3 weeks ago
Melali ke Little Talks Ubud Bali
Melali ke Little Talks Ubud Bali
Teras depan Little Talks yang di salah satu sudutnya ada area sembahyangan. Ciri khas yang selalu bisa kita lihat di setiap sudut rumah atau tempat apa pun di Bali

23-27 Oktober 2024 yang lalu menjadi perjalanan satu-satunya saya ke Bali di 2024. Kunjungan ke pulau dewata ini saya lakukan dalam rangka menghadiri acara Ubud Writers & Readers Festival ke-21. Acara yang sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun saya tunggu. Yuk lah melali dulu ke Bali. My dream second home town.

“Lama banget gak ke sini,” begitu pesan seorang teman di Bali yang rajin dan rutin saya sambangi. Yang dia bilang “lama” itu maksudnya adalah “setahun” karena biasanya saya ke Bali itu dalam hitungan bulan. Yah setidaknya dua kali bahkan pernah empat kali dalam setahun. Saking doyannya. Eh enggak ding. Dulu-dulu itu memang karena ada urusan bisnis atau memang ada kerjaan, jadi otomatis harus ke sana.

Saya mendadak berpikir. Iya juga ya. Biasanya tanpa ba bi bu tau-tau berangkat aja. Tinggal izin suami, beli tiket PP, terus ngacir tanpa beban. Apalagi pada kenyataannya saya punya teman yang bisa ditumpangi jadi gak puyeng soal akomodasi. Yang penting ngasih kabar biar kamar yang akan saya tempati bisa dibersihkan terlebih dahulu.

Kalau dulu petantang petenteng untuk urusan gado-gado alias segala macam, sekarang nawaitunya adalah tentang literasi. Setelah bertahun-tahun hanya bisa melihat kegiatan Ubud Writers & Readers Festival lewat media sosial sebagai pembaca saja, kali ini saya ingin meluangkan waktu dan niat untuk menjadi peserta serta melihat langsung pelaksanaan acara berskala internasional ini.

Acaranya sendiri diadakan mulai 23 Oktober dan berakhir pada 27 Oktober. Tapi setelah membaca rincian agendanya, saya hanya tertarik pada beberapa acara saja yang diadakan pada 24 dan 25 Oktober. Saya pun mengatur penerbangan di 23 Oktober lalu menikmati seharian kegiatan penuh di kedua tanggal yang telah saya pilih tersebut.

Mendarat di Bali pada 23 malam, saya memutuskan untuk istirahat penuh pada hari itu hingga 24 agak siangan. Dan karena agenda kegiatan yang saya ikuti di tanggal 24 itu baru akan dimulai pada sore hari, akhirnya saya memutuskan untuk melali ke beberapa tempat di Ubud terlebih dahulu.

Tentang Bali : Menyesap Harmoni di Desa Adat Tenganan Pegringsingan Karangasem Bali

Melali ke Little Talks Ubud Bali
Suasana pameran lukisan di dalam gallery Little Talks oleh Ida Lawrence
Melali ke Little Talks Ubud Bali

Bertanya kepada beberapa teman yang rajin ngukur jalan di Bali akhirnya saya mendapatkan nama Little Talks yang berada di Bisma, Ubud. Setelah ngecek lebih jauh ternyata Little Talks menjadi bagian dari referensi tempat yang masuk ke dalam tempat yang bisa dikunjungi oleh peserta acara Ubud Writers & Readers Festival. Cafe library ini mengadakan pameran lukisan tunggal yang dikerjakan oleh Ida Lawrence.

Wah kebetulan banget. Selama setidaknya satu tahun terakhir saya memang sedang serius mendalami bisnis cafe library. Satu lini kegiatan yang belakangan banyak diminati publik. Apalagi, setelah saya rinci, 90% dari skill dan arrangement yang dibutuhkan untuk bisnis ini, khususnya di bidang publishing sudah saya kuasai. Pergerakan saya dalam memegang semua kegiatan operasional komunitas menulis Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) telah memberikan banyak ilmu yang bisa saya praktikkan.

Bagaikan tutup ketemu panci saya kemudian langsung cus meluncur ke kawasan Bisma di mana Little Talks berada sembari membawa asa dan harapan bahwa nanti akan mendapatkan banyak hal baru tentang sebuah cafe library.

Tentang Bali : Rahasia Keindahan di Secret Garden Village Bedugul Bali

Melali ke Little Talks Ubud Bali

Usai menikmati sarapan di tempat saya menginap, Puri Payogan Villa yang berlokasi di Kedewatan Ubud, saya pun meluncur ke area Bisma hanya dalam 30 (tiga puluh) menit kedepan. Sempat bertemu dengan beberapa titik kemacetan tapi akhirnya saya bisa menemukan Little Talks tanpa hambatan berarti.

Sepagian itu, sekitar pkl. 10:00 wita, saya turun dari mobil pesanan on-line, Little Talks sedang menerima beberapa tamu yang terlihat khusyuk bekerja di komputer jinjing masing-masing. Terasnya sendiri terlihat sepi dan tenang sementara langit terlihat mulai berubah gelap. Di teras depan ini ada sebuah standing banner yang memperlihatkan keterlibatan Little Talks pada acara Ubud Writers & Readers Festival 2024, beberapa tempat duduk kayu di bawah payung lebar, dan banyak tanaman hidup yang memberikan kesan rimbun yang begitu terasa.

Saya langsung berseri apalagi melihat betapa suasana tenang dan damai meliputi Little Talks meski berada di sebuah kawasan padat wisatawan. Mendapatkan sambutan yang begitu hangat dari seorang petugas yang sedang mengolah minuman di sebuah counter serta meja kayu sudut yang melayani para tamu, saya membawa langkah ke pintu kaca yang berada di sisi kiri.

Pintu yang mengajak saya untuk masuk ke sebuah gallery yang berisikan banyak lukisan yang telah dikerjakan oleh Ida Lawrence.

Saya sesungguhnya bukanlah seseorang yang paham akan lukisan. Tapi sederetan karya hapusan kuas dari Ida Lawrence ini sangat menarik. Mulai dari penggunaan dan komposisi warna hingga detailing karakter yang digunakan. Lukisannya sendiri ada yang berukuran besar tapi ada juga yang hanya seukuran kertas A4.

Setiap garis yang tercipta begitu mengesankan sehingga melahirkan sentuhan abstrak yang sangat ekspresif. Saya suka dengan konsepnya. Apalagi jika kita butuh sesuatu yang menyegarkan dan memberikan warna cerah pada ruangan.

Tentang Bali : Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali

Area gallery dengan lantai semen tanpa plester ini menurut saya cukup untuk dijadikan beragam kegiatan lainnya seperti workshop, book launching, business and private meeting, presentasi, dan lain-lain. Sebuah kegiatan yang sifatnya semi-private alias hanya mengundang tamu dalam jumlah terbatas. Yah sekitar 20 hingga 50 orang saja. Ada satu ruangan yang menjorok ke dalam hingga bisa meredam suara berisik yang datang dari arah luar. Pengaturan yang jitu sekali.

Seorang petugas tampak ramah menawarkan jasa untuk memotret saya. Wah seneng banget deh. Beginilah jika solo travel ya. Harus nunggu orang lain untuk membantu memotret. Apalagi buat saya yang tak terbiasa dan lihai menggunakan tripod.

Makasih banyak ya Mbok, sudah dengan gembira dan sukacita mengambil foto saya.

Melali ke Little Talks Ubud Bali
Melali ke Little Talks Ubud Bali

Usai terbenam dengan serangkaian lukisan tadi, saya melihat sebuah dinding yang dibobok cukup tinggi dengan pecahan yang dibiarkan apa adanya. Semennya dan batu bata yang terbungkus di dalamnya jadi terlihat dan melahirkan sebuah pintu unik yang menyambungkan gallery dengan sebuah cafe library yang ada di sebelahnya.

Membawa langkah ke sisi yang berbeda ini, saya disambut dengan pemandangan ruangan yang begitu saya sukai. Ruangan yang cukup lega ini menyediakan banyak sekali buku dalam rak-rak kayu yang menempel di dinding. Ada juga almari kayu dengan pintu kaca yang di dalamnya ada beberapa buku yang bisa kita beli.

Melengkapi konsep yang ada, disediakan juga beberapa meja dan bangku kayu bagi para tamu. Hadirnya pendingin ruangan membuat kita merasa begitu nyaman ada di dalam ruangan ini. Hanya saja bangku kayunya tidak beralaskan dudukan empuk. Jadi buat saya yang tepos ini, pasti tidaklah nyaman untuk duduk berlama-lama.

Tapi tak apa. Saya kemudian memesan secangkir fresh orange juice tanpa gula sembari mengambil salah satu novel “Sabtu Bersama Bapak” yang ditulis oleh Adhyta Mulya. Sebuah novel tentang seorang anak yang mengisahkan sisa kebersamaannya bersama sang bapak yang kemudian meninggalkan serangkaian jejak digital untuk dia tonton. Peninggalan ini semakin memberikan kesan tiada tara saat sang Bapak wafat dan dia harus menemani sang ibu menyambut masa-masa akhir hidupnya. Novel apik yang kemudian difilmkan dan sudah lama saya tonton jauh sebelum menemukan novelnya di Little Talks Ubud.

Menuntaskan novel ini ditambah dengan segelas lagi minuman sehat yang sama, waktu pun tak terasa. Jam di gawai saya sudah menunjukkan pkl. 12:00 wita saat saya menghabiskan waktu di teras depan. Seorang perempuan muda yang tadi tampak asyik bekerja di dalam mendatangi dan mengajak saya ngobrol panjang lebar.

Sang gadis ternyata adalah seorang social media expert yang bekerja mobile, bisa di mana saja. Dia tinggal di Denpasar dan sedang menjadi volunteer untuk acara Ubud Writers & Readers Festival 2024. Wah keberuntungan banget sih buat saya. Obrolan kami pun kemudian dipenuhi oleh berbagai diskusi tentang dunia yang sedang dia geluti. Menarik luar biasa.

Banyak hal yang kemudian saya pelajari dan pahami. Setidaknya banyak pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sang gadis ini, yang kemudian membius keingintahuan saya tentang media promosi dan informasi kekinian. Dia pun kemudian bersemangat memberikan saya banyak masukan tentang pengelolaan communication and public relation management untuk sebuah bisnis seperti Little Talks ini.

Saya seperti mendapatkan durian runtuh. Beruntung banget deh bisa memanfaatkan waktu berkualitas seperti ini.

Sayangnya saya harus bersegera melanjutkan perjalanan. Melali ke beberapa tempat lain di hari itu. Diantara adalah memenuhi janji dengan seorang teman untuk makan di Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku yang juga berada di seputaran Ubud, untuk kemudian menghadiri salah satu sesi pelatihan menulis yang dibimbing oleh Agustinus Wibowo. Sesi yang menjadi bagian dari keseluruhan program yang telah disiapkan oleh Ubud Writers & Readers Festival 2024.

Thanks a billion Little Talks dan sang gadis cantik yang berkenan menghabiskan waktunya untuk berbagi ilmu. Saya pasti akan kembali ke Bali seperti biasanya. Bahkan mungkin akan lebih sering di 2025 untuk mencari cafe library lainnya untuk saya amati dan pelajari. Bumi dewata ini tentunya memiliki puluhan bahkan mungkin ratusan tempat konseptual yang saya cari untuk studi perbandingan.

Melali ke Little Talks Ubud Bali
Melali ke Little Talks Ubud Bali

Tentang Bali : Menjadi Saksi Indahnya Kintamani di The Amora Bali

Melali ke Little Talks Ubud Bali

Tentang Bali : Mengagumi Seni dan Keindahan Tembikar di Serayu Pottery & Terracota, Ubud, Bali

Melali ke Little Talks Ubud Bali
Melali ke Little Talks Ubud Bali

31 Comments Leave a Reply

    • Yup betul dan sudah saya jelaskan juga di atas. Di paragraf yang membahas soal buku tersebut. Mungkin Mbak yang terlewat membaca tulisan tentang ini ya.

  1. Menghadiri acara literasi memang seru ya kak Annie. Apalagi tahun 2025 khusus untuk para siswa dan guru oleh Kemendikdasmen diproyeksikan lebih penekanan pada budaya literacy saat kegiatan KBM di sekolah. Saya tahun 2025 mungkin sama dengan kak Annie akan lebih sering belajar dan mengikuti workshop atau seminar2 tentang kepenulisan. Menarik sekali ya belajar hal ginian.

    • Seru banget Mas Wahid. Di event UWRF 2024 di Bali barusan benar-benar bikin saya lebih paham akan sebuah pengaturan event literasi berskala internasional. Bertemu dengan orang-orang hebat di dunia literasi juga bikin aku tambah semangat.

      Semoga di 2025 keterlibatan kita dalam dunia ini semakin menguat ya Mas Wahid. Tentu saja lewat profesi masing-masing.

  2. Keren-keren lukisannya ya, Mbak. Terus tembok dibobok itu malah jadi estetika walau tidak dirapikan ya. Terus kalau solo traveling gini memang repotnya kalau mau foto-fotonya, Mbak. soalnya tidak semua orang berkenan diminta tolong foto. Kalau pun mau ga sesuai keinginan kita karena terburu-buru dia hahaha. Dan kalau pameran kayak gini ga bisa pakai tripot.

    • Pengaturan tempat yang ciamik banget ya Mas. Saya suka nuansanya yang sederhana. Kondisi yang malah bikin betah berlama-lama. Kapan ke Bali jangan lupa mampir ke sini Mas Bambang. Highly recommended pokoknya.

  3. Asyik banget ya, Kak. Nongkrong di Cafe Library. Aku tuh juga sedang mencari cafe yang konsepnya cafe library begini. Cuma yo kok ndak ada di sekitar tempat tinggalku ya, Kak. Susah nyarinya.

    • Masih jarang memang ya Mbak Yuni. Paling banyak itu di daerah-daerah wisata seperti Bali ini. Handlingnya memang khusus. Gak sekedar cafe tempat nongkrong aja.

  4. Bali tuh surganya budaya ya?
    Dulu di Bandung juga sering banget acara serupa
    Tokoh-tokoh seni kreatif ini bergabung dalam Bandung Creative City Forum (BCCF) dan tiap tahun mengadakan pagelaran antar komunitas seni

    Kayanya sejak Kang Emil menjadi walikota, dan penerusnya Kang Fiki menjadi staf ahli menteri koperasi dan UKM, aktivitas terhenti
    Masa harus ke Bali atau Yogya untuk menikmati seni budaya ya?

    • Padahal Bandung itu salah satu kota barometer seni dan budaya ya Mbak. Banyak seniman-seniman terkenal lahir dari kota Paris van Java ini. Sayang banget jika event sekelas BCCF tidak dilanjutkan. Aaahh siapa ya kira-kira nanti yang berkenan melanjutkan?

  5. Sambil ke acara UWRF sambil menikmati cafe asik ya Bu. Nyaman banget itu caranya, karena bikin happy untuk para pengunjung, apalagi banyak koleksi buku yang bisa jadi temen nongkrong yang nyaman

    • Tempat yang adalah surga bagi para penulis seperti kita Fen. Tempatnya nyaman dan hening meski berada di kawasan turisme yang super sibuk. Tapi begitulah Ubud. Selalu menyenangkan untuk dikunjungi berkali-kali.

  6. Melali ke Little Talks Ubud Bali ini sungguh menyenangkan dan bermakna ya Mbak
    Nongkrong di Cafe Library memang seru, di Surabaya juga ada salah satu cafe library yabg enak buat nugas ataupun wfa

    • Semoga kapan-kapan saat ke Surabaya saya bisa mampir ke salah satu cafe library yang ada.

  7. Menurut saya, novel Sabtu Bersama Bapak tuh bagus banget. Sayang kalau untuk film dan seriesnya, saya kurang pas. Masih berasa ada yang kurang aja gitu. Saya jadi semakin pengen tau lebih banyak tentang festival ini. Kalau untuk umum (belum jadi penulis) bisa gak ya jadi peserta?

    • Sependapat Myra. Waktu saya menuntaskan novelnya di LITTLE TALKS ini, baru ngeh kalau novelnya jauh lebih menarik dari visual yang dihadirkan di film. Keterlibatan rasanya lebih mendalam lewat novel.

      UWRF (Ubud Writers & Readers Festival) diperuntukkan bagi publik yang SUKA MENULIS dan MEMBACA. Jadi gak mesti sudah nerbitkan buku duluan baru bisa mendaftar karena di formulis pendaftarannya pun tidak ada kolom yang menanyakan soal profesi kita.

  8. Sebenernya kalau mau datang ke Ubud Writers & Readers Festival ini bebas atau ada invitation khusus gitu, ka Annie?
    Aku suka berpikir kalau mau datang haruslah orang yang produktif menulis buku atau memang punya pekerjaan sebagai penulis. Hehehe..
    Salah satu tandanya, punya ISBN.

    • UWRF biasanya diadakan di semester terakhir di tiap tahunnya. Biasanya H-3 bulan mereka sudah. release event di tahun yang bersangkutan. Kita bisa daftar lewat web mereka yang menghadirkan rangkaian program/acara yang akan diadakan berikut dengan tiket yang bisa kita beli secara on-line. Kita tinggal pilih kemudian melakukan transaksi di web tersebut. Bukit ini nanti secara otomatis akan terlihat saat kita registrasi ulang.

      Konsep UWRF bukan hanya untuk penulis Len. UWRF sendiri singkatan dari UBUD WRITERS & READERS FESTIVAL. Jadi jika pun kita hanya hadir sebagai pembaca atau penggemar buku, it’s ok banget. Banyak kok para pecinta buku dari lintas profesi yang hadir di event ini.

  9. Melihat galeri ini di artikel yang Ibu jabarkan, jadi ingat beberapa lukisan yang kontroversi di Jakarta. Yang konon nyindir salah satu pejabat tinggi negara
    Entahlah apa masalah sebenarnya
    Sebagai rakyat memikirkan sembako harganya naik naik ke puncak gunung saja udah pusing banget

    Tapi beda kalau galeri beneran bernuansa seni seperti di galeri ini ya
    Melihatnya banyak aura kedamaian
    Banyak ketenangan secara seluruh ekspresi diri ditumpahkan lewat karya seni

    Bali memang surganya seni dan budaya ya disamping tenpyyang indah

    • Topik yang masih hangat ya Teh Okti. Lukisan memang jadi salah satu media untuk menyampaikan apa yang ada di pikiran, ingatan, dan tentunya emosi si pelukis. Apalagi ada ketidakadilan, ketidakwajaran, dan banyak hal yang mengusik hati.

      Saya sendiri sebenarnya tidak begitu paham akan rincian sebuah lukisan. Tapi bisa menikmati keindahannya lewat warna dan kebebasan sang pelukis menghadirkan ide yang ada di kepala.

  10. Gada satupun fotonya yang gagal semua indah dan estetik..
    Keren sekali mami Annie bisa hadir ke Ubud Writers & Readers Festival ke-21. Pasti seru dan menyenangkan berkumpul dengan orang-orang produktif berkarya di tempat yang indah

    • Dan memang secantik itu LITTE TALKS di Ubud ini. Lewat event UWRF 2024 lah akhirnya saya bisa mampir ke sini dan hanyut – betah di sini selama dua jam lebih. Duuhh senengnya. Mudah-mudahan saya bisa punya tempat seperti ini ke depannya ya.

      UWRF memang event yang bergizi buat para penulis. Jadi punya kesempatan bertemu dengan para penulis hebat dan refreshing pengetahuan tentang dunia literasi dari segala penjuru dunia.

  11. Ya Allah… senang banget kalau datang ke kafe librari gini. Apalagi kalau banyak buku bagus yang saya butuhkan. Bisa lupa waktu saking asyiknya. Bisa habis kopi bergelas-gelas nantinya.

    • Yang suka baca pasti seneng stay di cafe library berlama-lama. Convenient place yang bikin kita larut pada hobi.

  12. Kalau versi kakak nya lama itu “setahun,” apakabar saya yang gak pernah sekalipun ke bali wkwkwk

    Tapi dari postingan ini saya jadi tahu kalau ada acara bernama Ubud Writers & Readers Festival. Ah, jadi penasaran dan pengen ikutan juga

  13. Cakep-cakep banget, semoga kesampaian nanti ke Bali tahun depan buat liburan deh. Sebelum ke Bali, harus banget lagi balik ke blog ini mengulik tentang tempat-tempat yang mau dikunjungi di Bali.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.

Don't Miss

Menjadi Saksi Indahnya Kintamani di The Amora Bali

Menjadi Saksi Indahnya Kintamani di The Amora Bali

Berkunjung ke Kintamani jadi agenda ke-2 selama kami mengitari Ubud. Setelah sempat
Menyesap Indahnya Semesta dan Keheningan Bali di Alam Dania Cottage, Ubud.

Menyesap Indahnya Semesta dan Keheningan Bali di Alam Dania Cottage, Ubud.

Kami menyudahi makan siang yang cukup telat di Warung Wardani, Tuban, saat