Setelah beberapa kali ngobrol dengan Ibu Tienda Damayanti mengenai kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan tembaga atau logam, kami akhirnya bersepakat untuk mengadakan kelas pembuatan perhiasan kawat dengan teknik dasar (Basic Wire Jewelry Workshop). Materi utama berupa kawat tembaga yang menjadi dominasi dari wire jewelry, tampaknya bisa mewakili topik utama dari sesi berbagi ilmu ini.
Digawangi oleh Dinas Perindustrian dan Energi (DPE) Jakarta Pusat, valuable event ini adalah salah satu gawean dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta untuk para anggota maupun calon anggotanya. Dengan peserta sejumlah 30 orang, pelatihan diadakan di kantor DPE Jakarta Pusat yang berada di daerah Jatibaru, Tanah Abang, selama 4 hari (5-8 November 2018).
Ketika hari pertama tiba, saya merasakan energi yang begitu besar dari dalam jiwa karena akhirnya saya kembali melatih wire jewelry untuk sebuah kelompok besar yang dikoordinasi oleh sebuah lembaga negara, dan memulai semuanya dari titik nol (0). Semangat mengajarpun membuncah setelah satu persatu saya mendapatkan informasi mengenai peserta pelatihan yang sebagian besar adalah mereka yang sudah berkecimpung di dalam dunia usaha, terutama di bidang ekonomi kreatif. Dan satu lagi adalah setelah sekian tahun menyelesaikan tugas di Pacitan, saya kembali bertemu dengan peserta cowok, yang kali ini hebohnya ngalahin emak-emak. Serulah pokoknya.
Materi Pelatihan
Sesuai dengan konsep pelatihan dasar, kelas dimulai dengan pengetahuan umum dan khusus mengenai perhiasan kawat, peralatan yang dipakai, gambaran dalam cakupan luas mengenai bisnis perhiasan kawat, dan tentu saja berbagai materi pelatihan yang akan dipelajari selama 4 hari.
Di hari pertama, semua peserta berlatih menguasai teknik Swirl dalam bentuk gelang dan cincin sederhana. Mereka juga diajak untuk menguasai cara membuat pengait, jump-ring, loop, dan lain-lain yang berhubungan dengan pembuatan produk berbasis teknik pemula yang bisa diproduksi massal. Semua peserta tampak berjuang membiasakan diri dengan kawat dan melemaskan tangan dengan konsentrasi yang patut diacungi jempol.
Pada hari kedua, teknik yang disampaikan adalah Woven dalam aplikasi cincin dan bros. Teknik ini sempat menimbulkan kehebohan karena hitungan langkah yang konsisten dalam pengerjaannya. Saking semangatnya, sebagian besar peserta tampak begitu gigih dan khusuk mengerjakan finishing (sentuhan akhir) dengan design yang cukup rumit. Dan kehebohan pun terjadi karena saling menyela satu sama lain.
Di hari ketiga, para peserta diarahkan untuk menguasai teknik Wrapping dalam bentuk pendant (bandul kalung) dan mendapatkan bonus berlatih membuat gelang (bangle) dengan teknik Woven. Semua dapat dikerjakan tepat waktu dan terlihat hampir semua peserta sudah mampu mengadaptasikan diri dengan alat, kawat, dan ide-ide awal kelas pemula.
Untuk hari terakhir/hari keempat, seluruh peserta diajak untuk bergelut dengan kawat dalam teknik Rajut/Crochet. Teknik yang merupakan adaptasi dari rajut benang ini, sesuai dugaan cukup memakan waktu. Terutama untuk kaum laki-laki yang jarang sekali terlihat mampu merajut. Walaupun pada dasarnya rumus merajut benang dan kawat adalah sama, perbedaan media yang lebih keras sering menjadi hambatan dan menghadirkan tantangan tersendiri. Terutama untuk keseimbangan gerak dan kerjasama antara jari-jari di tangan kiri dan kanan. Naahh yang ini nih jadi tantangan tersendiri bagi para pemula yang belajar crochet/rajut.
Mengiringi penutupan di hari terakhir, saya mengajak seluruh peserta untuk belajar menghitung nilai penjualan produk kerajinan tangan khususnya perhiasan kawat. Seyogyanya sebuah produk kreatif, modal sebuah karya bukan hanya terletak pada bahan baku, tetapi juga pada proses pengerjaan, baik itu design, tingkat keahlian, dan juga time consuming selama sebuah karya itu dikerjakan dan dihasilkan.
Di kesempatan ini pula, saya mengingatkan semua peserta mengenai etika berkarya yang termasuk di dalamnya adalah meniru dan mencontoh karya orang lain. Adalah suatu keharusan bagi setiap seniman untuk saling menghormati kekayaan intelektual di tengah berkembangnya kekuatan sosial media dalam berbagai aplikasi.
Meskipun sejatinya dalam dunia perkawatan yang berkembang dan diakui sebagai hak cipta adalah inovasinya, teknik-teknik yang telah diajarkan adalah bukan milik kita. Karena teknik-teknik dalam wire jewelry ini adalah ilmu yang diberikan dari satu orang ke orang lain, dari tangan yang berbeda-beda, plus bisa jadi didapat melalui internet (youtube), maupun tutorial yang dijual oleh beberapa perajin.
Acara Penutupan Penuh Kesan
Setelah sebelumnya Ibu Fery Farhati, Ketua Dekranasda DKI Jakarta, tidak dapat menghadiri pembukaan pelatihan, kami pun akhirnya dapat bertemu beliau di acara penutupan pelatihan di Unit Industri Kerajinan dan Tekstil yang berada di Cempaka Putih. Dalam kesempatan ini para peserta menampilkan hasil karya/produk yang sudah dipelajari, bahkan salah satu gelang buatan Zee dibeli oleh Ibu Fery. Sumringah tak terkira. Apalagi di kesempatan yang langka seperti ini saya bisa berfoto bersama beliau setelah beberapa waktu sempat berkomunikasi via Instagram.
Sukses terus Dekranasda DKI Jakarta. Semoga tetap menjadi wadah yang bernilai bagi para perajin dan pengusaha dunia kreatif, baik untuk pengembangan ilmu, bisnis, dan juga pemasaran. Terimakasih saya ucapkan kepada Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Pusat (terutama untuk Ibu Ratu dan Ibu Tienda) yang sudah menjadi wadah, jembatan dan pelaksana dari pelatihan ini. Harapan saya agar kesempatan-kesempatan baik seperti ini dapat lebih berkembang dan semakin luas merengkuh rakyat kedepannya.
Untuk seluruh peserta pelatihan, jangan lupa untuk terus berlatih, berkarya, dan belajar lebih baik lagi. Karena sejatinya untuk sebuah karya handicraft The Law of Repeatation lah yang menjadikan karya kita akan semakin baik dari hari ke hari.
#PelatihanWireJewelryy #FIBIJewelry #DekranasdaDKIJakarta #PelatihanCraft
Mbaaaak! Kagum banget dengan semangat dan berbaginya!
Kalau ada lagi pelatihan begini aku mau ya, online juga gapapa, misalnya daftar dan dikirim materi awal dulu kan oke tuh, jadi kami cukup manteng dari rumah
sukses yooooo
Selama pandemi saya tetap mengajar Mbak Tanti. Jarak jauh tentunya. Belajarnya lewat WA V Call kalau yang ikut tidak lebih dari 3 orang atau juga bisa private. Alhamdulillah sejauh ini lancar.
Aku suka deh lihat gaya Mbak Annie berjiwa muda gitu :D Semangat tinggi melatih dan berkarya berkesinambungan…Karena kalau sudah hobi sepertinya ga bisa berhenti yach hehehe. Basic wire jewelry kayak gini kudu sabar dan telaten mengerjakannya. Amazing banget buat para pencinta perhiasan dan penikmatnya.
Pada dasarnya punya jiwa guru ya Nur. Jadi kalau ada kegiatan ngajar itu rasanya selalu delighted banget. Seneng aja bisa berbagi meski harus berjam-jam berdiri dan orasi di depan kelas hahahaha.
Mbaa,
aku tergelitik di bagian ini: setelah sekian tahun menyelesaikan tugas di Pacitan, saya kembali bertemu dengan peserta cowok, yang kali ini hebohnya ngalahin emak-emak
Btw, aku iki keturunan Pacitan lho Mbaaa… Eyangku (alm) tinggal di dusun Jambu, Bangunsari Pacitan.
Jadiii bertahun2 aku kalo Lebaran mudiknya ke sana.
WHoaaa, ternyta mba Annie sempat tinggal (sejenak?) di Pacitan tho?
Saya pernah bertugas di Pacitan selama hampir 4 tahun. Tidak tinggal. Tapi bisa 3-4 kali berkunjung ke Pacitan untuk mengajar perhiasan kawat setiap tahunnya. Pesertanya dari segala penjuru kecamatan. Itu terjadi sekitar tahun 2012-2017 kalo gak salah inget. Yang ngadakan pelatihannya awal-awal beberapa Dinas yang ada di Kabupaten tapi di 3 pelatihan terakhir itu dipegang oleh Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif Jakarta.
Alhamdulillah sampai sekarang masih kontak dengan teman-teman di Pacitan karena masih aktif produksi wire jewelry.
Senangnya bisa mengajar workshop wire jewelry bersama Dekranasda DKI Jakarta, Mbak Annie. Serius banget nih peserta dari foto-fotonya
Penasaran saya sama muridnya yang cowok yang lebih heboh dari emak-emak itu kwkwkw.
Berkah ilmunya ya Mbak, bermanfaat bagi sesama.
Kebetulan peserta-peserta cowok nya itu adalah perajin juga Mbak Dian. Dan antar mereka itu kenal dengan baik. Selama pelatihan, biar gak garing, biasanya ngobrol atau nyetel musik. Mulai dari yang hardcore (ngerock) sampe dangdutan. Seru banget.
Aduh asyik banget
Tahun 2012 an istri walikota Bandung nawarin nih bikin craft seperti yang diajarin Mbak Annie
Pengajarnya beliau sendiri
Sayang gak nyambung dengan aktivitas pengelolaan sampah, jadi kepaksa kami tolak deh, hiks
Wire jewelry memang cukup banyak perajinnya di Bandung Mbak Maria. Jadi keahliannya memang sudah menyebar.
Pelatihan bisa meningkatkan kemampuan ketrampilan atau capacity building sumber daya manusia. Pelatihan seperti yang diadakan Dinas dalam beberapa hari menjadi kemanfaatan sendiri buat peserta terlebih ada teknik yang disampaikan oleh fasilitator. Kota Batu ada PLUT pusat layanan usaha terpadu untuk hal seperti diatas.
Setuju banget Mas Ferry. Apalagi hasil dari pelatihan itu membawa manfaat maksimal bagi para pesertanya.
Wuih seru banget. Kepengen deh bisa bikin wire jewelry kayak gitu. Jadi kepengen nyari tutorialnya deh di YouTube. Aku suka. Lihat2 wire jewelry di pameran2 gitu cantik2.