Hai there!!
Udah lama nih gak mengulas tentang film atau drama. Padahal berderet karya sinema yang sudah saya tonton dan direncanakan untuk dimasukkan dalam film review list lalu ditampilkan di blog ini. Saat tiba waktu ingin membahasnya, saya kemudian menonton kembali film yang ingin saya ulas duluan. Semata-mata supaya feel nya bisa kembali dan benang merah dari kekuatan ceritanya bisa terasa lagi.
Ada satu film. Release nya sudah lama banget. November 2017. Tapi baru saya tonton sekitar 1 bulan yang lalu. Tepatnya 1 bulan sebelum 2021 berakhir.
Ketemunya juga lewat proses pencarian dengan beberapa kata (kalimat) kunci lewat Google. Diantaranya “film Indonesia terbaik”, “film Indonesia peraih piala citra terbanyak” dan “film Indonesia yang paling disukai”.
Intinya menggunakan 2 kata yaitu “film Indonesia”.
Yup. Saya lagi kepengen nonton film produksi sineas tanah air. Genre apapun dengan kualitas yang patut dipuji. Apalagi jika ada bonus pernah mendapatkan piala Citra. Salah satu level pencapaian bergengsi bagi para pelakon di Indonesia.
Tapi kali ini saya ingin para pelakonnya berbeda. Bosan banget dengan para aktor dan aktris yang itu-itu aja. Tampil hampir di setiap film dan terkesan memonopoli. Bukan berarti actingnya tidak bagus ya tapi kalau bolak-balik nonton dia dan dia terus, lama-lama neg juga hahaha. Kayak gak ada orang lain aja. Padahal, hakul yakin, banyak pelakon-pelakon lain yang berkualitas dan layak untuk diperbincangkan di kancah perfilman tanah air.
Baca juga : Tenggelamnya Kapal van Der Wijck. Karamnya Cinta Tak Bertepi Zainudin dan Hayati
Menemukan Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak
Setelah sekian jam berselancar di Google dengan 3 kalimat kunci di atas tadi, saya menemukan film Marlina di Pembunuh Dalam Empat Babak. Wah. Judulnya aja seunik itu ya. Film apa ini? Asli, baru kali ini saya dengar namanya. Tercengang dong. Apalagi kemudian saya dapatkan bahwa film ini diproduksi pada 2017, 4 tahun yang lalu. Lah saya kemana aja selama itu?
Serunya lagi semakin lama saya menggali informasi tentang film ini, semakin bertumpuk cerita dan pujian yang dapat dibaca.
Prestasinya pun luar biasa. Mendapatkan 10 piala Citra di 2018 untuk berbagai kategori. Film cerita panjang terbaik. Pemeran utama wanita terbaik. Sutradara terbaik. Peran pendukung wanita terbaik. Penata suara terbaik. Penyunting gambar terbaik. Penata musik terbaik. Pengarah artistik terbaik. Pengarah sinematografi terbaik dan Penulis skenario terbaik.
Lalu ada sederet penghargaan lain yaitu Piala Maya untuk film cerita panjang terpilih (2017), Festival Film Bandung untuk pemeran utama wanita terpuji film bioskop (2018), Indonesian Movie Actors Award untuk pemeran pasangan terbaik (2018), Piala Maya untuk tata musik terpilih (2018), Indonesian Movie Actors Award untuk pemeran utama wanita terbaik (2018), Festival Film Bandung untuk penata musik terpuji film bioskop (2018), Piala Maya untuk tata artistik terpilih (2017), Piala Maya untuk tata kemera terpilih (2017) dan Piala Maya untuk aktris utama terpilih (2017).
Borongan banget prestasi dan pialanya. Pencapaian yang tentunya tidak kaleng-kaleng.
Istimewanya lagi film ini adalah film yang meraih piala Citra terbanyak hingga 2021 dikalahkan oleh Penyalin Cahaya yang mendapatkan 12 piala Citra.
Rasa penasaran pun langsung membuncah dan saya seketika duduk manis di depan tablet mengikuti jalan cerita film yang fenomenal ini.
Baca Juga : Mangkujiwo. Saat Manusia Memperebutkan Pengaruh dan Kekuasaan Duniawi
Marlina dan Empat Babak Cerita
Siapa Marlina?
Marlina adalah seorang janda muda yang hidup sendiri di sebuah rumah kecil yang berada di perbukitan savana luas Sumba, Nusa Tenggara Timur. Dia dikisahkan sebagai seorang perempuan yang berbicara apa adanya, berkepribadian kuat dan nekad hingga berani melawan sekelompok perampok yang berhasil menggondol sekian banyak ternak miliknya.
Dia sempat diperkosa oleh Markus, si bandot kepala rombongan perampok tersebut. Marlina akhirnya memenggal kepala Markus dan berniat hendak melaporkan kejadian perampokan di rumahnya kepada polisi. Kok ya kebetulan kantor polisinya jauh banget dari rumah. Jadilah lahir banyak cerita selama perjalanan menuju kantor polisi hingga dia kembali ke rumahnya.
Nah rangkaian kisah inilah yang kemudian dibagi dalam empat babak cerita. Satu babak berkisah tentang kejadian di rumah. Dua babak perjalanan Marlina menuju kantor polisi. Lalu ditutup dengan satu babak terakhir saat Marlina kembali ke rumah dan sampai di rumah.
Saya coba berikan ulasan singkat satu persatu dari setiap babak ya.
Babak Pertama. Robbery (Perampokan)
Film dibuka dengan kehadiran seorang lelaki berambut ikal panjang berantakan bernama Markus. Dia sedang mengendarai motor melewati perbukitan menuju sebuah rumah yang letaknya sendirian, jauh dari mana-mana. Pemandangan yang disajikan sungguh luar biasa indah. Apalagi diiringi dengan alunan musik yang indah tapi nyelekit mendayu. Belum apa-apa saya kok langsung merinding.
Markus langsung masuk ke rumah dan menekan mental Marlina, si tuan rumah. Meski Marlina berusaha berbohong tentang kesendiriannya, Markus dan gerombolannya ternyata sudah sering mengamati rumah Marlina sebelumnya. Jadi bohongnya Marlina tuh percuma saja. Beberapa jam setelah Markus menguasai dan menduduki rumah Marlina layaknya huniannya sendiri, sejumlah lelaki pun datang dan minta makan malam. Setelah tentu saja menggondol ternak-ternak milik Marlina yang kemudian dimasukkan kedalam truk.
Disinilah Marlina melawan dengan caranya. Let’s do the sweet revenge. Marlina pun memasak sup ayam yang diminta tapi sudah dicampur dengan racun. Anggota perampok itu pun langsung mati bergelimpangan. Terkapar. Dan saat Marlina meminta Markus makan, ternyata lelaki itu malah memaksa Marlina melayani hasrat seksualnya.
Di tengah pergumulan tubuh itulah, Marlina akhirnya mengambil parang dan langsung menebas kepala Markus. Mantab betul.
Babak Kedua. The Journey (Perjalanan)
Di Babak ini kita menyaksikan Marlina yang berangkat menuju kantor polisi menaiki truk setengah terbuka yang berfungsi sebagai angkot. Dengan gagahnya Marlina membawa kepala Markus dalam sebuah kantong kain, tas kantong (seperti totte bag) yang terkait di bahunya plus tentu saja sebilah golok panjang dengan sangkurnya.
Marlina, menurut saya, lebih tampak sebagai penyamun dibandingkan perempuan biasa.
Di babak ini kita kenalan dengan Novi. Teman Marlina yang sedang hamil tua (10 bulan) dan hidup terpisah dengan suaminya karena dicurigai selingkuh. Novilah orang pertama yang tahu bahwa Marlina sudah dirampok dan diperkosa. Dia pun turut menyemangati temannya itu untuk lapor ke polisi dan memanas-manasi Marlina untuk menghabisi semua perampok itu.
Di tengah perjalanan, mereka sempat berpapasan dengan 2 anggota perampok yang semalam sempat meninggalkan rumah Marlina dan membawa ternak hasil rampokan. Mereka ini lolos dari racun makanan. Mendapatkan mayat-mayat temannya bergelimpangan di rumah Marlina, 2 perampok ini mengejar perempuan pemberani itu. Lagi-lagi kenekatan Novi berhasil menyelamatkan Marlina yang akhirnya harus pergi sendiri dan berganti naik kuda menuju kantor polisi.
Selama dalam perjalanan ini, mayat Markus tanpa kepala terus mengikuti Marlina.
Baca Juga : Perempuan Tanah Jahanam. Sudahkah Kamu Mengenal Siapa Orang Tua Mu?
Babak Ketiga. The Confession (Pengakuan)
Seperti judulnya, di babak ini Marlina sudah sampai ke kantor polisi dan memberikan kesaksian atas apa yang sudah terjadi. Proses BAP pun dilakukan dengan janji bahwa polisi akan melakukan olah TKP 2-3 hari setelah BAP tersebut ditandatangi.
“Baru besok atau besoknya lagi ada kendaraan,” begitu alasan polisi yang mencatat seluruh cerita Marlina. “Yah kalau mau cepat, kau harus lakukan visum sendiri”.
Marlina tergugu. Tidak menyangka bahwa niatnya untuk melapor demi menyelesaikan kasusnya malah berujung kekecewaan. Perempuan itu pun menangis tersedu-sedu menyadari nasibnya yang tidak beruntung. Dia memutuskan untuk segera kembali ke rumah sembari membawa pulang kepala Markus yang sempat dia masukkan kedalam kotak kayu.
Babak Keempat. The Birth (Kelahiran)
Di bagian ini kisah tentang Novi semakin terangkat dan mencapai puncak pemecahannya seperti halnya kasus Marlina.
Novi yang sempat bertengkar dengan suaminya akhirnya harus mengikuti kemauan salah seorang perampok ke rumah Marlina. Di rumah inilah Novi diminta untuk menelepon Marlina agar segera kembali dengan membawa kepala Markus. Padahal disaat yang sama, Marlina memang sedang menuju rumahnya.
Sang perampok yang diawal babak memang sudah menggoda Marlina dan menawan Novi, kali ini seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengerjai si janda yang cantik itu. Sementara Novi diminta untuk memasak, lelaki ini berusaha menggagahi Marlina. Mendengar sahabatnya berteriak meminta tolong, Novi pun berlari membawa golok yang sudah dia pegang sedari tadi. Dia pun dengan gagah berani menebas kepala si perampok yang kemudian tergulung-gulung ke lantai. Koplak.
Marlina dan Novi pun berpelukan di tengah tangis dan badan yang bergetar.
Di saat yang sama, ternyata Novi sudah mengalami kontraksi dan siap melahirkan. Dengan dibantu Marlina akhirnya anak yang ditunggupun lahir dengan selamat.
Mereka pun kembali berpelukan, bersimbah airmata dan merasakan lega luar biasa.
Beberapa Hal yang Berkesan di Hati Saya
Sinematography
Selain pengambilan gambar yang luar biasa cantik, khususnya perpaduan antara birunya langit dan savanah yang terbentang diantara bukit, lokasi shooting film ini secara keseluruhan begitu mengesankan. Jalur transportasi dan bukit yang naik turun. Jalan berselimut debu yang melayang saat terlewati kendaraan juga beberapa tanaman yang tampak kering kerontang terbakar matahari. Menambah, setidaknya pengetahuan kita, tentang bumi Sumba yang terkenal dengan desiran angin dan rumputnya yang tinggi melambai, bergerak luwes mengikuti angin tersebut.
Rumah-rumah penduduk yang hanya berdinding kayu pun unik dan etnik jadi obyek foto. Apalagi jika dipadupadankan dengan keindahan langit dan ilalang yang tumbuh subur di sekitarnya. Venue utama, rumah Marlina, juga dilengkapi dengan bebatuan yang disusun cantik. Satu sentuhan yang juga membuat si rumah begitu apik untuk disorot dari sisi manapun. Termasuk saat pengambilan gambar menggunakan drone sehingga mendapatkan shot bird-eye-view yang begitu sempurna.
No wonder jika akhirnya penata sinematografi nya diganjar Piala Citra 2018.
Mummy Orang yang Sudah Mati
Hal lain yang juga bikin saya takjub adalah kebiasaan atau mungkin adat warga Sumba menyimpan mummy anggota keluarga yang sudah wafat. Begitupun yang terjadi di rumah Marlina. Di ruang tengah rumah, ada jazad suami Marlina dengan posisi duduk menyandar dengan kaki dilipat dan kedua lengan yang memeluk kaki tersebut. Jazad ini dibungkus pakaian sepantasnya dilengkapi dengan kain yang melingkar di kepala.
Jadi menurut tradisi masyarakat Sumba, mereka yang sudah wafat diperlakukan tetap seperti bagian dari keluarga yang berhak tinggal di dalam rumah seperti biasa. Disimpan dalam jangka waktu tertentu hingga akhirnya dimakamkan dengan selayaknya, mengikuti adat istiadat Sumba.
Di film Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak ini, Jazad Markus yang kepalanya dipenggal Marlina pun didudukkan disana oleh salah seorang perampok yang mengejar Marlina. Posisinya juga sama dan akhirnya dilengkapi dengan kepala yang dibawa pulang kembali oleh Marlina.
Logat, Kain dan Perhiasan Khas Sumba
Satu hal yang juga mengangkat keistimewaan film ini adalah bahasa daerah yang digunakan. Beberapa pelakon malah nyaris sempurna meniru logat plus ayunan bicara saat mengurai kalimat. Ada bagian kata yang pengucapannya ditinggikan, ada juga yang berakhir dengan mengalun naik meski itu bukan kalimat pertanyaan. Beberapa kata pun sering dipotong alias tidak lengkap. Misalnya SU untuk SUDAH. Dan huruf E yang digunakan untuk melengkapi uraian kalimat.
Gaya ngomong begini tuh memang khasnya saudara-saudara kita yang tinggal di Indonesia timur.
Kain tenun dan perhiasan (berupa kalung) khas Sumba pun ditampilkan lewat profile seorang Marlina. Begitupun dengan baju atasan berwarna polos dan berleher V. Kombinasi seperti ini sering sekali saya lihat saat bertemu dengan masyarakat/orang-orang Sumba yang turut berpartisipasi dalam beberapa event berskala nasional dan internasional. Di kesempatan itu biasanya para wanita berpakaian persis seperti Marlina ini. Malah seringkali ditambahi dengan gelang-gelang dan tas-tas selempang yang memang handmade dan mencerminkan ciri khas Sumba.
Kuda-kuda kecil tapi kuat pun sebenarnya jadi salah satu ciri khas Sumba. Dengan kontur tanah yang bergelombang dan masih jarangnya moda transportasi pribadi, kuda inilah yang dimanfaatkan sebagai moda transportasi hidup. Lomba/balap kuda pun seingat saya masih sering ya dilakukan di Sumba. Jokinya malah istimewa. Karena mereka jarang menggunakan pelana. Bahkan menunggang kuda dengan kondisi seadanya aja.
Kisah Tentang Novi
Sekilas kisah tentang hidup Novi, sahabat Marlina, ikut terurai sejak babak kedua.
Perempuan yang sedang hamil tua itu sedang menghadapi masalah serius dengan kehamilannya. Sudah masuk 10 bulan tapi tak ada tanda-tanda si bayi akan lahir. Hal ini menimbulkan berbagai syak wasangka seperti bayi sungsang yang biasanya terjadi karena sang perempuan dihamili oleh lelaki yang bukan pasangan resmi. Inilah yang sempat memicu kecurigaan suami Novi yang dengan teganya memukul Novi hingga jatuh terkapar.
Sedih jika mengingat bagaimana perempuan direndahkan dalam kondisi seperti itu. Padahal sejatinya, setiap perempuan yang diberikan kenikmatan dan kesempatan untuk hamil dan melahirkan adalah satu tahap kisah hidup yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari pasangan. Saat dituduh melakukan penyimpangan (baca: penyelewengan), tentunya dapat menimbulkan efek kekecewaan dan siksa bathin yang begitu menyakitkan.
Kehamilan awet ini pula jadi pembicaraan seru di atas truk saat Novi pergi menyusul suaminya di ladang. Ada seorang nenek yang dengan gamblangnya bercerita bahwa lambatnya kelahiran itu disebabkan oleh jarangnya Novi dan suami berhubungan badan.
“Seperti botol aja itu. Harus sering dibuka tutup supaya isinya bisa keluar,” begitu kata si nenek. Lalu diikuti dengan kisah sang anak yang pernah mengalami hal yang sama. Nenek malah memaksa anak dan menantunya terus berhubungan badan agar jalan lahir si bayi terbuka lebar.
Saya sungguh ngangak saat sampai di bagian ini. Perbincangan itu hanya berupa suara dengan menampilkan truk yang mereka tumpangi bergerak meliuk-liuk mengikuti bentuk jalan yang dilalui. Kebayang ya kalau perbincangan di atas sambil menunjukkan atau merekam muka si nenek yang dari suaranya saja tampak serius tapi menggemaskan. Dijamin. Kalau yang berperan sebagai nenek adalah pelakon senior atau pemain drama kawakan, pasti adegan ini tambah jempolan lagi.
Marsha Timothy
Last but not least adalah tentang Marsha Timothy yang memerankan tokoh Marlina.
Jujur saya jarang sekali nonton film-film yang dibintangi oleh Marsha. Jikapun pernah menikmati filmnya saya tidak fokus pada actingnya. Baru di Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak inilah saya menandai bahwa Marsha adalah salah satu aktris berkualitas yang dimiliki oleh negara kita.
Untuk film Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak ini, Marsha mencetak banyak prestasi. Dari yang sudah saya sebutkan diawal, ternyata film ini juga membawa Marsha sebagai pemeran utama wanita terbaik di Sitges International Fantastic Film Festival 2017 dan mengalahkan Nicole Kidman yang juga menjadi salah seorang nominator.
You’ve nailed it well Marsha.
Dan ini menurut saya sungguh pantas. Karena Marsha begitu menguasai karakter yang ingin diungkapkan dari seorang Marlina. Perempuan tanpa kekuatan, tinggal di satu tempat yang penuh perjuangan untuk tinggal sendiri, tapi dia tetap keras hati dan membela harga dirinya.
Setidaknya mampu menunjukkan bahwa dia bisa membela diri tanpa adu kekuatan. Nekad mungkin lebih tepatnya ya. Dia tahu apa dan kapan dia harus bertindak dan melawan.
Satu shot yang sungguh bikin saya bergidik adalah saat Marlina duduk sembari menunggu sekawanan perampok makan sup ayam lalu jatuh mati satu persatu. Disitu Marsha duduk rapi sembari melirik dan memunculkan evil expression layaknya pembunuh berdarah dingin. And it’s really cool and stunning.
Kejayaan dan Kebangkitan Perfilman Indonesia
Belakangan sering saya dengar bahwa para sineas Indonesia suka membawa hasil karya mereka ke kancah internasional terlebih dahulu sebelum akhirnya disiarkan/diedarkan secara resmi di tanah air. Begitupun dengan film Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak ini. Sebelum ditonton oleh publik Indonesia, film ini pertama kali diputar pada di Cannes Film Festival 2017 dalam sesi Directors Fortnight pada Mei 2017. Kemudian melanglang buana ke Melbourne International Film Festival, Toronto International Film Festival dan Busan International Film Festival.
Saya penasaran pengen tahu alasan apa yang menjadi keputusan di atas. Jadi jika diantara pembaca blog saya mengetahui banyak hal yang membelakangi lahirnya kebijakan ini, silahkan banget berbagi infonya di kolom komentar di bawah ya. Untaian informasi yang tentunya akan jadi sesuatu yang menambah pemahaman saya tentang roda kehidupan sinema dunia.
Siapa tahu kan strategi ini jadi salah satu percikan atau sumbu dari kejayaan dan kebangkitan perfilman Indonesia.
Wow … keren banget filmnya. Saya juga baru tahun ttg film ini di tulisan Yuk Annie ini … padahal filmnya 2017 ya dan mendapatkan banyak penghargaan. Waktu itu kurang gaung ya kayaknya?
Keren sekali perjuangan Marlina dalam membela harga dirinya.
Nah berarti saya ada temennya nih hahahaha. Di tahun releasenya saya malah gak tahu film ini. Kemana aja ya? hahahahaha. Tapi biarpun telat nontonnya, saya suka film ini. Tema ceritanya unik, alur ceritanya bagus. Kualitasnya oke pokoknya.
Wah ini film menyabet banyak banget penghargaan. Sayang aku belum nonton. Mba Annie nontonnya di aplikasi apa? Aku lihat di Bioskop Online belum ada.
Naaahh sama kan hahahaha. Saya nontonnya di Netflix Mut. Yuk atuh nonton. Bagus filmnya.
aku kok belum nonton yaaaaa.. duh, tahun itu ada apa ya? biasanya kalau ada film indonesia baru, dan jadi bahan perbincangan, pasti diagendain buat nonton. tapi ya biasanya gitu sih, sering terlewat, susah cari waktu, keburu turun dari jadwal. padahal sudah diembel2in aneka penghargaan.
setahuku sih ya memang itu salah satu alasannya. memboyong keluar dulu, untuk mendongkrak penjualan, salah satunya. apalagi ini sutradara dan penulis naskahnya memang biasa mengikutkan filmnya ke kancah internasional –> setelah gugling baru ngeuh dengan nama mouly surya.
must seen iniiiiii… cari waktu buat nonton ah.
Berarti saya tidak sendiri. Banyak juga yang belum nonton ternyata hahahaha.
Aahh ok. Jadi growing image dulu ya baru giat meraup pasar domestik. Seru juga dan pasti butuh strategi yang jitu.
Saya ngefans ma Marsha Timothy. Meskipun untuk filmnya yang ini kayaknya saya gak berani nonton. Tetapi, saya kagum dengan kiprahnya sebagai artis. Karena gak sekadar cantik. Aktingnya memang berkualitas.
Saya juga jadi ngeh sama kualitasnya Marsha sebagai seorang pelakon. Jempolan dan patut diapresiasi. No wonder dia jadi banyak dapat penghargaan dari perannya sebagai Marlina di film ini.
saya berulangkali nih nonton Marlina karena bagus banget
tapi belum sempat menulis reviewnya
greget banget karena pertama kali nonton saya didapuk jadi pembicara
pembicara lainnya adalah pria, yang tentu saja jadi rame :D
Waaahh keren Mbak Maria.
Sama mba. Aku juga baru denger tentang film ini pas baca tulisan mba Annie hihihi 😂 *ketinggalan juga aku. Tapi ceritanya serem juga ya. Kemana mana bawa kepala orang termasuk ke kantor polisi. Aduh kayaknya ini genrenya kurang cocok ama aku. Soalnya aku ga kuat nonton yang sadis sadis *lemah hihihi 😂
Ternyata banyak juga yang belum nonton. Padahal film ini fenomenal pada masa edarnya. Filmnya gak seseram itu sih sebenarnya. Thrillernya itu hanya pada kejadian perampokan di awal dan bagian akhir aja. Tonton deh. Worth watching ini sih.
Ini film bukan sembarang film. Menurutku ini film indonesia terbaik setidaknya dalam 1 dekade terakhir. Akting Marsya Timothy sangat brilian. Pemandangan alamnya benar-benar dieksplor…. Sangat indah dan eksotis. Saya sampe bengong dibuatnya. Jempol empat deh untuk sutradara film ini…
Makasih Kak Annie, ulasan filmnya bagus banget…
Setuju banget Mas. Pengerjaannya bagus banget. Pantas untuk mendapatkan 10 piala citra.
Keren Mbakkk …
Aku tuh jarang nonton serial Indonesia, kecuali yang lagi viral atau rekomendasi teman.
Nah ini ceritanya juga unik, bersetting di NTT ya?
Masuk list tontonan pastinya nih.
Must watch ini Mbak Annisa. Pantaslah diganjar 10 piala citra di 2018
Setelah membaca review film Marlina ini, saya merasa setelah ini harus meluangkan waktu dan menonton. Tidak menyangka, ceritanya sangat bagus dan alur yang tidak biasa. Tidak heran ya, mendapat banyak sekali penghargaan
Yup betul banget. Worth watching pokoknya.
Ngerasain tegangnya sampai perut mules padahal cuma baca, entah apa radar ketegangan sdg low jd baca aja ngerasain ketegangannya 🤣🤣 aku penggemar Thriller tapi ini keknya aku ga tertarik nonton, mules. Setidaknya saat ini hehehe
Hahahaha. Tapi seru banget Mbak. Ceritanya terurai apik dari awal sampai akhir. Worth watching pokoknya.
Marsha Timothy kalau udah berakting karakternya itu gereget. Apalagi ini film memang sesuatu sih. Dan daku belum engeh deh, apakah udah pernah disetel di tivi atau belum.
Disini dia mainnya memang apik banget. Ngomong logat Sumba nya juga bagus. Menurut info teman-temanku yang orang timur, caranya dia ngomong juga bagus, meski ada secuil yang masih dengan logat Jakarta. Tapi tetap kerenlah.
Baca review nya aja udah menarik banget nih mba. Penggemar film bagus dalam negeri harus nonton ni.
Saya galfok di bagian novi yang katanya jarang berhubungan intim makanya debay nggak segera lahir.
Etapi emang sih ya, secara kedokteran disarankan lebih sering berhubungan badan saat hamil cukup bulan. Hal ini karena konon sperma bisa merangsang kontraksi alami dinding rahim. Kalau dikira bayi sungsang karena selingkuh si bener2 tuduhan keji n nggak berdasar.
Jadi ini film ending nya menggantung ya mbak? Wah, jadi mengira-ira kelanjutan ceritanya kalau ending menggantung begini. Tapi ya… film / cerita emang nggak harus selalu ‘selesai’ nasib semua pemerannya sih.
Poin yg bikin gantung adalah penanganan polisi tentang laporan Marlina. Perempuan itu sepertinya dah gak berharap bahwa kejadian pemerkosaan dirinya dan perampokan di rumahnya bakal diusut.
Aku skip nih tulisannya maaf setelah aku menemukan judul filmnya di paragraf ke 3..aku pingin nonton dan tidak mau baca spoiler soalnya. Makasih ya rekom filmnya
No problem Mbak Ade. People have their own thought and decision. I respect that.
merinding baca sinopsisnya, ada film berani menangkat kisah sepedih ini, aduh enggak kuat deh kalau nonton mesti siap2 tisu. Keren film-nya ya mengadu2 emosi
Tetap worth watching film ini Mbak. Makanya diganjar 10 piala Citra.
baru nonton filmnya barusan, kadang ga ngerti sama bahasanya karna ga ada subtitle dan knp ada mayat d ruang tamu. setelah baca ini barulah dapat pencerahan semuanya. emang rekomended bgt buat ditonton 👍
Alhamdulillah jika tulisan ini sudah membantu.