Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri

Photo of author

By Annie Nugraha

Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Kamar yang saya tempati di Bestah Coliving. Nuansa apartment tipe studio pun sangat terasa.

Usai menuntaskan agenda menyusur Karangasem bersama Mega, salah seorang sahabat baik di Bali, saya memutuskan untuk meluangkan waktu 3 hari 2 malam untuk stay di Denpasar dan mengatur waktu untuk bertemu para sahabat. Setelah penyusuran berhari-hari akhirnya menemukan Bestah Coliving yang berada di Denpasar. Sebuah tempat menginap berkonsep apartment dan menghadirkan suasana serasa di rumah sendiri

Sepanjang perjalanan menuju Bestah Coliving di Renon, hampir sebagian besar kawasan Denpasar diserbu oleh hujan angin. Hujan yang terus mengiringi saat saya dan Mega berkendara meninggalkan Karangasem. Yang cukup menantang dihadapi adalah angin yang menyertainya. Di dalam mobil pun saya bisa merasakan hantaman angin yang cukup keras terutama saat melihat kaca depan mobil dan wiper yang bergerak cepat.

Mata saya sudah kriyep-kriyep sebenarnya. Tapi membiarkan Mega nyetir sendirian tanpa diajak ngobrol membuat kesadaran saya harus tetap terjaga. Gak sopan banget membiarkan teman berjuang nyetir sendirian dengan kondisi cuaca tak karuan dan dengan jarak sejauh itu kan?

Mobil kami pun merayap perlahan.

Sapuan wiper yang berderit kencang itu nyatanya tak seimbang dengan hantaman air dan angin sekaligus. Kondisi yang membuat Mega harus ekstra pelan melajukan kendaraan. Dalam beberapa titik jalur, Mega sempat berhenti untuk meyakinkan bahwa kami sudah berada di jalur yang tepat. Menyusur jalan-jalan sempit perumahan yang biasa tertata di antara sekian banyak kediaman penduduk saat menggapai kawasan Renon di mana Bestah Coliving berada.

Tak berapa lama, dari sebuah kejauhan lantai tertinggi Bestah Coliving mulai terlihat. Bentuknya yang kotak memanjang membuatnya berbeda dari banyak rumah yang berada di sekeliling. Mega pun melambatkan laju mobil dan tampak semringah saat membaca signage Bestah Coliving dari salah satu ujung jalan.

Tentang Bali : Mempererat Silaturahim Bersama Para Sahabat di Neun Cafe Bali

Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Dapur yang bisa digunakan bersama di lantai dasar Bestah Coliving (kiri foto) | Saya dan Fuli Nandhina. Sahabat rasa adik yang sudah bersama saya sejak 2011 (kanan foto)
Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Ruang makan di lantai dasar Bestah Coliving (kiri foto) | Langit-langit di atas ruang makan (kanan foto)

Tentang Bali : Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku. Sajian Halal di Ubud Bali yang Sarat Selera

Disergap oleh Kenyamanan

Hujan deras mendadak menjadi rintik saat Mega memarkirkan mobil persis di halaman depan Bestah Coliving. Tak banyak yang bisa dinikmati dari fasad tempat menginap ini. Hanya sederet kecil halaman parkir yang cukup hanya untuk sekitar 4 mobil dan 2 deret sepeda motor, dinding bangunan tiga lantai dengan warna coklat abu, taman kecil di sisi depan, dan signage sederhana yang menempel di salah satu dinding.

Setidaknya ada penanda bahwa kita sudah menggapai tempat yang benar.

Tidak ada concierge, bell boy, satpam atau dorongan koper beroda, yang biasa kita lihat saat datang seperti halnya di hotel-hotel. Tak ada juga teras bagian luar yang selesa untuk nongkrong. Hanya ada sebuah space minim, tanpa tempat duduk, yang langsung terhubung dengan pintu masuk.

Pintu berkaca tebal dan cukup berat untuk digeser ini dipasangi kunci digital dan hanya bisa dibuka dengan akses tertentu. Serangkaian nomor akses pintu ini diberikan oleh petugas saat kita menyelesaikan proses check-in. Nomor ini wajib kita catat karena hanya dengan kode akses inilah kita bisa masuk saat berada di luar lebih dari pkl. 22:00 wita.

Sekali lagi ini jadi faktor penting yang harus kita catat karena Bestah Coliving tidak memiliki petugas yang 24 jam ready melayani tamu.

Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Signage Bestah Coliving yang berada di area depan (kiri foto) dan sebuah kolam kecil yang berdampingan dengan area penerimaan tamu (kanan foto)

Saya bergegas masuk dan tak menemukan siapa pun di meja depan hingga beberapa menit kemudian. Meja kerja kecil yang petugasnya hanya melayani check in dan check out.

Persis di depan area kecil ini ada ruang tamu dengan hiasan dinding yang unik, beberapa sofa, dan sebuah meja yang cukup luas untuk menaruh banyak barang. Posisinya yang setengah terbuka langsung terhubung dengan utilities area seperti halaman kecil yang sudah disemen, dapur dan ruang makan.

Sementara persis di sebelahnya ada sebuah kolam kecil dengan gentong semen yang terus mengatur aliran air. Gemercik air yang lamat terdengar mengingatkan saya akan sebuah ruang baca di rumah seorang teman. Ruang tersebut ditata tenang hingga kita bisa menikmati suara air dalam keheningan.

Saya langsung merasa disergap oleh serangkaian kenyamanan.

Saya kemudian menengok ke arah dapur dan ruang makan yang berada tak jauh dari area kedatangan.

Di area dapur semua perlengkapan masak dan makan disediakan lengkap. Gratis dan bisa digunakan oleh semua penghuni. Menilik luas dan rancang industrial di area ini, saya yakin yang doyan masak pasti pada betah. Jarang-jarang kan bisa masak di tempat menginap non-villa sambil, mungkin, bersenda gurau dengan teman seperjalanan.

Saya sendiri memanfaatkan dapur ini hanya untuk menikmati secangkir kopi di pagi dan malam hari karena memang di dalam kamar tidak disediakan teko penanak air. Sementara di dapur ada dispenser besar yang mengoperasikan air panas (hampir mendidih) dan air dingin.

Kopi dan teh di sini gratis ya. Tapi akan lebih asyik jika kita membawa kopi sendiri. Biar lebih terasa pas di lidah dan selera.

Berdampingan dengan dapur tentu saja ada ruang makan. Mejanya banyak dengan opsi tempat duduk beragam. Ada sofa panjang dengan banyak bantalan. Ada juga tempat duduk kayu yang terlihat well furnished dan cantik.

Area makan ini memiliki mural cantik dengan langit-langit yang tinggi menjulang mengikuti tingginya bangunan. Lega dan sangat menyenangkan.

Di depan area ini ada sebuah halaman dengan beberapa tempat duduk yang dikelilingi oleh tanaman yang rindang. Ada juga sebuah kolam renang dengan ukuran memanjang dan dinding menjulang yang diisi dengan wall mural. Di kanan dan kiri kolam ini terdapat dua sisi bangunan berderet vertikal dengan tiga lantai.

Satu yang sangat menarik perhatian saya adalah kamar-kamar yang ada di lantai dua. Ada beberapa kamar di posisi ini memiliki balkon yang terlihat nyaman, lengkap dengan dua kursi dan satu meja kecil. Apalagi kamar ini memiliki akses langsung untuk melihat semua sajian pemandangan yang mengarah ke kolam renang dan beberapa fasilitas yang ada di ground floor.

Tentang Bali : Melali ke Little Talks Ubud Bali

Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Dapur dan area makan di lantai dasar Bestah Coliving
Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Sebuah taman kecil di depan area makan (kiri foto) dan area penerimaan tamu di Bestah Coliving (kanan foto)

Kamar yang Bikin Betah

Kamar yang saya pesan ada di lantai 3. Tidak ada lift. Hanya tangga yang cukup tinggi untuk mencapai 2 lantai di atas lantai dasar. Seorang petugas tampak cekatan membantu mengangkat koper yang saya bawa.

Sudah dalam kondisi bersih dan pendingin ruangan yang sudah menyala, rasa lelah berjam-jam yang barusan dilewati setelah berkendara dari Karangasem, mendadak luruh. Rasa adem melihat kamar yang tertata rapi dan dengan earth tone memberikan kesan yang begitu menawan.

Kamar ini persis seperti sebuah apartemen tipe studio dengan dekorasi dan perlengkapan yang cukup untuk 2 orang penginap. Ada sebuah kasur king size, meja panjang, TV yang terhubung dengan beberapa aplikasi seperti Youtube dan Netflix, kursi kerja, 2 nakas di samping tempat tidur dan lemari terbuka. Ada sebuah hiasan dinding berupa topi dengan lingkar besar yang ditemani oleh sebuah kalung yang juga sama besarnya.

Lantai parquette menambah suasana adem yang langsung menyergap. Tidak ada compliments seperti teh, kopi, dan gula sachets. Hanya ada sebotol air dan 2 gelang beling. Mendadak saya teringat pesan petugas bahwa di lantai ini ada dispenser jika saya butuh lebih banyak minuman.

Melangkah ke kamar mandi yang ada di sisi kanan pintu masuk, saya menemukan sebuah kamar mandi yang cukup luas lengkap dengan bath complimentary. Semua terisi penuh. Shower air panas dan biasa berfungsi dengan sangat baik. Dan ini benar-benar sangat membantu untuk setidaknya meluruhkan rasa lelah dan capek karena perjalanan jauh yang barusan saya alami.

Karena hujan kembali menerjang saat maghrib saya tiba, saya memutuskan untuk beristirahat total di kamar yang sungguh bikin betah ini. Apalagi sudah berganti pakaian tidur dan di luar hujan lebat tak henti menghujan bumi. Nikmat berada di dalam kamar seadem ini tentunya tak akan saya lewatkan dalam sedetik pun.

Untuk makan malam saya memutuskan untuk menghabiskan beberapa jajanan yang masih ada saat menjelajah Karangasem bersama Mega. Ada roti, pop mie, berbungkus-bungkus kopi dan teh, dan camilan yang menunggu untuk ikut dihabiskan.

Semua lahap saya habiskan sembari menonton beberapa film dan KDrama yang sedang saya ikuti di Netflix dan sempat saya tinggalkan saat berkelana ke Karangasem dan Amed bersama Mega.

Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri

Kangen Ingin Kembali

Dalam sebuah kesempatan saat ingin bersantai di salah satu sisi luar Bestah Coliving serta mengambil air di dispenser, saya bertemu Mas Rofit. Salah seorang penanggung jawab atas kelancaran operasional tempat ini.

Sapaan ramah dan obrolan menarik pun saya dapatkan saat kami saling bertukar sapa. Dari Mas Rofit saya mendapatkan informasi bahwa sejatinya konsep keberadaan Bestah Coliving awalnya adalah untuk long staying. Mirip seperti apartment atau kost exclusive yang disediakan bagi mereka yang sedang bekerja atau memiliki waktu panjang tertentu yang dihabiskan untuk sekolah atau bekerja di Denpasar. Karena itu di tempat ini tidak disediakan restoran beserta chef yang melayani makan atau pesanan masakan seperti layaknya hotel biasa.

Yang ada adalah sebuah tempat tinggal dengan fasilitas lengkap agar para penginap merasakan ritme hidup layaknya sedang berada di rumah. Persis seperti kost lama saya saat masih bekerja di Jakarta dulu. Meskipun bangunannya bukanlah gedung bertingkat seperti yang ada di Bestah Coliving. Pihak penyewa menyediakan beragam living utilities agar semua yang tinggal bisa melengkapi kebutuhan tinggal sehari-hari.

Tapi seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan occupancy yang ada, konsepnya berubah. Bestah Coliving memberikan kesempatan kepada publik untuk tinggal dalam jangka waktu pendek layaknya sebuah hotel atau penginapan biasa.

Sempat menikmati masa remaja di kota yang sama (Malang) obrolan kami menjadi semakin seru dan menarik. Perbedaan generasi lah yang justru akhirnya membuat tawa kami semakin berderai-derai.

Tapi diantara semua obrolan tersebut, saya sempat menyampaikan keinginan agar Bestah Coliving bisa menyediakan sarapan sederhana agar para penginap tidak harus keluar atau memesan makanan dari luar. Saya sendiri sesungguhnya sangat menikmati masa-masa sarapan sebagai bagian penting dan terbaik saat menginap. Apalagi jika diliputi oleh keseganan untuk bersengaja keluar, mencari makan pagi, yang terkadang belum tentu ada di sekitar lokasi menginap.

Yang pasti dua malam menginap di Bestah Coliving sudah membuat saya betah. Khususnya untuk suasana kamar yang mengademkan hati. Kasur empuk dan in house entertainment bikin saya enggan untuk beranjak.

Di kunjungan berikut, saya ingin mencoba tinggal di kamar yang memiliki teras depan yang menghadap ke kolam renang itu. Pengen duduk di sana sembari menyeruput bergelas-gelas kopi, minuman dingin, camilan, dan membaca. Plus tentu saja ngobrol kembali dengan Mas Rofit membahas banyak hal menarik di dunia digital dan kepenulisan.

Pengen juga membawa baju renang supaya bisa menikmati kolam yang bersih dan tampak menyenangkan itu. Tentu saja dengan membawa kebutuhan untuk tinggal layaknya pindah rumah kecil-kecilan. Gak banyak sih tapi setidaknya membuat saya lebih betah lagi berlama-lama di dalam Bestah Coliving.

Tentang Bali : Mengunjungi Produksi Garam Tradisional di Kusamba Klungkung Bali

Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri
Saya dan Bestah Coliving. Dijepret oleh Fuli Nandhina

27 thoughts on “Bestah Coliving Denpasar Bali. Menginap Serasa di Rumah Sendiri”

    • Kapan ke Denpasar, nginap di sini Mas Adi. Tempatnya keren, pelayanannya bagus, dan harganya ramah di kantong.

    • Naaahhh akur Mbak. Selalu ada kesenangan saat sarapan di hotel. Bahkan meski hotel bintang 3, tetap aja keseruannya beda saat nyari sarapan di luar.

  1. kayanya kalo di Bali lebih nyaman menginap di penginapan berkonsep apartement seperti ini ya?
    Karena ke Bali kan mau traveling dan kulineran
    Dulu banget, (puluhan tahun silam :D) bersama keluarga, saya pun gak menginap di hotel tapi di semacam cottage yang nyaman.
    Pemiliknya orang Bali asli yang ramah dan memberi tahu destinasi yang menarik untuk dikunjungi

    Reply
    • Setuju Mbak. Di sini saya betah banget. Suka dengan tipe kamar seperti studio begitu apalagi dilengkapi dengan fasilitas entertainment yang banyak banget. Jadi biar pun di kamar terus, saya tetap betah.

      Utilities areanya juga homy. Di area makan itu kita bisa bersosialisasi dengan tamu yang lain.

  2. Terlihat nyaman ya, Bu dan bersiiiiih bangeeet.
    Kalo di Medan, sedkit mirip hotel Thong’s Inn.
    BTW, Suci kalau lagi ke luar kota andaii hotel ngga menyediakan sarapan malah kadang2 seneng dan ngga minta sama pihak hotel. karena bisa nyari sarapan sekalian kulineran di luar.
    Pdahal ujung-ujungnya yang dimakan cuma nasi putih atau lontong (cari aman)
    kalo ngga ada ya makanan yang familiar
    Jadi ntah dimana konsep wisata kulinernya, hahaha

    Reply
    • Saya sempat dengar dan baca banyak referensi tentang THONG’S INN ini. Penasaran juga pengen nyoba. Tampaknya memang convenient.

      Kalau traveling sendirian, terus terang, saya rada segan jalan pagi keluar cari sarapan. Meskipun tempat ini ada di tengah kota. Pesan on-line juga rada segan karena harus makan sendirian hahahaha.

  3. Semoga harapannya Bu Annie terwujud ya, karena memang kalo baca deskripsinya ada nuansa ala-ala rumah sendiri yang bikin betah ya.
    Terlebih pas lihat penampakan kolam renangnya, bikin semangat deh, sambil olahraga sambil nyebur hehe

    Reply
    • Yang pasti bakalan betah beraktivitas di rumah aja karena semuanya menyenangkan. Kalau bosen bisa nyebur sekalian olah raga ya Fen.

  4. Kalau ga salah inget, Bestah Coliving ini sempat jadi pilihan utk tempat istirahat saat ke Bali. Namun karena mesti rembukan dan beberapa alasan lainnya akhirnya ga jadi. Ketika nyari refrensi udh cukup tertarik karena ada balkon dan punya beberapa tipe kamar dan setelah liat artikel mba Annie suasananya jg terlihat cozy

    Reply
  5. Aku jadi inget mau bermalam di Depok minggu depan, ka Annie..
    Postingan ka Annie jadi menginspirasi buat nginep di semacam Bestah Coliving gini aja yaa.. Nyaman untuk tempatnya dan ada ruangan yang bisa digunakan bersama.
    Kalau di Bali, ambiance-nya luar biasaaa.. ikutan lopelope liat suasananya yang aesthetic!

    Reply
    • Wah kalau ketemu yang modelnya sama di Depok, info2 aku ya Len. Siapa tahu suatu saat butuh referensinya.

      Bestah Coliving memang senyaman itu. Ambiencenya memang touchy dan homy. Bikin betah tinggal berlama-lama.

    • Akhirnya kami memilih nginep di Jekarda, ka Anniee..
      Hehehe.. pilihan lebih banyak dan tempat explore sekitarnya juga lebih luas.

      Rasanya betah banget menemukan Bestah Coliving di Bali yaa..
      Jadi ngerasain banget.. betapa nyamannya hidup di Bali karena suasanyanya so hommie plus warloknya yang ramah.

  6. suka sama kamarnya yang simple, ngga banyak warna dan ituuu gantungan topi itu kenapa gitu kepikiran? hahaa
    Di rumah ada loh topi kekgitu tapi kenapa otak ngga nyampe bikin dekor kekgitu yaa?
    Emang beda kreatifitas sih hihiiii
    Biasa nyontek pun akan beda hasilnya. Satu estetik dan satu lagi maksa, hahaa

    Trus sukaaa sama area kolam yang meski ngga atapnya tapi kelihatan teduh karena banyak tenaman di sekitarnya.

    Cakep sih ini….

    Reply
  7. Iya kenapa gitu ya mbak, klo menginap di hotel sebagai pengunjung lebih asik menikmati kamar yang cozy atau spor-spot kece untuk foto. Disinilah kepekaan owner diuji untuk membuat betah pengunjung dan bikin kangen untuk kembali ke penginapan tersebut.

    Reply
  8. Udah beda dari konsep awalnya ya, Kak. Iya sih bener. Sebaiknya, memang ditambahin fasilitas sarapan. Soalnya, terkadang menginap di hotel tuh pingin sekalian yang ada sarapannya. Biar terasa lengkap gitu. Penginapannya nyaman, adem, instagramable kayaknya, dan sarapan. Hehehe

    Reply
  9. kayanya banyak penginapan di Bali yang akhirnya menerapkan konsep seperti Bestah Coliving ya?
    Yaitu pengalaman menginap jangka waktu lama, enggak cuma semalam yang hanya sekadar bobok aja

    Mungkin karena banyak wisatawan yang ingin mengeksplorasi Bali sampai puas sehingga ketika pulang ke penginapan dalam keadaan cape, mereka bisa istirahat dengan nyaman

    Reply
  10. weh baru tahuuu, ada tempat sekeren Bestah Coliving di Denpasar, langsung jatuh hati! Baru juga liat foto-fotonya. Konsepnya yang homey banget, bikin betah dan nyaman kayak di rumah sendiri. Fasilitasnya lengkap, sampai kolam renang yang asik buat santai. Bikin kebayang serunya stay di sana, apalagi buat yang suka kerja remote sambil liburan.

    Reply
  11. Kalau penginapan memberikan nuansa rumah sendiri seperti Bestah Coliving pastinya bikin nyaman banget, tapi bagi yang nggak hobi masak, kayaknya agak sedikit gimana, apalagi ketersediaan sarapan yang belum waktunya untuk jalan keluar penginapan. Semoga request mba Annie untuk menyediakan sarapan segera direalisasikan oleh pemiliknya, khusus untuk pengunjung yang pesan sarapan saat check in.

    Reply
  12. pas baca di awal hingga ke tengah dan lihat fotonya, baru mau komen, kok ini kayak apartemen yang ciamik banget ya? -> eh ternyata penjelasannya ada dan sepemikiran berarti, hehe.
    Jadinya bener-benar kayak rumah sendiri ya Bu, karena membuat betah yang menginap.
    Hemm, bisa galau nih ketika mau beranjak pergi

    Reply
  13. Karena okupansi harus menyesuaikan diri ya mbak, sehingga menerima tamu yang menginapnya tidak lama. Jadinya seperti penginapan. Tapi menyenangkan juga sih, nginap di tempat yang berkonsep coliving. Yg sejiwa dan paham akan bisa memanfaatkan semaksimal mungkin konsep ini.

    Reply
  14. nyaman banget tempatnya, otomatis betah ini mah, bersih, adem, nyaman, ada dapur…tapi kalo lagi melancong itu lebih enak disediakan… malas banget lagi traveling kudu masak sendirii

    Reply
  15. Tempatnya kelihatan nyaman banget. Beneran seperti rumah tinggal tidak seperti penginapan. Saya belum pernah menginap di tempat seperti ini kalau di Denpasar. biasanya menginap di hotel. Kalau menginap di tempat ini enak banget ada dapur yang bisa diakses semua tamu. Sayang tidak ada petugas yang stand by 24 jam.

    Reply
  16. Nah kalau ke Bali boleh banget nih nginep di Bestah Coliving Denpasar. Tempatnya homey dan aestetik. Nggak cuma cocok buat istirahat, tapi buat cari ide konten juga. Semoga harapan mbak Annie terwujud dan dimudahkan semuanya. Aamiin

    Reply

Leave a Comment