.
    sepanjang baca memang ngikutin Mink ini nger-ngeri sedap dan sepanjang aku tahu juga fiml-film horor thailand memang menarik buat ditonton.

    Reply
    • Hahahahaha. Memang scary film nya. Dari awal hingga akhir seremnya intense banget. Tapi buat aku yang suka genre film seperti ini, nonton The Medium jadi asik banget.

  4. Saya baru tahu ada film keren ini, Mbak. Dan dari rating awal 8,5 sebelum nonton, lalu naik jadi 9,5 setelah Mbak Annie nonton The Medium, ini menunjukkan filmnya bagus. Apalagi diceritakan secara urut dan runut, dengan akting keren. Bahkan makeup-nya pun sama dengan orang kesurupan beneran. Jadi penasaran saya ingin nonton.

    Reply
    • Ini film Thailand Mas Sugi. Tapi memang ada film sejenis dengan tema yang sama. Judulnya The Wailing. Nah yang bikin The Wailing, adalah sutradara yang sama dengan film The Medium ini.

  5. The Medium ini film horor supranatural yang menjadi salah satu film horor terbaik yang pernah kulihat. Sangat menegangkan dan membuat penonton terpesona dengan plot dan karakter yang sangat berkesan. Aku sarankan untuk menonton film ini untuk menikmati petualangan horor yang luar biasa.

    Reply
    • Setuju banget Mbak. Apalagi untuk penggemar film horor thriller. Bakal menikmati banget film ini dari awal sampai akhir

  6. Karena baca ulasan Mbak tentang Film Medium ditambah lagi dengan penilaian yang bikin saya jadi penasaran dan ingin juga nonton film horor supranatural ini. Kira-kira bakal merinding gak ya saya nontonnya? Baca ulasan di atas aja udah kebayang horornya , hehe

    Reply
  7. Wah, Mba Annie kasih rating film The Medium 9.5. Keren pasti. The Medium di Korea bisa mencapai box office di Korea dan dapat penghargaan International Bucheon.
    Duh, saya sebenarnya penasaran tapi takut kebayang-bayang gitu. Serem pas ngebayangin Mink kerasukan.

    Reply
  8. Kalau film horornya nuansa Thailand atau produksi Thailand, huaahh bakal bikin bergidik deh.
    Daku semisal nonton ini sepertinya kudu barengan sama kakak daku yang memang demen nonton horor Thailand.
    Dan juga nontonnya sih mending siang lah ya, hehe. Tatut padahal penasaran juga mau nyimak 😁

    Reply
    • Horor Thailand tuh memang sesuatu ya. Aku sukanya mereka tuh gak gelap-gelapan. Jadi sisi artistik horor nya bisa dinikmati. Cuma yang rada mengganggu adalah cara mereka bicara. Berisik banget cempreng nya hahahaha.

  9. Gak kebayang kalo nonton The Medium ini sendiri buat yang gak terlalu suka film horor,
    Bakalan terngiang2 sih scene2 kesurupannya, T_T
    Gappaa ga nonton filmnya langsung
    Baca ulasan Mbak Annie, sdikit bisa membayangkan bagaimana ceritanya, walau aslinya tetap penasaraan sihh

    Reply
  10. Aku nggak berani nonton film horor sayangnya. Beberapa kali nonton horor masih aja membekas dalam ingatan walaupun sudah bertahun-tahun. Jadi nggak pernah lagi huhu. Padahal ini kayaknya seru batsss mbak.

    Reply
    • Wah kalau dalam kondisi begini sih lebih baik jangan nonton. Takutnya ntar kepikiran. Kalo saya film-film horor luar negeri selalu bikin penasaran. Yang justru bikin takut itu adalah film horor yang dibintangi oleh alm Suzana. Itu asli serem banget dah hahaha.

  11. Aku suka horror.
    Dan sesungguhnya horor yang paling kenak di aku memang kalok gak dari Indo ya Thailand.
    Sengaja melewatkan Medium, karena selentingan yang bilang ini film bagus banget.
    Akutu punya semacam perasaan, kalo film bagus…entar-entar dulu aja apa ya… huhuhu.. Termasuk Wailing, uda lamaaa banget pengen nonton.

    Agaknya kegemaran Thailand ini sama ya..
    Maenannya kesurupan kesurupan gini.. Heuheuu.. Sejujurnya, aku mau gak percaya.. tapi nyatanya, di Indo sendiri banyak kejadian shamanisme begini..

    Jadi kepirut kak Annie pen nonton juga niih..

    Reply
    • Hihihihi. Kalau sudah biasa nonton film horor, sistem “penyaringan” kita juga otomatis jalan Len. Aku jadi tahu mana horor yang berkualitas mana yang sekedar menakut-nakuti aja. Dan aku malah suka dengan film horor yang tidak gelap-gelapan. Actingnya terang sehingga menampilkan adegan-adegan yang seru

  12. Baca review nya jadi seakan akan ikut nonton filmnya. Karena detail banget. Duh diakhir aku jadi pemasaran gimana akhir dari ceritanya. Apa aku search aja filmnya yah. Hehhee.

    Dulu zaman masih kuliah demen bnget nih nonton film horor. Sekarang ga ada lagi yg nemenin.

    Reply
    • Puncak konfliknya sangat mendebarkan Mbak. Ketegangannya konsisten dan berlangsung terus menerus. Bikin kita tegang sekaligus penasaran. Nonton aja Mbak. Bagus banget kok film horornya.

Leave a Comment