BALI lagi, lagi, dan lagi
Bagi saya pulau yang satu ini tidak mengenal kata jenuh, bosan, dan mati gaya. Walaupun sudah bolak balik berulangkali dan ngider kesana kemari, nyatanya kalau dalam 4bulan sekali gak meluncur ke Bali, rasa kangen mendadak menyergap tanpa bisa dihalangi. Apalagi dalam satu waktu, melihat di IG atau media sosial lainnya, ada tempat yang menarik, istagramable, istagenic, dan BELUM PERNAH dijabanin. Rasa penasaran mendadak membuncah dan semangat untuk ngider pun meledak-ledak tanpa bisa terbendung.
Salah satu tempat yang berhasil memporakporandakan hati adalah CAMPUHAN RIDGE WALK yang berada di Ubud. Setelah berkali-kali melihat foto tempat ini di IG teman-teman blogger, puncak ngences pengen kesana akhirnya tak tertahankan ketika menonton My Trip My Adventure di TransTV. Jadilah, catatan a must visit untuk Campuhan masuk ke agenda kunjungan saya berikutnya ke Bali.
Menemukan Titik Awal Menuju Campuhan
Bermodalkan nekat dan jaringan internet yang senen kemis, titik awal trekking kami dapatkan setelah bertanya kesana kemari. Dari beberapa usulan yang kami dapatkan, rute terbaik adalah melalui Warwick Ibah Resort & Spa. Kami pun bergegas menelusuri Jl. Raya Ubud untuk mencapai sebuah jalan kecil masuk ke Ibah, kemudian berbelok ke kiri mengikuti signage/petunjuk arah Campuhan Ridge.
Turunan terjal pun menyambut kami. Sebuah sungai dan jembatan kecil dikelilingi hutan dengan pohon-pohon tinggi terasa mengisi oksigen diantara nafas tersengal-sengal yang mulai saya rasakan. Gini nih kalo gak pernah olah raga. Baru sekali kepotan aja udah jungkir balik hahahahaha. Tapi tak apa apa. Kapan lagi menguji kekuatan dengkul di usia jelita dan menggojlok paru-paru dan jantung agar bekerja maksimal. Ganbatte!!
Keindahan pertama yang memanjakan mata adalah dinding luar Pura Gunung Lebah. Pura yang tampak sangat besar dengan dinding menjulang ini menyajikan keindahan ukir batu khas Bali. Bahkan di salah satu sudut menara, para wisatawan bergiliran memotret ukiran yang sangat sarat dengan nilai seni tinggi. Selama mengabadikan dinding pura ini, puluhan pejalan berseliweran dengan semangat menjelajah yang berapi-api. Langkah-langkah tegap dan panjang mengiringi helaan nafas teratur meluncur menghias udara. Saya (mendadak) berasa terintimidasi hahahaha.
Memulai Trekking dengan Semangat 45
Kamipun menelusuri pinggir dinding pura untuk kemudian bertemu beberapa hutan kecil di kanan kiri jalan. Supply oksigen terasa menembus paru-paru. Batu-batu koral persegiempat terlihat kokoh dan tertanam kuat untuk menjadi pijakan. Alur jalan berkelok-kelok dan menanjak semakin menantang kekuatan kaki. Keringat sebesar biji jagung pun mulai bermunculan.
Berhenti beberapa kali dan melihat bule-bule lalu lalang, menyadarkan bahwa saya sudah salah kostum. Berfikir bahwa sandal jepit adalah ijakan yang paling nyaman untuk jalan kaki ternyata salah besar. Untuk trekking seharusnya kita mengenakan sepatu kets atau sepatu olah raga dengan ikatan yang kuat. Barang bawaan pun sebaiknya menggunakan tas ransel atau tas selempang dengan isi yang tidak terlalu memberatkan. Catatan penting nih kalau mau trekking lagi.
Setelah sekitar 2km berjalan menelusuri hutan-hutan kecil yang sebagian besar terisi dengan pohon pisang, kami pun tiba di sebuah bukit dengan bahu ilalang. Hembusan angin membuat ilalang ini bergerak luwes kesana kemari. Dari satu titik puncak kami berdiri, hamparan ilalang tampak begitu luas. Berbagai resort, hotel, dan spa terlihat dari kejauhan. Seandainya punya drone, wuiihh bakal keren banget nih. Potret ilalang, jalan setapak, dan liukan bukitnya bakal terekam dengan sempurna.
Keinginan untuk sedikit berlama-lama di sini akhirnya dikalahkan oleh rintik hujan yang semakin deras menghujan bumi. Kami pun berlarian. Trekking yang tadinya diisi dengan berjalan kaki, akhirnya berubah menjadi lari-lari kecil bahkan terkadang diselingi langkah-langkah lebar mengimbangi nafas yang mulai mencekik leher. Jalur tempuh sekitar 2km pun jadi perjuangan yang luar biasa. Hujan yang bener-bener ngerjain dah ah.
Menunggu hujan yang membuat udara dan hembusan angin semakin dingin, kami memutuskan untuk mampir dan berteduh di sebuah cafe kecil untuk menikmati sepiring pisang goreng hangat dan 2 gelas tinggi juice. Cafe ini mendadak penuh sesak pengunjung karena hujan yang rata mengepung Campuhan. Rasa hangat menyeruak dengan bertambahnya manusia. Kantuk pun mulai menyerang. Dikepung angin semilir, kasur empuk, bantal, dan guling pun melambai-lambai di depan mata. Haayyaaa godaan tingkat dewa bener dah.
Tapi perjuangan harus diteruskan sodara-sodara. Lah, wong perjalanannya sudah tanggung di tengah-tengah. Secara di tempat kami berada tidak bisa dicapai oleh mobil. Sewaan motor pun gak ada. Mau minta tolong siapa coba hahahahaha. Jadi memang acara jalan kaki kudu dirampungkan sampai titik darah penghabisan a.k.a hingga 5km berikutnya. Cemungut!! (((ngomong begini sambil tertawa mengingat pengalaman yang sudah lewat)))
Melanjutkan Perjalanan yang Penuh dengan Keindahan
Hampir 1 jam terperangkap di tengah keriuhan wisatawan dengan berbagai bahasa di dalam cafe, hujan pun reda walaupun angin tetap terasa menusuk tulang. Kami melanjutkan perjalanan, bertemu dengan perkampungan, penginapan/guest house, dan beberapa toko aneka kerajinan tangan, mulai dari lukisan, ukiran kayu berupa patung, ukiran kayu berupa perlengkapan rumah tangga, lukisan di atas telur kayu, dll. Pemandangan beruntun seperti ini yang akhirnya membuat kami lupa bahwa kami sudah jalan berkilo-kilometer.
Melangkah pelan-pelan menelusuri jalan setapak yang masih panjang, kami menikmati langkah demi langkah dengan hati gembira. Di beberapa titik kami menemukan hamparan sawah, pura-pura kecil, resort, spa dan resto kayu 2 lantai. Di resto dan spa inilah, KARSA, kami sempat beristirahat sebentar sambil merekam keindahan alam sekitar dengan decak kagum yang tiada habisnya. Dengan ketinggian yang cukup, hektaran sawah dan beberapa pohon menjulang, tersapu indah dalam lensa kamera.
Karsa Resort and Spa bukanlah satu-satunya tempat yang pas untuk menikmati waktu menyendiri atau berwisata dengan privasi dan suasana sepi tidak hiruk pikuk. Sepanjang jalan kami menemukan beberapa tempat menginap mulai dari skala rumahan sampai ke harga jutaan per malam. Beberapa tempat tidak dapat diliput karena menjaga privacy para tamu.
Salah satu tempat yang bersedia kami singgahi adalah Amora Villas. Villa yang berada di sebuah tebing menghadap hutan ini, walaupun hanya menyediakan kamar-kamar terbatas tapi dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memanjakan, seperti kolam renang di bibir tebing dan cafe dengan pemandangan yang aduhai.
Kamar pun diatur sesuai standard setting-up villa yang tidak terhubung dinding satu dengan lainnya. Yah seperti komplek town house tapi dalam skala kecil. Gak banyak jumlah kamarnya. Jadi atmosphere private pun kencang terasa.
Yok simak jepretan saya berikut ini untuk Amora Villas.
Menghabiskan kekaguman akan sentuhan arsitektur yang menjamah Amora Villa, 30menit kemudian kami melanjutkan perjalanan yang tinggal sejengkal lagi. Sejengkal untuk ukuran peta di atas kertas (((glodak))). Aslinya yaaahh masih jauh lah.
Tapi baru beberapa langkah keluar dari villa, sebuah kejutan menanti persis di jalan utama di depan villa. Tampak sebuah pohon pepaya yang meliuk cantik mendatar bak ular raksasa dengan badan lincah sedang mencari mangsa. Di bagian ujung tampak dahan-dahan dan beberapa buah pepaya yang tumbuh subur. Tak ada yang aneh dengan daun dan buahnya. Hanya batangnya saja yang tampak istimewa. Tapi kalau disuruh mencoba buahnya, keknya saya gak bakalan mau deh hahahahaha.
Menyelesaikan rute akhir dari Campuhan, saya terhibur dengan sapaan-sapaan akrab para wisatawan yang juga asyik menikmati trekking di bawah langit yang mulai terang dengan suhu udara yang bersahabat.
Melewati fase terakhir acara jalan kaki yang mulai melemahkan dengkul, mental, dan paru-paru ini, saya habiskan sebagian besar waktu untuk memotret beberapa keindahan sawah yang baru selesai panen, dan beberapa bangunan photogenic yang bikin saya tambah kebelet untuk segera pindah ke Bali, menghabiskan masa pensiun sarat liburan dan kegembiraan dengan keluarga tercinta.
#Campuhan #RidgeWalk #DesaCampuhan #CampuhanUbudBali #VisitBali #BaliTourism #WisataAlamBali
Bali memang jadi destinasi wisata yang ngangenin. Setuju banget, meski udah beberapa kali ke sana, rasanya pengen ngunjungin lagi daerah yang belum sempat dijelajahi dulu. Campuhan, adem banget lihat fotonya. Selalu suka lihat yang ijo-ijo. Bawaannya menentramkan hati
Setuju banget Mbak Lia. Saya pun yang setiap 3-4bulan ke sana aja gak pernah bosan. Selalu ada hal dan tempat baru yang pengen dikunjungi. Saya bahkan berharap bisa pensiun dan tinggal di Bali
Rute trekkingnya keren banget, gak terlalu ekstrem dan pemandangannya juga instagramable. Omong² soal kostum, hehe, maksudku sih alas kaki, kadang paling benci kalo ternyata kebawa sepatu yg malah bikin kaki nyeri pas jalan jauh. Padahal udah pk sneaker looh…
Yup betul banget. Apalagi sepanjang jalan pemandangannya menyejukkan dan banyak tempat untuk duduk-duduk, nongkrong sambil ngemil. Menyenangkanlah.
Tadinya saya tuh bawa sneaker tapi lupa ganti pas turun mobil. Jadilah jalan pakai sandal jepit hahahaha. Seharusnya sih memang dengan medan seperti ini enaknya pakai sneaker yang ringan atau sandal gunung aja.
Ini mah bukan surga oksigen tapi surga dunia. indah pemandangan dengan pohon dan patung di sepanjang jalan. Halangan dan rintangan terasa terbayarkan saat sampai ke tempat tujuan
Betul. Terasa banget kesejukan udaranya.
Tempatnya elok dan tidak membosankan, ramai karena kualitas tempat
Everyday is holiday in Bali. Ingat Campuhan, jadi ingat lagu Slank, Tepi Campuhan. Mampir The Bridges Restaurant gak Mba Annie? Resto yang Instagramable banget dekat sana. Selain jalan kaki, asiknya ke Campuhan bawa sepeda emang. Lumayan capek kalo trekking.
Waahh sayang baru tau sekarang. Gak tau kalau ada The Bridges Restaurant. Ntar ah coba balik lagi setelah pandemi.
Yup betul. Banyak orang sepedaan pas lagi trekking. Asik sih. Tapi musti pegel buanget itu hahahaahha
duh..duh..duh
tambah panjang list destinasi saya ke Bali kalo akhirnya bisa solo traveling
dulu, waktu anak-anak masih kecil saya pernah ke Bali, menelusuri perkampungan dan beli jeruk langsung dari petani
pingin napak tilas ke sana, sayang saya lupa nama daerahnya :D :D
Sempatin ke sini Mbak. Trekking sambil menikmati hijaunya alam. Mampir ngopi dan makan pisang goreng. Seru banget
MAUUUKK banget menapaktilasi spot traveling ala kak Annie.
Berarti saiki aku mau olahraga yg rajiinn
biar nanti kalo ada rezeki ke Bali bisa langsung cuss, ga perlu ngos2an lagiiii
Saya juga pengen banget balik ke sini Nur. Malah mau sekalian nginep di salah satu resort yang pas itu ketemu di perjalanan. Kayaknya adem banget tempatnya
Wuah kangen banget trekking apalagi di daerah yang bener2 masih alami ijo2nya gtu
Wah Mbak Anne pengen pensiun di Bali ya rencananya? Bbrp teman sekolah anakku ada yg tinggal di Bali suka kirim poto rumahnya msh ada sawah2 seneng keknya ya
Vilanya kyknya nyaman banget, moga ada rezeki bisa nginep sana jg :D
Beda banget rasanya trekking di tempat yang masih alami seperti ini Pril. Udara segarnya lebih berasa. Bakal lebih seru kalau dilakukan beramai-ramai. Jalan sambil ngobrol dan motret tuh asik banget.
Ya. Pengen banget pensiun di Bali dan punya usaha kecil-kecilan yang sesuai dengan hobi. Apalagi kalau bisa dapat rumah dengan tanah yang luas dan pemandangan yang masih hijau. Impian banget itu. Doakan ya.
emang kalau udah jatuh cinta itu rasanya pengen ketemu terus ya mbak. Bali emang gak ngebosenin, semua sudutnya sangat indah dan layak banget dijadikan obyek foto maupun tulisan. Btw, kalau ada rezeki akupun mau pindah ke Bali menghabiskan masa tua di sana…
Bener banget Mbak Retno. Tinggal di Bali juga impian masa tua saya. Punya rumah di tengah lingkungan yg masih hijau dengan mencari penghasilan yg beranjak dari hobi. Pengennya nanti anak-anak dan cucu-cucu bisa liburan di lingkungan yg Everyday is Holiday
bali memang nggak ada matinya ya mbak
berulang kali kesini , blm bisa habis mengunjungi tempat-tempat wisatanya
saking banyaknya
Betul banget. Setiap saya datang selalu ada yang baru. Gak ada habisnya
Ehem.ehem, lengkap pisan ini tulisan kak Annie hehe, yups kak, Ubud Bali itu emang bisa dibilang Surganya Bali ya. Melihat foto2 yang tersaji di artikel ya kubaca di atas jadi seperti ikut hadir di situ. Nikmat sepertinya balik lagi ke Bali. Yups, Bali memang benar tidak pernah mati gaya, sajian nuansa alam, pantai, hutan mangrove, dll juga sangat indah.
Btw, campuhan, tempat yang indah dan bagus tuh kak. Pastinya traveler menikmatinya jika berkunjung ke Campuhan…
InshaAllah saya pengen pensiun di Bali Mas Wahid. Menikmati masa-masa tua dikelilingi oleh keindahan wisata. Bisa ke pantai atau ke gunung tiap hari. Atau sekedar jalan-jalan cuci mata menikmati keindahan budaya. Doakan ya.
Mupeng, lumayan ini trekingnya buat membakar lemak.
Sayang banget ya, lagi asyik lihat pemandangan dari ketinggian, eh malah datang hujan. Jadi lari-larian deh. Untung hujannya nggak lama ya, bisa lanjut jalan dan dapat pemandangan yang menyegarkan mata
Iya Mbak Nanik. Jadi dapat bonus olga lari saya Mbak hahahaha.
Mbak Annie itu juicenya menggoda sekali. Pada saat travelling menikmati segelas juice berarti menambah vitamin, tenaga,
dan kesegaran buat mempersiapkan next journey ya mbak
Hahahaha bener banget Mbak. Setelah 1/2 etape terlampaui dan hujan mulai turun, saya istirahat dulu melempengkan kaki yang cenat cenut. Gak disangka ternyata juice dan pisang gorengnya enak banget.
Sejuuuuk banget ya, dari dulu pingin banget bisa eksplorasi Bali lagi karena terakhir kali ke sana itu pas jaman SMP aja, udah lamaaa dan pasti sekarang Bali sudah semakin keren
Ya ampun. Itu dah lama bangets Mbak Meykke hahahaha. Pasti kaget kalau sekarang ke Bali lagi. Dalam hitungan bulan aja banyak perubahannya.
Bagi yang udah pernah ke Campuhan, Ubud Bali pasti susah move on ya kak. Apalagi yang hoby trekking.
Apalagi jalur trekking yang dilewati, subhanallah bikin hati adem
Betul banget Mbak Eva. Nyaman banget main ke Campuhan. Saya juga pengen banget nginep di seputaran sini. Menikmati sawah dan sepedaan
Mbak.. bisiskin dong rate amora villa nya berapa per malam.
Btw.. informasi ini pas banget nih buat kami yg lagi berencanan tour darat ke bali. Semoga tercapai nih tournya dalam waktu dekat
Kalau saya gak salah inget itu sekitar 500-700rb/malam. Tempatnya pas banget untuk menjauh dari keramaian. Tapi karena berada di Campuhan, ada jalan tembus ke pusat perbelanjaan Ubud.